Kelompok 2
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan tugas
besar Metode Perhitungan Cadangan ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam
laporan ini kami akan memberikan data – data yang akan menjawab pertanyaan –
pertanyaan yang diberikan dalam lembar permasalahan serta juga akan membahas
sesuai dengan hasil diskusi pelaporan yang telah dilakukan oleh penulis didalam laporan
ini. Laporan ini akan di sajikan dalam point per point yang membahas dalam topik besar
tentang perhitungan sumberdaya bauksit yang telah diberikan didalam lembar
permasalahan yang diselesaikan dengan ilmu yang didapat dari mata kuliah Teknik
Sampling yang telah didapat oleh penulis.
Laporan ini dibuat sebagai pertanggungjawaban apa yang telah di kerjakan dan
yang dilakukan selama mengerjakan permasalahan yang diberikan didalam lembar
permasalahan dan juga kami sebagai penulis agar tidak melenceng ke arah yang jauh
maka kami mengadopsi berbagai literature yang dimiliki oleh penulis dan beberapa
bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan Laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini. Kemudian saya juga ingin berterima kasih kepada Bapak Ir. Dono Guntoro., MT dan
Bapak Eka S.T M.,T sebagai dosen yang telah memberikan tugas besar ini dengan tema
Metode Perhitungan sumberdaya ini. Tak lupa Saya juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada orang tua Saya yang telah memberikan bantuan secara material
maupun secara moril. Paling terakhir dan yang paling penting adalah kami ingin
mengucapkan puji syukur tiada henti kepada Tuhan yang Maha Esa, karena saya dapat
menyelesaikan laporan ini dengan dapat mengatasi hambatan hambatan yang ada.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan
tugas besar ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun Saya. Kritik konstruktif dari pembaca dan pemerhati
sangat saya harapkan untuk penyempurnaan laporan dan atau makalah yang akan saya
kerjakan selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................... 1
Daftar Isi ..............................................................................................................
Daftar Tabel .........................................................................................................
Daftar Gambar .....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
5.1 Analisis
5.2 Galat Perhitungan
5.3 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
Gambar 1.1 Diagram Alir MPC.......................................................................................................6
Gambar 1.2 Gambar Bauksit............................................................................................................6
Gambar 1.3 Peta Persebaran Bauksit Dunia................................................................................7
Gambar 1.4 Orthobauxite..................................................................................................................8
Gambar 1.5 Cryptobauxite................................................................................................................8
Gambar 1.6 Profil Endapan Bauksit...............................................................................................10
BAB II
Gambar 2.1 Histogram Al2O3..........................................................................................................14
Gambar 2.2 Histogram Fe2O3..........................................................................................................15
Gambar 2.3 Histogram SiO2.............................................................................................................16
Gambar 2.4 Scatter Plot Al2O3 vs Fe2O3......................................................................................17
Gambar 2.5 Scatter Plot Al2O3 vs SiO2........................................................................................18
Gambar 2.5 Scatter Plot Fe2O3 vs SiO2........................................................................................19
Gambar 2.6 Multivariant Terner Diagram....................................................................................20
Gambar 2.7 Histogram Tebal Top Soil..........................................................................................38
Gambar 2.8 Histogram Tebal Bauksit............................................................................................39
Gambar 2.9 Histogram Tebal Bedrock..........................................................................................40
Gambar 2.10 Histogram Kadar Al2O3 (Top Soil)......................................................................41
Gambar 2.11 Histogram Kadar Fe2O3 (Top Soil)......................................................................42
Gambar 2.12 Histogram Kadar SiO2 (Top Soil).........................................................................43
Gambar 2.13 Histogram Kadar Al2O3 (Bauksit)........................................................................44
Gambar 2.14 Histogram Kadar Fe2O3 (Bauksit)........................................................................45
Gambar 2.15 Histogram Kadar SiO2 (Bauksit)..........................................................................46
BAB III
Gambar 3.1 Konstruksi Metoda Poligon.......................................................................................47
Gambar 3.2 Peta Persebaran Bor.....................................................................................................48
Gambar 3.3 Penentuan Daerah Pengaruh ...............................................................
1.3 Metodologi
Bauksit terbentuk pada iklim tropis sebagai hasil pelapukan bahan kimia,
pencucian silika dalam batuan alumunium bearing. Ini terdiri dari satu atau lebih dari
tiga aluminiu m hidroksida mineral, gibsit, boehmit, diaspor, dalam proporsi yang
berbeda-beda. Gibsit adalah aluminium hidroksida yang benar, sementara boehmit dan
diaspor adalah aluminium oksida hidroksida. Diaspor berbeda dari boehmit dalam
struktur kristal dan memerlukan suhu yang lebih tinggi untuk dehidrasi cepat. Bauksit
juga mengandung jumlah bervariasi oksida besi, oksida silikon, titanium, dan jumlah
kecil dari tanah liat dan silikat lainnya.
Bauksit bisa sangat keras, tetapi umumnya cukup lembut dan seperti tanah liat.
Muncul dalam warna yang berbeda, termasuk, coklat, kuning, merah, putih, dan
berbagai kombinasi. Namun lebih sering muncul dengan tanpa warna dibandingkan
dengan warna kemerahan, yang sesuai dengan jumlah kandungan oksida besinya.
Bauksit ada dalam tiga bentuk yaitu pisolitik longgar (dengan butir marmer ukuran kecil
dan bulat), disemen pisolitik (dengan butiran kecil yang disemen bersama-sama), dan
tubular, (potongan yang lebih besar dengan rongga tidak menentu).
Orthobauxite
Orthobauxite memiliki profil laterit yang klasik.
Saprolit tertutupi oleh indurated, horison bauksit
intermediet berwarna merah tertutupi oleh duricrust
bauksit berwarna merah muda-merah yang berkomposisi
gibsite, goetit, dan hematit. Akumulasi besi terutama
terkonsentrasi ke bagian atas duricrust.
Gambar 1.4 : Orthobauxite
Matabauxite
Metabauksit adalah bauksit laterit yang terjadi secara insitu pada batuan induk
dengan kadar kuarsa rendah. Mirip dengan endapan orthobauxite, tetapi lebih dalam
kandungan aluminium dan kurang dalam kandungan besi. Metabauxite umumnya
terbentuk pada dataran tinggi yang luas dimana kondisi oksidasi yang kuat terjadi.
Kondisi lingkungan yang berubah dari lembab menjadi kering adalah kondisi yang
memungkinkan terjadinya formasi metabauxite. Pada bagian atas profil, goetit dan
gibsit terhidrasi menjadi hematit dan boehmit.
Cryptobauxite
Cryptobauxite adalah horison bauksit yang
tertutupi oleh lapisan tebal lempung. Terbentuk
di daerah amazonia dan sangat jarang ditemui
di daerah pelapukan tropis. Cryptobaukxite
jarang yang membentuk endapan ekonomi.
Dicirikan oleh fasa mikro-aggregat yang
berkomposisi utama kaolinit, dengan membawa
gibsit dan goetit.
1. Litologi ‘Bedrock’
Bauksit dapat terbentuk dari berbagai macam batuan primer. Kandungan Al awal
pada batuan induk ialah 30-35 % untuk batuan sedimen kaolinit, 10-15% untuk granit
dan basal, dan batuan dengan kandungan Al kurang dari 15% dapat membentuk
2. Geomorfologi
3. Kondisi iklim
Bauktisisasi adalah proses laterisasi yang ekstrem, dimana terjadi pelindian silica
dan pengayaan Al secara kuat. Paragenesis mineralogi dari bagian atas profil pelapukan
dikontrol oleh kelembaban atmosfer dalam jangka waktu yang lama. Bauktisisasi terjadi
pada kondisi temperature ±22ºC, curah hujan rata-rata 1200 mm (Bardossy dan Aleva,
1990). Jika terjadi musim kering yang lama, maka orthobauksit tidak akan terbentuk
dimana yang akan terbentuk yaitu aluminoferruginous duricrust (Tardy, 1997).
Bauksit adalah batuan sedimen, sehingga tidak memiliki rumus kimia yang tepat.
Hal ini terutama terdiri dari mineral alumina yang terhidrasi seperti gibsit Al(OH) 3 atau
Al2O3.3H2O dalam deposit (endapan) tropis yang lebih baru, atau keadaan subtropis,
endapan bauksit memiliki mineral utama boehmite γ-AlO(OH) atau Al2O3.H2O dan
beberapa-diaspore α AlO(OH) atau Al2O3.H2O. Komposisi kimia rata-rata bauksit, berat,
adalah 45 sampai 60% Al2O3 dan 20 sampai 30% Fe2O3. Berat sisanya terdiri dari silika
(kuarsa, kalsedon dan kaolinit, karbonat (kalsit dan magnesit dolomit, titanium dioksida
dan air). Pembentukan bauksit laterit terjadi di seluruh dunia di 145 - 2 juta-tahun yang
lalu yaitu di pesisir Kapur dan Tersier. Endapan bauksit berbentuk sabuk memanjang,
kadang-kadang panjangnya mencapai ratusan kilometer sejajar dengan garis pantai
Tersier Bawah di India dan Amerika Selatan, distribusi mereka tidak terkait dengan
komposisi mineralogi tertentu dari batuan induknya. Bijih bauksit merupakan mineral
oksida yang sumber utamanya adalah:
1. Al2O3.3H2O, Gibbsit yang sifatnya mudah larut
2. Al2O3.3H2O, Bohmit yang sifarnya susah larut dan Diaspor yang tidak larut.
Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut
antara lain nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabro, basalt, hornfels, schist,
slate, kaolinitic, shale, limestone dan phonolite. Apabila batuan-batuan tersebut
mengalami pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti mineral-
mineral alkali, sedangkan mineral – mineral yang tahan akan pelapukan akan
11 | Tugas Besar Perhitungan Sumberdaya – B a u k s i t ( 2 0 1 8) –
terakumulasikan. Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari
mineral silikat dan lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan
oksida alumunium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini
berlangsung terus dalam waktu yang cukup dan produk pelapukan terhindar dari erosi,
akan menghasilkan endapan lateritik. Kandungan alumunium yang tinggi di batuan
asal bukan merupakan syarat utama dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih
penting adalah intensitas dan lamanya proses laterisasi.
Seratus juta ton bauksit yang ditambang setiap tahun. Bauksit sangat mudah
ditambang dan diproses. Hal ini biasanya tidak memerlukan pengeboran atau peledakan
karena bauksit memiliki kekerasan yang relatif lembut. Bauksit terutama ada secara
alami di dalam kelas dapat diterima, tidak seperti banyak bijih logam lainnya.
Meningkatkan kadar bauksit tidak bisa diterima jika hanya dengan menghapus tanah liat,
juga merupakan proses yang mudah dan murah. Pada 80% dari bauksit dunia
dikumpulkan dari selimut endapan, yang relatif dangkal, pertambangan permukaan
digunakan. 20% sisanya berasal dari endapan pocket yang relatif di bawah tanah yang
terletak di Eropa Selatan dan Hongaria, yang membutuhkan teknik penggalian lebih
merusak dan bermasalah.
Dalam subbab ini kami akan menguraikan bagaimana kami mendapatkan hasil-
hasil nantinya yang diringkas agar dapat dimengerti dengan mudah serta dapat
dipahami agar nantinya untuk membaca laporan pada subbab berikutnya tidak ada
terjadinya kebingungan dan hal – hal yang tidak diinginkan seperti salah pembacaan
data yang telah didapat.
Berikut ini kami berikan gambar umum yang dilakukan atau dapat dikatakan
sebagai langkah kerja sesuai dengan intruksi yang telah diberikan dan dipandu oleh
tim pembuat permasalahan. Didalam langkah kerja ini kita dibagi dalam beberapa
tahap besar sehingga akan terkonstruksi dengan baik. Berikut langkah kerjanya:
4. Perhitungan cadangan
Setelah sketsa luas poligon dan bentuk panampang endapan, selanjutnya kami
melakukan perhitungan cadangan.
Analisis:
Dari Histogram Al2O3 di atas dapat dilihat bahwa histogram tersebut terdistribusi
hampir normal dengan populasi tunggal karena memiliki skewness 0,30204 (mendekati
nol) dan nilai median ≈ nilai mean (38,35 ≈ 39,02). Standar deviasi pada Histogram
Al2O3 adalah 10,3924, sedangkan koefisien variasi mempunyai nilai 0,266 (26,6%) yang
menunjukan bahwa penyebaran data kadar Al2O3 cukup bervariasi, cenderung tidak
homogen dan menyebar. Range data memperlihatkan jangkauan yang cukup jauh, yaitu
56,01 dengan kadar tertinggi 67,98 dan kadar terendah 11,87. Dari data ini kita dapat
menentukan jumlah cadangan bauksit, karena data terdistribusi secara normal dan kita
mempunyai data persebaran spasial kandungan endapan tersebut.
Analisis:
Dari Histogram Fe2O3 di atas dapat dilihat bahwa histogram tersebut memiliki arah
kemencengan ke kanan dan skewness posititif 0,87 (mendekati satu) dengan populasi
tunggal, serta Nilai Median < Nilai Mean. Standar deviasi pada histogram Fe2O3 adalah
7,75, sedangkan koefisien variasi mempunyai nilai 0,447 (44,7%) yang menunjukan
bahwa penyebaran data kadar Fe2O3 cukup bervariasi, cenderung tidak homogen dan
menyebar. Histogram ini memperlihatkan kadar yang dominan adalah kadar yang
rendah dibandingkan kadar yang tinggi.
Analisis:
Dari histogram SiO2 di atas dapat dilihat bahwa histogram tersebut terdistribusi
hampir normal karena memiliki skewness -0,017 (mendekati nol) dan nilai median ≈
nilai mean (21,81 ≈ 22,17). Namun terlihat bahwa histogram tersebut memiliki dua buah
puncak (bimoidal). Hal ini menunjukan bahwa data berasal dari dua buah populasi yang
terdiri dari puncak yang tinggi mewakili nilai background, sedangkan puncak yang lebih
rendah mewakili nilai anomali. Standar deviasi pada histogram SiO2 adalah 7,81,
sedangkan koefisien variasi mempunyai nilai 0,352 (35,2%) yang menunjukan bahwa
penyebaran data kadar SiO2 cukup bervariasi, cenderung tidak homogen dan menyebar.
Histogram dengan skewness negatif, namun sangat mendekati nol yang menunjukan
bahwa dominasi kadar rendah dan kadar tinggi hampir sama.
Analisis:
Dari hasil scatter plot di atas (sumbu-x Al2O3 dan sumbu-y Fe2O3) menunjukan
bahwa gradien dari garis yang terbentuk memiliki nilai negatif. Hal ini menunjukan
bahwa perbandingan antara kadar Al2O3 dan kadar Fe2O3 adalah berbanding terbalik,
dengan nilai hasil regresi R2 = 0,2911. Sehingga kadar yang tinggi pada Al2O3 dapat
diamati pada kadar yang rendah pada Fe2O3, dan sebaliknya. Hal ini dapat dikorelasikan
dengan proses terbentuknya endapan bauksit tersebut. Dimana kandungan dalam tanah
akan mengalami proses perlindihan, dan kandungan Al2O3 akan tahan terhadap proses
tersebut sehingga mengakibatkan endapan bauksit akan berada pada lapisan di atas.
Fe2O3 yang mengalami proses perlindihan tersebut perlahan kandungannya akan
berkurang, berbanding dengan Al2O3 kandungannya akan tetap, namun akibat
kandungan lain mengalami proses perlindihan, maka mengakibatkan kandungan Al2O3
akan cenderung naik.
Analisis:
Dari hasil scatter plot di atas (sumbu-x Al2O3 dan sumbu-y SiO2)menunjukan
bahwa gradien dari garis yang terbentuk memiliki nilai negatif. Hal ini menunjukan
bahwa perbandingan antara kadar Al2O3 dan kadar SiO2 adalah berbanding terbalik,
dengan nilai hasil regresi R2 = 0.4149. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan Al 2O3
yang tinggi dapat teramati SiO2 yang rendah dan sebaliknya. Hal ini juga dapat
dikorelasikan dengan proses terbentuknya endapan bauksit tersebut sama seperti pada
analisa Gambar 2.4, dimana kandungan dalam tanah akan mengalami proses perlindihan,
dan kandungan Al2O3 akan tahan terhadap proses tersebut sehingga mengakibatkan
endapan bauksit akan berada pada lapisan di atas. SiO2 yang mengalami proses
perlindihan tersebut perlahan kandungannya akan berkurang, berbanding dengan Al2O3
kandungannya akan tetap, namun akibat kandungan lain mengalami proses perlindihan,
maka mengakibatkan kandungan Al2O3 akan cenderung naik.
Analisis:
Dari hasil scatter plot di atas (sumbu-x Fe 2O3 dan sumbu-y SiO2) menunjukan
bahwa gradien dari garis yang terbentuk cenderung datar, namun masih menunjukan
kemiringan negatif yang sangat kecil dengan nilai regresi yang diperoleh R2 = 0,0133.
Serta distribusi persebaran scatter plot yang sangat tersebar menunjukkan bahwa
kandungan Fe2O3 tidak memiliki hubungan dengan SiO2. Hal ini dapat diperkuat dengan
adanya proses terbentuknya endapan bauksit. Kedua kandungan ini merupakan
kandungan yang tidak tahan terhadap proses perlindihan. Sehingga dari analisa statistik
ini dapat dikatakan bahwa kedua kandungan tidak mempunyai kesinambungan dalam
pembentukan endapan ini.
Analisis:
Terlihat dari diagram di atas nilai terakumulasi membentuk menjadi sebuah kontur
data dengan rata-rata kandungan Al2O3 yang tinggi dibandingkan dengan kadar Fe2O3
dan SiO2. Grafik tersebut mencapai jumlah maksimum pada kadar Al 2O3 yaitu sekitar
46%, kadar Fe2O3 yaitu 21%, dan kadar SiO2 yaitu 33%, yang kemudian terdistribusi
merata pada daerah sekitar kadar tersebut.
Dari hasil data rekapitulasi horizon di dapatkan bahwa ketebalan top soil yang
dominan adalah 0 meter. Terdapat anomali ketebalan yaitu pada ketebalan 1 meter. Data
memiliki kemencengan skewness positif dimana data banyak tersebar pada ketebalan
yang rendah.
Berdasarkan data rekapitulasi didapatkan data tersebar pada nilai yang tinggi
sehingga kemencengan data berupa skewness negatif. Data ketebalan bauksit memiliki
variasi data yang cukup besar. Terdapat anomali data pada data ketebalan yang rendah
yaitu data dengan ketebalan dibawah 6,4 meter dan anomali pada data ketebalan yang
tinggi yaitu pada data dengan ketebalan diatas 10,4 meter. Ketebalan dominan yaitu
pada ketebalan 8,4 meter sampai 9,5 meter.
Dari hasil data rekapitulasi horizon di dapatkan bahwa ketebalan bedrock yang
dominan adalah 0 meter. Terdapat anomali ketebalan yaitu pada ketebalan 2 meter. Data
memiliki kemencengan skewness positif dimana data banyak tersebar pada ketebalan
yang rendah.
Histogram memperlihatkan kurva yang mendekati normal, dapat dilihat dari nilai
skewnes yang mendekati nol. Histogram memperlihatkan kadar SiO 2 cenderung banyak
pada kadar disekitar nilai rata-ratanya. Data spasial memperlihatkan bahwa kadar
rendah terakumulasi pada barat daya ke barat peta dan kadar tinggi terdapat di sebelah
tenggara dan barat laut peta. Di utara juga memperlihatkan variasi yang cukup besar dari
berkadar rendah ke yang tinggi. Pada histogram juga terdapat anomali pada kadar
rendah.
Gambar 3.4 Penentuan Batas Tiap Titik Bor Dari Daerah Pengaruh
Analisis :
Perhitungan tonase dan volume pada penampang diatas menggunakan metoda
perhitungan mean area dengan mengasumsikan tidak ada patahan ataupun sesar dalam
struktur penampang yang dibuat. Perhitungan volume dan tonase dari top soil dan
bedrock dilakukan dengan cara pendekatan secara linier dikarenakan proses perhitungan
dengan menggunakan software autocad area top soil dan bedrock tidak dapat dilakukan
karena area yang sangat kecil. Oleh karena itu dapat dilihat terdapat galat yang cukup
besar pada jumlah sumberdaya top soil dengan perhitungan poligon dengan penampang.
5.1 Analisis
Metoda poligon dapat diterapkan pada tugas ini karena titik bor yang
teratur dan endapan bauksit yang relatif homogen dan daerah tanpa bidang
diskontinu. Metoda poligon sendiri merupakan metoda sederhana dalam
penentuan jumlah sumberdaya. Perhitungan jumlah sumberdaya berdasar dari
pengaruh luasan pengaruh titik bor dengan ketebalan lapisan bedasarkan data
bor. Kekurangan perhitungan sumberdaya dengan metoda poligon adalah nilai
kadar yang berada di pusat daerah pengaruh belum cukup akurat untuk
diasumsikan mewakili keseluruhan daerah pengaruh dan bisa terjadi
kemungkinan bahwa bentuk endapan tidak sesuai daerah pengaruh karena pada
metoda poligon posisi titik data dan bentuk endapan belum diperhitungkan
hanya berdasarkan luas daerah pengaruh.
5.3 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan ini antara lain :
1. Dengan melakukan iterasi berdasarkan cut off grade, data ketebalan
bauksit memiliki variasi data yang cukup besar. Ketebalan dominan
antara 8,4 meter sampai 9,5 meter sedangkan top soil memiliki
ketebalan dominan 0 meter.
2. Metoda Poligon dan Penampang dapat digunakan dalam perhitungan
sumberdaya bauksit. Dari kedua metoda ini didapatkan jumlah
sumberdaya top soil dan juga bauksit. Hasil perhitungan yang
didapatkan dengan menggunakan metoda poligon dan penampang
memang berbeda. Faktor utama perbedaan ini adalah hal interpretasi
data. Interpretasi data yang digunakan dalam kedua metoda ini
berbeda dan memiliki karakteristik yang khas.
3. Pada metode poligon kita dapat menginterpretasikan bahwa daerah
pengaruhtersebut ke segala arah, namun pada metode penampang
kita hanya dapatmenginterpretasikan perhitungan searah dengan
lintasan pada metode yang kita buat yaitu arah utara-selatan.Hal-hal
yang berpengaruh dalam penghitungan sumber daya antara lain:
metoda perhitungan yang digunakan, kondisi geologi, jenis bahan
galian dan pengalaman dalam menghitung sumber daya.
LAMPIRAN
l. Peta Penampang
Penampang 2
Penampang 4
Penampang 6
Penampang 8
Penampang 10