PENDAHULUAN
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan menunjukan bahwa kayu
merupakan bahan konstruksi yang pertama-tama dipergunakan sebagai bahan
bangunan bangunan rumah maupun bangunan kapal.Pada masa-masa yang lalu
telah terdapat galangan kapal rakyat yang membuat dan memproduksi kapal kayu,
hal ini disebabkan karena besarnya potensi kayu yang terdapat didaerah hutan-
hutan indonesia. Dimana konstruksi kapal kayu yang dipergunakan adalah
konstruksi yang tradisional dakan arti kepandaian dan pengalaman untuk
membuat kapal kayu merupakan warisan yang turun temurun. Terutama didaerah
pantai Pulau Jawa telah banyak dipergunakan kayu bermotor, sehingga produksi
galangan kapal rakyat yang membuat perahu-perahu rakyat mengalami
kemunduran dalam arti jumlah perahu yang diproduksi makin sedikit. Hal ini
disebabkan karena para pemakai perahu telah meraskan kapal kayu bermotor
banyak keuntungannya dalam bermacam-macam bidang (operasi penangkapan
ikan maupun operasi pengangkutan barang.
Bahan kayu
Bahan baja
Bahan fiberglass dan bahan ferrocement
Kapal kayu dapat dipergunakan sebagai:
Keuntungan :
Kayu mempunyai kekuatan yang tinggi, berat yang rendah dan daya
tahan yang tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik
Kayu mudah dikerjakan, mudah diganti dan dapat diperoleh dalam
waktu yang singkat seta harga realtif rendah \
Kerugian :
Kayu mempunyai sifat kurang homogen(adanya cacat alam ,arah serat
berbentuk penampang,spiral diagnal dan adanya mata kayu)
Kayu mempunyai sifat kurang awet
Kayu dapat memuai dan menyusut
Kayu mengalami kelengkungan yang realtip besar,bila ada
pembebanan yang berjangka lama
Dimana :
“a” Berhubungan dengan air atau tanah lembab
“b” dipengaruhi dengan cuaca dan angin (iklim), tapi terlindung dari air.
“c” dibawah atap dan tidak berhubungan dengan tanah lembab atau air
serta dilindungi terhadap kelembapan.
“d” dibawah atap dan tidak berhubungan dengan tanah lembab atau air
serta dipelihara baik dan selalu dicat
“e” kerusakan yang disebabkan tiram dan binatang laut-rayap dan tahan
lama apabila dicat
“f” kerusakan yang disebabkan bubuk(kekuatan)
Menurut kekuatan
Dimana :
a – keteguhan lentur mutlak
b – keteguhan tegang mutlak
c – berat jenis
Menurut pemakaian
Kelas awet- kuat A-B : untuk kontruksi berat (yang dipengaruhi air
cuaca dan angin atau hal- hal yang merusak)
Kelas awet-kuat C-D : untuk konstruksi ringan (yang dibawah atap
dan selalu dipelihar)
Menurut ukuran dan penggunaan
Apabila kayu yang mempunyai kelas awet-kuat yang lebih rendah
(kelas C) dipergunakan untuk bagian konstruksi yang menggunakan
kayu yang mempunyaui kelas awet-kuat lebih tinggi (kelas B), makan
ukuran bagian konstruksi kelas B harus diperbesar dan begitu
sebaliknya.
Menurut keteguhan tahan lama (kelas A-B) termasuk kayu keras ;jati
,belian, buna, eben dan onk.
Sedang kayu kelas C-D termasuk kayu lunak : beringin, pino,
keruwing, meranti, sampiun dan oregon
Penggunaan kayu untuk bagian –bagian konstruksi kapal kayu
a. kayu yang mempunyai berat jenis minimal :700 kg/m3
dipergunakan untuk bagian konstruksi lunas, linggi haluan-
buritan, wrang, gading, balok buritan, tutup sisi geladak
b. kayu yang mempunyai berat jenis minimal : 560 kg/m3
dipergunakan untuk balok geladak, kulit luar, galar balok, lutut
balok, dudukan mesin dan kayu mati
c. kayu yang mempunyai berat jenis minimal :450 kg/m3
dipergunakan untuk geladak dan galar bilga. Dimana berat kayu
berlaku untuk kayu yang mempunyai kelembaban : 15%
d. jenis kayu yang dapat dipergunakan untuk bagan-bagian
konstruks kapal kayu sesuai tabel:
1. Bahan pengikat.
Agar hubungan antara bagian-bagian konstruksi menjadi satu-kesatuan dan
rapat, maka diperlukan bahan pengikat. Bahan pengikat yang
dipergunakan untuk bagian-bagian konstruksi kapal antara lain paku,
sekrup, dan mur-baut
Cara pengikatan antara bagian-bagian konstruksi,sebagai berikut : kayu
yang akan diikat terlebih dahulu dilubangi untuk tempat baut dengan
menggunakan bor tangan.
