Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH


Dosen Pembimbing Dr. Moch. Bahrudin, M. Kep., Sp. KMB.

DisusunOleh:
Kelompok 1
Tingkat 2A

1. Moch. Iqbal Pratama (01)


2. Dina Frida Aisyiya (02)
3. Nurul Amaliyah (03)
4. Aris Novi Indrasari (04)
5. Fitra Ayu Saputri (05)
6. Ajeng Rufaidah H. (06)
7. Hatipah Al Inayah H. (07)
8. Nur Candrawati A. (08)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SIDOARJO
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat, serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pasien dengan Batu Saluran Kemih.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien dengan Batu Saluran Kemih ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 2. Makalah ini berisi tentang pengertian batu saluran kemih,
etiologi batu saluran kemih, teori proses pembentukan batu saluran kemih, gejala
klinis dari pembentukan saluran kemih dan asuhan keperawatan pasen dengan
batu saluran kemih.
Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pasien dengan Batu Saluran
Kemih, tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuandari beberapa pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepadaYth:

1. Bapak Dr. Moch. Bahrudin, M. Kep., Sp. KMB.


2. Bapak dan Ibu Dosen Prodi DIII Keperawatan Sidoarjo.
3. Teman - teman Prodi DIII Keperawatan Sidoarjo angkatan 2018 atas
motivasi dan dukungannya sehingga kami bias menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
dibutuhkan. Semoga dengan adanya makalah inidapat memberikan manfaat
bagikami sekaligus bagi para pembaca.

Sidoarjo, 16 Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................................ 2

1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................................ 2

1.4 Manfaat ........................................................................................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Batu Saluran Kemih ................................................................................... 3


2.2 Etiologi Batu Saluran Kemih ........................................................................................ 3
2.3 Proses Pembentukan Batu Saluran Kemih .................................................................... 4
2.4 Gejala Klinis Dari Pembentukan Saluran Kemih ...........................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


3.1 Pengkajian .....................................................................................................................6
3.2 Diagnosa .......................................................................................................................6
3.3 Intervennsi .....................................................................................................................6
BAB 1V PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................14
4.2 Saran ....................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman babilonia dan
zaman mesir kuno. Sebagai salah satu buktnya adalah diketemukan batu pada
kandung kemh seorang mummi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk
seluruh dunia tdak terkecuali penduduk di indonesia. Angka kejadian penyakit
ini tdak sama diberbagai belahan bumi. Di negara – negara berkembang
banyak dijumpai pasien batu buli – buli sedangkan di negara maju lebih
banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas. Hal ini karena
pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari – hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan batu saluran kemih ?
2. Bagaimana etiologi batu saluran kemih ?
3. Bagaimana teori proses pembentukan batu saluran kemih ?
4. Bagaimana gejala klinis dari pembentukan saluran kemih ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menerapkan tentang asuhan keperawatan
tentang batu saluran kemih.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian batu saluran kemih.
2. Untuk mengetahui etiologi batu saluran kemih.
3. Untuk mengetahui teori proses pembentukan batu saluran kemih.
4. Untuk mengetahui gejala klinis dari pembentukan saluran kemih.

1
1.4 Manfaat
2.1Bagi Pasien
Agar pasien mengerti tentang batu saluran kemih.
2.2Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa mengerti dan menerapkan tentang asuhan
keperawatan batu saluran kemih dengan benar dan sesuai SOP.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Batu Saluran Kemih


Urolithiasis atau batu saluran kemih merupakan suatu penyakit yang sudah
lama ditemukan. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, laki-laki memiliki
risiko lebih besar dari pada wanita hal ini dikarenakan panjang uretra laki-laki
lebih panjang dari wanita yaitu 17- 22,5 cm dan untuk wanita 2,5-3,5 cm.
Urolithiasis adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada sistem
penyalur urine, tetapi batu pada umumnya terbentuk di ginjal. Batu mungkin
terbentuk tanpa menimbulkan gejala atau kerusakan ginjal yang bermakna,
hal ini terutama pada batu besar yang tersangkut pada pelvis ginjal. Makna
klinis batu terletak pada kapasitasnya menghambat aliran urin atau
menimbulkan trauma yang menyababkan ulserasi dan perdarahan, pada kedua
kasus ini terjadi peningkatan predisposisi infeksi bakteri .
Urolithiasis adalah suatu keadaan terbentuknya batu pada ginjal dan
saluran kemih. Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai ke
kandung kemih dan ukurannya bervariasi dari deposit granuler kecil, yang
disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna
orange.

