Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SULRAHMI RAHMADANI

NIM : PO713203181045
PRODI :D3/TK.2 ANALIS KESEHATAN

(PAPER HEMOGLOBIN)
Hemoglobin terdiri dari kata "haem" dan kata "globin", dimana haem adalah Fe dan
protoporfirin adalah mitokondria, globin adalah rantai asam amino
(1 pasang rantai α dan 1 pasang non α). Hemoglobin adalah protein globular yang
mengandung besi. Terbentuk dari 4 rantai polipeptida (rantai asam amino), terdiri dari 2
rantai alfa dan 2 rantai beta
Hemoglobin (Hb) merupakan komponen utama dari sel darah merah (RBC), berupa
protein terkonjugasi yang berfungsi untuk transportasi oksigen (O2) dan karbon dioksida
(CO2). Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna
merah, salah satu penyakit yang berhubungan dengan kadar hemoglobin adalah anemia.
Anemia adalah suatu kondisi ketika darah yang tidak memiliki sel darah merah sehat atau
kadar hemoglobin yang cukup. Hemoglobin (Hb) merupakan bagian utama dari sel darah
merah dan mengikat oksigen, bila seseorang memiliki jumlah sel darah merah di bawah batas
normal atau kadar hemoglobin rendah, selsel tubuh tidak akan mendapat oksigen yang cukup,
sehingga timbul gejala anemia berupa kelelahan. Di Amerika Serikat sekitar 3,5 juta orang
menderita anemia, perempuan dan orang-orang yang mempunyai penyakit kronik akan
meningkatkan risiko anemia. Pemeriksaan hematologi rutin sangat penting bagi seseorang
anemia.
Penyebab anemia dapat diketahui dengan melakukan pendekatan diagnostik
secara bertahap dengan mengumpulkan data klinis, pemeriksaan fisik dan tes di laboratorium.
Perlu ditekankan bahwa anemia sebenarnya adalah bukan penyakit tetapi suatu keadaan yang
ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin (Hb) dibawah normal.

Di laboratorium klinik, kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan berbagai cara,


diantaranya adalah dengan metode visual (Hb Sahli) dan metode sianmet-hemoglobin.
Metode visual / Hb-Sahli sudah tidak dianjurkan lagi, karena mempunyai kesalahan yang
besar, alat tidak bisa distandarisasi dan tidak semua jenis hemoglobin dapat diubah menjadi
asam hematin seperti keroksi-hemoglobin, met-hemoglobin dan sulf-hemoglobin.
International Committee for Standardization in Haematology (ICSH), menganjurkan
pemeriksaan kadar hemoglobin dengan menggunakan metode sianmethemoglobin. Cara ini
mudah dilakukan karena mempunyai standar dan dapat mengukur semua jenis hemoglobin
kecuali sulf-hemoglobin.

Metode umum yang direkomendasikan WHO untuk digunakan pada survei prevalensi
anemia pada populasi adalah hemoglobinometri dengan metode cyanmeth di laboratorium
dan sistem POCT hemocue. Metode ini merupakan rujukan untuk perbandingan dan
standarisasi metode–metode yang lainya. Menurut RIFASKES 2011,5 secara nasional,
persentase Puskesmas yang mempunyai Hb Sahli adalah 46,3%, sisanya tidak mempunyai
atau menggunakan alat pengukur hemoglobin lainnya. Persentase Puskesmas yang memiliki
Hb Sahli dan digunakan pada pelayanan KIA adalah sebanyak 37,7%. Belum dapat
dikonfrmasi dengan data yang akurat berapa banyak penggunaan alat
pengukur Hb POCT di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

Tujuan dari kajian ini untuk mendapatkan gambaran kelayakan penggunaan metode
pemeriksaan hemoglobin yang berupa metode Hb Sahli, POCT hemoglobin dan metode
lainnya yang sesuai di fasilitas pelayananan kesehatan Puskesmas, Polindes dan Pustu. Di
fasilitas kesehatan tersebut digali informasi tentang kelayakan penggunaan Sahli dan POCT
Hb menurut pandangan tenaga kesehatan (bidan) yang menggunakannya di Pustu/ Polindes/
Puskesmas tersebut. Kajian ini dibatasi oleh beberapa hal, diantaranya adalah: kajian ini
hanya dilakukan terhadap kelayakan penggunaan Sahli dan POCT dalam pengukuran Hb.
Keterbatasan berikutnya adalah kajian ini tidak melakukan penelitian untuk memperoleh data
teknis sendiri tentang penggunaan alat pengukuran Hemoglobin Sahli dan POCT Hb di
fasilitas kesehatan primer Puskesmas dan jaringannya.

Banyak cara untuk mengindentifikasi Yang telah ditemukan untuk pemeriksaan


hemoglobin, tetapi belum ada metode pemeriksaan yang akurat 100%, mudah, dan biaya
pemeriksaan yang terjangkau. Saat ini banyak tenaga klinis yang masih memakai Metode
Sahli, metode tersebut sering digunakan namun kemungkinan kesalahan dengan
menggunakan metode ini sebesar 10%-15%. Metode yang dianjurkan oleh International
Committee for Standardization in Hematology metode Sianmethemoglobin (autoanalyzer),
yaitu dengan menghitung secara otomatis kadar hemoglobin dalam eritrosit, metode ini
banyak digunakan dan mempunyai standar yang stabil .
Hemoglobin merupakan suatu proteintetramerik eritrosit yang mengikat molekul
bukan protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut heme.1 Hemoglobin mempunyai dua
fungsi pengangkutan penting dalam tubuh manusia, yakni pengangkutan oksigen dari organ
respirasi ke jaringan perifer dan pengangkutan karbondioksida dan berbagai proton dari
jaringan perifer ke organ respirasi untuk selanjutnya diekskresikan ke luar. Aktivitas fisik
adalah segala gerakan tubuh yang berasal dari otot rangka yang membutuhkan pengeluaran
energi.3 Manfaat aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur adalah membantu
meningkatkan dan menjaga kesehatan otot dan tulang, membantu mengurangi risiko
terjadinya obesitas dan penyakit kronik seperti diabetes dan penyakit jantung, serta
mengurangi perasaan depresi dan anxietas. Aktivitas fisik juga dapat menunjang keadaan
psikologi seseorang menjadi semakin baik.

Latihan dan aktivitas fisik manusia juga sangat mempengaruhi kadar hemoglobin
dalam darah. Pada individu yang secara rutin berolahraga kadar hemoglobinnya akan sedikit
naik. Hal ini disebabkan karena jaringan atau sel akan lebih banyak membutuhkan O2
(oksigen) ketika melakukan aktivitas (Bahri dkk., 2009) dalam Mirza Juanda (2013).
Hemoglobin (Hb) adalah protein kompleks yang terdiri atas protein, globin, dan pigmen hem
yang mengandung zat besi. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen yang kaya akan
zat besi dalam sel darah merah, dan oksigen dibawa dari paru-paru ke dalam jaringan
(Tambayong, 2001) dalam Asmitra Sembiring, Masitta Tanjung, dan Emita Sabri (2012).
Hemoglobin merupakan salah satu bagian dari darah dan hemoglobin memiliki peranan
penting dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kadar hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit) pada seseorang adalah makanan, usia, jenis
kelamin, aktivitas, merokok, dan penyakit yang menyertainya seperti leukemia, thalasemia,
dan tuberkulosi. Makanan merupakan zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam
makanan yang dimakan digunakan untuk menyusun terbentuknya hemoglobin yaitu
Fe (zat besi) dan protein. Jenis kelamin perempuan lebih mudah mengalami penurunan dari
pada laki-laki, terutama pada saat menstruasi (Curtale et al., 2000) dalam Mirza Juanda
(2013).
Aktifitas fisik maksimal dapat memicu terjadinya ketidakseimbangan antara produksi
radikal bebas dan sistem pertahanan antioksidan tubuh, yang dikenal sebagai stres oksidatif
(leeweeburg, 2001) dalam Agus Coco (2011). Pada kondisi stres oksidatif, radikal bebas akan
menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel dan merusak organisasi membran sel.
Membran sel ini sangat penting bagi fungsi reseptor dan fungsi enzim, sehingga terjadinya
peroksidasi lipid membran sel oleh radikal bebas yang dapat mengakibatkan hilangnya fungsi
seluler secara total (Evans, 2000). Peroksidasi lipid membran sel memudahkan sel eritrosit
mengalami hemolisis, yaitu terjadinya lisis pada membran eritrosit yang menyebabkan
hemoglobin terbebas dan pada akhirnya menyebabkan kadar hemoglobin mengalami
penurunan.

Faktor pendorong penyerapan zat besi non hem dibantu oleh asam askorbat (Vitamin
C). Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi ini hingga empat kali lipat
(Wirakusumah,Dwi Aries Saputro / Journal of Sport Sciences and Fitness 4 (3) (2015) 34
1998). Menurut Patimah (2007) bahwa zat besi merupakan prekursor yang sangat
diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit). selain itu vitamin
C merupakan salah satu antioksidan dari luar yang dibutuhkan oleh tubuh. Tambahan
pemasukan vitamin C secara oral diterangai dapat memberikan keuntungan potensial dengan
cara mengurangi kerusakan yang disebabkan olehradikal bebas dalam jaringan, berdasarkan
hal tersebut maka perludilakukan penelitian untuk mengetahu pengaruh vitamin C pada
latihan fisik maksimal terhadap kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit .
DAFTAR PUSTAKA
DA Saputro, S Junaidi – Joernal of Sport Sciensces and Fitness 2015- Journal.unnes.ac.id

Devie Rosa Anamisa, Rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin 2015 -
jurnal.stiki-indonesia.ac.id

Febianty, Nadila(1010126) (2013) Perbandingan Pemeriksaan Kadar Hemaglobin Dengan


Menggunakan Metode Sahli Atau Autoanalyzer Pada Orang Normal. Undregraduate
thesis,Universitas Kristen Maranatha.

Laura Kosasi, Fadil Oenzil, Amel Yanis Jurnal Kesehatan Andalas. 2014 –
jurnal.fk.unand.ac.id

Polindes dan Pustu M Faatih – Jurnal Penelitian dan PengembanganPelayanan Kesehatan


2017 – ejournal2.litbang.kemkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai