BADAN
SKENARIO 3
BLOK NEUROPSKIATRI
KELOMPOK 3
ANGGOTA :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmat-Nya
proses penyusunan makalah “Nyeri Ekstremitas” dengan kasus skenario 2 dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini, khususnya bagi tutor kami, bapak Conrad H.
Folamauk, S.K.M, M.Sc. yang telah membimbing kami dan member kami banyak saran
selama 2 kali pertemuan tutorial untuk membahas kasus dalam skenario 2.
Makalah ini disusun sebagai salah satu penilaian dalam pleno 2 Blok
Muskuloskeletal. Kami berharap materi nyeri ekstremitas yang disajikan dalam skenario 2 ini
dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan kepada teman-teman angkatan 2018
dan kepada semua orang yang menggunakan makalah ini sebagai bahan bacaan atau referensi
untuk mengetahui dan memahami dengan baik penanganan nyeri pada ekstremitas,
khususnya ekstremitas bawah.
Kami juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyajian
makalah ini. Oleh karena itu, kami berharap agar pembaca dapat mencari tambahan referensi
untuk menambah wawasan tentang materi yang berkaitan serta berbagai saran dan kritik yang
diberikan pembaca untuk penyempurnaan atau perbaikan makalah ini ke depan sangat kami
harapkan. Sekian dan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Organ yang Terkait
2.2 Mekanisme Nyeri pada Bokong yang Menjalar ke Posterolateral Paha, Tungkai
Bawah,
Dan tumit
2.3 Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Keluhan Pasien
2.4 Hubungan antara Aktivitas Fisik yang Dilakukan dengan Nyeri pada Bokong yang
Menjalar
2.5 Faktor yang Memperberat dan Memperingan Nyeri dalam Skenario
2.6 Diagnosa Banding yang Terkait dengan Skenario
2.7 Etiologi, Epiemiologi dan Patofisiologi Penyakit Terkait dengan Skenario
2.8 Penegakan Diagnosa
2.9 Penatalaksanaan
2.10 Upaya Preventif
2.11 Prognosis Penyakit yang Pasien Derita
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Skenario 2 :
Seorang laki-laki berumur 39 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan nyeri pada
bokong yang menjalar ke bagian posterolateral paha, tungkai bawah & tumit. Hal ini
dirasakan sejak 5 hari yang lalu setelah penderita mengangkat barang berat di kantor. Nyeri
ini bertambah berat bila penderita duduk dan berkurang bila penderita berdiri atau berjalan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunan sensoris pada sisi lateral tungkai bawah dan
kaki serta 3 jari lateral kaki kanan reflex Achilles juga menurun.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Otak
Korteks Serebri dan Area Asosiasi
Korteks Serebri dan Area Asosiasi Bagian fungsional korteks serebri adalah sebuah selaput
tipis yang mengandung neuron-neuron yang menutupi permukaan seluruh bagian serebrum yang
berbelit. Selaput ini memiliki tebal hanya 2-5 mm dimana jumlah total daerah ini kira-kira
seperempat meter persegi. Seluruh korteks serebri mengandung kira-kira 100 miliar neuron.
Gambar 1. Area fungsional korteks serebri manusia
Sumber: Sherwood, L.
Pada korteks serebri terdapat suatu area yang dinamakan area asosiasi dimana area-area
tersebut menerima dan menganalisis sinyal secara bersamaan dari berbagai dan menganalisis
sinyal secara bersamaan dari berbagai macam region, baik dari korteks motorik, sensorik, dan
struktur subkortikal. Area asosiasi yang paling penting yaitu:
A. Area asosiasi parieto-oksipitotemporal
A.1. Analisis terhadap keserasian spasial tubuh, area yang terus-menerus
melakukan analisis keserasian seluruh tubuh secara spasial ini dimulai di bagian
porsterior korteks parietalis dan meluas ke korteks oksipitalis superior.
A.2. Area pemahaman bahasa, disebut dengan area Wernicke yang terletak di
belakang korteks auditorik primer pada bagian posterior girus temporalis di lobus
temporalis.
A.3. Area untuk melakukan proses membaca, yaitu girus angularis yang mengartikan
kata-kata yang diterima secara visual yang akan diteruskan ke dalam area Wernicke.
A.4. Area penamaan objek, terletak di daerah paling lateral lobus oksipitaslis
anterior dan lobus temporalis posterior.
B. Area asosiasi prefrontal,
yang fungsinya yaitu untuk merencanakan pola yang kompleks dan berurutan dari gerakan
motorik. Selain itu, area asosiasi prefontal ini berfungsi penting untuk melakukan
proses berpikir dalam benak pikiran. Area ini penting dalam fungsi perluasan pikiran
dan dikatakan dapat menyimpan memori kerja.
C. Area asosiasi limbik, yaitu terletak di belahan anterior lobus temporalis, bagian ventral
lobus frontalis, dan di girus singulata di dalam fisura longitudinalis di permukaan
tengah setiap hemisferium serebri. Korteks limbik adalah bagian dari sistem limbik
yang menghasilkan banyak sekali pengaturan emosi untuk mengaktifkan area otak
lain ke dalam suatu aksi, dan bahkan menghasilkan pengaturan motivasi untuk
proses belajar itu sendiri.
Sistem Limbik
Sistem limbik adalah keseluruhan lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku
emosional dan dorongan motivasional yang terletak di area perbatasan antara korteks
serebri dan hipothalamus. Sistem limbik adalah suatu cincin struktur-struktur otak depan
yang mengelilingi batang otak yang terdiri dari bagian berikut: lobuslobus korteks serebri
(terutama korteks asosiasi limbik), nukleus basal, thalamus, dan hipothalamus. Anyaman
ini menjadi dasar fundamental neuralis terhadap aspek naluri, perlikau, motivasi, belajar,
dan fungsi ingatan.
Jaras dari sistem limbik atau Circuit of Papez ini yaitu:
Nukleus amygdale Fornix Corpusmamilaris traktus mamilothalamikus thalamus
(nucleus anterior) traktus thalamokortikalis gyrus cinguli cingulum
nukleus amygdala.
Secara sederhana, stimulus didapat dari dunia luar dengan berbagai bentuk
(pendengaran, penglihatan, perabaan) dan diperhalus di korteks asosiasi parietooksipitalis
(fungsi perseptuospasial). Informasi ini lalu dibawa menuju korteks asosiasi frontalis yang
memiliki peran dalam perencanaan. Pintu masuk informasi melalui sistem limbik dapat
melalui amygdala atau secara tidak langsung melewati formasi hipokampal, melalui area
entorhinal (suatu area di medial lobus temporal yang berfungsi sebagai penghubung di
antara jaringan memori dan navigasi yang luas). Informasi yang masuk ke formasi
hipokampal memungkinkan adanya kaitan dengan pengalaman-pengalaman terdahulu
karena formasi hipokampal penting dalam proses ingatan dan pembelajaran (ingatan
episodik).
Belajar adalah perolehan pengetahuan atau keterampilan sebagai konsekuensi
pengalaman, instruksi, atau keduanya. Penghargaan dan penghukuman adalah bagian
integral dari suatu proses pembelajaran. Apabila seekor hewan diberi hadiah karena
berespon terhadap stimulus tertentu, maka besar kemungkinan hewan ini untuk berespon
dengan cara yang sama terhadap stimulus yang sama sebagai konsekuensi dari
pengalaman ini. Sebaliknya, bila hewan ini diberi hukuman atas responnya maka kecil
kemungkinan hewan tersebut untuk mengulang respon yang sama pada stimulus yang
sama. Oleh karena itu, belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi akibat dari
pengalaman dimana hal ini bergantung pada interaksi organisme dengan lingkungannya.
Hanyalah keterbatasan biologis yang ditimbulkan oleh kemampuan genetiklah yang
membatasi pengaruh lingkungan pada belajar.
Ingatan atau memori adalah penyimpanan pengetahuan yang didapat untuk dapat
diingat kemudian. Belajar dan mengingat adalah dasar bagi individu untuk beradaptasi
dengan lingkungan eksternal tertentu. Perubahan-perubahan saraf yang berperan dalam
penyimpanan ingatan disebut dengan jejak ingatan. Sedangkan proses pemindahan dan
fiksasi jejak ingatan jangka pendek menjadi simpanan ingatan jangka panjang disebut
dengan konsolidasi, dimana apabila seseorang mempelajari suatu hal yang baru maka
akan terbentuk jejak ingatan atau jalur saraf yang baru pula dalam otak.