2. Bahan Kekedapan
Agar hubungan antar papan-papan kayu kedap air ( setelah diikat dengan
paku, sekrup, mur-aut, ) maka dilakukan pemakaian dan pendempulan
(terutama yang berhubungan langsung dengan air), misal : papan geladak,
papan kulit samping, papan kulit dasar, papann sekat bulkhead.
Bahan pakai yang dipergunakan untuk pemakaian :
Kapal besar
benang lavo
kapal pakal
kulit kayu gelam dan sabut kelapa
Kapal besar
benang lavo
majun dan tali goni
kapas pakul
` Bahan dempul yang dipergunakan untuk pekerjaan pendempulan :
- sedikit pasir
- damar + minyak tanah-minyak cat
Ada dua cara untuk membuat pohon kayu (gelondongan kayu) agar lebih baik
kwalitasnya, yaitu :
1. Cara pertama
Balok-balok kayu agar mendapatkan kwalitas yang lebih baik, maka balok-
balok kayu tersebut harus dilakukan pengeringan secara alamiah selama “ 3-6
buan atau pengeringan secara mekanis.
2. Scarphed joint
berdasarkan kapal pembanding (kapal kayu yang sudah ada –jadi). Hal ini
disebabkan karena berat kayu tidak sama (tergantung dari jenis dan berat
jenis kayu ). Untuk merencanakan kapal kayu tidak dapat menggunakan
tabel-grafik seperti untuk merencanakan kapal baja
2. Segi pelaksanaan
1. Panjang kapal : L
Panjang rata-rata antar panjang kapal (pada garis muat ): L1 dengan
panjang kapal (pada garis geladak) :L2
2. Lebar kapal : B
Jarak antara sisi-sisi luar papan kulit kapal pada lebar kapal yang
terbesar.
3. Tinggi Kapal : H
Jarak vertikal antar sisi bawah lunas dengan sisi atas geladak pada
sisi geladak kapal yang diukur depertengahan panjang kapal (pada
garis muat) : L1
4. Sarat Air Kapal : T
Jarak vertikal antar sisi bawah sponeng lunas dengan lambung
timbul kapal, pada saat musim panas diukur dipertengahan panjang
kapal (pada garis muat ) :L1
Dimana :
L1 : Jarak antara sisi belakang linggi buritan dengan sisi depan
linggi haluan pada garis muat
L2 : Jarak antara sisi belakang linggi buritan dengan sisi depan
linggi haluan pada garis geladak utama. Atau jarak antar sisi
belakang buritan datar dengan sisi depan linggi haluan pada
garis geladak utama
II.2. Balok-balok Konstruksi kapal kayu
2.1 Ukuran Balok-balok konstruksi kapal kayu tergantung dari :
2.2. Macam- macam balok konstruksi kapal kayu, adalah : (seperti terlihat
pada gambar dibawah ini )
GADING TUNGGAL
GADING GANDA
1. LUNAS
a. Ukuran lebar x tinggi lunas (lunas luar dan lunas dalam) didapat dari
tabel 1. Dan tergantung angka penunjuk : L(B/3+H).
Apabila harga angka penunjuk :
L (B/3+H) >140
Kapal harus mempunyai lunas luar dan lunas dalam
L (B/3 + H) <140
Kapal hanya mempunyai lunas luar (kapal tidak perlu mempunyai
lunas dalam)
Lebar x tinggi linggi haluan dan linggi buritan dapat diubah, asalkan
luas penampang menurut tabel 1, dipertahankan.
Isi depan inggi haluan dan sisi belakang linggi buritan dapat ditajamkan
b. Linggi baling-baling
Jarak antara tabung buritan dengan sisi dalam sponeng > 20,0 mm.
Apabila angka penunjuk : L (B/3 + H) >120- maka jarak antara lubang
Lutut linggi.
Lutut linggi sebagai penguat sambungan antara linggi dengan lunas luar
lutut llinggi harus berimpitan dengan lunas luar dan linggi haluan
sepanjang = 3 x tinggi lunas
c. Ketentuan-ketentuan harus dipenuhi untuk sambungan linggi, antara
lain :
Sambungan linggi haluan harus terletak diatas garis aitr- garis muat
dengan panjang sambungan 5 x tinggi linggi haluan.
Sambungan antara lunas dengan linggi haluan/buritan harus dipasang
stop water dititik pertemuan antara sponeng dengan sambungan
SAMBUNGAN LUNAS + LINGGI HALUAN
SAMBUNGAN LUNAS + LINGGI BURITAN
3. GADING dan WRANG
Ada 4 (empat) macam gading, yaitu :
o Gading lengkung : untuk kapal kayu yang mempunyai bentuk dasar
U
Gading lengkung tunggal
Gading lengkung ganda
o Gading lurus : untuk kapal kayu yang mempunyai bentuk dasar V
o Gading berlapis
o Gading dari baja
Ukuran tebal x tinggi gading didapat dari tabel 3
Jarak gading diukur dari pertengahan gading satu dengan gading yang
lain didapat dari tebal 6
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi bagi gading adalah :
o Jenis kayu yang dipergunakan untuk gading harus mempunyai serat
kayu (urat kayu ) sejalan atau searah dengan bentuk gading
o Gading tunggal
Sambungan gading berbentuk skrap miring, dimana kedua bagian
gading harus berimpitan sepanjang minimal = 3 x tebal gading
Sambungan gading berbentuk skrap tumpul, dimana kedua bagian
gading harus diikat dengan skrap samping (kayu penyambung)
yang panjangnya= 6 x tebal gading dan penampang skrap
samping = penampang gading.
o Gading ganda
Sambungan gading tidak perlu lengan kayu penyambung (skrap
samping). Kedua bagian gading dapat diletakkan tumpul, tetapi
jarak antara titik pertemuan gading I dengan titik pertemuan
gading II (dari gading ganda) minimal = 6 x tebal gading atau <
700 mm
o Gading berlapis
Setiap lapisan gading harus sepanjang gading menurut rencana
garis (satu ukuran panjang)
Tebal setiap lapisan gading = 1/8 x tinggi gading dan tidak lebih
dari 20 mm
5. PENGIKAT LINGGI
Galar balok dan galar kim dengan linggi haluan/buritan harus
dihubungkan dengan pengikat linggi (pengikat lingg terbuat dari baja
dan kayu ).
Pengikat linggi = lutut linggi harus sampai gading yang terletak
dibelakang linggi haluan atau gading yang terletak dimuka linggi
buritan, tetapi panjang lengan pengikat linggi > 600 mm.
Penampang pengikat linggi tergantung dari angka penunjuk :
8. GELADAK
Ukuran tebal papan geladak didapat dari tabel 7.
Lebar papan geladak = 75 mm : untuk kapal-kapal kecil
100-130 mm : untuk kapal-kapal besar
Papan geladak terbuat dari papan yang dipotong secara radial dan
sepanjang mungkin.
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi bagi geladak, adalah :
Sambungan antar lajur papan geladak dengan papan geladak (seperti
ketentuan yang harus dipenuhi bagi kulit luar ).
Jarak antara sambungan tutup sisi geladak dengan sambungan lajur
sisi atas > 1,50 mtr
Jarak antara sambungan tutup sisi geladak dngan sambungan galar
baok > 1,20 mtr
Ukuran tebal lajur saluran air (tutup sist geladak ) didapat dari tabel
7.
Lebar ajur sisi geladak = 2 x lebar penahan pagar atau gading,
apabila gading menembus geladak.
Apabila panjang kapal :
L > 14 mtr : setiap bagian tutup sisi geladak harus disambung
dengan bibir miring
L < 14 mtr : setiap bagian tutup sisi geladak harus disambung
dengan sambungan tumpul dan mempergunakan kayu penyambung
dibawah tutup sisi geladak.
9. PAGAR
Apabila panjang kapal:
L < 10 mtr – tinggi pagar = 300 mm
L = 10-12 mtr – tinggi pagar = 400 mm
L > 12 mtr – tinggi pagar > 500 mm
Tebal papan pagar = 0,7 x tebal papan kulit luar.
Penegar – penahan pagar
Pagar harus diperkuat dengan penyokong pagar.
Penyokong pagar ditempatkan pada setiapgading yang ketiga (setiap
gading yagn kedua) atau jarak antara , penegar-penegar pagar = 1-2 x
jarak gading
Ukuran tebal penegar didapat dari tabel 3
Pagar dalam
Tebal pagar dalam = tebal pagar/ papan pagar.
Lebar pagar dalam tergantung dari panjang kapal, yaitu :
o Panjang kapal : L < 10 mtr – lebar pagar dalam = 150 mm
o Panjang kapal : L = 10-12 mtr – lebar pagar dalam = 200 mm
o Panjang kapal : L > 12 mtr – lebar pagar dalam = 250 mm.
Dimana :
Lebar setiap lajur pagar dalam : 75 - 130 mm
Tudung pagar
Tebal tudung pagar = 1,5 – 2,0 x tebal papan geladak
Lebar tudng pagar minimal = tinggi gading (satu lajur papan).
Sambingan antara lajur-lajur pagar dalam dan laju-lajur tudung pagar
dengan memakai sambungan tumpul dan dipasang kayu penyambung
didalam pagar dalam serta dibawah tudung pagar
Pisang pisang – fender
Pisang pisang berfungsi sebagai pelindungsisi lambung kapal dari
benturan bentura. Dimana pisang-pisang dipasang pad garis geladak
dan [ada lebar kapal yang terbesar. Pada umumnya pisang-pisang
berbentuk setengah lingkaran, dimna diamater pisang-pisang = 2-2,5 x
lebar lajur-lajur papan kulit luar.
Kapal kayu dengan sistim konstruksi lunas luar dan gading tunggal
lengkung mempunyi ukuran-ukuran seperti dibawah ini :
Penyelesaian :
L = 20,40 mtr.
B = 4,70 mtr
H = 2,10 mtr
1. Jarak Gading
( )
( )
( )
( )
2. Lebar x tinggi
o Lunas luar
o Lebar :
( )
( )
o Tinggi :
( )
( )
o Linggi haluan
o Lebar :
( )
( )
o Tinggi :
( )
( )
o Linggi buritan
- Lebar : 208 (sama dengan lebar linggi haluan)
- Tinggi : 105 % x tinggi linggi haluan
105 % x 307,211 = 322,572 ~ 323 mm
o Penegar sekat tubrukan
W100 : ( )
- Lebar :
( )
- Tinggi :
( )
( )
- Lebar :
( )
( )
- Tinggi :
( )
( )
o Balok geladak
- Panjang balok geladak = 470 mtr
( )
- Lebar :
( )
- Tinggi :
( )
( )
- Lebar :
( )
- Tinggi :
( )
3. Tebal x tinggi
o Gading tunggal lengkung
- Jarak gading = 415 mm (penyelesaian 1)
( )
- Tebal
( )
- Tinggi
( )
( )
Untuk gading atas
o Wrang
- Tebal : 91 mm (sama dengan tebal gading)
- Tinggi
( )
( )
- Tebal
( )
- Tinggi
( )
- Tebal
( )
( )
- Tebal
( )
o Galar balok bawah
- Tinggi
( )
- Tebal
( )
( )
- Tebal
( )
4. Tebal
o Geladak
- Tebal
( )
o Pagar
- Tebal
( )
( )
5. Tebal x lebar
o Lajur sisi alas dan lajur lunas
- Lebar
( )
- Tebal
( )
( )
- Tebal
( )
l
Dari ketiga ukuran dasar tersebut akan menentukan besar ( tonage) kapal serta
kekuatan mesin yang akan dipergunakan.
TEHNIS UMUM
Material
- Pemilihan Jenis material yang dipergunakan dalam pembuatan kapal kayu
harus mendapat perhatian yang seksama mengingat pengaruhnya yang
besar terhadap masa pemakaian kapal tersebut.
- Kapal merupakan sarana pengangkut diatas air maka bahan kayu yang
dipergunakan harus memenuhi persyaratan tehnis, antara lain :
o Mempuyai umur yang cukup/tua
o Kering
o Mempuyai panjang dan diameter yang cukup
o Bebas cacat, tidak pecah-pecah, tidak berlubang ligkaran Tahun
o Tahan terhadap semua musim
- Menuntut kelasnya kayu dapat dikelaskan dalam kelas awet dan kelas kuat
dimana tiap tiap kelas tersebut dibagi menurut tingkatanyya menjadi.
o Kelas awet I, II, III dan IV
o Kelas Kuat I, II, III dan IV
- Pemakaian kayu menurut kelasnya disesuaikan dengan sifat dan bagian
dari kontruksinya kapal yang bersangkutan dimana untuk bagian yang
termasuk konstruksi berat atau selalu berhubungan dengan air dan
mendapat beban yang lebih berat harus mempergunakan kayu kelas
awet/kuat I atau II ( jati,kulim,balau), sedang pada bagian kontruksi
dibawah atap dan ringan dapat dipergunakan kayu kelas awet/kuat III atau
IV ( Keruwing,meranti, kanper dan ramin utuk lebih jelas dalam
pemakaian kelas kayu menurut kebutuhannya dilihat pada lamper dan
ramin ). Untuk lebih jelas dalam pemakaian kelas kayu menurut
kebutuhannya dapat dilihat pada lampiran 1.
KONTRUKSI
1. Lunas
Lunas Merupakan dasar daripada pembuatan kapal, disamping itu lunas
juga merupakan kekuatan pokok dari pada kapal. Oleh sebab itu bahan
kayu untu lunas harus betul-betul ketentuan tehnis, antara lain
- Kayu Harus Mempuyai kelas awet/kuat
- Kayu yang dipergunakan harus diusahakan tidak bersambung,
namun kalau terpaksa ada sambungannya maka harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a. Sambungan lunas tidak boleh lebih dari satu
b. Cara menyambung harus memenuhi ketentuan tehnis
c. Sambungan tidak boleh tepat ditengah tengah panjang
kapal, maupun tepat dibawah ruangan mesin.
Adapun jenjang sambungan lunas adalah lima kali lebar lunas dengan tebal
ujung sambungan masing-masing seperempat dari 1 lebar lunas.
UKURAN LUNAS
L (B/3 + D) m3 KETERANGAN
2
Penapang (Cm ) Lebar x Tinggi (Cm)
2. Linggi
Linggi juga merupakan kekuatan utama dari pada kapal, oleh sebab itu
bahan kayu untuk linggi juga harus yang memenuhi ketentuaan tehnis
seperti halnya lunas. Linggi tidak boleh ada sambungan, dan konstruksi
sambungan linggi terhadap lunas harus memenuhi ketentuan tehnis.
Konstruksi sambungan linggi terhadap lunas harus dipasang siku (siku
tinggi). Dengan ketentuan dari sudut pertemuan/sudut siku kelunas harus
dibuat panjang tiga kali lebar lunas, begitu juga dari sudut siku ke linggi
harus dibuat panjang tiga kali lebar lunas, dengan diikat masing-masing tiga
baut.
Jadi untuk siku linggi harus diikat dengan enam baut. Bilamana konstruksi
kedudukan linggi terhadap lunas tidak dipasang siku atau tidak diperkuat
degan siku, maka kekuatan konstruksi/kedudukan linggi terhadap lunas
sangat berbahaya, dan kekuatannya hanya terletak pada ujung papan kulit
yang menempel pada linggi dan senta-senta. Cara untuk menentukan
besarnya ukura linggi dapat dilihat pada table-tabel berikut.
4. Gading
Gading merupakan kerangka dari pada kapal yang merupakan tempat
bertautnya papan kulit.
Gading ada yang terbuat dari balok tunggal, ada pula yang terbuat dari
balok ganda.
Konstruksi sambungan gading yang benar dan betul-betul memenuhi
ketentuan tehnis adalah dengan cara masing-masing ujung gading
disatukan, kemudian diapit kanan kiri dengan kne (siku gading) kemudian
diikat dengan baut. (lihat gambar konstruksi gading terlampir).
Untuk menentukan ukuran besarnya gadeing dapat dilihat pada table 3
berikut.
5. Wrang
Untuk memperkuat dan menyatukan kedudukan gading-gading sebagai
kerangka dari pada kapal, maka pada setiap pertemuan masing-masing
gading untuk bagian sisi kiri dengan bagian sisi kanan pada lunas maupun
linggi dan transom harus diperkuat dan disatukan dengan wrang, yang
diikat dengan beberapa buah baut.
Disetiap kedudukan wrang yang diapit dengan lunas dalam, maupun yang
tidak diapit dengan lunas dalam seperti dibagian linggi dan transom harus
diikat dengan baut tembus ke lunas luar (linggi atau transom).
Bilaman kedudukan wrang yang kebetulan tepat pada siku linggi cukup
diikat dengan dua buah baut sekrup, sehingga kedudukan gading dengan
wrang terhadap lunas, linggi maupun transom akan menjadi kuat dan
kokoh. Yang akirnya kedudukan papan kulit terhadap gading pun juga
akan menjadi kuat dan kokoh. (lihat gambar konstruksi kedudukan
wrang/gading terhadap lunas terlampir).
Untuk menentukan besarnya ukuran wrang dan jarak gading dapat dilihat
pada table 4 berikut.
6. Senta/galar balok
Disamping wrang sebagai penguat dan penyatu gading sebagai kerangka
kapal, disini senta/galar balok juga sebagai penguat, pengikat dan
penghubung antara gading satu dengan gading lainnya, juga sebagai
kekuatan memanjang kapal selain lunas dan lunas dalam. Sehingga
membuat kedudukan wrang/gading menjadi kuat dan kokoh.
Kekuatan memanjang kapal terletak pada lunas dalam, senta galar balok,
juga pisang-pisang, as deck, dan deck tepi, maka untuk konstruksi terbseut
harus diperlukan bahan kayu yang kuat dan memenuhi ketentuan tehnis.
Untuk jelasnya dalam keterangan ini bisa dilihat dalam gambar konstruksi
gading/palkah pada lampiran contoh gambar rencana pembuatan kapal.
Ukuran besarnya senta/galar balok dapat dilihat pada table 5 berikut.
8. Papan kulit
Fungsi dan kedudukan papan kulit kapal dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu papan kulit yang selalu berhubungan dengan air dan papan
kulit yang tidak berhubungan dengan air.
Kulit yang selalu berhubungan dengan air harus menggunakan bahan kayu
yang memenuhi persyaratam tehnis. (kayu yang termasuk klasifiasi klas
awet dan klas kuat)
Disamping itu papan kulit yang mengapit lunas atau samping kita sebut
papan pengapit lunas, harus dibuat lebih tebal dari pada papan kulit
lainnya.
Papan kulit harus mempunyai panjang yang cukup, sedang tebal papan
kulit tergantung dari ukuran kapal dan jarak gading pada kapal.
Maikn jarang jarak antara gading satu dengan gading lainnya, makin tebal
papan kulit yang digunakan.
Tebal dari pada papan kulit dapat ditentukan dengan rumus seperti pada
table 6 berikut.
Tabel 6. Ukuran tebal papan kulit kapal untuk pelayaran local
Jarak gading Tebal kulit
L ( B/3 + D ) Keterangan
(Cm) (Cm)
20 26,5 2,4 L (Panjang kapal)
25 27,5 2,6 B (Lebar kapal)
30 28,5 2,8 D (Dalam kapal)
35 30,0 3,0
40 31,5 3,2
45 33,0 3,4
50 35,0 3,6
9. Papan deck
Sebab bilamana dalam pemasangannya tidak dengan cara demikian jika
papan deck maupun papan kap bangunan atas terus menerus kena panas
matahari akan terjadi lengkung-lengkung pada tiap-tiap papan.
(lihatgambar cara pemasangan papan deck terlampir)
10. Pondasi mesin
Pondasi mesin harus kayu utuh atau kayu tunggal yang kuat. Ukuran
besarnya pondasi mesin tergantung akan besarnya kekuatan mesin
,besarnya mesin dan ukuran dari mesin.
Pondasi mesin tersebut harus lebih panjang dari pada mesin sehingga
dapat memikul beban mesin dan bantalan mesin yang di pasang.
Konstruksi pondasi mesin menurut ketentuan tehnis adalahdari pada
bagian depan dan belakang dan pondasi mesin harus diperkuat/dipasang
balok silang dengan konstruksi balok batang yang fungsinya
untukmemperkuat dan memperkokoh kedudukan pada balok pondasi
kanan dan kiri supaya menjadi satu. Dan sekeliling bagian pada pondasi
mesin pada tiap-tiap gading harus dipasang siku. (lihatgambar konstruksi
pondasi mesin terlampir)
Sehingga degan konstruksi tersebut kedudukan
B. Pelaksanaan
1. Pelaksanaan pembuatan kapal kayu secara tehnis dimulai dari
peletakan lunas, yang selanjutnya secara berurutan dilaksanakan
pemasangan linggi/siku linggi, balok diri, balok susun, balok-balok
poros, balok transom dan balok caping/siku.
Kemiringan kedudukan lunas arus sesuai dengan ukuran dalam
gambar, antara lain beberapa ketinggian ujung lunas dari basis, dan
berapa rencahnya lunas bagian belakang dari basis (dari titik
AP/FP)
2. Setelah pemasangan bagian-nagian konstruksi tersebut sudah
selesai dan sempurna, dilanjutkan degan pemasangan gading yang
sudah disatukan dengan wrang diatas lunas. Kemudian untuk
menguatkan gading, dipasang balok deck, senta/galar balok, lunas
dalam, balok girder dan tiang penegak.
