Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Air

Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan

oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus

dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia

serta makhluk hidup lainnya (Angraeni dkk, 2014).

Air merupakan unsur utama bagi kehidupan. Air harus

diperlakukan sebagai bahan yang sangat bernilai, dimanfaatkan

secara bijak, dan dijaga terhadap pencemaran. Namun kenyataannya

tidak jarang air dihamburkan, dicemari, dan disia-siakan. Akibat dari

perlakuan tersebut hampir seluruh penduduk di dunia, khususnya di

negara-negara berkembang, menderita berbagai penyakit yang

disebabkan oleh kekurangan air, atau air yang tercemar (Sidi dkk,

2014).

Salah satu proses yang dapat dilakukan untuk pengolahan air

baku menjadi air bersih adalah proses koagulasi-flokulasi. Koagulasi

dan flokulasi merupakan suatu proses penambahan senyawa kimia

yang bertujuan untuk membentuk flok atau menggabungkan partikel

yang sulit mengendap dengan partikel lainnya sehingga memiliki

kecepatan mengendap yang lebih cepat. Flok yang terbentuk akan

disisihkan dengan cara sedimentasi, jenis koagulan yang umum

dipakai pada proses pengolahan air di industri adalah aluminium sulfat

8
9

atau tawas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menyatakan

bahwa penambahan tawas sebanyak 20 mg/l mampu menurunkan

turbuditas sebesar 93,44%, kadar warna sebesar 87,55%. Salah satu

alaternatif yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan

koagulan alamiah seperti biji kelor yang lebih ekonomis dibandingkan

dengan menggunakan tawas. menyatakan bahwa penggunaan serbuk

biji kelor lebih ekonomis dibanding tawas, karena tanaman kelor dapat

dibudidayakan. Penambahan biji kelor halus sebanyak 500 mg/l

mampu menurunkan turbiditas sebesar 95,39% serta kadar warna

sebesar 75,07% (Sidi dkk, 2104).

Manfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia juga

dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia,

apabila kualitasnya tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Air yang

digunakan untuk kebutuhan manusia sebagai air minum atau

keperluan sehari-hari haruslah memenuhi syarat kesehatan antara lain

bebas dari kuman penyebab penyakit atau tidak mengandung bahan

beracun (Depkes RI, 1990).

Pencemaran air adalah perubahan langsung atau tidak

langsung terhadap keadaan air yang berbahaya atau berpotensi

menyebabkan penyakit atau gangguan bagi kehidupan makhluk

hidup. Perubahan ini dapat berupa perubahan fisik, kimia, termal,

biologi, atau radioaktif (Permenkes RI, 1990).


10

Berdasarkan Permenkes RI (1990) Pemanfaatan air untuk

berbagai keperluan adalah:

1. Untuk keperluan air minum.

2. Untuk kebutuhan rumah tangga I (cuci pakaian, cuci alat dapur,

dan lain-lain).

3. Untuk kebutuhan rumah tangga II (gelontor, siram-siram

halaman).

4. Untuk konservasi sumber baku PAM.

5. Taman rekreasi (tempat-tempat pemandian, tempat cuci tangan).

6. Pusat perbelanjaan (khususnya untuk kebutuhan yang dikaitkan

dengan proses kegiatan bahan-bahan atau minuman, WC dan

lain-lain).

7. Perindustrian I (untuk bahan baku yang langsung dikaitkan dalam

proses membuat makanan, minuman seperti the botol, coca cola,

perusahaan roti dan lain-lain).

8. Pertanian atau irigasi.

9. Perikanan.

10. Lain-lain.

Air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan

murni. Sekalipun air hujan, meskipun awalnya murni, telah

mengalami reaksi dengan gas-gas di udara dalam perjalanannya

turun ke bumi dan selanjutnya terkontaminasi selama mengalir di

atas permukaan bumi dan dalam tanah. Kualitas air menyatakan


11

tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam

memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk

memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci,

air irigasi atau pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan

transportasi. Kualitas air mencakup tiga karakteristik, yaitu fisik,

kimia, dan biologi (Permenkes RI, 1990).

Cara pemeriksaan kualitas air, yaitu (Depkes, 1991):

a. Pemeriksaan air di lapangan

b. Pemeriksaan air di laboratorium

Pemeriksaan air dilapangan dimaksudkan untuk

mengadakan pemeriksaan air di lokasi dimana contoh air itu

diambil. Biasanya pemeriksaan air dilapangan dilakukan untuk

parameter suhu, bau, rasa, warna, sedangkan yang lainnya

dilaksanakan di laboratorium.

B. Tinjauan Umum tentang Suhu

1. Pengertian Suhu

Suhu air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen

terlarut didalam air. Jika suhu tinggi, air akan lebih lekas jenuh

dengan oksigen dibanding dengan suhunya rendah. Suhu air pada

suatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude),

ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari,

penutupan awan, aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air

mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi


12

dan volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2,

CO2, N2, CH4 dan sebagainya.Kisaran suhu air yang sangat

diperlukan agar pertumbuhan ikan ikan pada perairan tropis dapat

berlangsung berkisar antara 25°C-32°C. Kisaran suhu tersebut

biasanya berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis

sehingga sangat menguntungkan untuk melakukan kegiatan

budidaya ikan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses

kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan

perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan

berubahnya semua proses didalam perairan. Hal ini dilihat dari

peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan berkurang.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan 10°C suhu

perairan mengakibatkan meningkatnya konsumsi oksigen oleh

organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat, sehingga kebutuhan

oksigen oleh organisme akuatik itu berkurang. Suhu air sungai

merupakan faktor pembatas bagi organisme akuatik. Hal ini

berpengaruh pada distribusi organisme akuatik. Suhu air dari hulu

hingga ke hilir berkisar 23-30oC (Siaahan dkk, 2011).

2. Faktor Risiko

Faktor yang mempengaruhi suhu udara di dalam rumah,

yaitu (Permenkes, 2011):

a. Penggunaan bahan bakar biomassa

b. Ventilasi yang tidak memenuhi syarat


13

c. Kepadatan hunian

d. Bahan dan struktur bangunan

e. Kondisi Geografis

f. Kondisi Topografi

3. Dampak yang Mempengaruhi Suhu

Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas,

reaksi kimia, evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan

penurunan kelarutan gas dalam air (gas O2, CO2, N2, CH4, dan

sebagainya). Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya

peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba

(Permenkes, 2011).

C. Tinjauan Umum tentang Kekeruhan

1. Kekeruhan Air

Kekeruhan dalam air bersih tidak boleh melebihi dari

5NTU. Kekeruhan disebabkan oleh adanya kandungan Total

Suspended Solid yang bersifat organic maupun anorganic. zat

organic berasal dari lapukan tanaman dan hewan, sedangkan zat

anorganic biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam (Joko,

2010).

Kekeruhan pada air yang tergenang (lentik), misalnya

danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang

berupa koloid dan partikel-partikel halus. Sedangkan kekeruhan

pada sungai yang sedang banjir lebih banyak di sebabkan oleh


14

bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang

berupa lapisan permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air

pada saat hujan (Mutiarani, 2011).

Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan

terganggunya sistem osmoregulasi misalnya, pernafasan dan

daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi

cahaya kedalaman air (Hoesin, 2013).

Turbidity atau Kekeruhan digunakan untuk menyatakan

derajat kejernihan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan

yang melayang. Faktor yang mempengaruhi Turbidity adalah

warna air, benda-benda halus yang ada didalam air (Cashiro,

2013).

2. Faktor yang mempengaruhi kekeruhan, yaitu (Permenkes, 2011):

a. Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb)

b. Jasad-jasad renik yang merupakan plankton.

c. Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid

berasal dari daun-daun tumbuhan

3. Dampak kekeruhan, yaitu (Permenkes, 2011):

a. Mengurangi efektif filtrasi

b. Desinfeksi

c. Tingginya kekeruhan menunjukkan adanya virus, parasit, dan

bakteri yang dapat menimbulkan mual, diare, dll.


15

D. Tinjauan Umum tentang pH

1. Pengertian pH Air

Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang

berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang

masuk ketubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak

menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari

sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak

diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran

sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan (Cashiro,

2013).

Derajat keasaman atau pH: Derajat keasaman merupkan

faktor yang penting, karena pH mempengaruhi pertumbuhan

makro di dalam air. Pada air minum dan air bersih, bila pH lebih

kecil dari 6,5 atau lebih dari 9,2 akan menyebabkan korositas dan

dapat menyebabkan keracunan. Adapun besar pH yang

diisyaratkan oleh Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990

untuk air minum adalah 6,5-8,5 sedangkan untuk air bersih 6,5-9,0

(Cashiro, 2013).

2. Faktor yang memepengaruhi pH meter berdasarkan Permenkes,

2011 yaitu:

a. Suhu.

b. Kebersihan pH meter.

c. Ketelitian.
16

d. Kelembaban.

3. Dampak pH terhadap kesehatan

Jika pH air lebih besar dari standar baku mutu, air akan

memiliki kecenderungan untuk membentuk kerak pada pipa maka

akan menyebabkan korosi pipa-pipa air dan menyebabkan

beberapa senyawa menjadi racun sehingga mengganggu

kesehatan (Permenkes, 2011).

Anda mungkin juga menyukai