Otak, terdiri dari otak besar yang disebut cerebrum, otak kecil disebut
cerebellum dan batang otak disebut brainstem. Beberapa karateristik khas Otak
orang dewasa yaitu mempunyai berat lebih kurang 2% dari berat badan dan
mendapat sirkulasi darah sebenyak 20% dari cardiac out put serta membutuhkan
otak relatif konstan, hal ini disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan
proses yang terus menerus tanpa periode istirahat yang berarti. Bila kadar
oksigen dan glukosa kurang dalam jaringan otak maka metabolisme menjadi
cerebrum terbagi menjadi bagian korteks yang disebut korteks cerebri dan sub
korteks yang disebut struktur subkortikal. Korteks cerebri terdiri atas korteks
9
sensorik yang berfungsi untuk mengenal ,interpretasi impuls sensosrik yang
memori sebagai hasil rangsang sensorik selama manusia hidup. Korteks motorik
mengkoordinasi gerakan dasar, gerakan halus atau gerakan trampil dan sikap
tubuh.
c. Hipotalamus; pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem saraf otonom dan terlibat
dalam pengolahan perilaku insting seperti makan, minum, seks dan motivasi
d. Hipofise
Bersama dengan hipothalamus mengatur kegiatan sebagian besar kelenjar
endokrin dalam sintesa dan pelepasan hormon.
Cerebrum terdiri dari dua belahan yang disebut hemispherium cerebri dan
menjadi hemisper kanan dan kiri. Hemisper kanan dan kiri ini dihubungkan oleh
bangunan yang disebut corpus callosum. Hemisper cerebri dibagi menjadi lobus-
bagian depannya terdapat batang otak. Berat cerebellum sekitar 150 gr atau 8-
hemisper cerebelli kanan dan kiri yang dipisahkan oleh vermis. Fungsi
Batang Otak atau Brainstern terdiri atas diencephalon, mid brain, pons
dan medula oblongata. Merupakan tempat berbagai macam pusat vital seperti
pusat pernafasan, pusat vasomotor, pusat pengatur kegiatan jantung dan pusat
b. Medula Spinalis
segmen yang setiap segmennya terdiri dari satu pasang saraf spinal. Dari medula
spinalis bagian cervical keluar 8 pasang , dari bagian thorakal 12 pasang, dari
bagian lumbal 5 pasang dan dari bagian sakral 5 pasang serta dari coxigeus
terbungkus oleh selaput meninges yang berfungsi melindungi saraf spinal dari
substansia grissea dan substansia alba. Substansia grisea ini mengelilingi canalis
ventralis. Massa grisea dikelilingi oleh substansia alba atau badan putih yang
berisi berkas-berkas saraf yang membawa impuls sensorik dari SST menuju SSP
dan impuls motorik dari SSP menuju SST. Substansia grisea berfungsi sebagai
spinalis terdapat jaras saraf yang berjalan dari medula spinalis menuju otak yang
disebut sebagai jaras acenden dan dari otak menuju medula spinalis yang disebut
berfungsi membawa impuls sensorik dari sistem tepi saraf tepi ke otak dan
impuls motorik dari otak ke saraf tepi. Substansia grisea berfungsi sebagai pusat
berjalan menyilang garis tenga. ImPuls sensorik dari tubuh sisi kiri akan
dihantarkan ke otak sisi kanan dan sebaliknya. Demikian juga dengan impuls
motorik. Seluruh impuls motorik dari otak yang dihantarkan ke saraf tepi
dari korteks motorik serebri atau batang otak yang seluruhnya (dengan serat
saraf-sarafnya ada di dalam sistem saraf pusat. Lower motor neuron (LMN)
adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari sistem saraf pusat tetapi serat-
serat sarafnya keluar dari sistem saraf pusat dan membentuk sistem saraf tepi
otot yang 'lemas', ketegangan otot (tonus) rendah dan sukar untuk merangsang
medial, dibatang otak akan saling menyilang. Sedangkan UMN bagian Internal
tetap berjalan pada sisi yang sama sampai berkas lateral ini tiba di medula
motorik otot rangka akan menyilang, sehingga kerusakan UMN diatas batang
- Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu dikornu motorik atau kornu ventralis.
- Aferen: sel saraf yang mengantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat (ke
pusat refleks)
- Pusat refleks : area di sistem saraf pusat (di medula spinalis: substansia grisea), tempat
terjadinya sinap (hubungan antara neuron dengan neuron dimana terjadi pemindahan
/penerusan impuls)
- Eferen: sel saraf yang membawa impuls dari pusat refleks ke sel efektor. Bila sel
efektornya berupa otot, maka eferen disebut juga neuron motorik (sel saraf
/penggerak)
- Efektor: sel tubuh yang memberikan jawaban terakhir sebagai jawaban refleks. Dapat
berupa sel otot (otot jantung, otot polos atau otot rangka), sel kelenjar
PATOMEKANISME
ETIOLOGI
Etiologi nyeri kepala : Psikis (reaksi tubuh terhadap stress, kecemasan, depresi, konflik
emosional) dan fisik (posisi kepala yang menetap, kurang tidur, kesalahan pada posisi tidur,
kelelahan).
Hemiparese adalah kelemahan otot-otot lengan dan tungkai pada satu sisi. Hemiparase
yang terjadi memberikan gambaran bahwa adanya kelainan atau lesi sepanjang traktus
piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan
Kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak bisa disebabkan oleh gangguan pada UMN (
upper motor neurons) dan LMN (lower motor neurons )
Perbedaannya adalah:
jika kelumpuhan pada UMN kelumpuhan bersifat spastik ( kaku)
jika pada LMN kelumpuhan bersifat flaksid (lemas)
Pada kelumpuhan lower motor neuron (LMN) tidak menunjukkan reflek
patologissedangkan pada kelumpuhan Upper Motor Neuron menunjukkan refleks patologis
6. DD
16 Makalah Tutorial Kelompok 3 Nyeri Separuh Badan
Abses Cerebri
Epidemiologi
Secara global, absesotaklebihseringditemukanpadalaki-lakidibandingkanperempuan
(rasio 2-3:1). Angkamorbiditastertinggiadalahpadakelompokusia>40 tahun.
Insidensiabsesotakadalah 8% dariseluruhkasusmassaintrakranial di
negaraberkembangdan 1-2% di negarabarat.
Prevalensiabsesotaktertinggiditemukanpadalaki-lakidewasamuda<30 tahun, anakusia 4-
7 tahun, danneonatus.
Di Amerika Serikat, prevalensiabsesotakpadapasien yang menderita AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) termasukcukuptinggi, sekitar 1.500-2.500 kasus per
tahun. Kasusabsesotak fungal
ditemukanmeningkatakibatpenggunaanantibiotikspektrumluasdanobatimunosupresan.
Data epidemiologi di Taiwan
menunjukkaninsidensiabsesotaktertinggiditemukanpadakelompokusia 40-44 tahun.
Insidensiabsesotak yang didapatkanadalah 1,88 per 100.000 penduduk.
Angkainimeningkatseiringdenganpertambahanusiayakni 0,58 per 100.000
pendudukkelompokusia 0-14 tahundan 4,67 per 100.000 pendudukkelompokusia>60
tahun
Patofisiologi
1. Fokus infeksi terdekat (kontigus)
Abses serebri dapat timbul sebagai komplikasi dari otitis dan
sinusitis.Penjalaran intracranial secara langsung lebih sering berhubungan dengan
infeksi telinga yang kronis dibandingkan dengan sinusitis. Risiko pasien pertahun
dengan otitis media berkembang menjadi abses serebri adalah 1:10.000, dengan
dominasi pria dan insidennya meningkat pada anak-anak usia dini dan pertengahan.
