Lapkas M.aulia Rizky
Lapkas M.aulia Rizky
SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun Oleh :
Pembimbing:
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang mana berkat
Rahmad, Kasih Sayang dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga oenulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Skizofrenia Paranoid”.
Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepanitraan
klinik senior pada bagian/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa RSJ Aceh, Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapatkan bantuan,
bimbingan, dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada dr. Sukristoro Wardoyo, Sp.KJ yang
telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
sekalian demi kesempurnaan laporan kasus ini. Harapan penulis semoga
laporan kasus ini dapat bermanfaan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
umumnya dan profesi kedokteran khususnya. Semoga Allah SWT selalu
memberikan Rahmad dan hidayah-Nya bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani Schizein yang berarti terpisah atau
pecah dan phren yang berarti Jiwa. Terjadi pecahnya/ketidakserasian antara afek,
kognitif dan perilaku. Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa yang memiliki
karakteristik yaitu gangguan proses pikir, persepsi, respon emosional, dan
interaksi sosial yang memengaruhi kehidupan, pekerjaan, kegiatan sosial, dan
kemampuan untuk mengurus diri mereka sehari-hari. Meskipun perjalanan
skizofrenia bervariasi di antara individu, skizofrenia biasanya persisten dan dapat
menjadi parah dan melumpuhkan. Umumnya pasien skizofrenia memiliki
kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual yang tetap terpelihara,
walaupun kemungkinan terdapat adanya penurunan fungsi kognitif.1
Skizofrenia adalah gangguan yang berlangsung selama minimal 6 bulan dan
mencakup setidaknya minimal 6 bulan dan mencakup setidaknya 1 bulan gejala
fase aktif. Skizofrenia paranoid merupakan salah satu jenis dari skizofrenia yang
paling sering dan paling stabil dijumpai. Ditandai dengan halusinasi dan/atau
waham harus menonjol. Sedangkan gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.1
2.2 Etiologi
2
3
keluarga yang memiliki penyakit ini. Seseorang dengan riwayat kedua orang tua
mengalami skizofrenia berisiko 40% untuk menderita skizofrenia. 7
2. Neurotransmitter
Skizofrenia dapat terjadi akibat ketidakseimbangan kimiawi otak
(neurotransmitter) yang memungkinkan neuron untuk saling berkomunikasi.
Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas
neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau
karena hipersensitivitas yang tidak wajar terhadap dopamine. Dalam penelitian
lainnya disebutkan bahwa neurotransmitter lainnya seperti serotonin dan
norepinefrin juga berperan dalam skizofrenia.8
3. Neuroanatomi
Kelainan struktur dan fungsi otak dapat berhubungan dengan skizofrenia.
Seperti adanya pembesaran dari ventrikel otak; pengecilan ukuran otak bagian
lobus temporal, frontal, hipokampus, dan amygdala; pengurangan konektivitas
antara frontal dan temporal.9,10
4. Lingkungan
Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin
lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifar kejiwaan, adanya hubungan
orang tua-anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga.
Pengaruh terhadap penggunaan rokok, stresor sosial, stressor ekonomi, infeksi
maternal, komplikasi kehamilan dan kelahiran.9,11
2.3 Epidemiologi
2.4 Klasifikasi
1. Adanya gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului
riwayat halusinasi dan waham.
2. Disertai perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,
bermanisfestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat
sesuatu, tanpa tujuan hidup dan penarikan diri secara sosial.1
2.6 Diagnosis
Skizofrenia Paranoid
Berdasarkan pedoman penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ-III):3
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan berupa:
- Halusinasi atau waham harus menonjol
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual
atau lain-lain perasaan halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence) atau passivity (delusion of passivity) dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatoniksecara relatif tidak nyata/tidak menonjol.1
2.7 Penatalaksaan
a. Farmakologi
Penggunaan antipsikotik sebagai farmakoterapi digunakan untuk mengatasi
gejala psikotik dengan berbagai etiologi. Antipsikotik diklasifikasikan menjadi
antipsikotik generasi pertama dan antipsikotik generasi kedua.12
a. Terapi psikososial
Dengan terapi psikososial dimaksudkan penderita agar mampu kembali
beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri,
mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban
bagi keluarga atau masyarakat, pasien diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak
melamun, banyak kegiatan dan kesibukan dan banyak bergaul.
2.8 Prognosis
Hanya sekitar 10-20 % pasien mengalami prognosis yang baik. Lebih dari
50% pasien digambarkan memiliki prognosis yang buruk, dengan perawatan di
rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood yang berat
dan usaha bunuh diri.Namun begitu, rentang angka pemulihan yakni 10-60%.
Dari angka tersebut, kira-kira 20-30% mengalami gejala sedang dan 40-60%
pasien terus terganggu secara bermakna seumur hidup. Prognosis pasien
skizofrenia dianggap lebih buruk dibandingkan dengan pasien gangguan mood.
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. DS
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 40 tahun
Alamat : Desa Tj.Mancang,Aceh Tamiang
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Minang
TMRS : 16 Desember 2019
Tanggal Pemeriksaan : 2 Januari 2020
A. Keluhan Utama
Mengamuk, Keluyuran, Mengancam
B. Keluhan Tambahan
Mudah marah dan emosi
13
14
E. Riwayat Pengobatan
- Haloperidol
- Clozapine
F. Riwayat Penggunaan Zat
Sabu-sabu (+) sejak tahun 1998-2017
Ganja (+) sejak tahun 1994-2000
Pil Ektasi (+) sejak tahun 1998-2000
G. Riwayat Sosial
Pasien seorang pedagang, saat ini tinggal dengan orangtuanya. Sudah cerai
dengan istri pada tahun 2017.
15
H. Riwayat Pendidikan
Riwayat pendidikan terakhir pasien yaitu sebagai pelajar SMA
B. Status Generalisata
1. Kepala : Normocephali (+)
2. Leher : Distensi vena jugularis (-), pembesaran KGB (-)
3. Paru : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
16
C. Status Neurologi
1. GCS : E4V5M6
2. Tanda Rangsang Meningeal : (-)
3. Peningkatan TIK : (-)
4. Mata : pupil isokor (+/+),Ø3mm/3mm,
RCL (+/+), RCTL (+/+)
5. Motorik : Dalam batas normal
6. Sensibilitas : Dalam batas normal
7. Fungsi luhur : Dalam batas normal
8. Gangguan khusus : Tidak ditemukan
3.4 STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : Laki-laki rapi sesuai usia.
2. Kebersihan : Baik
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. Perilaku & Psikomotor : Normoaktif
5. Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif
4. Emosi lainya :-
C. Pembicaraan
Spontan
D. Pikiran
1. Arus pikir
Normal
2. Isi pikir
Waham (-)
1. Waham Paranoid
- Waham Persekutor : (-)
- Waham Kebesaran : (-)
- Waham Rujukan : (+)
Thought : (-)
Delusion : (-)
3. Proses pikir
Asosiasi Longgar : (-)
E. Persepsi
1. Halusinasi
Auditorik : (+)
Visual : (-)
Olfaktorius : (-)
Taktil : (-)
2. Ilusi : (-)
F. Intelektual : Kurang
G. Daya konsentrasi : Kurang
H. Orientasi
Waktu : Baik
Tempat : Baik
18
Orang : Baik
I. Daya ingat
Seketika : Baik
Jangka Pendek : Baik
Jangka Panjang : Baik
J. Judgment : Baik
K. Pikiran Abstrak : Kurang
L. Pengendalian Impuls : Kurang
M. Tilikan : T4
N. Taraf Kepercayaan : Tidak dapat dipercaya
3.5 RESUME
Tn. DS 40 tahun, bercerai. Riwayat penyakit keluarga disangkal, riwayat
penyakit sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Aceh. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70
mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, frekuensi napas 18x/menit, temperatur 36,9° C.
Pemeriksaan umum didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan status
mental, laki-laki rapi sesuai usia, kesadaran kompos mentis, aktifitas psikomotor
normoaktif, sikap terhadap pemeriksa kooperatif, mood eutimik, afek sesuai,
keserasian afek: appropriate afek, pembicaraan: arus normal dan spontan, isi
sesuai, pikiran: isi pikir terdapat waham rujukan, proses pikir Asosiasi longgar,
persepsi terdapat halusinasi auditorik, intelektual kurang, daya konsentrasi kurang,
orientasi: waktu/orang baik tempat baik, daya ingat: seketika/jangka
pendek/jangka panjang baik, judgment baik, pikiran abstrak kurang, pengendalian
impuls kurang. Pasien mengalami tilikan T4 karena merasa dirinya sakit dengan
taraf kepercayaan tidak dapat dipercaya.
3.9 TATALAKSANA
A. Farmakoterapi
1. Risperidon 2mg 2x1
2. Chlorpromazine 100mg 1x1 (Malam)
3. Diazepam 2mg 1x1 (Malam) K/P
4. Lodomer IM 5mg
B. Terapi Psikososial
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya dan menjelaskan
mengenai penggunaan obat yang tidak boleh putus.
2. Memotivasi untuk minum obat secara teratur
3. Memberitahukan kepada pasien jika ada suara-suara jangan
diperdulikan.
4. Mencoba mengalihkan pikiran-pikiran negatif dengan mengisinya
dengan kegiatan positif yang bermanfaat
5. Menjelaskan kepada keluarga & orang disekitar pasien mengenai
kondisi pasien dan meyakinkan mereka untuk selalu memberi dukungan
kepada pasien agar proses penyembuhannya lebih baik.
20
3.10 PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad Malam
BAB IV
PEMBAHASAN
21
22
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26