Selanjutnya dilakukan pengamatan (control) terhadap
kedudukan/ketegakan/kelurusan kapal, kenudian pengecekan
terhadap keserasian gading-gading, bila sudah selaras di pasang
sekat-sekat melintang.
3. Selanjutnya mulai dipasang papan pengapit lunas (papan kulit
pertana yang berubungan dengan lunas) yang dilanjutkan
pemasangan papan kulit berikutnya.
Pemasangan papan kulit pada sisi gading kanan harus bersamaan
dan seimbang (sama jumlah lajurnya) dengan sisi gading sebelah
kiri sampai pekerjaan selesai.
Bila pemasangan tersebut tidak seimbang dan bersamaan maka
akan berpengaruh besar terhadap bentuk dan kestabilan dari pada
kapal tersebut.
Pemasangan papan deck bisa dilaksanakan bersamaan dengan
papan kulit, kecuali pada bagian-bagian yang menjadi bukaan
geladak utama.
Pada prinsipnya perbedaan yang nyata dalam pelaksaan pembuatan kapal
kayu secara tradisional dengan secara tehnis terletak pada konstruksi
pemasangan gading dan pada pemasangan papan kulit, dimana secara
tradisi papan kulit dipasang terlebih dahulu sebelum pemasangan gading
dan konstruksi pemasangan gading tidak diperkuat. Sedangkan cara tehnis
pemasangan papan kulit mengikuti bentuk dan kedudukan gading, selain
hal tersebut pada umumnya pembuatan secara tradisi tanpa
mempergunakan pedoman gambar dan bestek, sehingga setelah kapal
selesai tidak sesuai dengan rencana yang diharapkan.
C. Lain-lain
1. Bahan pengikat
Untuk menyambung/mempersatukan bagian satu dengan yang lain
harus mempergunakan baut, paku, maupun sekrup yang telah di
galvanisir (dilapisi bahan tahan karat). Sedangkan cara
pemasangannya, terlebih dahulu papan atau balok harus dibor (agar
tidak pecah yang besarnya lobang bor dibuat 1 - 1 mm lebih kecil
dari pada besarnya baut, paku, maupu sekrup. (2.3 dari besarnya
baut, paku, sekrup) agar daya ikatnya kuat.
2. Membuat kopnstruksi lengkung.
Untuk membuat bagian-bagian yang berbentuk lenkung (papan
kulit, senta/galar balok) dilakukan dengan cara pemanasan
langsung api, atau dengan uap air panas (oven). Bila secara
pemanasan api, harus dilakukan dengan hati-hati sehingga kayu
tidak terbakar/hangus pada permukaan papan (kayu). Karena akan
berpengaruh terhadap kekuatan kayu tersebut. Yang baik adalah
secara penguapan (oven), karena pecah-pecah/retak bisa
dihindarkan dan getah kayu bisa keluar semua.
3. Pemakaian dan pendempulan.
Yang dimaksud dengan pemakaian dan pendempulan adalah
pekerjaan menutup celah-celah hubungan papan (papan kulit,
papan deck, papan sekat, maupun papan kap bangunan) agar kedap
air.
Bahan yang dipergunakan dalam pemakaian adalah lawe, majun,
kapas pakal, kerokan bamboo pakal yang halus. Bahan pakai
sebelum dipakai harus dibasahi dengan solar atau minyak jarak
agar tahan terhadap air. Selesai pemakaia dilakukan pendempulan
dengan mempergunakan getah damar/sering disebut kruwing, atau
campuran aspal, kapur dan minyak jarak, bisa juga dengan aspal
dan arpus.
Pendempulan harus dilakukan dengan baik dan rata dengan
permukaan papan, sehingga tidak ada penonjolan. Untuk
mengetahui kekedapan (kedap air) dilakukan dengan cara
pengecekan mempergunakan water test yang bertekanan 7 kg.
4. Pengecatan
Perukaan papan yang akan dicat harus dibersihkan dari segala
kotoran maupun debu, kemudian dilakukan pengecatan meni,
plamir yang rata, dan cat dasar, selanjutnya pengecatan terakhir
yaitu dengan cat warna minimal dua kali. Sedang pada bagian
dibawah air dicat dengan cat anti fooling agar terlindung dari
binatang laut (iram)
Tonage = GT
L (Panjang kapal)
B (Lebar kapal)
D (Dalam kapal)
Cb (Block coeffisient)
Besarnya kekuatan mesin minimal 3 kali besarnya tonnage kapal
Besarnya Cb tergantung dari pada bentuk kadan kapal
Untuk kapal berbadan ramping Cb 0,50 0,55
Untuk kapal berbadan biasa Cb 0,55 0,60
Untuk kapal berbadan gemuk Cb 0,60 0,70
Contoh missal
L 11 m
B 2,8 m
D 0,8 m
Cb 0,60
Tonage = = 5,265 GT
Jadi mesin yang diperlukan minimal 15 PK
2. Mesin in board
Mesin in board yang digunakan dalam kapal ikan terbagi dalam 2
jenis yaitu :
a. Marine diesel
b. Stationer
a. = 0,05 D
b. = 0,12 D
c. = 0,12 D s/d 0,15 D
d. = 0,15
e. Ukuran besar 64 - 74 mm
Ukuran kecil 200 - 250 mm
f. Diameter propeller (mm)
VII. PENUTUP
Demikian petunjuk tehnis tentang pembuatan kapal kayu disajikan untuk
dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan operasional dari
program modernisasi dan motorisasi usaha penangkapan dalam rangka
pengetrapan Sapta Usaha Penangkapan
LAMPIRAN KETERANGAN
GAMBAR KONSTRUKSI
CONTOH GAMBAR
RENCANA PEMBUATAN
KAPAL KAYU/PERAHU
DAFTAR OFF SET
½ LEBAR (mm) TINGGI (mm)
WL
ORD WL 2 WL 3 WL 4 WL 5 WL 6 WL 7 WL 8 DK PL Alur I II III DK PL
1
Ap - - - 960 1310 1480 1580 1630 1540 1640 760 840 1020 1540 1640 2070
0 - - 460 1100 1390 1540 1630 1670 1580 1670 670 750 940 1420 1610 2030
½ - - 850 1280 1490 1610 1670 1700 1630 1700 550 630 820 1260 1570 1990
1 50 580 1150 1430 1590 1670 1710 1750 1680 1730 230 470 670 1080 1540 1950
1½ 430 950 1350 1560 1670 1720 1750 1750 1730 1759 120 280 520 910 1520 1929
2 700 1210 1500 1650 1720 1750 1750 1750 1750 1750 150 160 380 750 1510 1900
3 1080 1490 1650 1720 1750 1750 1750 1750 1750 1750 100 60 220 520 150 1900
4 1280 1620 1720 1750 1750 1750 1750 1750 1750 1750 50 60 180 370 150 1900
5 1290 1680 1750 1750 1750 1750 1750 1750 1750 1750 - 70 160 310 150 1900
6 1100 1570 1690 1740 1750 1750 1750 1750 1750 1750 50 110 220 440 150 1900
7 750 1280 1500 1590 1630 1680 1720 1720 1670 1700 100 180 340 760 1530 1970
8 340 850 1140 1310 1410 1510 1540 1540 1490 1550 150 310 1580 1580 1580 2060
8½ 160 580 850 1060 1210 1370 1420 1420 1340 1440 170 440 - - 1620 2200
9 60 310 550 760 930 1240 1130 1130 1280 1200 690 690 - - 1660 2330
9½ 10 120 260 420 580 880 990 990 860 1100 230 1120 - - 1710 2470
10 - - - 80 210 650 520 520 520 820 790 1720 - - 1750 2570
DAFTAR OFF SET
½ LEBAR (mm) TINGGI (mm)
0 - - - - - - - - 1150 - - - - -
½ 40 280 400 780 - - 440 450 260 - - - 900 1100
1 400 620 715 - - - 750 760 65 340 - - 815 1015
2 820 1000 1100 - - - 1100 1100 - 100 380 - 780 980
3 1040 1250 1320 - - - 1350 1350 - 60 200 - 780 980
4 1200 1365 1450 - - - 1450 1450 - - 100 480 780 980
5 1280 1420 1500 - - - 1500 1500 - - 60 380 803 1000
6 1220 1400 1480 1500 - - 1500 1500 - - 80 480 860 1060
7 1020 1220 1320 1365 - - 1380 1400 - 15 180 - 910 1130
8 640 880 1005 1100 - - 1100 1115 10 160 580 - 1000 1220
8½ 460 610 780 880 960 - 900 980 80 360 1080 - 1060 1310
9 60 310 510 650 750 - 700 800 210 700 - - 1110 1420
9½ - - 85 200 315 405 320 420 660 - - - 1210 1660
10 - - - - - - - - 1910 - - - - 1920