Mekanisme yang memungkinkan adalah melalui penyebaran flebitis dari tulang
petrosum ke otak melalui sinus petrosum superior dan inferior yang menjalar ke otak
melalui perjalanan bakteri yang menempel pada katup vena-vena emissari dan
memungkinkan aliran secara langsung maupun retrograd ke dalam sistem drainase
vena pada otak.Abses yang terbentuk biasanya pada lobus temporal atau serebelum,
namun jarang pada kedua lokasi sekaligus.Infeksi sinus, khususnya yang berasal dari
sinus frontal dapat membentuk abses pada lobus frontal.Pada anak-anak dan dewasa
muda, komplikasi intrakranial mengikuti sinusitis akut, sedangkan pada populasi
dewasa sering terjadi pada sinusitis kronik.Perluasan intrakranial dari sinus paranasal
juga banyak terjadi melalui infeksi vena, terutama pada inflamasi kronik
eksaserbasiakut.Tromboflebitis yang berasal dari mukosa vena secara progresif
melibatkan vena emisari padatengkorak, sinus venosus dura, vena subdural, pada
akhirnya mencapai vena-vena serebral.Komplikasi intrakranial juga dapat
berkembang melalui abses periapikal insisivus atas melalui penyebaran hematogen
atau melalui sinusitis maksilaris sekunder.Osteomielitis, infeksi pada wajah,
kelainan pada gigi juga dapat menjadi sumber dari penyebaran.Pada beberapa studi,
Metastasis ke otak dari sumber ekstrakranial yang jauh masih merupakan rute
infeksi yang penting, mikroba-mikroba dalam hal ini cukup bervariasi dan
tergantung pada sumber bacteremia.Penyebaran infeksi kontigus ke otak sebelumnya
diketahui melalui sistem vena, sedangkan penyebaran secara hematogen ke otak
melalui sistem arterial.Pada anak–anak, penyakit jantung sianotik adalah penyebab
utamanya dengan tetralogi Fallot dan transposisi pembuluh darah besar terdapat pada
sebagian besar kasus.Pasien dengan infeksi paru–paru, juga rentan untuk
berkembang abses serebri, sedangkan endokarditis bakterialis dan kondisi sepsis
umum mempunyai insiden yang rendah dalam pembentukan abses serebri.
Etiologi
Sebagian besar abses otak berasal langsung dari penyebaran infeksi telinga tengah&
sinusitis. Sinusitis frontal dapat menyebabkan abses di bagian anterior atau inferior
lobus frontalis. Sinusitis sphenoidalis dapat menyebakan abses pada lobus frontalis
atau temporalis. Sinusitis maxillaris dapat menyebabkan abses pada lobus
temporalis. Sinusitis ethmoidalis dapat menyebabkan abses pada lobus frontalis.
Infeksi pada telinga tengah dapat pula menyebar ke lobus temporalis.
Abses otak dapat timbul akibat penyebaran secara hematogen dari infeksi paru
sistemik (empyema, abses paru, bronkiektas, pneumonia), endokarditis bakterial
akut dan subakut dan pada penyakit jantung bawaan Tetralogi Fallot (abses
multiple, lokasi pada substansi putih dan abu dari jaringan otak).
Penyebab abses yang jarang dijumpai, osteomyelitis tengkorak, sellulitis, erysipelas
wajah, abses tonsil, pustule kulit, luka tembus pada tengkorak kepala, infeksi gigi,
septikemia.
Infeksi mikroorganisme penyebab abses serebri antara lain :
Bakteri
- bakteri aerob (golongan streptokokus, stafilokokus, pneumokokus,enterobacter,
dan Haemophillus sp)
- bakteri anaerob (Bacteroides sp, Fusobacterium sp, dan Actinomises sp)
Jamur : Candida albicans, Aspergillus sp, Cryptococcus neoformans,Histoplasma
capsulatum dan Blastomises sp
Parasit : Toxoplasma gondii.Schistosomiasis, Amoeba
Gejala Khas
GBS
Epidemiologi
- Insiden GBS di seluruh dunia 1 - 4 / 100.000 penduduk / tahun
o Sebesar 25% mengalami gagal nafas ventilator
o Angka mortalitas sekitar 4-15%
o Sebesar 20% mengalami sekuele (gejala sisa) berat
o Sejumlah 67% memiliki kelemahan menetap
- Kerugian sisi finansial (berdasarkan data di USA):
o Anggaran biaya perawatan GBS 110.000 US$ ~ Rp. 1,65 M
o Hilangnya produktivitas kerja akibat GBS / pasien: 360.000 US$
- GBS dapat menyerang semua kelompok usia, ras & jenis kelamin
o Rasio pria:wanita = 1,5:1
o Kelompok usia terbanyak: 30-50 tahun
Patofisiologi
Terdapat sejumlah teori yang menjelaskan terjadinya GBS, dimana sistem
imun tiba-tiba menyerang saraf, namun teori yang paling sering adalah adanya
organisme (misalnya virus atau bakteri) mengubah keadaan alamiah sel-sel sistem
saraf, sehingga sistem imun mengenalinya sebagai sel-sel asing. Pada GBS terbentuk
antibodi atau immunoglobulin (Ig) sebagai reaksi terhadap adanya antigen atau
partikel asing dalam tubuh seperti bakteri maupun virus. Antibodi yang bersirkulasi
dalam darah ini akan mencapai myelin dan merusaknya, dengan bantuan sel-sel
leukosit sehingga terjadi inflamasi pada saraf. Sel-sel inflamasi ini akan
(gambar 2). Dengan merusaknya, produksi myelin akan berkurang, sementara pada
waktu yang bersamaan, myelin yang ada dirusak oleh antibodi tubuh. Seiring dengan
serangan yang berlanjut jaringan saraf perifer akan hancur secara bertahap.
