Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan tujuan
perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat.
Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu
pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada
Puskesmas Rawat Inap maupun pada Puskesmas non rawat inap. Pendekatan
pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga peran
program dan sektor terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan tenaga kesehatan/
tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat penting.

Puskesmas merupakan penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan


tingkat pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat
dengan puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan upaya kesehatan berbasis
masyarakat ( UKBM ) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya. Sedangkan
untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan puskesmas rawat
inap. Puskesmas dan jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat.

Pelayanan gizi di puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi didalam gedung
dan diluar gedung. Pelayanan gizi didalam gedung umumnya bersifat individual, dapat
berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan didalam
gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan diluar
gedung. Sedangkan pelayanan gizi diluar gedung umumnya pelayanan gizi pada
kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan
pelayanan gizi di puskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu sehingga dapat
menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan
pasien. Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk
melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman
Gizi Seimbang ( PGS ).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas dan
jejaringnya.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi
ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya;
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di
puskesmas dan jejaringnya;
c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara
profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/ klien di
puskesmas dan jejaringnya;
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di Puskesmas dan
jejaringnya.

C. SASARAN
1. Tenaga gizi Puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait

D. RUANG LINGKUP
1. Kebijakan pelayanan gizi di puskesmas
2. Pelayanan gizi didalam gedung
3. Pelayanan gizi diluar gedung
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Monitoring dan evaluasi

E. BATASAN OPERASIONAL
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi
terkait penyakit dan faktor resikonya, Konseling ASI dan konseling faktor resiko
Penyakit Tidak Menular ( PTM ).
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip – prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial, bisnis dan keilmuan dasar untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui
pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan
diberbagai area/ lingkungan/ latar belakang praktek pelayanan
3. Edukasi/ pendidikan gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan –
pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/
klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan.
Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal dan
target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam
kehidupan sehari – hari.
4. Food Model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari
bahan sintetis atau asli yang diawetkan dengan ukuran dan satuan tertentu sesai
dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap
maupun pengunjung rawat jalan.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat – zat gizi dan
bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan
dari tubuh.
7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya
ditujukan khusus untuk kelompok 1000 hari pertama kehidupan ( HPK ). Kegiatan
ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti imunisasi, PMT ibu
hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di posyandu, suplemen Tablet
Tambah Darah ( TTD ), promosi ASI Eksklusif, MP ASI dsb. Kegiatan spesifik
bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam kurun waktu relatif pendek (
Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
dalam rangka 1000 HPK )
8. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor
kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK.
Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik
dampaknya sensitif terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan
perkembangan 1000 HPK.
9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan
mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standart dan memuaskan baik kualitas dari petugas
maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/ klien.
11. Nutrisionist adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional
di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat maupun
puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya berpendidikan dasar Akademi
Gizi/ Diploma III Gizi.
12. Nutrisionist Registered ( NR ) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan
sarjana gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang – undangan.
13. Pasien/ Klien adalah pengunjung puskesmas tenaga kesehatan baik rawat inap/
rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi.
14. Pasien Beresiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi buruk, gizi kurang
atau gizi lebih mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan dll.
15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien
dengan penyakit tidak menular ( PTM ) seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi,
Hiperlipidemia, penyakit ginjal dll.
16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran,
implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai
status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik
didalam dan diluar gedung.
17. Pelayanan Gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas.
18. Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (
private goods ) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan
untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
19. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public
goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat
serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
20. Pelayanan Gizi Rawat Jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi
yang berkesinambungan dimulai dari pengakajian gizi, penentuan diagnosis gizi,
intervensi gizi dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/ klien rawat jalan.
Intervensi gizi rawat jalan pada umumnya berupa kegiatan konseling gizi dan
dietetik dan atau penyuluhan gizi.
21. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi yang memberikan pelimpahan
wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi baik secara vertikal
maupun horizontal.
22. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
23. Skrining Gizi adalah tindakan penapisan untuk mengetahui apakah seorang
pasien beresiko malnutrisi, tidak beresiko malnutrisi atau kondisi khusu.
24. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai
dengan peraturan perundangan. Tenaga gizi meliputi Technical Registered
Dietisien ( TRD ), Nutrisionist Registered ( NR ) dan Registered Dietisien ( RD ).
25. Tenaga Gizi Puskesmas adalah tenaga gizi yang ditunjuk untuk melaksanakan
tugas perbaikan gizi di Puskesmas. Apabila tidak tersedia tenaga gizi maka
pelaksanaan tugas perbaikan gizi di puskesmas dapat dilakukan oleh tenaga
pelaksana gizi yang berasal dari tenaga kesehatan lain seperti perawat atau bidan.
26. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang
kesehatan serta memiliki kemampuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan
formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
dalam melakukan upaya kesehatan.
27. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
28. Tim Asuhan Gizi adalah sekelompok tenaga kesehatan di puskesmas yang
terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter ( umum/ spesialis ), tenaga gizi,
perawat dan atau bidan dari setiap unit pelayanan yang bertugas
menyelenggarakan asuhan gizi ( nutrition care ) untuk mencapai pelayanan
paripurna yang bermutu.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Tenaga gizi puskesmas diharapkan telah mengikuti pelatihan terkait gizi seperti
pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB), Pelatihan konselor ASI, Pelatihan
pemberian Makan pada bayi dan anak (PMBA). Pelatihan pemantauan pertumbuhan
dll. Kegiatan dalam rangka perbaikan gizi yang menjadi tanggung jawab puskesmas
dilakukan oleh TPG dengan latar belakang pendidikan gizi. Apabila belum ada TPG
berlatar belakang pendidikan gizi, dapat dikerjakan oleh TPG yang bukan berlatar
belakang gizi seperti sanitarian, perawat, bidan atau tenaga kesehatan lainnya.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Dokter
Dokter berperan sebagai penanggungjawab pelayanan kesehatan pasien
sekaligus sebagai koordinator Tim Asuhan Gizi Puskesmas yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi sebagai berikut;
a. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta menegakkan diagnosis
medis
b. Menentukan pilihan tindakan, pemeriksaan laboratorium dan perawatan
c. Menentukan terapi obat dan preskripsi diet awal bekerjasama dengan tenaga
gizi puskesmas
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi tindakan
e. Melakukan konseling terkait penyakit
f. Melakukan rujukan
2. Perawat/ Bidan
Perawat/ bidan berperan sebagai penanggungjawab asuhan keperawatan/
kebidanan dan sekaligus sebagai pelaksana asuhan keperawatan yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
a. Melakukan skrining awal dalam rangka membantu menentukan apakah
pasien/ klien beresiko masalah gizi atau tidak
b. Bertanggungjawab pada asuhan keperawatan/ kebidanan bagi pasien
c. Melaksanakan tindakan dan perawatan sesuai instruksi dokter
d. Memotivasi pasien dan keluarga agar pasien menghabiskan PMT nya
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi pemberian makanan kepada pasien.
3. Tenaga Gizi Puskesmas
Tenaga gizi puskesmas sebagai penanggungjawab asuhan gizi sekaligus sebagai
pelaksana asuhan gizi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut;
a. Mengkaji status gizi pasien/ klien
b. Melakukan anamnesis riwayat diet pasien/ klien
c. Memberikan penyuluhan, motivasi dan konseling gizi pada pasien/ klien dan
keluarganya
d. Melakukan kunjungan keliling (visite) baik sendiri maupun bersama dengan
tim asuhan gizi kepada pasien/ klien
e. Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada pasien/ klien
bersama dengan perawat
f. Mengevaluasi status gizi pasien/ klien secara berkala, asupan makanan dan
bila perlu melakukan perubahan diet pasien berdasarkan hasil diskusi dengan
tim asuhan gizi puskesmas
g. Mengkomunikasikan hasil terapi gizi dan memberikan saran kepada anggota
tim asuhan gizi puskesmas
4. Petugas Farmasi
a. Melaksanakan permintaan obat berdasarkan resep dokter
b. Mendiskusikan keadaan atau hal – hal yang dianggap perlu dengan tim
termasuk interaksi obat dan kesehatan
c. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat oleh pasien/ klien
bersama perawat
d. Jika perlu menggantikan bentuk obat dari jenis yang sama sesuai dengan
persetujuan dokter
e. Bersama dengan tenaga gizi melakukan pemantauan interaksi obat dan
makanan
5. Analis Laboratorium
a. Melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai permintaan dokter
b. Bekerjasama dengan dokter dan perawat untuk pemeriksaan laboratorium
c. Bertanggungjawab pada hasil pemeriksaan laboratorium

C. JADWAL KEGIATAN.
Jadual pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi disepakati dan disusun bersama dengan
program dan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini bulanan yang dilakukan
tiap bulan dan lintas sektor tiga bulan sekali

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN
Letak meja untuk konsultasi gizi berada pada ruang promkes di Puskesmas
Pesanggaran, berdekatan dengan program ukm lainnya dengan denah;

PROMKES PERKESMAS TB

GIZI
: Mj. Konsultasi Gizi

R.PROMKES

B. STANDAR FASILITAS
Persyaratan yang perlu diperhatikan pada ruang konsultasi gizi adalah sebagai
berikut:
1. Persyaratan komponen bangunan adalah sebagai berikut;
a. Atap: atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana (angin puting beliung,
gempa dll), tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan
vektor
b. Langit – langit: langit – langit harus kuat, berwarna terang dan mudah
dibersihkan
c. Dinding: material dinding harus keras, rata, tidak berpori/ tidak berserat, tidak
menyebabkan silau, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak ada sambungan
agar mudah dibersihkan
d. Lantai: material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang mudah dibersihkan
e. Pintu dan Jendela.
C. PERSYARATAN PRASARANA
1. Sanitasi
a. Pada ruangan konsultasi gizi sebaiknya disediakan “wastafel” dengan debit
air mengalir yang cukup.
b. Dilengkapi pula dengan tempat sampah yang tertutup.
2. Ventilasi
a. Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap terjaga.
Jumlah bukaan ventilasi sebaiknya 15 % terhadap luas lantai ruangan.
b. Arah bukaan ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat pembuangan
sampah ( TPS ), toilet dan sumber penularan lainnya.
3. Pencahayaan
a. Pada siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami.
b. Intensitas cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik ( 200
lux ).
4. Listrik
Tersedia kotak kontak yang aman untuk peralatan/ perlengkapan dengan jumlah
kurang lebih 2 titik

D. PERSYARATAN PERALATAN/ PERLENGKAPAN


Persyaratan perlengkapan yang disediakan pada ruangan konsultasi gizi antara lain;
1. Meja
2. Kursi
3. Media KIE ( poster, brosur makanan sehat sesuai kelompok umur, brosur diet
penyakit dll )
4. Standar makanan diet, standar pemantauan pertumbuhan balita dan anak, tabel
IMT dll
5. Food model
6. Daftar bahan penukar makanan
7. Alat ukur antropometri (timbangan berat badan, microtoise, pita LILA dll)
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. PELAYANAN GIZI DI DALAM GEDUNG


Kegiatan pelayanan gizi didalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif dan
kuratif serta rehabilitatif. Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan
yang meliputi pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring
dan evaluasi asuhan gizi. Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan
skrining/ penapisan gizi oleh tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan
pasien beresiko masalah gizi. Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien
beresiko masalah gizi maka pasien akan dirujuk untuk memperoleh asuhan gizi
dengan langkah – langkah sebagai berikut;
1. Pengkajian gizi
Untuk mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui pengumpulan,
verifikasi dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi
meliputi;
a. Data Antropometri
Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi
pengukuran Tinggi Badan (TB)/ Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB),
Lingkar Lengan Atas (LILA), Lingkar perut dll.
b. Data pemeriksaan fisik/ klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda –
tanda klinis kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit,
baggy pants, penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu dll
c. Data riwayat gizi
Ada dua macam pengakajian data riwayat gizi pasien yang umum digunakan
yaitu secara pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif;
1) Pengakajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran kebiasaan makan/ pola makan sehari berdasarkan frekuensi
konsumsi makanan
2) Pengkajian secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran
asupan zat gizi sehari dengan cara recall 24 jam yang dapat diukur
dengan menggunakan bantuan food model
d. Data hasil pemeriksaan laboratorium
Data hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis
penyakit serta menegakkan diagnosis gizi pasien/ klien. Hasil pemeriksaan
laboratorium ini dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan
memonitor/ mengevaluasi terapi gizi. Contoh data hasil pemeriksaan
laboratorium terkait gizi yang dapat digunakan misalnya kadar gula darah,
kolesterol, LDL, HDL, trigliserida, ureum, kreatinin dll.
2. Penentuan diagnosis gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan
respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas
seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan
komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor
penyebab serta tanda gejala yang ditimbulkan.
3. Pelaksanaan Intervensi gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk
mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan atau aspek status kesehatan individu.
Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi;
a. Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual
b. Edukasi gizi
c. Konseling gizi
4. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan,
keberhasilan pelaksanaan intervensi gizi pada pasien/ klien dengan cara;
a. Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien/ klien terhadap intervensi gizi
b. Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
diet yang telah ditetapkan
c. Mengidentifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negatif
d. Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak tercapai
e. Menetapkan kesimpulan yang berbasis fakta

Hal – hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanaan evaluasi gizi antara lain:
1. Perkembangan data antropometri
2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3. Perkembangan data fisik/ klinis
4. Perkembangan data asupan makan
5. Perkembangan diagnosis gizi
6. Perubahan perilaku sikap

B. PELAYANAN GIZI DI LUAR GEDUNG


Secara utuh kegiatan pelayanan gizi luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan hanya
diluar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan didalam gedung. Kegiatan
pelayanan gizi diluar gedung ditekankan kearah promotif dan preventif serta
sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Beberapa pelayanan
gizi luar gedung dalam rangka upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh
puskesmas antara lain:
1. Edukasi/ pendidikan gizi
2. Konseling ASI eksklusif
3. Konseling gizi melalui Pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular ( posbindu
PTM )
4. Pengelolaan pemantauan pertumbuhan di posyandu
5. Pengelolaan pemberian kapsul vitamin A
6. Pengelolaan pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil dan ibu nifas
7. Edukasi dalam rangka pencegahan anemia pada remaja putri dan WUS
8. Pengelolaan pemberian MP ASI dan PMT Pemulihan
9. Pemulihan gizi berbasis masyarakat (PGBM)
10. Surveilans gizi
11. Pembinaan gizi di institusi
12. Kerjasama lintas sektor dan lintas program

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat


direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektor sesuai dengan tahapan
kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/ PROGRAM

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perlu


diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan
risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perlu
diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap harus dilakukan untuk tiap-
tiap kegiatan yang akan dilaksanakan

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Kinerja pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimonitor dan dievaluasi dengan
menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator PHBS
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap tribulan.

BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dengan tetap
memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.

Keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat tergantung pada komitmen yang kuat


dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran
serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai