Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap karya seni tentunya mempunyai berbagai macam latar belakang dibaliknya.
Latar belakang ini berupa berbagai macam hal dan tentunya memiliki pengaruh terhadap
proses dan juga karya yang diciptakan sang seniman. Dari sekian banyak hal, salah satu
yang mempunyai pengaruh paling besar adalah psikologi dan mental dari seniman
tersebut. Ditinjau dari kebahasaannya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Psikologi merupakan sebuah bidang keilmuan yang mempelajari tentang perilaku, fungsi,
dan proses mental manusia. Lalu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mental
merupakan suatu hal yang berkaitan dengan watak atau batin manusia.

Kata “seni” berasal dari kata “Sani” yang berarti pemujaan, pelayanan, donasi,
permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur. Menurut KBBI, seni merupakan
suatu karya yang diciptakan dengan keahlian luarbiasa. Dalam Bahasa Belanda, kata
‘seni” berasal dari kata “Genie” atau Jenius. Kedua asal kata ini memberi gambaran yang
jelas tentang aktivitas apa yang sekarang ini dibawakan oleh istilah tersebut. Artinya
yaitu pemujaan atau dedikasi, pelayanan ataupun donasi yang dilaksanakan dengan
hormat dan jujur, yang untuk melakukannya diperlukan bakat dan kejeniusan. Sedangkan
dalam Bahasa Jawa dikenal dengan istilah “Kagunan” – sesuatu produk kegiatan yang
menggambarkan kehalusan jiwa manusia yang indah-indah. Umumnya tekanan produk
“kagunan” ini pada kerumitan dalam pengerjaannya, seperti tatahan wayang kulit, atau
batik tulis yang halus. Berkaitan dengan istilah “kagunan”, dalam bahasa Sansekerta
terdapat istilah “çilpa”. Sebagai kata sifat, “çilpa” berarti Berwarna, kata jadiannya
disebut “su-çilpa” berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihias yang
indah. Sedangkan orang yang ahli membuatnya(seniman) disebut “çilpin”. Sebagai kata
benda, ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam
kekriyaan yang artistik. Dalam konteks zaman itu: Konsep Seni adalah Ekspresi
keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Dalam Bahasa Latin pada Abad
Pertengahan terdapat istilah “ars”, “artes” dan “artista” “Ars” adalah teknik atau
craftmanship, ketangkasan, kemahiran dalam mengerjakan segala sesuatu.
1
“Kesenian adalah jiwa ketok. Jadi kesenian adalah jiwa”, begitu menurut S.
Sudjojono, bapak seni rupa modern Indonesia. Jika kita renungkan kembali apa kata
Sudjojono, sebuah karya seni memiliki kemampuan atau potensi untuk menunjukan
kondisi internal sang seniman. Kondisi internal yang penulis maksud ini merupakan
kondisi jiwa atau psikis sang seniman dan juga soal apa saja yang terjadi dalam
kehidupan sang seniman.

Sebagai seorang mahasiswa seni rupa, penulis seringkali melakukan diskusi


dengan kawan-kawan sesama mahasiswa seni rupa mengenai masalah karya yang sedang
atau akan kami buat maupun karya seniman lain. Dalam setiap diskusi, kami sering kali
bertanya seperti, “kenapa kamu bikin itu?”, “kenapa gayanya begitu?”, dan pertanyaan-
pertanyaan sejenisnya. Pertanyaan ini justru tidak hanya bisa mengantarkan kita pada
latar belakang dari karya tapi juga sekaligus senimannya. Bahkan terkadang seniman pun
bisa tidak sepenuhnya menyadari soal karya yang dia buat karena dalam proses berkarya
alam bawah sadar pun ikut terlibat dan melalui pertanyaan ini sang seniman pun
tersadarkan dan mulai menggali informasi soal dirinya sendiri. Dari sini, menurut penulis
ada semacam keterkaitan antara psikis, kreativitas, dan karya seni sesorang.
Sebagaimana yang tertera pada Rowland (2008:66), “art as an expression of creativity,
and creativity to be informed by the psyche and nourished by the imagination. For Jung
also psyche, imagination and art are linked.” Dari kutipan diatas dapat disimpulkan
bahwa seni adalah bentuk kreatifitas yang disampaikan melalui psikis dan dijaga oleh
imajinasi. Hal ini pun sudah diungkapkan oleh penemu psikologi analitik, Carl Jung.

Menurut Maclagan (2001:82) , karya seni dapat dijadikan sebagai suatu studi
psikoanalisis karena dalam karya seni pengalaman dan fantasi seniman , secara tidak
sadar, dikonstruksi ulang dan tersimpan dalam sebuah karya sehingga bila digali dengan
metode hermeneutic dapat ditemukan banyak motif-motif alam bawah sadar yang
ditemukan dalam karya seni. Selain itu, masih pada Menurut Maclagan (2001:82), Freud
yakin bahwa sebuah karya yang memiliki ilustrasi merupakan suatu media komunikasi
meskipun di tingkatan yang lebih rendah dari bahasa. Karya dengan ilustrasi yang tidak
nyata dan berupa mimpi sendiri menyampaikan sesuatu yang membingungkan karena
terbentuk oleh sesuatu yang tidak bisa diungkapkan secara verbal.

2
Dari apa yang penulis kutip di atas maka hal ini sama seperti apa yang dilakukan
oleh para seniman besar yang muncul pada awal dari era seni rupa modern Indonesia,
seperti Sudjojono dan Affandi. Menurut Sumardjo (2009:68), Sudjojono berpendapat
bahwa seni adalah isi jiwa, dan menurut Affandi, seni adalah keindahan perasaan(batin).
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti pengaruh dari mental terhadap sebuah
karya seni.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mental seseorang memberikan pengaruh terhadap karya seni?


2. Apa saja yang menjadi indikasi munculnya watak seseorang pada karya
seni?
3. Dampak apa yang muncul dari mental seseorang terhadap karya seni yang
diciptakannya?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Bagaimana mental seseorang memberikan pengaruh


terhadap karya seni.
2. Untuk mengetahui indikasi munculnya watak seseorang pada karya seni.
3. Untuk mengetahui dampak yang muncul dari mental seseorang terhadap
karya seni yang diciptakannya.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penyusunan penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu


pengetahuan bagi para pembaca, meningkatkan kemampuan berpikir dalam
memahami dan mempelajari suatu karya seni dan latar belakang yang ada
didalamnya melalui ilmu psikologi.

2. Secara Praktis

3
Penyusunan penelitian ini dapat berguna bagi pembaca dan mahasiswa
seni dan budaya untuk memahami dan mempelajari suatu karya seni nilai-nilai
psikologis yang terkandung di dalamnya.

4
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Maclagan, David. (2001), Psychological Aesthetic. London: Jessica Kingsley Publishers


Rowland, Susan. (2008), Psyche and The Arts. East Sussex: Routledge
Sumardjo, Jakob. (2009), Asal-usul Seni Rupa Modern Indonesia. Bandung: Kelir.
.

B. Internet
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
Diakses pada 27 Desember 2019 pukul 13.46 WIB.
https://dosenpsikologi.com/hubungan-psikologi-dengan-seni
Diakses pada 27 Desember 2019 pukul 13.46 WIB.
https:// http://kabehart.blogspot.com/2015/06/istilah-seni-dalam-bebagai-bahasa.html
Diakses pada 27 Desember 2019 pukul 12.13 WIB.

Anda mungkin juga menyukai