sementara pada saraf perifer dan timbulah gangguan sensorik, kelemahan yang
bersifat progresisf ataupun paralisis akut. Karena itulah GBS dikenal sebagai
Etiologi
Beberapapenelitianmengungkapbahwapenyebabterseringdariinfeksipencetusmunculn
ya GBS adalah campylobacter jejuni. Studiserologi di Belandamenunjukanbahwa 32%
pasienpenderita GBS pernahmengalamiinfeksi C. Jejunisebelumnya, sedangkanstudi di
China menunjukanangkainfeksi C. jejunimencapai 60% daripenderita GBS. Infeksi
Cytomegalovirus (CMV) dketahuipenyebabseringkeduadaei GBS.
Penyebabinfeksipencetus GBS yang signifikannamunjarangditemukanantara lain
infeksi oleh Epstein _ barr virus, Varicella Zoster Virus, Mycoplasma pneumonia dan
Haemophilus influenza.
Gejala Khas
1. Gejala Motorik
- Merupakan gejala utama sindrom GBS
- Bilateral simetris, onset bagian distal progresif ke arah
proksimal
2. Gejala Sensorik
Stroke
Epidemiologi
Stroke penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung koroner dan kanker
baik di negara maju maupun negara berkembang. Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke
(American Heart Association, 2014; Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta orang terserang
stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen
(Stroke forum, 2015). Stroke merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat dicegah (Ralph
et all, 2013).
Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memperlihatkan bahwa stroke
merupakan penyebab kematian nomor satu pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Menurut
Yayasan Stroke Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500.000 penduduk mengalami serangan
stroke dan 25% di antaranya (125.000 penduduk) meninggal, sisanya mengalami cacat ringan
maupun berat. Di Indonesia, kecenderungan prevalensi stroke per 1000 orang mencapai 12,1
dan setiap 7 orang yang meninggal, 1 diantaranya terkena stroke (Depkes, 2013).
Pada suatu survei di RS Vermont, stroke pada usia muda merupakan 8,5% dari seluruh
pasien rawat; stroke perdarahan intraserebral didapatkan pada 41% pasien, dengan penyebab
tersering adalah aneurisma, AVM (arteriovenous malformation), hipertensi, dan tumor.
Perdarahan subaraknoid didapatkan pada 17% pasien, dan stroke iskemik terjadi pada 42%
pasien. Angka kejadian stroke iskemik pada usia di bawah 45 tahun hanya sekitar 5% dari
seluruh kejadian dari stroke iskemik (Primara & Amalia, 2015).
Patofisiologi
Keadaan normal aliran darah otak dipertahankan oleh suatu mekanisme
otoregulasi kuang lebih 58 ml/100 gr/menit dan dominan pada daerah abu-abu,
dengan mean arterial blood presure (MABP) antara 50-160 mmHg. Mekanisme ini
gagal bila terjadi perubahan tekanan yang berlebihan dan cepat atau pada stroke
fase akut. Jika MABP kurang dari 50 mmHg akan terjadi iskemia sedang, jika lebih dari
160 mmHg akan terjadi gangguan sawar darah otak dan terjadi edema serebri atau
ensefalopati hipertensif. Selain itu terdapat mekanisme otoregulasi yag peka
terhadap perubahan kadar oksigen dan karbondioksida. Kenaikan kadar
Gejala Khas
Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda dan bervariasi,
tergantung pada daerah otak mana yang terganggu. Beberapa tanda dan gejala
stroke akut berupa :
a) Terasa semutan/seperti terbakar
b) Lumpuh/kelemahan separuh badan kanan/kiri (Hemiparesis)
c) Kesulitan menelan, sering tersedak
d) Mulut mencong dan sulit untuk bicara
e) Suara pelo, cadel (Disartia)
f) Bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan memahami (Afasia)
g) Kepala pusing atau sakit kepala secara mendadak tanpa diketahui sebabnya
h) Gangguan penglihatan
i) Gerakan tidak terkontrol
j) Bingung/konfulsi, delirium, letargi, stupor atau koma
Tumor otak
Epidemiologi
Patofisiologi
Patofisiologi tumor otak dimulai dari instabilitas genetik sel. Setelah itu terjadi
angiogenesis, metastasis, dan akhirnya dapat menimbulkan edema otak dan peningkatan
intrakranial.
Instabilitas Genetik Sel
Perubahan yang terjadi antara lain aktivasi gen yang berperan dalam proliferasi sel dan
terganggunya fungsi gen yang mengendalikan stabilitas genetik.
Etiologi
• Herediter Sindrom herediter seperti von Recklinghausen’s Disease, tuberous
sclerosis, retinoblastoma, multiple endocrine neoplasma bisa meningkatkan
resiko tumor otak. Gen yang terlibat bisa dibahagikan pada dua kelas iaitu tumor
–suppressor genes dan oncogens. Selain itu, sindroma seperti Turcot dapat
menimbulkan kecenderungan genetik untuk glioma tetapi hanya 2%. ( Mehta,
2011)
• Radiasi Radiasi jenis ionizing radiation bisa menyebabkan tumor otak jenis
neuroepithelial tumors, meningiomas dan nerve sheath tumors. Selain itu,
paparan therhadap sinar X juga dapat meningkatkan risiko tumor otak.( Keating,
2001)
• Substansi-substansi Karsinogenik Penyelidikan tentang substansi karsinogen
sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang
karsinogenik seperti nitrosamides dan nitrosoureas yang bisa menyebabkan
tumor system saraf pusat ( Petrovich, et al., 2003., Mardjono, 2000)
• Virus Infeksi virus juga dipercayai bisa menyebabkan tumor otak. Contohnya,
virus Epseien-barr. (Kauffman, 2007) Universitas Sumatera Utara
• Gaya Hidup penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan
yang diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan
peningkatan risiko tumor otak. Di samping itu, risiko tumor otak menurun ketika
individu makan lebih banyak buah dan sayuran. (Stark-Vance, et al., 2011)
Meningitis
Epidemiologi
Insiden meningitis bervariasi sesuai dengan agen etiologi tertentu, serta dalam
hubungannya dengan sumber daya medis bangsa. Insiden ini diduga lebih tinggi di
negara berkembang karena kurang akses ke layanan preventif, seperti vaksinasi. Di
negara ini, kejadian telah dilaporkan 10 kali lebih tinggi daripada di negara
maju.Meningitis mempengaruhi orang dari semua ras. Di Amerika Serikat, orang kulit
hitam memiliki tingkat yang lebih tinggi dilaporkan dari meningitis daripada orang kulit
putih dan orang Hispanik.Epidemiologi meningitis bakteri Dengan hampir 4100 kasus
dan 500 kematian yang terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, meningitis bakteri
terus menjadi sumber yang signifikan dari morbiditas dan mortalitas. Insiden tahunan
di Amerika Serikat adalah 1,33 kasus per 100.000 populasi.
Patofisiologi
Infeksi bakteri dapat mencapai selaput otak melalui aliran darah
(hematogen) atau perluasan langsung dari infeksi yang disebabkan oleh infeksi
dari sinus paranasalis, mastoid, abses otak dan sinus kavernosus. Bakteri
penyebab meningitis pada umumnya berkolonisasi di saluran pernapasan bagian
atas dengan melekatkan diri pada epitel mukosa nasofaring host. Selanjutnya
setelah terhindar dari sistem komplemen host dan berhasil menginvasi ke dalam
ruang intravaskular, bakteri kemudian melewati SDO dan masuk ke dalam CSS
lalu memperbanyak diri karena mekanisme pertahanan CSS yang rendah. Dalam
Etiologi
Penyebab meningitis secara umum adalah bakteri dan virus. Meningitis
purulenta paling sering disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus dan
Haemophilus influenzae sedangkan meningitis serosa disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa dan virus. 3 Bakteri Pneumococcus adalah salah
satu penyebab meningitis terparah. Sebanyak 20-30 % pasien meninggal akibat
meningitis hanya dalam waktu 24 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan
orang lanjut usia.5
Meningitis Meningococcus yang sering mewabah di kalangan jemaah haji
dan dapat menyebabkan karier disebabkan oleh Neisseria meningitidis serogrup
A,B,C,X,Y,Z dan W 135. Grup A,B dan C sebagai penyebab 90% dari
penderita. Di Eropa dan Amerika Latin, grup B dan C sebagai penyebab utama
sedangkan di Afrika dan Asia penyebabnya adalah grup A.17 Wabah meningitis
Meningococcus yang terjadi di Arab Saudi selama ibadah haji tahun 2000
menunjukkan bahwa 64% merupakan serogroup W135 dan 36% serogroup A.
Hal ini merupakan wabah meningitis Meningococcus terbesar pertama di dunia
yang disebabkan oleh bakteri.
Gejala Khas
1. Demam
2. Nyeri kepala hebat
3. Kaku kuduk
4. Mual dan muntah
5. Bingung
6. papil edema
7. kejang
Penatalaksanaanabsesotakbertujuanuntukmenurunkanefekdesakruang,
peningkatanintrakranial, sertamengurangiinfeksi yang
terjadi.Penatalaksanaanabsesotakmeliputikombinasipemberianmedikamentosadanpembe
dahan.Penatalaksanaanterhadapfokusinfeksi primer abses di luarotaksepertisinusitis,
otitis media, dankariesgigi juga perludilakukankemudian.
Medikamentosa
Medikamentosaabsesotakmeliputipemberianantimikrobaberupaantibiotik, antifungal,
atauantiprotozoa.Medikamentosadapatdiberikanterlebihdahulupadaabses yang
lokasinyadalam, ukuran<2 cm, atauabsesotak yang disertaigejala meningitis.
Antibiotikmerupakanterapilinipertama yang
diberikanpadapasienabsesotak.Prinsippemberianantibiotikadalahsecaraintravena,
spektrumluas, dandosistinggi.Antibiotikempirisuntukabsesotakadalahcefotaximeatau
ceftriaxone + metronidazole.Terapialternatifnyaadalahmeropenemdenganatautanpa
vancomycin.
Pasienabsesotakdenganinfeksihuman immunodeficiency virus (HIV) dapatdiberikan
cefotaxime atauceftriaxone + metronidazole + pyrimethamine + sulfadiazine.Bisa juga
ditambahkandengan regimen obatantituberkulosis (rifampicin, isoniazid, pirazinamid,
ethambutol)
bilaterbuktiadainfeksituberkulosis.Pasienabsesotakdenganriwayattransplantasidapatdiberi
kan cefotaxime atau ceftriaxone + metronidazole + voriconazole + trimethoprim-
sulfamethoxazole atau sulfadiazine.
Rekomendasi regimen
antimikrobaberdasarkandarimikroorganismepenyebababsesadalahsebagaiberikut:
Bakteri gram positif (misalnyaStreptococcus): sefalosporingenerasi III (cefotaxime,
ceftriaxone) atau penicillin G
Staphylococcus aureusdanStaphylococcus epidermis (inokulasilangsung): vancomycin,
linezolid
Infeksijamur (misalnya Candida, Cryptococcus): amfoterisin B
Aspergillus, Pseudallescheriaboydii: voriconazole
Toxoplasma gondii: pyrimethaminedan sulfadiazine
Berikutinirangkumanantimikrobadandosis yang
dianjurkanuntukpenatalaksanaanabsesotak.
Tabel 1.AntimikrobauntukPenatalaksanaanAbsesOtak
Obat Dosis&RutePemberian
Cefotaxime 2 gram intravena (IV) tiap 4-6 jam
Ceftriaxone 2 gram IV setiap 12 jam
Ceftazidime 2 gram IV setiap 8 jam
Vancomycin
15 mg/ kgBB IV setiap 8-12 jam
Sulfadiazine
1-1,5 gram per oral setiap 6 jam
Rifampicin
600 mg per oral tiap 24 jam
8. PROGNOSIS DK
Prognosis pasien abses otak membaik setelah perkembangan teknologi pencitraan dan
antimikroba. Mortalitas mencapai separuh dari kasus apabila penatalaksanaan baru diberikan saat pasien
sudah mengalami penurunan kesadaran atau koma
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA