Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan menunjukan bahwa kayu
merupakan bahan konstruksi yang pertama-tama dipergunakan sebagai bahan
bangunan bangunan rumah maupun bangunan kapal.Pada masa-masa yang lalu
telah terdapat galangan kapal rakyat yang membuat dan memproduksi kapal kayu,
hal ini disebabkan karena besarnya potensi kayu yang terdapat didaerah hutan-
hutan indonesia. Dimana konstruksi kapal kayu yang dipergunakan adalah
konstruksi yang tradisional dakan arti kepandaian dan pengalaman untuk
membuat kapal kayu merupakan warisan yang turun temurun. Terutama didaerah
pantai Pulau Jawa telah banyak dipergunakan kayu bermotor, sehingga produksi
galangan kapal rakyat yang membuat perahu-perahu rakyat mengalami
kemunduran dalam arti jumlah perahu yang diproduksi makin sedikit. Hal ini
disebabkan karena para pemakai perahu telah meraskan kapal kayu bermotor
banyak keuntungannya dalam bermacam-macam bidang (operasi penangkapan
ikan maupun operasi pengangkutan barang.

Ada beberapa macam bahan konstruksi yang dipergunakan sebagai bangunan


kapal antara lain :

 Bahan kayu
 Bahan baja
 Bahan fiberglass dan bahan ferrocement
Kapal kayu dapat dipergunakan sebagai:

 Kapal penumpang,kapal barang


 Kapal penangkap ikan
 Kapal tunda
 Kapal pengangkut ternak + barang
Keuntungan dan kerugian pemakaian bahan kayu sebagai bahan konstruksi antar
lain:

 Keuntungan :
 Kayu mempunyai kekuatan yang tinggi, berat yang rendah dan daya
tahan yang tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik
 Kayu mudah dikerjakan, mudah diganti dan dapat diperoleh dalam
waktu yang singkat seta harga realtif rendah \
 Kerugian :
 Kayu mempunyai sifat kurang homogen(adanya cacat alam ,arah serat
berbentuk penampang,spiral diagnal dan adanya mata kayu)
 Kayu mempunyai sifat kurang awet
 Kayu dapat memuai dan menyusut
 Kayu mengalami kelengkungan yang realtip besar,bila ada
pembebanan yang berjangka lama

Cara mengatasi kerugian dalam pemakain kayu adalah :


 Hasil perhitungan perencanaan lebih diperbesar
 Pengeringan kayu perlu diadakan
 Teknik pengeringan
 Pengawetan lebih diperbaiki
1.1. Bahan kayu dan bahan

Bahan utama yang dipergunakan untuk bagian bagian konstruksi kapal


kayu adalah kayu,multiploke dan polywood (marine plywood). Dimana
persayaratan kayu yang harus digunakan untuk bagian bagian konstruksi
kapal kayu, adalah :

 Kwalitas kayu yang baik


 Kayu tidak ada celah cacat dan tidak pecah pecah
 Kayu tidak berlubang dilingkaran tahun
 Kayu harus tahan terhadap air,cuaca musim,jamur atau serangga
 Kayu tidak mudah dimaakan tiram dan tidak mudah lengkung
Jenis kayu menurut kelas kayu (keteguhan tahan lama,kekuatan,pemakaian
serta ukuran dan penggunaan) adalah :
 Menurut keteguhan tahan lama

KELAS A(I) B(II) C(III) D(IV)


a. 7 tahun 5 tahun 2 tahun Tidak lama
b. 20 tahun 13 tahun 8 tahun Tidak lama
c. Lama Lama Lama sebentar
d. Lama Lama Lama 20 tahun
e. Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah Sebentar
f. Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah lekas

Dimana :
“a” Berhubungan dengan air atau tanah lembab
“b” dipengaruhi dengan cuaca dan angin (iklim), tapi terlindung dari air.
“c” dibawah atap dan tidak berhubungan dengan tanah lembab atau air
serta dilindungi terhadap kelembapan.
“d” dibawah atap dan tidak berhubungan dengan tanah lembab atau air
serta dipelihara baik dan selalu dicat
“e” kerusakan yang disebabkan tiram dan binatang laut-rayap dan tahan
lama apabila dicat
“f” kerusakan yang disebabkan bubuk(kekuatan)
 Menurut kekuatan

KELAS A(I) B(II) C(III) D(IV)


a. 1100 725 500 360
b. 650 425 300 215
c. 0,9 0,6 0,4 0,3

Dimana :
a – keteguhan lentur mutlak
b – keteguhan tegang mutlak
c – berat jenis

 Menurut pemakaian
 Kelas awet- kuat A-B : untuk kontruksi berat (yang dipengaruhi air
cuaca dan angin atau hal- hal yang merusak)
 Kelas awet-kuat C-D : untuk konstruksi ringan (yang dibawah atap
dan selalu dipelihar)
 Menurut ukuran dan penggunaan
Apabila kayu yang mempunyai kelas awet-kuat yang lebih rendah
(kelas C) dipergunakan untuk bagian konstruksi yang menggunakan
kayu yang mempunyaui kelas awet-kuat lebih tinggi (kelas B), makan
ukuran bagian konstruksi kelas B harus diperbesar dan begitu
sebaliknya.
Menurut keteguhan tahan lama (kelas A-B) termasuk kayu keras ;jati
,belian, buna, eben dan onk.
Sedang kayu kelas C-D termasuk kayu lunak : beringin, pino,
keruwing, meranti, sampiun dan oregon
Penggunaan kayu untuk bagian –bagian konstruksi kapal kayu
a. kayu yang mempunyai berat jenis minimal :700 kg/m3
dipergunakan untuk bagian konstruksi lunas, linggi haluan-
buritan, wrang, gading, balok buritan, tutup sisi geladak
b. kayu yang mempunyai berat jenis minimal : 560 kg/m3
dipergunakan untuk balok geladak, kulit luar, galar balok, lutut
balok, dudukan mesin dan kayu mati
c. kayu yang mempunyai berat jenis minimal :450 kg/m3
dipergunakan untuk geladak dan galar bilga. Dimana berat kayu
berlaku untuk kayu yang mempunyai kelembaban : 15%
d. jenis kayu yang dapat dipergunakan untuk bagan-bagian
konstruks kapal kayu sesuai tabel:

1.2. Bahan pengikat

Bahan pengikat yang dipergunakan untuk pengikat-penguat bagian-bagian


konstruksi kapal kayu adalah :paku, sekrup, mur-baut, dan klem, sedang
bahan yang dipergunakan untuk menjamin kekedapan antara sambungan
bagian-bagian konstruksi (papan-papan kayu )adalah pakal, dempul dan cat.

1. Bahan pengikat.
Agar hubungan antara bagian-bagian konstruksi menjadi satu-kesatuan dan
rapat, maka diperlukan bahan pengikat. Bahan pengikat yang
dipergunakan untuk bagian-bagian konstruksi kapal antara lain paku,
sekrup, dan mur-baut
Cara pengikatan antara bagian-bagian konstruksi,sebagai berikut : kayu
yang akan diikat terlebih dahulu dilubangi untuk tempat baut dengan
menggunakan bor tangan.

Macam macam Mur-baut


1. Machino bolt
- bahan besi-baja (galvanis)
- pengikat keel-lunas
- penampang segi empat
2. Stove bolt
- bahan kuningan loyang

- pengikat deckfitting dan


planking
3. drift bolt-carriage bolt

- bahan baja (dapat dipotong


sesuai dengan yang diinginkan)
- bentuk sederhana

- pengikat keel-lunas dan balok


mati
Macam macam sekrup
1. flat and screw
- kepal pipih
- pengikat semua bagian
2. round head
- kepala bulat
- pengikat tempat yang jarang
dibuka
3. oval head
- kepala oval
- lebih kuat dari round head
Macam macam paku
1. galvanis bolt nail
- pengikat planking (daya ikat holding power baik)
- penampang segi empat (ukuran :2,5 x 1,5 cm)
2. anchor fast nail

- bahan monel, campuran copper -


nekel
- pengikat planking dan tempat tekuk
- bentuk bergerigi

- dipergunakan untuk kayu


ukuran : 2,5 x 7,5 mm
- diameter : 5/8”
- tahan karat dan paling kuat
3. galvanis wiro nail
- pengikat gading
4. galvanis finishuing nail
- pengikat perabotan’
Pada umumnya bahan pengikat (mur-baut, sekrup, dan paku) terbuat dari
bahan tahan karat (kuningan, baja galvanis, monel)

2. Bahan Kekedapan
Agar hubungan antar papan-papan kayu kedap air ( setelah diikat dengan
paku, sekrup, mur-aut, ) maka dilakukan pemakaian dan pendempulan
(terutama yang berhubungan langsung dengan air), misal : papan geladak,
papan kulit samping, papan kulit dasar, papann sekat bulkhead.
Bahan pakai yang dipergunakan untuk pemakaian :
 Kapal besar
 benang lavo
 kapal pakal
 kulit kayu gelam dan sabut kelapa
 Kapal besar
 benang lavo
 majun dan tali goni
 kapas pakul
` Bahan dempul yang dipergunakan untuk pekerjaan pendempulan :

- sedikit pasir
- damar + minyak tanah-minyak cat

Dimana pekerjaan pemakalan dilakukan dengan alat pakal (semacam


pahat) setelah pekerjaan pemakalan dan pendempulan dilakukan maka
diadakan pekerjaan pengetasan kekedapan dengan water test (tekanan air :
7 kg), kemudian dilakukan pekerjaan pengecatan dengan cat meni primaer
sebagai car dasar dan cat warna sebagai interior.
Multipleks
Multipleks yang mempunyai tegangan tarik minimal :430 kg/cm2 (arah
memanjang) dan tegangan tarik minimal : 320 kg/cm2 (arah melintang dan
dapat dipergunakan untuk bagian-bagian konstruksi yang penting dan
sekat kedap air. Multipleks harus tahan terhadap air dan cuaca.
Logam

Semua bagian-bagian logam, lapisan kulit kapal, sekrup, mur-baut, paku


harus tahan terhadap korosi-karat (pengaruh elektro kmia air laut). Apabila
bagian-bagian logam terbuat dari baja, harus disepuh mengantam lengan
galvanis.
1.3. Pengerjaan Balok Kayu (bagian-bagian konstruksi)

Ada dua cara untuk membuat pohon kayu (gelondongan kayu) agar lebih baik
kwalitasnya, yaitu :
1. Cara pertama

Sebelum phon kayu ditebang seluruhnya, kulit kayu bafian bawah


dipotong (disasat) melingkar dan kemudian dibiaskan dalam waktu : 5-10
tahun. Setelah daun dan ranting pohon rontok, kemudian pohon kayu
ditebang.
2. Cara kedua

Pohon (gelondongan) kayu yang telah ditebang, kemudian direndam


dalam air, Apabila akan dipergunakan pohon kayu harus betul betul kering
(pengeringan alamiah )

Balok-balok kayu agar mendapatkan kwalitas yang lebih baik, maka balok-
balok kayu tersebut harus dilakukan pengeringan secara alamiah selama “ 3-6
buan atau pengeringan secara mekanis.

Jenis mesin yang sering kali dipergunakan untuk membentuk bagian-bagian


konstruksi kapal kayu adalah :

 Mesin gergaji (band saw)


 Bovol untuk membuat parit paku
 Mesin kotam

Sedangkan untuk membuat bagian-bagian konstruksi yang lengkung ada 2


(dua) cara pelengkungannya, yaitu :

 Cara pemanasan (dengan pertolongan api)


Balok kayu yang akan dilengkungkan dipanasi dengan api (yang
diperoleh dari kompor api –brander api), apabila terlalu panas dapat
disiram air.
 Cara penguapan (dengan pertolongan uap air)
Balok kayu yang akan dilengkungkan dimasukkan kedalam kotak,
kemudian uap air dialirkan kedalam kotak tersebut. Cara penguapan
memrlukan waktu kira kira :2-4 jam.
1.4. Sambungan balok-balok kayu.

Apabila panjang balok bagian konstruksi belum sesuai dengan perencanaan


(yang diinginkan), maka dapat dilaksanakan penyambungan antar balok-
balok kayu.
Ada 3 (tiga) cara sambungan balok kayu ,yaitu :
1. Butt jont.
Sambungan yang tidak langsung, dimana diperlukan balok kayu
tambahan sebagai penyambung. Butt joint dipergunakan untuk
penyambunfan antara papan-papan kulit luar papan-papan geladak,
sekat kedap air.

2. Scarphed joint

Sambungan antara dua balok kayu, dimana kedua ujung balok-balok


kayu diptong saling menumpang dan dirapatkan dengan menggunakan
mur-baut

a. Untuk sambungan lingg + linggi, gantungan gading + gading,


sambungan lunas + lunas, sambungan galar balok, geladak balok.
b. Untuk sambungan lunas + lunas (yang tidak ada gaya tarik)

c. Untuk sambungan lunas + lunas dan sambuingan gading + gading

d. Untuk sambungan balok-balok kayu yang ada gaya tahan

e. Untuk sambungan papan-papan kayu >20 mm


f. Untuk sambungan papan-papan kulit
g. Untuk sambungan balok-balok tiang
h. Untuk sambungan papan-papan kayu <20 mm
3. Strake Joint
1.4. Sambungan balok-balok kayu.
1. Segi Perencanaan

Perencanaan kapal baja berdasarkan dari harga pendekatan berat baja


untuk mendapatkan ukuran utama kapal, sedang perencanaan kapal kayu

berdasarkan kapal pembanding (kapal kayu yang sudah ada –jadi). Hal ini
disebabkan karena berat kayu tidak sama (tergantung dari jenis dan berat
jenis kayu ). Untuk merencanakan kapal kayu tidak dapat menggunakan
tabel-grafik seperti untuk merencanakan kapal baja
2. Segi pelaksanaan

Pelaksanaan pembuatan kapal baja digalangan kapal tidak mengalami


kesulitan, karena dari rencana gambar tidak ada pengaruh dari tebal
gading. Sedang pelaksanaan pembuatan kapal kayu digalangan harus
diperhatikan tebal gading dan papan kulit untuk pemasangan gading-
gading, agar waktu pemasangan papan kulit dapat melekat dengan rapat
terhadap gading, terutama didaerah haluan dan buritan kapal dengan cara
memotong serong dibagian luar gading (yang sesuai dengan pemasangan
kulit luar).
3. Segi Operasi Perawatan

 Penggantian papan kulit dari kabal kapal kayu lebih mudah


dilaksanakan (untuk kapal yang mempunyai ukuran L<15 m), karena
papan kulit terdiri dari papan yang lebarnya : 20 m dan peralatan kapal
kayu lebih sederhana. Untuk pekerjaan penggantian papan kulit atau
pemeriksaan sambungan papan kulit, kapal kayu tidak memerlukan
galangan kapal, karena dengan cara memiringkan kapal dipantai, maka
pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan. Apabila air laut sudah besar
(permukaan airlaut tambah tinggi-pasang) maka kapal kayu sudah dapat
dikembalikan-diapungkan kedalam airlaut (dengan cara melepas tiang-
tiang penahan) sedang bagi kapal baja 9dengan ukuran yang sama )
untuk pekerjaan penggantian pelat kulit dibawah air, maka kapal baju
harus dinaikkan dock untuk pekerjaan pengelasan
 Kapal kayu tidak mempergunakan zink anode, sehinga tida perlu
memikirkan penggantian zink anode. Apabila kemudi kapal kayu
terbuat dari pelat baja, maka perlu dipasang zink anode.
 Kapal kayu tidak mungkin berkarat, maka kapal kayu tidak perlu
menggunakan cat anti karat-anti korosi (hanya menggunakan car anti
fouling). Sedang untuk kapal kayu tradisional (kapal rakyat) sebagai
pengganti cat anti fouling dipergunakan aspal tor atau kapur.
4. Segi Konstruksi

Konstruksi kapal kayu berbeda dengan konstruksi kapl baja (sambungan


antar bagian perlengkapan kapal dengan geladak kapal, sistim sambungan
perletakan perlengkapan kapal)

 Cara pemasangan-perletakan mast


Pada kapal kayu tiang mast harus menembus geladak dan terletak pada
balok lunas
 Cara pemasangan ventilator

 Cara pemasangan karangan laut

 Cara pemasangan perlengkapan poros baling baling


BAB II
KONSTRUKSI KAPAL KAYU
II.1. Ukuran Utama Kapal Kayu

Cara menentukan ukuran utama kapal kayu berebeda dengan menentukan


ukuran utama kapal baja. Dimana ukuran utama kapal kayu sangat penting
untuk menentukan ukuran bagian-bagian/balok-balok konstruksi kapal kayu
dan peralatan kapal kayu yang ssuai dengan persyaratan BKI (Biro
Klasifikasi Indonesia)
Ukuran utama kapal kayu yang sesuai dengan persyaratan BKI adalah :

1. Panjang kapal : L
Panjang rata-rata antar panjang kapal (pada garis muat ): L1 dengan
panjang kapal (pada garis geladak) :L2

2. Lebar kapal : B
Jarak antara sisi-sisi luar papan kulit kapal pada lebar kapal yang
terbesar.
3. Tinggi Kapal : H
Jarak vertikal antar sisi bawah lunas dengan sisi atas geladak pada
sisi geladak kapal yang diukur depertengahan panjang kapal (pada
garis muat) : L1
4. Sarat Air Kapal : T
Jarak vertikal antar sisi bawah sponeng lunas dengan lambung
timbul kapal, pada saat musim panas diukur dipertengahan panjang
kapal (pada garis muat ) :L1
Dimana :
L1 : Jarak antara sisi belakang linggi buritan dengan sisi depan
linggi haluan pada garis muat
L2 : Jarak antara sisi belakang linggi buritan dengan sisi depan
linggi haluan pada garis geladak utama. Atau jarak antar sisi
belakang buritan datar dengan sisi depan linggi haluan pada
garis geladak utama
II.2. Balok-balok Konstruksi kapal kayu
2.1 Ukuran Balok-balok konstruksi kapal kayu tergantung dari :

 Angka penunjuk : L(B/3 + H)


 Daerah pelayaran :
 Pelayaran pantai
 Pelayaran lokal

2.2. Macam- macam balok konstruksi kapal kayu, adalah : (seperti terlihat
pada gambar dibawah ini )
GADING TUNGGAL

GADING GANDA

1. LUNAS
a. Ukuran lebar x tinggi lunas (lunas luar dan lunas dalam) didapat dari
tabel 1. Dan tergantung angka penunjuk : L(B/3+H).
Apabila harga angka penunjuk :
 L (B/3+H) >140
Kapal harus mempunyai lunas luar dan lunas dalam
 L (B/3 + H) <140
Kapal hanya mempunyai lunas luar (kapal tidak perlu mempunyai
lunas dalam)

Dimana lebar sponeng lunas (1,0-1,5) x tebal papan kulit

Apabila harga panjang kapal :

 L > 14,0 meter


Kapal harus mempunyai lunas luar dan lunas dalam yang terbuar
dari satu potong balok kayu
 L < 14,0 meter
Kapal harus mempunyai lunas luar yang terdiri dari tiga potong
balok kayu yang disambung
b. Lebar x tinggi lunas luar dan lunas dalam dapat dirubah sedikit,
asalkan luas penampang lunas dalam > ½ luas penampang lunas luar,
apabila lunas luar dan lunas dalam terbuat dari satu potong balok
kayu, maka luas penampang lunas luar dan lunas dalam boleh
dikurangi 10% dari penampang menurut tabel 1 serta apabila lunas
luar terdiri dari lapisan-lapisan katu yang dilem, maka penampang
lunas luar boleh dikurangi 15% dari penampang menurut tabel 1 (
dimana tebal lapisan kayu < 20 mm)
c. Ketentuan ketentuan yang harus dipenuhi untuk sambungan lunas,
antara lain :
 Panjang setiap potongan lunas minimal : 6,0 mtr
 Sambungan lunas tidak boleh berada dibawah lubang palka
dan bukaan geladak yang besar
 Sambungan lunas tidak boleh berada dibagian belakang
kapal (kapal yang bermotor)
 Sambungan lunas minimal berjarak = satu jarak gading
terhadap sekat kedap air yang terdekat dan sambungan linas
minimal berjarak = dua jarak gading terhadap pemikul
membujur mesin
 Jarak antara sambungan lunas luar dengan sambungan
lunas dalam minimal berjarak = lima jarak gading
 Apabila panjang kapal ;
 L < 15,0 mtr
Sambungan lunas harus skrap miring dengan panjang
sambungan = 5 x tinggi lunas
 L > 15,0 mtr
Sambungan lunas harus skrap miring berkait ganda
 Pada sambungan lunas harus dipasang stop water dari kayu
lunak ( meranti, kampar) dititik titik pertemuan antara

sponeng dengan sambungan

2. LINGGI HALUAN dan LINGGI BURITAN


a. Ukuran lebar x tinggi linggi haluan didapat dari tabel 1.
Tinggi linggi haluan diatas garis air-garis muat > 60% dari tinggi
haluan menurut tabel 1.
Tinggi linggi buritan / 105 % dari tinggi linggi haluan, dan lebar linggi
buritan = lebar linggi haluan.
Dimana lebar sponeng = 1,50 x tebal papan kulit .

Lebar x tinggi linggi haluan dan linggi buritan dapat diubah, asalkan
luas penampang menurut tabel 1, dipertahankan.
Isi depan inggi haluan dan sisi belakang linggi buritan dapat ditajamkan
b. Linggi baling-baling
Jarak antara tabung buritan dengan sisi dalam sponeng > 20,0 mm.
Apabila angka penunjuk : L (B/3 + H) >120- maka jarak antara lubang

tabung burita dengan sisi dalam sponeng > 25,0 mm

Lutut linggi.
Lutut linggi sebagai penguat sambungan antara linggi dengan lunas luar
lutut llinggi harus berimpitan dengan lunas luar dan linggi haluan
sepanjang = 3 x tinggi lunas
c. Ketentuan-ketentuan harus dipenuhi untuk sambungan linggi, antara
lain :
 Sambungan linggi haluan harus terletak diatas garis aitr- garis muat
dengan panjang sambungan 5 x tinggi linggi haluan.
 Sambungan antara lunas dengan linggi haluan/buritan harus dipasang
stop water dititik pertemuan antara sponeng dengan sambungan
SAMBUNGAN LUNAS + LINGGI HALUAN
SAMBUNGAN LUNAS + LINGGI BURITAN
3. GADING dan WRANG
 Ada 4 (empat) macam gading, yaitu :
o Gading lengkung : untuk kapal kayu yang mempunyai bentuk dasar
U
 Gading lengkung tunggal
 Gading lengkung ganda
o Gading lurus : untuk kapal kayu yang mempunyai bentuk dasar V
o Gading berlapis
o Gading dari baja
Ukuran tebal x tinggi gading didapat dari tabel 3
Jarak gading diukur dari pertengahan gading satu dengan gading yang
lain didapat dari tebal 6
 Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi bagi gading adalah :
o Jenis kayu yang dipergunakan untuk gading harus mempunyai serat
kayu (urat kayu ) sejalan atau searah dengan bentuk gading
o Gading tunggal
 Sambungan gading berbentuk skrap miring, dimana kedua bagian
gading harus berimpitan sepanjang minimal = 3 x tebal gading
 Sambungan gading berbentuk skrap tumpul, dimana kedua bagian
gading harus diikat dengan skrap samping (kayu penyambung)
yang panjangnya= 6 x tebal gading dan penampang skrap
samping = penampang gading.

o Gading ganda
 Sambungan gading tidak perlu lengan kayu penyambung (skrap
samping). Kedua bagian gading dapat diletakkan tumpul, tetapi
jarak antara titik pertemuan gading I dengan titik pertemuan
gading II (dari gading ganda) minimal = 6 x tebal gading atau <

700 mm

o Gading berlapis
 Setiap lapisan gading harus sepanjang gading menurut rencana
garis (satu ukuran panjang)
 Tebal setiap lapisan gading = 1/8 x tinggi gading dan tidak lebih
dari 20 mm

 Hubungan antara gading dengan wrang


o Gading lengkung tunggal
Gading lambung kiri dan gading lambung kanan dihubungkan
dengan wrang, tinggi wrang didapat dari tabel 4 ( diukur dari sisi
atas lunas luar), dan tebal wrang = tebal gading, panjang wrang > 0,4
B (B’ = lebar kapal setempat).

o Gading lengkung ganda


 Gading ganda diteruskan sepanjang lunas luar
 Letak sambungan gading (disatu sisi ) = 0,1 – 0,25 B’ dan
sambungan gading (disis lain) = 0,35 – 0,40 B’ yang diukur dari
bidang simetri kapal ke sisi luar gading.
 Panjang kedua lengan gading > 0,5 B’ yang diukur dari tengah
lunas
 Apabila titik pertemuan gading I terletak ditengah-tengah lunas,
maka titik pertemuan gading II harus terletak minimal = 0,25 B’
dari tengah lunas.
Tinggi gading dari sisi atas lunas luar = tinggi wrang yang didapat
dari tabel 4
 Wrang yang terletak dibawah pondasi mesin harus diperkuat
Wrang atau gading yang terletak sebelah-menyebelah sisi lunas harus
dibuat lubang air, supaya air dapat mengalir menuju pompa bilga.

4. GALAR BALOK dan GALAR KIM


 Ada 3 (tiga) macam gaar balok, yaitu :
o Galar balok utama.
o Galar balok samping = galar balok sisi.
o Galar balok bawah.\
Galar balok yang tidak terutus harus dipasang pada setiap sisi/lambung
kapal
Kapal yang mempunyai angka penunjuk :
o L (B/3 + H ) > 55
Setiap sisi/lambung kapal harus dipasang galar balok utama, galar
balok samping dan galar balok bawah
o L (B/3 + H ) > 150
Setiap sisi/ lambung harus dipasang galar balok utama, galar balok
samping dan satu atau dua galar balok bawah
Ukuran tebal x tinggi galar balok didapat dari tabel 5. Diluar daerah
0,25 L1 dan 0,75 L1 penampang galar balok dapat diperkecil secara
berangsur-angsur sampai 75%
 Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi bagi galar balok, adalah :
o Galar balok harus menembus sekat kedap air.
o Sambungan galar balok berbentuk skrap miring, dimana kedua
bagian galar balok harus berimpitan sepanjang minimal = 2 x jarak
gading.
o Sambungan galar balok berbentuk skrap tumpul, dimana kedua
bagian galar balok harus diikat dengan kayu penyambung yang
panjangnya = 3 x jarak gading.
o Sambungan galar balok tidak boleh terletak didaerah :
 Sekitar tiang, tali tiang dan dinding sekat.
 Sambungan dari laju papan kulit luar bagian atas dan
 Sambungan dari lajur tutup sisi geladak
o Galar kim harus dipasang pada setiap sisi/lambung kapal, dimana
galar kim dapat terdiri dari beberapa balok kayu.
Ukuran tebal x tinggi galar kim didapat dari tabel 5.
Diluar daerah 0,25 L1 dan 0,75 L1 penampang galar kim dapat
diperkecil secara berangsur angsur sampai 75%
Galar kim boleh disambung memanjang dan harus dipasang dari
muka sampai belakang kapal.
Untuk kapal yang mempunyai palka ikan, galar kim dapat terputus
pada dinding sekat palka ikan, tetapi galar kim dengan dinding sekat
dihubungkan dengan lutut

5. PENGIKAT LINGGI
 Galar balok dan galar kim dengan linggi haluan/buritan harus
dihubungkan dengan pengikat linggi (pengikat lingg terbuat dari baja
dan kayu ).
 Pengikat linggi = lutut linggi harus sampai gading yang terletak
dibelakang linggi haluan atau gading yang terletak dimuka linggi
buritan, tetapi panjang lengan pengikat linggi > 600 mm.
 Penampang pengikat linggi tergantung dari angka penunjuk :

L (B/3 + H ) m2 Penampang Cm2


20 15
60 20
100 24
150 27
Diatas 200 30

Penampang lengan lutut linggi dari kayu = penampang gading tunggal


didapat dari tabel 3.
6. KULIT LUAR
 Ukuran tebal papan kulit luar didapat dari tabel 6.
Kapal yang mempunyai angka penunjuk :
o L (B/3 + H) < 50
Kapal mempunyai lajur papan kulit luar yang tebalnya sama.
o L (B/3 + H) > 50
Kapal mempunyai lajur lunas dan lajur sisi atas tebalnya harus lebih
besar dari pada lajur sisi lainnya dan lajur alas
Diluar daerah 0,5 L1 tebal lajur lunas dan lajur sisi atas dapat diperkecil
secara berangsur-angsur sampai tebalnya sama dengan tebal lajur sisi
dan lajur alas
Tebal papan kulit luar didapat dari tabel 6 untuk jarak gading menurut
kolom 2 – 3, apabila jarak gading diperbesar maka tebal papan harus
ditambah menurut perbandingan lurus.
 Kapal yang mempunyai kulit ganda/lapi, tebal kulit luar dapat dikurangi
10% dimana tebal lapisan papan kulit luar > 130% x tebal lapisan papan
dalam
 Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi bagi kulit luar, adalah :
o Kulit luar terbuat dari papan yang dipotong secara radial dan
sepanjang mungkin.
o Jarak antar sambungan lajur papan I dan lajur papan II (lajur papan
yang bersisian) = 3 x jarak gading.
Jarak antar sambungan lajur papan I dengan lajur papan III ( ada satu
lajur papan diantaranya ) = 2 x jarak gading.
Jarak antara sambungan lajur papan I dengan lajur papan IV ( ada
dua lajur papan diantaranya ) = 1 x jarak gading.

o Sambungan papan bagian atas (lajur sisi atas) dengan sambungan


galar balok dan lajur tutup sisi geladak tidak boleh segaris ( satu
bidang)
o Sambungan lajur lunas dengan sambungan lunas tidak boleh segaris.
o Sambungan papan-papan kulit luar dapat dibuat diantara gading
dengan gading.

7. BALOK GELADAK dan LUTUT BALOK GELADAK


 Jarak balok geladak diukur dari tengah-tengah balok geladak satu
dengan balok geladak yang lain, didapat dari tabel 7.
Jarak antara balok geladak satu dengan balok geladak yang lain dapat
diperbesar sampai 10% apabila jarak balok geladak berdekatan
dikurangi sesuai dengan nilai yang diperbesar
 Ukuran lebar x tinggi balok geladak didapat dari tabel 8, dimana ukuran
balok geladak tergantung pada :
o Panjang setiap balok geladak.
o Jarak antara balok geladak dengan balok geladak (jarak balok
geladak) dimana panjang balok geladak yang berlaku, adalah :
 Panjang antara sisi luar gading dengan luar gading (untuk balok
geladak )
 Panjang antara sisi luar gading dengan ambang palka/ambang
bangunan atas 9untuk balok geladak di sisi palka)
 Bagi balok geladak ujung dari palka dan balok geladak yang
berjarak tidak sama dengan balok-balok geladak dikedua sisinya,
maka jarak balok geladak yang berlaku adalah panjang bidang
beban geladak yang dipikul oleh balok-balok geladak yang
bersangkutan.
Balok geladak yang mempunyai modulus penamang > 2~3 x
penampang blok geladak yang normal 9dari tabel 8), berlaku bagi balok
geladak :
o Balok geladak ujung-ujung lubang palka –lubang geladak yang
benar.
o Balok geladak dimuka/dibelakang tiang muat utama, bilamana tidak
terletak diatas sekat/topang geladak.
Balok geladak dibawah mesin jangkar/mesin derek harus diperkuat.
Balok geladak yang tidak terputus sampai galar balok, dapat dikurangi
secara berangsur-angsur sampai 20%.
 Lutut balok geladak
Balok geladak diujung-ujung lubang geladak dan balok geladak yang
diperkuat harus dihubungkan dengan gading-gading, balok-balok
geladak, tutup sisi geladak, kulit luar dan galar-galar balok dengan
mempergunakan lutut horizontal (lutut balok geladak) yang diikat
memakai 2 sekrup/baut tumpul. Jumlah lutut balok geladak harus
ditempatkan pada satu sisi lambung kapal, didapat dari tabel 7.
 Balok geladak yang besar harus dipasang pada :
o Disebelah lubagn-lubang geladak.
o Disebelah tiang muat utama.
o Dibawah mesin jangkar/derek, bolder.

8. GELADAK
 Ukuran tebal papan geladak didapat dari tabel 7.
Lebar papan geladak = 75 mm : untuk kapal-kapal kecil
100-130 mm : untuk kapal-kapal besar
Papan geladak terbuat dari papan yang dipotong secara radial dan
sepanjang mungkin.
 Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi bagi geladak, adalah :
 Sambungan antar lajur papan geladak dengan papan geladak (seperti
ketentuan yang harus dipenuhi bagi kulit luar ).
 Jarak antara sambungan tutup sisi geladak dengan sambungan lajur
sisi atas > 1,50 mtr
 Jarak antara sambungan tutup sisi geladak dngan sambungan galar
baok > 1,20 mtr
Ukuran tebal lajur saluran air (tutup sist geladak ) didapat dari tabel
7.
Lebar ajur sisi geladak = 2 x lebar penahan pagar atau gading,
apabila gading menembus geladak.
 Apabila panjang kapal :
L > 14 mtr : setiap bagian tutup sisi geladak harus disambung
dengan bibir miring
L < 14 mtr : setiap bagian tutup sisi geladak harus disambung
dengan sambungan tumpul dan mempergunakan kayu penyambung
dibawah tutup sisi geladak.

9. PAGAR
 Apabila panjang kapal:
L < 10 mtr – tinggi pagar = 300 mm
L = 10-12 mtr – tinggi pagar = 400 mm
L > 12 mtr – tinggi pagar > 500 mm
Tebal papan pagar = 0,7 x tebal papan kulit luar.
 Penegar – penahan pagar
Pagar harus diperkuat dengan penyokong pagar.
Penyokong pagar ditempatkan pada setiapgading yang ketiga (setiap
gading yagn kedua) atau jarak antara , penegar-penegar pagar = 1-2 x
jarak gading
Ukuran tebal penegar didapat dari tabel 3

 Pagar dalam
Tebal pagar dalam = tebal pagar/ papan pagar.
Lebar pagar dalam tergantung dari panjang kapal, yaitu :
o Panjang kapal : L < 10 mtr – lebar pagar dalam = 150 mm
o Panjang kapal : L = 10-12 mtr – lebar pagar dalam = 200 mm
o Panjang kapal : L > 12 mtr – lebar pagar dalam = 250 mm.
Dimana :
Lebar setiap lajur pagar dalam : 75 - 130 mm
 Tudung pagar
Tebal tudung pagar = 1,5 – 2,0 x tebal papan geladak
Lebar tudng pagar minimal = tinggi gading (satu lajur papan).
Sambingan antara lajur-lajur pagar dalam dan laju-lajur tudung pagar
dengan memakai sambungan tumpul dan dipasang kayu penyambung
didalam pagar dalam serta dibawah tudung pagar
 Pisang pisang – fender
Pisang pisang berfungsi sebagai pelindungsisi lambung kapal dari
benturan bentura. Dimana pisang-pisang dipasang pad garis geladak
dan [ada lebar kapal yang terbesar. Pada umumnya pisang-pisang
berbentuk setengah lingkaran, dimna diamater pisang-pisang = 2-2,5 x
lebar lajur-lajur papan kulit luar.

10. SEKAT KEDAP AIR


 Ada 4 (empat) macam sekat kedap air, yaitu :
o Sekat tubrukan
o Sekat palka
o Sekat kamar mesin
o Sekat buritan
Setiap kapal mempunyai kamar mesin, ruang akomodasi, ruang muatan
atau ruang palka ikan yang terpisah dengan yang lain oleh sekat kedap
air. Apabila panjang kapal : L > 10 mtr, kapal mempunyai sekat
tubrukan yang letaknya = 0,05 L dari sisi depam linggi haluan diukur
pada garis muat.
 Konstruksi sekat kedap air terdiri dari :
o Papan sekat kedap air, dimana tebal papan sekat didapat dari tabel 9.
o Penegar sekat kedap air, dimana ukuran lebar x tinggi penegar sekat
didapat datri tabel 9
 Sekat kedap air terbuat dari bahan :
o Papan yang dipotong secara radial
o Multiplex spesial- marine polywood/multiplex (tahan air, dan cuaca).
o Pelat baja
o Sekat kedap air dapat terbuat dari sekat berganda, tetapi diantara
kedua sekat harus disispkan isolasi

11. PONDASI MESIN


 Ukuran pondasi mesin penggerak kapal tergantung dari pada :
o Tenaga motor
o Berat dan ukuran mesin
o Roda gigi dan bantalan tekan
o Angka perputaran dan jumlah silinder
o Sifat perputaran motor.
o Bentuk konstruksi pondasi (sambungan antara pembujur pondasi
dengan wrang)
 Konstruksi pondasi mesin terdiri dari :
o Pemikul bujur kayu yang tunggal
o Konstruksi baja atau kombinasi pemikul bujur kayu dengan penegar
baja, yang dihubungkan pada wrang dan gading. Dimana pemikul
bujur kayu harus panjang ( dpat memikul mesin, roda gigi dan
bantalan tekan ). Panjang pemikul bujur kayu-pondasi mesin =
panjang antara sekat depan samai sekat belakang kamar mesin
(dimana kamar mesin terletak ditengah kapal). Panjang pondasi
mesin = panjang antara sekat depan sampai bagian buritan kapal
(dimana kamar mesin terletak dibelakang kapal).
o Ukuran tinggi x lebar pondasi mesin didapat dari tabel 11.
Diantara pondasi mesin dengan rangka dasar harus dipasang pelat
alas, dimana tebal pelat alas didapat dari tabel 11. Bed plate dengan
pondasi mesin harus diikat dengan mur-baut yang menembus wrang
dan kulit luar.
o Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi bagi pondasi mesi baja,
adalah :
 Pemikul bujur dan pelat alas (pondasi terbuat dari pelat baja)
didapat dari tabel 11.
 Pemikul bujur dan pelat alas harus dihubungkan dengan gading-
gading, kedua pemikul bujur harus dihubungkan dengan
pemikul lintang memakai lutut baja. Pemikul bujur harus
dihubungkan dengan wrang.
 Lutut baja dan pemikul lintang harus mempunyai flens
CONTOH SOAL

Kapal kayu dengan sistim konstruksi lunas luar dan gading tunggal
lengkung mempunyi ukuran-ukuran seperti dibawah ini :

Hitung : Ukuran –ukuran balok konstruksi dengan cara interpolasi


a. Jarak gading dan jarak balok geladak
- Jarak penegar sekat tubrukan = 450 mm dan
- Jarak penegar sekat biasa = 560 mm
b. Lebar x Tinggi
- Lunas luar linggi haluan dan linggi buritan.
- Penegar sekat tubrukan dan peegar sekat biasa, (panjang
penegar = tinggi tekanan : 2,1 mtr )
- Balok geladak (panjang balok geladak =3,4 mtr dan 3,6
mtr
c. Tebal x Tinggi
- Gading tunggal lengkung wrang
- Galar balok utama, galar samping, galar bawah dan galar
kim
d. Tebal
- Geladak dan pagar
- Lajur sisi dan lajur alas
- Sekat kedap air (sekat tubrukan dan sekat biasa)
e. Tebal x Lebar
- Lajur sisi atas dan lajur lunas
- Lajur tutup sisi geladak

Penyelesaian :

Lwl = L1 : 19,20 mtr

Lwl = L2 : 21,60 mtr

L = 20,40 mtr.

B = 4,70 mtr

H = 2,10 mtr

B/3 + H = 4,70/3 + 2,10 = 1,567 + 2,10 = 3,667

L(B/3 + H ) = 20,40 x 3,667 = 74,807 m2

1. Jarak Gading
( )

( )

Jarak balok geladak :

( )

( )

Jarak penegar sekat tubrukan = 450 mm (diketahui)


Jarak penegar sekat biasa = 560 mm (diketahui )

2. Lebar x tinggi
o Lunas luar
o Lebar :

( )

( )
o Tinggi :

( )

( )
o Linggi haluan
o Lebar :

( )

( )
o Tinggi :

( )

( )
o Linggi buritan
- Lebar : 208 (sama dengan lebar linggi haluan)
- Tinggi : 105 % x tinggi linggi haluan
105 % x 307,211 = 322,572 ~ 323 mm
o Penegar sekat tubrukan
W100 : ( )

: 48,7 + 7 = 55,7 cm3


W100 : W450 = 100 : 450
55,7 : W450 = 100 : 450 ~ W450

- Lebar :

( )

- Tinggi :

( )

o Penegar sekat biasa

( )

W100 : W560 = 100 : 560


44,8 : W560 = 100 : 560

- Lebar :

( )

( )
- Tinggi :
( )

( )

o Balok geladak
- Panjang balok geladak = 470 mtr

( )

Jarak balok geladak = 640 mm


W100 : W648 = 100 : 648
45,15 : W648 = 100 : 648

- Lebar :

( )

- Tinggi :

( )

- Panjang balok geladak = 3,60 mtr


Jarak balok geladak = 640 mm
W100 = 24,4 cmi3 beban geladak : p

( )
- Lebar :

( )

- Tinggi :

( )

3. Tebal x tinggi
o Gading tunggal lengkung
- Jarak gading = 415 mm (penyelesaian 1)

( )

W100 : W415 = 100 : 415

71,685 : W648 = 100 : 415

- Tebal

( )

- Tinggi

( )

Untuk gading alas

( )
Untuk gading atas
o Wrang
- Tebal : 91 mm (sama dengan tebal gading)
- Tinggi

( )

o Galar balok utama


- Tinggi

( )

- Tebal

( )

- Tinggi

( )

- Tebal

( )

o Galar balok samping


- Tinggi

( )

- Tebal

( )
o Galar balok bawah
- Tinggi

( )

- Tebal

( )

o Galar balok kim


- Tinggi

( )

- Tebal

( )

4. Tebal
o Geladak
- Tebal

( )

o Pagar
- Tebal

( )

o Lajur sisi dan lajur alas


- Tebal
( )

o Sekat kedap air


- Tebal

( )

5. Tebal x lebar
o Lajur sisi alas dan lajur lunas
- Lebar

( )

- Tebal

( )

o Lajur tutup sisi geladak


- Lebar

( )

- Tebal

( )
l

a. 500 mm (jarak balok geladak)


l. penampang balok geladak

α1 x 500 mm = 550 mm (110%)

α2 x 500 mm = 475 mm (95%)

Jarak balok geladak


- ujung palkah = jarak balok geladak
- a = jarak balok geladak
PETUNJUK TEHNIS
PEMBUATAN KAPAL KAYU

DINAS PERIKANAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT JAWA TIMUR

UNIT PEMBINAAN PENANGKAPAN IKAN


PROBOLINGGO
PENDAHULUAN

1. Dalam rangka untuk meningkatkan produksi dan produtivitas usaha


penangkapan guna meningkatkan pendapatan nelayan telah diprogramkan
motorisasi dan moderinsasi usaha penangkapan dimana dalam penerapannya
ditempuh melalui sistem Sapta Usaha Penangkapan Ikan, diantaranya
kontruksi kapal.
2. Pada dasarnya dalam pembuatan kapal kayu secara tehnis ditentukan oleh
kontruksi, bahan yang dipergunakan dan sistem/tehnis pembuatannya. Ketiga
faktor tersebut saling berkaitan satu dengar lainnya.
3. Ukuran dasar dalam pembuatan kapal adalah :
- Panjang Kapal ( L)
- Lebar Kapal ( B)
- Dalam Kapal ( D)

Dari ketiga ukuran dasar tersebut akan menentukan besar ( tonage) kapal serta
kekuatan mesin yang akan dipergunakan.

4. Guna memperpanjang keberhasilan program modernisasi dan motonsasi


usaha penangkapan ikan dilaut perlu adanya petunjuk tehnis pembuatan kapal
kayu untuk dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaanya.

TEHNIS UMUM

Material
- Pemilihan Jenis material yang dipergunakan dalam pembuatan kapal kayu
harus mendapat perhatian yang seksama mengingat pengaruhnya yang
besar terhadap masa pemakaian kapal tersebut.
- Kapal merupakan sarana pengangkut diatas air maka bahan kayu yang
dipergunakan harus memenuhi persyaratan tehnis, antara lain :
o Mempuyai umur yang cukup/tua
o Kering
o Mempuyai panjang dan diameter yang cukup
o Bebas cacat, tidak pecah-pecah, tidak berlubang ligkaran Tahun
o Tahan terhadap semua musim
- Menuntut kelasnya kayu dapat dikelaskan dalam kelas awet dan kelas kuat
dimana tiap tiap kelas tersebut dibagi menurut tingkatanyya menjadi.
o Kelas awet I, II, III dan IV
o Kelas Kuat I, II, III dan IV
- Pemakaian kayu menurut kelasnya disesuaikan dengan sifat dan bagian
dari kontruksinya kapal yang bersangkutan dimana untuk bagian yang
termasuk konstruksi berat atau selalu berhubungan dengan air dan
mendapat beban yang lebih berat harus mempergunakan kayu kelas
awet/kuat I atau II ( jati,kulim,balau), sedang pada bagian kontruksi
dibawah atap dan ringan dapat dipergunakan kayu kelas awet/kuat III atau
IV ( Keruwing,meranti, kanper dan ramin utuk lebih jelas dalam
pemakaian kelas kayu menurut kebutuhannya dilihat pada lamper dan
ramin ). Untuk lebih jelas dalam pemakaian kelas kayu menurut
kebutuhannya dapat dilihat pada lampiran 1.

KONTRUKSI

1. Lunas
Lunas Merupakan dasar daripada pembuatan kapal, disamping itu lunas
juga merupakan kekuatan pokok dari pada kapal. Oleh sebab itu bahan
kayu untu lunas harus betul-betul ketentuan tehnis, antara lain
- Kayu Harus Mempuyai kelas awet/kuat
- Kayu yang dipergunakan harus diusahakan tidak bersambung,
namun kalau terpaksa ada sambungannya maka harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a. Sambungan lunas tidak boleh lebih dari satu
b. Cara menyambung harus memenuhi ketentuan tehnis
c. Sambungan tidak boleh tepat ditengah tengah panjang
kapal, maupun tepat dibawah ruangan mesin.

Kontruksi sambungan lunas dibuat dengan kontruksi bibir miring berkait,


dengan dilapis kain blaco yang diberi meni yang kental ( Kain Water Prof ).

Adapun jenjang sambungan lunas adalah lima kali lebar lunas dengan tebal
ujung sambungan masing-masing seperempat dari 1 lebar lunas.

(lihat gambar konstruksi sambungan lunas terlampir)

Ukuran besarnya lunas tergantung dari pada volume/besarnya kapal yang


akan dibuat..

Untuk kapal-kapal pelayaran local, cara menentukan besarnya ukuran lunas


dapat dirumuskan seperti tabel dibawah ini.

Tabel tersebut setidak-tidaknya juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk


menentukan besarnya ukuran lunas pada kapal (lihat table 1)
Tabel 1 Ukuran Lunas

UKURAN LUNAS
L (B/3 + D) m3 KETERANGAN
2
Penapang (Cm ) Lebar x Tinggi (Cm)

20 200 14,0 x 20,0

25 340 15,0 x 23,0

30 390 16,0 x 24,5 L (Panajng kapal)

35 440 17,0 x 26,0 B (Lebar kapal)

40 490 18,0 x 27 0 D (Dalam kapal)

50 585 20,0 x 29,5

60 675 21,0 x 32,0

2. Linggi
Linggi juga merupakan kekuatan utama dari pada kapal, oleh sebab itu
bahan kayu untuk linggi juga harus yang memenuhi ketentuaan tehnis
seperti halnya lunas. Linggi tidak boleh ada sambungan, dan konstruksi
sambungan linggi terhadap lunas harus memenuhi ketentuan tehnis.
Konstruksi sambungan linggi terhadap lunas harus dipasang siku (siku
tinggi). Dengan ketentuan dari sudut pertemuan/sudut siku kelunas harus
dibuat panjang tiga kali lebar lunas, begitu juga dari sudut siku ke linggi
harus dibuat panjang tiga kali lebar lunas, dengan diikat masing-masing tiga
baut.
Jadi untuk siku linggi harus diikat dengan enam baut. Bilamana konstruksi
kedudukan linggi terhadap lunas tidak dipasang siku atau tidak diperkuat
degan siku, maka kekuatan konstruksi/kedudukan linggi terhadap lunas
sangat berbahaya, dan kekuatannya hanya terletak pada ujung papan kulit
yang menempel pada linggi dan senta-senta. Cara untuk menentukan
besarnya ukura linggi dapat dilihat pada table-tabel berikut.

Tabel 2. Ukuran linggi untuk kapal pelayaran local.


UKURAN LINGGI
L (B/3 x D) m2 KETERANGAN
Lebar x Tinggi (Cm)
20 11,5 x 18,0
25 12,5 x 19,0
30 14,0 x 20,0 L (Panajng kapal)
35 14,5 x 21,0
40 14,5 x 22,0 B (Lebar kapal)
50 15,5 x 24,5 D (Dalam kapal
60 18,0 x 26,5

3. Balok diri, balok poros, balok transom


Balok diri, balok poros dan balok transom jua merupakan kekuatan utama
dari pada kapal
Oleh sebab itu bahan kayu untuk konstruksi tersebut juga harus yang
memenuhi ketentuan tehnis seperti halnya dengan konstruksi lunas dan
linggi.
Konstruksi balik diri untuk perahu/mesin temple harus dipasang/diperkuat
dengan siku seperti halnya dengan konstruksi linggi terhadap lunas.
Ukuran balok diri harus dibuat lebih besar ukurannya daripada ukuran
lunas, sehingga konstruksi dan funsi sebagai balok diri lebih kuat dan
kokoh (lihat gambar konstruksi balik diri perahu temple terlampir(.
Konstruksi balok diri, balok poros dan balok transom untuk kapal (mesin
dalam) harus dibuat betul-betl kuat dan kokoh, sesuai dengan ketentuan
tehnis.
Sebab dalam konstruksi tersebut, balok diri dan balok poros sebagai
pegangan atau tempat kedudukan bos/as propeller dan pusatnya getaran-
getaran yang kuat pada berputarnya propeller. Dalam hal ini perlu
mendapat perhatian yang seksama pada pembuatan konstruksinya.
Telah kita sebutkan diatas bahwa balok diri harus lebih besar dari pada
lunas, begitu juga dengan balok poros harus lebih besar ukurannya dari
pada ukuran lunas, dan disesuaikan dengan besarnya balok diri, dan
ketinggian balok poros sama dengan tingginya balok diri. (l;ihat gambar
konstruksi balok diri, balok poros/transom kapal mesin dalam)

4. Gading
Gading merupakan kerangka dari pada kapal yang merupakan tempat
bertautnya papan kulit.
Gading ada yang terbuat dari balok tunggal, ada pula yang terbuat dari
balok ganda.
Konstruksi sambungan gading yang benar dan betul-betul memenuhi
ketentuan tehnis adalah dengan cara masing-masing ujung gading
disatukan, kemudian diapit kanan kiri dengan kne (siku gading) kemudian
diikat dengan baut. (lihat gambar konstruksi gading terlampir).
Untuk menentukan ukuran besarnya gadeing dapat dilihat pada table 3
berikut.

Tabel 3. Penampang gading tunggal untuk kapal pelayaran local


UKURAN GADING
B/3 + D KETERANGAN
Tebal Lebar Tinggi
2,4 5,0 7,6 5,8
2,6 5,0 7,6 5,8
2,8 5,0 7,6 5,8
3,2 5,0 7,6 5,8 B (Lebar kapal)
3,6 5,3 8,2 6,2 D (Dalam kapal)
4,0 5,6 8,8 6,6
4,4 6,2 9,0 7,0
4,8 6,8 9,8 7,4

5. Wrang
Untuk memperkuat dan menyatukan kedudukan gading-gading sebagai
kerangka dari pada kapal, maka pada setiap pertemuan masing-masing
gading untuk bagian sisi kiri dengan bagian sisi kanan pada lunas maupun
linggi dan transom harus diperkuat dan disatukan dengan wrang, yang
diikat dengan beberapa buah baut.
Disetiap kedudukan wrang yang diapit dengan lunas dalam, maupun yang
tidak diapit dengan lunas dalam seperti dibagian linggi dan transom harus
diikat dengan baut tembus ke lunas luar (linggi atau transom).
Bilaman kedudukan wrang yang kebetulan tepat pada siku linggi cukup
diikat dengan dua buah baut sekrup, sehingga kedudukan gading dengan
wrang terhadap lunas, linggi maupun transom akan menjadi kuat dan
kokoh. Yang akirnya kedudukan papan kulit terhadap gading pun juga
akan menjadi kuat dan kokoh. (lihat gambar konstruksi kedudukan
wrang/gading terhadap lunas terlampir).
Untuk menentukan besarnya ukuran wrang dan jarak gading dapat dilihat
pada table 4 berikut.

Tabel 4. Ukuran wrang pada kapal pelayaran local


L ( B/4 + D ) Tinggi wrang (Cm) Keterangan
2,4 15,0
B (Lebar kapal)
2,6 16,0
D (Dalam kapal)
2,8 17,0
3,0 18,0
3,4 20,0
3,8 22,0

Tabel jarak gading tunggal untuk kapal pelayaran local


L ( B/3 + D ) Jarak gading (Cm) Keterangan
20 26,5
25 27,5
30 28,5 L (Panjang kapal)
35 30,0 B (Lebar kapal)
40 31,5 D (Dalam kapal)
45 33,0
50 35,0

6. Senta/galar balok
Disamping wrang sebagai penguat dan penyatu gading sebagai kerangka
kapal, disini senta/galar balok juga sebagai penguat, pengikat dan
penghubung antara gading satu dengan gading lainnya, juga sebagai
kekuatan memanjang kapal selain lunas dan lunas dalam. Sehingga
membuat kedudukan wrang/gading menjadi kuat dan kokoh.
Kekuatan memanjang kapal terletak pada lunas dalam, senta galar balok,
juga pisang-pisang, as deck, dan deck tepi, maka untuk konstruksi terbseut
harus diperlukan bahan kayu yang kuat dan memenuhi ketentuan tehnis.
Untuk jelasnya dalam keterangan ini bisa dilihat dalam gambar konstruksi
gading/palkah pada lampiran contoh gambar rencana pembuatan kapal.
Ukuran besarnya senta/galar balok dapat dilihat pada table 5 berikut.

Tabel 5. Ukuran senta/galar balok


Penamoang Senta/galar balok Senta/galar balok klm
L ( B/3 + D ) senta/galar balok Tinggi x Tebal Tinggi x Tebal
2
(Cm ) (Cm) (Cm)
20 50 14,5 x 2,5 18,5 x 4,3
25 75 16,6 x 4,6 19,0 x 4,6
30 100 19,0 x 5,3 19,5 x 4,8
35 125 21,0 x 5,9 20,0 x 5,0
40 150 23,0 x 6,5 20,5 x 5,1
45 175 25,0 x7,0 21,0 x 5,2
50 200 26,0 x 7,5 22,0 x 5,3
7. Balok deck/balok girder
Begitu juga dengan balok deck/balok girder sebagai penguat dan penahan
kekuatan melintang gading pada kapal dan juga sebagai penompang papan
deck dan penahan beban dari atas. Maka balok deck harus dibuat
melengkung (cembu) suoaya kuat, tidak mudah patah apabila mendapat
beban dari atas, disamping memudahkan terbuangnya air bila diadakan
pencucian deck.
Adapun besar ukuran balok deck/balok girder disesuaikan dengan
besarnya ukuran gading.
Dan besarnya atau tingginya lengkungan balok deck tersebut adalah 1/50
(seper lima puluh) dari lebar kapal. (lihat gambar konstruksi lengkung
balok deck)
Dengan ketentuan disetiap pertemuan/sambungan ujung balok deck
terhadap balok girder harusa dibentuk ekor burung. Begitu juga sebaliknya
dengan pertemuan/sambungan ujung balok girder terhadap balok deck
harus dibentuk ekor burung dan setiap masing-masing pertemuan silang
harus diperkuat dengan siku-siku. (lihat gambar konstruksi sambungan
balok deck/balok girder).

8. Papan kulit
Fungsi dan kedudukan papan kulit kapal dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu papan kulit yang selalu berhubungan dengan air dan papan
kulit yang tidak berhubungan dengan air.
Kulit yang selalu berhubungan dengan air harus menggunakan bahan kayu
yang memenuhi persyaratam tehnis. (kayu yang termasuk klasifiasi klas
awet dan klas kuat)
Disamping itu papan kulit yang mengapit lunas atau samping kita sebut
papan pengapit lunas, harus dibuat lebih tebal dari pada papan kulit
lainnya.
Papan kulit harus mempunyai panjang yang cukup, sedang tebal papan
kulit tergantung dari ukuran kapal dan jarak gading pada kapal.
Maikn jarang jarak antara gading satu dengan gading lainnya, makin tebal
papan kulit yang digunakan.
Tebal dari pada papan kulit dapat ditentukan dengan rumus seperti pada
table 6 berikut.
Tabel 6. Ukuran tebal papan kulit kapal untuk pelayaran local
Jarak gading Tebal kulit
L ( B/3 + D ) Keterangan
(Cm) (Cm)
20 26,5 2,4 L (Panjang kapal)
25 27,5 2,6 B (Lebar kapal)
30 28,5 2,8 D (Dalam kapal)
35 30,0 3,0
40 31,5 3,2
45 33,0 3,4
50 35,0 3,6

Konstruksi sambungan papan kulit


Konstruksi sambungan papan kulit untuk perahu ukuran kecil (3 ton
kebawah) bisa dipakai dengan cara masing-masing ujung papan kulit
dipotong tumpul selebar seperempat dai lebar papan kulit yang disamung,
kemudian dipotong miring sepanjang dua kali lebar papan kulit tersebut.
(lihat gambar cara/letak sambungan kulit terlampir).
Untuk perahu ukuran besar lima ton ke atas (kapal) kedudukan sambungan
papan kulit baik dijatuhkan tepat ditengah-tengah antara gading dengan
masing-masing ujung papan kulit dipotong tumpul dan diperkuat dengan
papan penguat dari dalam (klos). Adapun papan penguat (klos) harus lebih
lebar dari pada papan kulit yang disambung sepanjang antara jarak gading
dengan diikat paku sekrup dari luar papan kulit.
Dengan konstruksi ini sambungan akan lebih kuat/ kedudukan sambungan
papankulit tersebut antara sambungan papan kulit lajur pertama dengan
sambungan papan kulit dilajur kedua tidak terletak segaris atau sejajar.
Dan jarak antara masing-masing sambungan papan kulit dai lajur pertama
terhadap sambungan papan kulit lajur kedua sekurang-kurangnya harus
tiga kali jarakgading.
Bilamana ada sambungan satu lajur diantarannya, letak jarak sambungan
tersebut sekurang-kurangnya harus dua kali jarak gading. (lihat gambar
cara/letak sambungan kulit terlampir).
Juga dengan konstruksi pertemuan ujung papan kulit terhadap linggi harus
dibuat dengan cara yang betul dan sesuai dengan ketentuan tehnis.
Linggi harus disponing atau dibikin alur, kemudian ujung papan kulit
masuk didalam sponing atau alur linggi tersebut.
Adapun cara membuat sponing atau alur pada linggi dapat dilihat gambar
pertemuan papan kulit terhadap linggi terlampir.

9. Papan deck
Sebab bilamana dalam pemasangannya tidak dengan cara demikian jika
papan deck maupun papan kap bangunan atas terus menerus kena panas
matahari akan terjadi lengkung-lengkung pada tiap-tiap papan.
(lihatgambar cara pemasangan papan deck terlampir)
10. Pondasi mesin
Pondasi mesin harus kayu utuh atau kayu tunggal yang kuat. Ukuran
besarnya pondasi mesin tergantung akan besarnya kekuatan mesin
,besarnya mesin dan ukuran dari mesin.
Pondasi mesin tersebut harus lebih panjang dari pada mesin sehingga
dapat memikul beban mesin dan bantalan mesin yang di pasang.
Konstruksi pondasi mesin menurut ketentuan tehnis adalahdari pada
bagian depan dan belakang dan pondasi mesin harus diperkuat/dipasang
balok silang dengan konstruksi balok batang yang fungsinya
untukmemperkuat dan memperkokoh kedudukan pada balok pondasi
kanan dan kiri supaya menjadi satu. Dan sekeliling bagian pada pondasi
mesin pada tiap-tiap gading harus dipasang siku. (lihatgambar konstruksi
pondasi mesin terlampir)
Sehingga degan konstruksi tersebut kedudukan

Tabel .7. ukuran pondasi mesin


Penampungan Lebar
L ( B/3 + D ) 2 Panjang x Keterangan
(Cm ) (Cm)
20 250 12,5 x 16,5
25 270 … x 20,0
35 290 …. x 21,0
45 430 19,5 x 22,0
55 500 22,0 x 23,0
65 550 23,0 x 24,0
75 600 24,5 x 24,5

IV. TEHNIS PELAKSANAAN KERJA


A. Persiapan
1. Didalam pembuatan kapal kayu, yang harus diketahui dan dikuasai
terlebih dahulu oleh pelaksana adalah ukuran pokok dari kapal
bestek, rencana umum, rencana kerja, serta konsumsi detail dari
tiap-tiap bagian kapal yang akan dibuat.
2. Setelah hal-hal tersebut dikuasai dan dipahami, maka dibuat lantai
gambar dengan cara membuat lantai papan dengan tebal 4 Cm atau
dengan cara memuat lanati Cor semen yang permukaan lantainya
harus rata tidak bergelombang. Yang baik adalah dengan membuat
lantai papan.
3. Ukuran panjang dan lebar lantai gambar harus lebih luas dari pada
ukuran kapal yang akan dibuat.
4. Selanjutnya pembuatan gambar rencana garis diatas lantai dengan
Cat, supaya tidak mudah hilang.
Gambar ini akan berpengaruh terhadap bentuk dan stabilitas kapal
setelah jadi, sehingga didalam pelaksanaanya harus sagat
diperhatikan dan memerlukan ketepatan.
5. Kemudian dilanjutkan dengan pemuatan mal untuk tiap-tiap bagian
konstruksi yang dibuat dari tripleks, dimana ukurannya sesuai
dengan gambar-gambar konstruksi yang telah ada diatas lantai
gambar.

B. Pelaksanaan
1. Pelaksanaan pembuatan kapal kayu secara tehnis dimulai dari
peletakan lunas, yang selanjutnya secara berurutan dilaksanakan
pemasangan linggi/siku linggi, balok diri, balok susun, balok-balok
poros, balok transom dan balok caping/siku.
Kemiringan kedudukan lunas arus sesuai dengan ukuran dalam
gambar, antara lain beberapa ketinggian ujung lunas dari basis, dan
berapa rencahnya lunas bagian belakang dari basis (dari titik
AP/FP)
2. Setelah pemasangan bagian-nagian konstruksi tersebut sudah
selesai dan sempurna, dilanjutkan degan pemasangan gading yang
sudah disatukan dengan wrang diatas lunas. Kemudian untuk
menguatkan gading, dipasang balok deck, senta/galar balok, lunas
dalam, balok girder dan tiang penegak.
Selanjutnya dilakukan pengamatan (control) terhadap
kedudukan/ketegakan/kelurusan kapal, kenudian pengecekan
terhadap keserasian gading-gading, bila sudah selaras di pasang
sekat-sekat melintang.
3. Selanjutnya mulai dipasang papan pengapit lunas (papan kulit
pertana yang berubungan dengan lunas) yang dilanjutkan
pemasangan papan kulit berikutnya.
Pemasangan papan kulit pada sisi gading kanan harus bersamaan
dan seimbang (sama jumlah lajurnya) dengan sisi gading sebelah
kiri sampai pekerjaan selesai.
Bila pemasangan tersebut tidak seimbang dan bersamaan maka
akan berpengaruh besar terhadap bentuk dan kestabilan dari pada
kapal tersebut.
Pemasangan papan deck bisa dilaksanakan bersamaan dengan
papan kulit, kecuali pada bagian-bagian yang menjadi bukaan
geladak utama.
Pada prinsipnya perbedaan yang nyata dalam pelaksaan pembuatan kapal
kayu secara tradisional dengan secara tehnis terletak pada konstruksi
pemasangan gading dan pada pemasangan papan kulit, dimana secara
tradisi papan kulit dipasang terlebih dahulu sebelum pemasangan gading
dan konstruksi pemasangan gading tidak diperkuat. Sedangkan cara tehnis
pemasangan papan kulit mengikuti bentuk dan kedudukan gading, selain
hal tersebut pada umumnya pembuatan secara tradisi tanpa
mempergunakan pedoman gambar dan bestek, sehingga setelah kapal
selesai tidak sesuai dengan rencana yang diharapkan.

C. Lain-lain
1. Bahan pengikat
Untuk menyambung/mempersatukan bagian satu dengan yang lain
harus mempergunakan baut, paku, maupun sekrup yang telah di
galvanisir (dilapisi bahan tahan karat). Sedangkan cara
pemasangannya, terlebih dahulu papan atau balok harus dibor (agar
tidak pecah yang besarnya lobang bor dibuat 1 - 1 mm lebih kecil
dari pada besarnya baut, paku, maupu sekrup. (2.3 dari besarnya
baut, paku, sekrup) agar daya ikatnya kuat.
2. Membuat kopnstruksi lengkung.
Untuk membuat bagian-bagian yang berbentuk lenkung (papan
kulit, senta/galar balok) dilakukan dengan cara pemanasan
langsung api, atau dengan uap air panas (oven). Bila secara
pemanasan api, harus dilakukan dengan hati-hati sehingga kayu
tidak terbakar/hangus pada permukaan papan (kayu). Karena akan
berpengaruh terhadap kekuatan kayu tersebut. Yang baik adalah
secara penguapan (oven), karena pecah-pecah/retak bisa
dihindarkan dan getah kayu bisa keluar semua.
3. Pemakaian dan pendempulan.
Yang dimaksud dengan pemakaian dan pendempulan adalah
pekerjaan menutup celah-celah hubungan papan (papan kulit,
papan deck, papan sekat, maupun papan kap bangunan) agar kedap
air.
Bahan yang dipergunakan dalam pemakaian adalah lawe, majun,
kapas pakal, kerokan bamboo pakal yang halus. Bahan pakai
sebelum dipakai harus dibasahi dengan solar atau minyak jarak
agar tahan terhadap air. Selesai pemakaia dilakukan pendempulan
dengan mempergunakan getah damar/sering disebut kruwing, atau
campuran aspal, kapur dan minyak jarak, bisa juga dengan aspal
dan arpus.
Pendempulan harus dilakukan dengan baik dan rata dengan
permukaan papan, sehingga tidak ada penonjolan. Untuk
mengetahui kekedapan (kedap air) dilakukan dengan cara
pengecekan mempergunakan water test yang bertekanan 7 kg.
4. Pengecatan
Perukaan papan yang akan dicat harus dibersihkan dari segala
kotoran maupun debu, kemudian dilakukan pengecatan meni,
plamir yang rata, dan cat dasar, selanjutnya pengecatan terakhir
yaitu dengan cat warna minimal dua kali. Sedang pada bagian
dibawah air dicat dengan cat anti fooling agar terlindung dari
binatang laut (iram)

V. MENENTUKAN BESARNYA KEKUATAN MESIN


Untuk menentukan besarnya kekuatan mesin pada sebuah kapal, terlebih
dahulu harus tahu berapa tonnage dari pada kapal yang akan dipasang
mesin.
Untuk mengetahui volume/tonnage dari sebuah kapal secara kasar dapat
dipergunakan pedoman sebagai berikut :

Tonage = GT
L (Panjang kapal)
B (Lebar kapal)
D (Dalam kapal)
Cb (Block coeffisient)
Besarnya kekuatan mesin minimal 3 kali besarnya tonnage kapal
Besarnya Cb tergantung dari pada bentuk kadan kapal
Untuk kapal berbadan ramping Cb 0,50 0,55
Untuk kapal berbadan biasa Cb 0,55 0,60
Untuk kapal berbadan gemuk Cb 0,60 0,70
Contoh missal
L 11 m
B 2,8 m
D 0,8 m
Cb 0,60

Tonage = = 5,265 GT
Jadi mesin yang diperlukan minimal 15 PK

VI. PETUNJUK TEHNIS CARA PEMASANGAN MESIN KAPAL


A. Jenis-jenis mesin
1. Ditinjau dari segi konstruksi dan tujuan penggunaan, secara garis
besarnya mesin-mesin yang digunakan dalam kapal penangkap
ikan dapat dikategorikan dalam
a. Mesin tetap (stationer)
b. Mesin portable
c. Mesin kapal (marine diesel)
2. Berdasarkan cara pemasangan mesin pada kapal/perahu, mesin
dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan :
a. Mesin outboard, yaitu mesin yang dipasang pada bagian/sisi
luar dari kapal/perahu
b. Mesin inboard, yaitu mesin yang dipasang pada bagian/ruangan
dalkapal/perahu
3. Secara tehnis mesin yang digunakan untuk kapal laut adalah
marine diesel. Dalam perkembangannya, terutama berkaitan
dengan programmotorisasi perikanan banyak digunakan mesin-
mesin portable dan stationer untuk operasi penangkapan ikan dari
laut.
Kusus untuk mesin stationer dan portable menurut tujuan semula
digunakan untuk kegiatan/pekerjaan didarat, sehingga dalam
pengetrapan dikapal harus ditambah as propeller dan daun baling-
baling serta penanganan dan perawatannya harus dilakukan dengan
seksama.

B. Sistim pemasangan mesin


1. Mesin out board
Secara garis besarnya sistim pemasangan mesin out board ada
2(dua) cara yaitu :
- Dipasang dibagian sisi samping
- Dipasang dibagian buritan

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemasangan mesin


out board adalah :

a. Pemikul bujur kayu (tempat duduk) harus kuat


b. Kemiringan mesin berkisan 15o – 25o
c. Ruang kebebasan untuk menghidupkan mesin

2. Mesin in board
Mesin in board yang digunakan dalam kapal ikan terbagi dalam 2
jenis yaitu :
a. Marine diesel
b. Stationer

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemasangan mesin in


board adalah :

- Kwalitas dan ukuran kayu pondasi


- Jarak antara daun baling-baling dengan tinggi buritan dan garis
air
- Tinggi garis air (water line)
- Ukuran diameter daun baling-baling
- Besarnya lubang poros as baling-baling
- Kemiringan mesin
- Kesenteran antara plens mesin dengan plens as baling-baling
- Pemasangan baut-baut pondasi mesin harus tembus wrang dan
kulit

Untuk mesin stationer yang dipasang didalam (in board) guna


pengaturan gerak maju, berhenti dan mundur, maka harus
ditambahkan gear box coupling. Sedangkan didalam
pemasangannya selain factor-faktor tersebut diatas perlu
diperhatikan ruangan kamar mesin harus cukup, guna terjadinya
pertukaran udara yang cukup dan mempertahankan suhu mesin.
Hal ini disebabkan karena mesin stationer pada umumnya
menggunakan sistim pendingin udara, radiator maupun hopper.
Faktor tersebut diatas harus diperhatikan mengingat bahwa :

1. Apabila kwalitas dan ukuran kayu pondasi tidak memenuhi


persyaratan yang telah ditentukan, maka akan mengakibatkan
ketidak senteran pada mesin, kelonggaran pada baut-baut
pondasi, sehiingga kapal tidak stabil serta kopling sering
berhenti.
2. Jarak antara daun baling-baling dan tinggi buritan berpengaruh
terhadap kecepatan kapal, sehingga bila pemasangan daun
baling-baling tidak sesuai dengan ketentuannya maka banyak
tenaga yag terbuang.
3. Kemiringan mesin berpengaruh terhadap kestabilan kerja mesin
dan membantu daya dorong perantara as propeller keadaan
balin-baling
4. Kelonggaran bass as propeller pada bagian-bagian yang
berputar/bergesekan sangat berpengaruh terhadap keausan dan
tenaga yang dikeluarkan.
5. Kesenteran antara plens mesin dan plens as propeller
berpengaruh terhadap kestabilan mesin sampai daun baling-
baling. Bila kurang tepat pada kedudukannya akan
mengakibatkan kerusakan pada gear kapling dan kelonggaran
pada bass as propeller.

C. Sistim pemasangan as propeller


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemasangan as propeller
adalah
- Ukuran kelonggaran berkisar 0,5
- Kemiringan mesin berkisar 5o – 8o
Adapun ketentuan jarak daun baling-baling dengan bagian-bagian
kapal adalah :

a. = 0,05 D
b. = 0,12 D
c. = 0,12 D s/d 0,15 D
d. = 0,15
e. Ukuran besar 64 - 74 mm
Ukuran kecil 200 - 250 mm
f. Diameter propeller (mm)

VII. PENUTUP
Demikian petunjuk tehnis tentang pembuatan kapal kayu disajikan untuk
dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan operasional dari
program modernisasi dan motorisasi usaha penangkapan dalam rangka
pengetrapan Sapta Usaha Penangkapan
LAMPIRAN KETERANGAN
GAMBAR KONSTRUKSI
CONTOH GAMBAR
RENCANA PEMBUATAN
KAPAL KAYU/PERAHU
DAFTAR OFF SET
½ LEBAR (mm) TINGGI (mm)
WL
ORD WL 2 WL 3 WL 4 WL 5 WL 6 WL 7 WL 8 DK PL Alur I II III DK PL
1
Ap - - - 960 1310 1480 1580 1630 1540 1640 760 840 1020 1540 1640 2070
0 - - 460 1100 1390 1540 1630 1670 1580 1670 670 750 940 1420 1610 2030
½ - - 850 1280 1490 1610 1670 1700 1630 1700 550 630 820 1260 1570 1990
1 50 580 1150 1430 1590 1670 1710 1750 1680 1730 230 470 670 1080 1540 1950
1½ 430 950 1350 1560 1670 1720 1750 1750 1730 1759 120 280 520 910 1520 1929
2 700 1210 1500 1650 1720 1750 1750 1750 1750 1750 150 160 380 750 1510 1900
3 1080 1490 1650 1720 1750 1750 1750 1750 1750 1750 100 60 220 520 150 1900
4 1280 1620 1720 1750 1750 1750 1750 1750 1750 1750 50 60 180 370 150 1900
5 1290 1680 1750 1750 1750 1750 1750 1750 1750 1750 - 70 160 310 150 1900
6 1100 1570 1690 1740 1750 1750 1750 1750 1750 1750 50 110 220 440 150 1900
7 750 1280 1500 1590 1630 1680 1720 1720 1670 1700 100 180 340 760 1530 1970
8 340 850 1140 1310 1410 1510 1540 1540 1490 1550 150 310 1580 1580 1580 2060
8½ 160 580 850 1060 1210 1370 1420 1420 1340 1440 170 440 - - 1620 2200
9 60 310 550 760 930 1240 1130 1130 1280 1200 690 690 - - 1660 2330
9½ 10 120 260 420 580 880 990 990 860 1100 230 1120 - - 1710 2470
10 - - - 80 210 650 520 520 520 820 790 1720 - - 1750 2570
DAFTAR OFF SET
½ LEBAR (mm) TINGGI (mm)

ORD WL 1 WL 2 WL 3 WL 4 WL 5 WL 6 DK PL Alur I II III DK PL

Ap 40 300 750 900 950 - 910 950 20 530 - - 1040 1270


0 50 520 850 990 - - 990 1040 190 480 - - 1020 1200
½ 120 740 1000 1110 - - 1110 1150 170 380 - - 990 1200
1 430 940 1120 1210 - - 1200 1240 150 260 - - 960 1160
1½ 730 1080 1220 1290 - - 1280 1213 140 160 - - 940 1140
2 920 1190 1300 1360 - - 1350 1370 120 80 970 970 910 1110
3 1120 1350 1440 1470 - - 1460 1470 90 90 140 140 850 1050
4 1250 1430 1500 1530 - 1510 1530 50 10 360 360 820 1020
5 1310 1450 1510 1530 - - 1520 1530 20 10 300 300 810 1010
6 1250 1420 1490 1530 - - 1500 1530 20 40 360 360 820 1020
7 980 1280 1420 1500 - - 1460 1510 50 100 590 590 860 1070
8 570 100 1230 1370 - - 1350 1430 80 210 950 950 950 1150
8½ 320 770 1050 1240 - - 1240 1370 110 600 1190 1190 1000 1230
9 160 490 810 1040 1200 - 1080 1250 120 470 - - 1060 1340
9½ 40 220 400 760 970 - 870 1100 140 720 - - 1120 1450
10 - 20 170 430 670 860 610 890 400 1030 - - 1180 1550
A - - - 110 360 560 320 680 840 1310 - - 1220 1630
B - - - - 20 250 20 390 1250 - - - 1270 1690
C - - - - - - - - 1550 - - - - 1730
DAFTAR OFF SET

½ LEBAR (mm) TINGGI (mm)

ORD WL 1 WL 2 WL 3 WL 4 WL 5 WL 6 DK PL Alur I II III DK PL

0 - - - - - - - - 1150 - - - - -
½ 40 280 400 780 - - 440 450 260 - - - 900 1100
1 400 620 715 - - - 750 760 65 340 - - 815 1015
2 820 1000 1100 - - - 1100 1100 - 100 380 - 780 980
3 1040 1250 1320 - - - 1350 1350 - 60 200 - 780 980
4 1200 1365 1450 - - - 1450 1450 - - 100 480 780 980
5 1280 1420 1500 - - - 1500 1500 - - 60 380 803 1000
6 1220 1400 1480 1500 - - 1500 1500 - - 80 480 860 1060
7 1020 1220 1320 1365 - - 1380 1400 - 15 180 - 910 1130
8 640 880 1005 1100 - - 1100 1115 10 160 580 - 1000 1220
8½ 460 610 780 880 960 - 900 980 80 360 1080 - 1060 1310
9 60 310 510 650 750 - 700 800 210 700 - - 1110 1420
9½ - - 85 200 315 405 320 420 660 - - - 1210 1660
10 - - - - - - - - 1910 - - - - 1920

Anda mungkin juga menyukai