2.2 Etiologi Batu Saluran Kemih


Terbentuknya batu saluran kemih dduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehdrasi,
dan keadaan keadaan lain yang masih belum terungkap (Idiopatik).
Secara epideminologs terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor tu adalah faktor
intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor
ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya.

3
Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
1. Hereditair (keturunan : Penyakit ni diduga diturunkan dari orang
tuanya.
2. Umur : penyakit ini sering didapatkan pada usia 30 – 50 tahun.
3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki – laki 3 kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan.

Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah :


1. Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehngga dikenal
sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah batu di
Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
2. Iklim dan temperatur.
3. Asupan air :kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yang dikonsumsi , dapat meningkatkan insiden batu
saluran kemih.
4. Diet : diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah
terjadinya penyakit batu saluran kemih.
5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.

2.3 Teori Proses Pembentukan Batu Saluran Kemih


Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada
tempat tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin),
yaitu sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divernikel, obstruksi invravesika
kronis seperti pada hiperplasia prostat beligna, stiptura, dan buli-buli
neurogenik merupakan keadaan keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik
maupun anorganik yang terlarut di dalam urin. Kristal-kristal tersebut tetap
dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urin jika tidak ada keadaan

4
keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-
kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi)
yang kemudian akan mengadakan agredasi, dan menarik bahan-bahan lain
sehingga menjadi kristal yang lebih besar meskipun ukurannya lebih besar,
agregad kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran
kemih. Untuk itu agregad kristal menempel pada epitel saluran kemih
(membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain di endapkan
pada agregad itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih.
Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu, ph larutan, adanya koloid
dalam urin, konsentrasi dalam urin, laju aliran urine di dalam saluran kemih
atau adanya korpus alienum didalam saluran kemih yang bertindak sebagai
inti babi.
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium
oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat,
batu magnesium amonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein,
dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu diatas
hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan
terbentuknya jenis batu itu tidak sama.

2.4 Gejala Klinis


Keluhan keluhan penderita dengan batu saluran kemih :
1. Nyeri Pinggang
2. Kencng Darah
3. Nyer Pinggang dan Kencing darah
4. Rasa Kemeng di pinggang
5. Kencng panas dan nyeri

5
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

BATU SALURAN KEMIH

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data subyektif mencakup :
1) Riwayat adanya infeksi saluran kemih kronis, obstruksi
sebelumnya.
2) Menngeluh nyeri akut, berat, nyeri kholik
3) Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh, rasas terbakar,
dan dorangan berkemih.
4) Mual/ muntah, nyeri tekan abdomen.
5) Riwayat diit tinggi purin, kalsium oksalat, dan/atau fosfat.
6) Tidak minum air dengan cukup.

b. Data obyektif meliputi :


1) Peningkatan tekanan darah dan nadi.
2) Kulit pucat.
3) Oliguria, hematuria.
4) Perubahan pola berkemih.
5) Distensi abdominal, penurunan atau tidak ada bising usus.
6) Muntah.
7) Nyeri tekan pada arae ginjal saat dipalpasi.

c. Riwayat penyakit sekarang


1) Penurunan haluaran urin.
2) Kandung kemih, rasa terbakar.
3) Dorongan berkemih, mual/muntah.
4) Nyeri abdomen.

6
5) Nyeri punggung.
6) Nyeri panggul.
7) Kolik ginjal.
8) Kolik uretra.
9) Nyeri waktu kencing.
10) Lamanya nyeri.
11) Demam.

d. Riwayat penyakit yang lalu


1) Riwayat adanya ISK kronis.
2) Obstruksi sebelumnya.
3) Riwayat kolik ginjal/ bleder tanpa batu yanng keluar.
4) Riwayat trauma saluran kemih.

e. Riwayat penyakit keluarga


1) Riwayat adanya ISK kronis.
2) Penyakit atau kelainan gagal ginjal lainnya.

f. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas.
2) Sirkulasi.
3) Eliminasi.
4) Makanan/ cairan.

g. Test diagnostik
1) Urinalisis.
2) Urine kultur (infeksi, hematuri, kristal).
3) Radiografi (Computed Tomografi Scan, IVP (Intra Venous
Pylogram)).
4) Endoscopi.
5) Cystocopy.
6) Ureteroscopy.

7
7) Nephroscopy.
8) Laboratorium (tes kimia serum; identifikasi kalsium, phospate,
oksalat, cystin, fungsi renal ; darah lengkap, urine 24 jam, ekskresi
phospate, kalsium, asam urat, kreatinin, dan analisa batu
(komposisi batu))

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap
batu ginjal
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang sampai terkontrol.
Kriteria hasil : Nampak rileks, pasien dapat tidur atau istirahat
dengan tepat.

Intervensi Keperawatan

Intervensi Rasional

Mengobservasi nyeri Menentukan kualitas nyeri pasien.

Jelaskan hal-hal yang dapat Meningkatkan kewaspadaan pasien.


memperparah nyeri.

Ajarkan teknik relaksasi maupun Cara untuk mengontrol nyeri.


distraksi.

Kolaborasi pemberian analgetik. Mengurangi nyeri.

b. Gangguan eliminasi urin berhubunngan dengan obstruksi mekanik dan


iritasi ginjal atau eretral.
Tujuan : Berkemih dengan jumlah normal dan pola
biasanya.
Kriteria hasil : Tidak mengalami tanda obstruksi.

8
Intervensi Keperawatan

Intervensi Rasional

Awasi pengeluaran dan pemasukan Memberikan informasi tentang fungsi


urin. ginjal dan adnya komplikasi.

Tentukan pola berkemih pasien dan Kalkulus dapat menyebabkan


perhatikan variasi. eksitabilitas saraf, yang menyebabkan
sensasi kebutuhan berkemih segera.

Dorong pemasukan cairan. Peningkatan hidrasi membilas bakteri,


darah, dan debris dan dapat membantu
lewatnya batu.

Periksa urin pasien. Penemuan batu memungkinkan


identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi.

Awasi pemeriksaan laboratorium, Peningkatan BUN, kreatinin, dan


seperti elektrolit, BUN, dan kreatinin. elektrolit, mengindikasikan disfungsi
Ginjal.

Berikan obat sesuai indikasi (asam Meningkatkan pH urin (alkalinitas)


askorbat, alopurinol, HCT,). mencegah statis urin dan mencegah
pembentukan batu.

c. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.


Tujuan : Mempertahankan cairan yang adekuat.
Kriteria Hasil : Tanda vital dan berat badan dalam rentang normal,
nadi perifer normal, mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis.

Intervensi Keperawatan

9
Intervensi Rasional

Awasi intake dan output cairan. Membandingkan keluaran aktual dan


mengevaluasi derajad kerusakan
ginjal.

Awasi tanda vital, turgor kulit, dan Indikator hidrasi pasien.


membran mukosa. Indikator hidrasi
pasien.

Beri cairan intravena. Mempertahankan volume sirkulasi.

Timbang berat badan Penurunan 0,5 kg BB dapat


menunjukan perpindahan
keseimbanngan cairan.

Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 L Mempertahankan keseimbangan


sesuai toleransi jantung. cairan.

d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan suplay oksigen.


Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat
ditoleransi pasien.
Kriteria Hasil : Menyadari keterbatasan energi, menyeimbangkan
aktivitas dan istirahat, tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas..

Intervensi Keperawatan

Intervensi Rasional

Kaji faktor yang menimbulkan Menyediakan informasi mengenai


kelelahan. indikasi tingkat keletihan.

10
Tingkatkan kemandirian dalam Meningkatkan aktivitas ringan/sedang
beraktivitas perawatan diri yang dapat dan memperbaiki harga diri.
ditoleransi.

Anjurkan aktivitas alternatif sambil Mendorong latihan dan aktivitas


istirahat. dalam batas-batas yang dapat
ditoleransi dan istirahat yang cukup.

Kolaborasi pemberian oksigen. Mengurangi kelelahan dan


meninngkatkan toleransi terhadap
aktivitas.

e. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan mual


muntah. Tujuan : Mempertahankan berat badan.
Kriteria hasil : Tidak terjadi penurunan berat badan, nilai
laboratorium dalam batas normal (albumin, elektrolit, hemoglobin).

Intervensi Keperawatan

Intervensi Rasional

Kaji pemasukan diit. Membantu dalam mengidentifikasi


defisiensi dan kebutuhan diit.

Beri makan sedikit tapi sering. Meminimalkan anoreksia dan mual


sehubungan dengan status
uremik/menurunnya peristaltik.

11
Timbang berat badan. Mengetahui kehilangan berat badan.

Kolaborasi dengan ahli gizi. Menentukan kebutuhan nutrisi tubuh.

Kolaborasi pemberian penambah Meningkatkan nafsu makan.


nafsu makan atau vitamin, dan anti
emetik.

f. Risiko Infeksi berhubugan dengan trauma jaringan.


Tujuan : Tidak mengalami tanda dan gejala infeksi
Kriteria Hasil : Tanda vital dalam batas normal, nilai lekosit dalam
batas normal.

Intervensi Keperawatan

Intervensi Rasional

Awasi tanda-tanda vital. Demam dengan peningkatan nadi dan


pernafasan adalah tanda peningkatan
laju metabolik dari proses inflamasi,
meskipun sepsis dapat terjadi tanpa
respon demam.

Awasi peningkatan sel darah putih. Menandakan adanya infeksi.

Berikan rawat luka dengan teknik Mengurangi risiko infeksi.


septik.

Kolaborasi pemberian antibiotik. Menangani infeksi.

g. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan retensi natrium.


Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan

12
Kriteria hasil : Tanda-tanda vital normal, hematokrit dalam batas
normal.

Intervensi Keperawatan

Intervensi Rasional

Timbang berat badan pasien. Merupakan indikator yang sensitif


untuk menunjukkan penambahan
cairan.

Ukur haluaran dan asupan cairan. Mendeteksi retensi urin.

Pantau jumlah dan karakteristik urin. Mendeteksi komplikasi.

Pantau tanda-tanda vital. Apabila teerdapat peningkatan volume


cairan, tanda-tanda vital akan
terpenngaruh.

13
BAB 1V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Urolithiasis adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada sistem
penyalur urine, tetapi batu pada umumnya terbentuk di ginjal. Batu mungkin
terbentuk tanpa menimbulkan gejala atau kerusakan ginjal yang bermakna, hal
ini terutama pada batu besar yang tersangkut pada pelvis ginjal. Makna klinis
batu terletak pada kapasitasnya menghambat aliran urin atau menimbulkan
trauma yang menyababkan ulserasi dan perdarahan, pada kedua kasus ini
terjadi peningkatan predisposisi infeksi bakteri .
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium
oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat,
batu magnesium amonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan
batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu diatas
hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan
terbentuknya jenis batu itu tidak sama.
4.2 Saran
Dalam penyusunan makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Batu Saluran kemih ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena keterbatasannya pengetahuan dan kurangnya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah ini. Untuk
menyempurnakan makalah ini agar lebih baik, sebaiknya di beri tambahan
referensi dan rujukan yang memiliki keterkaitan dengan materi tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar – Dasar Urologi. Jakarta; CV Sagung Seto

Soeparman, Waspadil, Sarwono. 1999. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta
; Balai Penerbit FKUI

Purwanto, Hadi.2016. KMB II Komprehensif. Jakarta ; Pusdik SDM


Kesehatan.

15

Anda mungkin juga menyukai