Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelengkapan Penilaian Dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat
DISUSUN OLEH :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
penelitian ini.
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangatlah penulis
harapkan demi perbaikan penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
pembaca umumnya.
Penulis
ii
GAMBARAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA
KAMAL 1, KAMAL 2 DAN NURUE KAIRATU BARAT
ABSTRAK
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi.
Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan
normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan diastolik.
Risiko hipertensi dapat dialami oleh kelompok usia lansia. Penelitian pada
posyandu lansia kamal 1, kamal 2, nurue kairatu barat menggunakan desain
deskriptif dimana penelitian ini hanya memaparkan gambaran mengenai
hipertensi dari posyandu tersebut. Sampel penelitian berjumlah 123 lansia. Dari
penelitian, didapatkan hasil bahwa siswa didominasi oleh oleh penderita
hipertensi sebanyak 81 responden (65.9%) dan jenis kelamin perempuan
sebanyak 76 responden (61.8%) dengan usia hipertensi terbanyak dalam
penelitian ini yaitu dari usia lanjut (48.8%). Presentase hipertensi terbesar
berada di jenis kelamin perempuan yakni sebesar 61.7%. Presentase hipertensi
terbesar berada di kelompok usia yakni sebesar 51.9%. Presentase hipertensi
terbesar berada di pendidikan terakhir SD yakni sebesar 81.5%. Presentase
hipertensi terbesar berada di kelompok status gizi obesitas 2 yakni sebesar
38.3%. Presentase hipertensi terbesar berada di tingkat pengetahuan kurang
yakni sebesar 82.7%. Presentase hipertensi terbesar berada di kelompok tidak
memiliki riwayat merokok yakni sebesar 69.1%. Presentase hipertensi terbesar
berada di kelompok tidak memiliki riwayat alkohol yakni sebesar 85.2%..
Kata kunci : hipertensi, hipertensi berdasarkan jenis kelamin, hipertensi berdasarkan usia,
hipertensi berdasarkan pendidikan, hipertensi berdasarkan status gizi, hipertensi berdasarkan
tingkat pengetahuan, hipertensi berdasarkan riwayat merokok, hipertensi berdasarkan
riwayat alkohol.
iii
DAFTAR ISI
HAL
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….. I
KATA PENGANTAR…………………………………………………. ii
ABSTRAK……………………………………………………………... iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………… iv
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………... 2
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………… 2
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………….. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………… 5
2.1 Hipertensi.......……………………………………………………… 5
2.1.1 Definisi…………….......................................………..……… 5
2.1.2 Etiologi ……………………….....……….....………....…...... 5
2.1.3 Klasifikasi.......................................…………………….......... 6
2.1.4 Patofisiologi…….……………................................………….. 8
2.1.5 Tanda dan Gejala…………................................…………….... 9
2.1.6 Faktro Risiko.............................................................................. 10
2.1.7 Komplikasi................................................................................. 17
2.1.8 Tatalaksana................................................................................ 19
2.2 Kerangka Teori……………………………………………………... 29
BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………... 30
3.1 Desain Penelitian…………………………………………………… 30
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………….. 30
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………….. 30
3.4 Kriteria Restriksi……………………………………………........... 31
3.5 Kerangka Konsep…………………………………………………… 31
3.6 Definisi Operasional………………………………………………... 32
ii
3.7 Pengumpulan Data………………………………………………….. 32
3.8 Pengolahan dan Analisis Data………………………………………. 33
3.9 Alur Penelitian…………………………………………………...... 34
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………... 35
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………………………………………… 35
4.2 Deskripsi Umum Subjek Penelitian………………………………… 35
4.3 Hasil Penelitian……………………………………………………... 35
4.3.1 Karakteristik Responden……………………………………... 35
4.3.2 Gambaran Hipertensi….........……………………………..…. 36
4.3.2.1 Gambaran Hipertensi terhadap Jenis Kelamin…................... 36
4.3.2.2 Gambaran Hipertensi terhadap Usia……………................... 37
4.3.2.3 Gambaran Hipertensi terhadap Pendidikan…........................ 38
4.3.2.4 Gambaran Hipertensi terhadap Status Gizi,....…................... 39
4.3.2.5 Gambaran Hipertensi terhadap Tingkat Pengetahuan .......... 39
4.3.2.6 Gambaran Hipertensi terhadap Riwayat Merokok…............ 40
4.3.2.7 Gambaran Hipertensi terhadap Riwayat Alkohol….............. 41
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………... 42
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 42
5.2 Saran………………………………………………………………… 43
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 44
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………… 47
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi atau yang juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah suatu
tekanan. Tekanan darah dihasilkan dari kekuatan darah dalam mendorong dinding
pembuluh darah arteri yang dipompa oleh jantung. Semakin tinggi tekanan, semakin
keras jantung harus memompa. Hipertensi yang dibiarkan tidak terkendali dapat
batasan berusia ≥25 tahun terdiagnosa hipertensi mengalami peningkatan dari 600
juta pada tahun 2008 menjadi 1 miliar pada tahun 2013. Prevalensi hipertensi di
31,7% pada tahun 2007 menjadi 25,8% pada tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan
bisa bermacam-macam mulai dari alat pengukur tensi yang berbeda sampai pada
kelompok usia >75 tahun yaitu 69,53%, jenis kelamin perempuan 36,85%, Tidak
dokter dan presentase 6,30% berdasarkan obat hipertensi yang di dapat. Provinsi
1
Maluku sendiri masuk dalam wilayah yang tidak rutin minum obat, dimana pasien
yang meminum obat hanya sekitar 5,5% dengan alas an merasa sudah sehat, dan lupa
merupakan penyebab utama peningkatan risiko penyakit stroke dan jantung.4 hal
tersebut dapat lebih berbahaya pada orang yang berisiko tinggi salah satunya Lansia,
dan di Indonesia sendiri prevalensi hipertensi paling tinggi adalah pada lansia.3
lansia, maka dilakukan penelitian mengenai hipertensi pada lansia di posyandu lansia
2
1.3.2 Tujuan Khusus
Kairatu Barat.
1.3.2.2 Untuk mengetahui gambaran hipertensi pada lansia berdasarkan Usia pada
1.3.2.4 Untuk mengetahui gambaran hipertensi pada lansia berdasarkan Status Gizi
Barat.
Barat.
Barat.
3
1.4 Manfaat penelitian
terutama di bagian Hipertensi. Penelitian ini sekaligus dapat menjadi data awal bagi
peneliti yang ingin melanjutkan penelitian lebih lanjut mengenai masalah yang sama.
1.4.2.1 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi Masyarakat
dapat dibentuknya suatu upaya pencegahan dini yang optimal agar dapat
1.4.2.2 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi orang tua dan
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi. Batas
tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan normal atau
tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan diastolik. Bedasarkan JNC (Joint
National Comitee) VII, seorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan sistolik
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg.6
1. Hipertensi essensial
patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial. Penyebab
faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-
lain.7
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan gaya
Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih dan penelitian
pada berbagai populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih
2. Hipertensi sekunder
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada
kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik
beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan sistem
saraf pusat.10
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa berdasarkan
rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan
klinis (Tabel 1). Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal
7
tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) <80
klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi,
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah terjadinya
kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg,
emergensi, tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ target
akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam
hitungan menit-jam) untuk mencegah kerusakan organ lebih lanjut. Contoh gangguan
ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris
di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan
sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga menyebabkan
keadaan hipertensi.14
bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang menyebabkan penurunan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat hal tersebut, aorta dan arteri besar
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat ditemukan edema
pupil (edema pada diskus optikus). Gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian
belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit
kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat
10
marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam
hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan
penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang
adalah nyeri kepala saat terjaga, kadang kadang disertai mual dan muntah yang
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah yang antara lain usia, jenis kelamin dan
genetik.
a. Usia
terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia
lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas usia 65
tahun.18
bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi.
perubahaan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih
sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibatnya terjadi
Yogyakarta, Denpasar dan Makassar terhadap usia lanjut (55-85 tahun), didapatkan
b. Jenis kelamin
banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio sekitar 2,29
untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang
prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita.18 Data Riskesdas (Riset Kesehatan
c. Keturunan (genetik)
dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson
bila kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-
anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30%
Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak sehat
dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, kurang aktifitas
dengan hipertensi.18
a. Kegemukan (obesitas)
dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat badan dengan
tinggi badan kuadrat dalam meter. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan
kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan IMT
badan lebih (overweight).18 IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan
untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa.19
13
Menurut Supariasa, penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di
atas 18 tahun.20
pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang
gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Pada
(overweight).18
Hipertensi pada seseorang yang kurus atau normal dapat juga disebabkan oleh
sistem simpatis dan sistem renin angiotensin.21 Aktivitas dari saraf simpatis adalah
mengatur fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung,
Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara
adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologis dan
sosial) yang ada pada diri seseorang.18 Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan,
murung, rasa marah, dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar
anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat
serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung
organis atau perubahaan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau
14
penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit
hitam di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih
disebabkan stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka.18
c. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan darah
tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok
pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada
1) Nikotin, merupakan salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung
dan sirkulasi darah dengan adanya penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut
d. Olahraga
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan
jantung dapat bekerja secara lebih efisien. Frekuensi denyut nadi berkurang, namun
kekuatan jantung semakin kuat, penurunan kebutuhan oksigen jantung pada intensitas
tertentu, penurunan lemak badan dan berat badan serta menurunkan tekanan darah.17
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat
bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan melakukan olahraga
aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah tanpa perlu sampai berat badan
turun.18
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun,
diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta
16
mengkomsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya. Di negara
Komsumsi alkohol seharusnya kurang dari dua kali per hari pada laki-laki
untuk pencegahan peningkatan tekanan darah. Bagi perempuan dan orang yang
memiliki berat badan berlebih, direkomendasikan tidak lebih satu kali minum per
hari.23
di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan
darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (essensial) terjadi respon penurunan
tekanan darah dengan mengurangi asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan
tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8
keseimbangan natrium dalam darah diatur oleh ginjal. Sumber utama natrium adalah
17
garam dapur atau NaCl, selain itu garam lainnya bisa dalam bentuk soda kue
g. Hiperlipidemia/Hiperkolestrolemia
kolestrol total, trigliserida, kolestrol LDL atau penurunan kadar kolestrol HDL dalam
meningkat.
hypertension (PIH).15
1. Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari
24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh
gangguan peredaran darah. Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba
dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh
18
oklusi fokal pembuluh darah yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
2. Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat hipertensi kronik dan
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,
pembentukan bekuan.15
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif
dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian yang menuju ke
19
kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena
penimbunan garam dan air atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA).16
(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian
berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan orang yang tidak
menderita hipertensi.15
berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang
pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-
orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sesorang yang badannya
yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolestrol
penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dirasakan. Batasi
sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari pada saat memasak.18
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran dan
e. Berhenti merokok
memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida
yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak jaringan
peningkatan tekanan darah. Merokok juga dapat meningkatkan denyut jantung dan
21
tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah
arteri. Tidak ada cara yang benar-benar efektif untuk memberhentikan kebiasaan
merokok. Beberapa metode yang secara umum dicoba adalah sebagai berikut :
1. Insiatif sendiri
memakai pertolongan pihak luar, inisiatif sendiri banyak menarik para perokok
tertentu permen ini diperoleh dengan resep dokter. Ada jangka waktu tertentu untuk
merokok. Dengan demikian, diharapkan perokok sudah berhenti merokok secara total
3. Kelompok program
berhenti merokok. Para anggota kelompok dapat saling memberi nasihat dan
dukungan. Program yang demikian banyak yang berhasil, tetapi biaya dan waktu
bergabung.18
kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin
dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang panjang sekali sehari dan dosis
perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada
antihipertensi.
seumur hidup.
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim digunakan
untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β
Pada JNC VII, penyekat reseptor alfa adrenergik (α-blocker) tidak dimasukkan dalam
kelompok obat lini pertama. Sedangkan pada JNC sebelumnya termasuk lini pertama.
Selain itu dikenal juga tiga kelompok obat yang dianggap lini kedua yaitu:
1. Diuretik
curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut, beberapa diuretik juga
menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensinya. Efek ini diduga
akibat penurunan natrium di ruang interstisial dan di dalam sel otot polos pembuluh
darah yang selanjutnya menghambat influks kalsium. Hal ini terlihat jelas pada
24
diuretik tertentu seperti golongan tiazid yang menunjukkan efek hipotensif pada dosis
kecil sebelum timbulnya diuresis yang nyata. Pada pemberian kronik curah jantung
akan kembali normal, namun efek hipotensif masih tetap ada. Efek ini diduga akibat
diuretik belum terkalahkan oleh obat lain sehingga diuretic dianjurkan untuk sebagian
besar kasus hipertensi ringan dan sedang. Bahkan bila menggunakan kombinasi dua
a. Golongan Tiazid
bersama (symport) Na-Cl di tubulus distal ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl-
meningkat.7
Diuretik kuat bekerja di ansa Henle asenden bagian epitel tebal dengan cara
menghambat kotransport Na+, K+, Cl-, menghambat resorpsi air dan elektrolit. Mula
25
kerjanya lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat daripada golongan tiazid. Oleh
karena itu diuretik ini jarang digunakan sebagai antihipertensi, kecuali pada pasien
hipokalemia.7
2. Penghambat Adrenergik
menjadi reseptor beta-1 dan beta-2. Reseptor beta-1 terutama terdapat pada jantung
dan otot lurik. Reseptor beta-2 juga dapat ditemukan di jantung, sedangkan reseptor
beta-1 dapat dijumpai pada ginjal. Reseptor beta juga dapat ditemukan di otak.7
Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan memacu penglepasan
reseptor beta-1 pada nodus sino-atrial dan miocardiak meningkatkan heart rate dan
Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer dan
antihipertensi karena hambatan reseptor alfa-2 (α2) di ujung saraf adrenergik akan
vena berkurang yang selanjutnya menurunkan curah jantung. Venodilatasi ini dapat
dosis pertama) yang menyebabkan refleks takikardia dan peningkatan aktivitas renin
plasma. Pada pemakaian jangka penjang refleks kompensasi ini akan hilang,
3. Vasodilator
Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah) yang menurunkan resistensi dan karena itu mengurangi
gejala berpacu dari kontraksi miokard yang meningkat, nadi dan komsumsi oksigen.
Efek tersebut dapat menimbulkan angina pectoris, infark miokard atau gagal jantung
renin plasma, menyebabkan resistensi natrium dan air. Efek samping yang tidak
diharapkan ini dapat dihambat oleh penggunaan bersama diuretika dan penyekat-β.27
27
Terdapat beberapa obat yang termasuk golongan vasodilator antara lain hidralazin,
minoksidil, diakzoksid dan natrium nitroprusid. Efek samping yang sering terjadi
terdapat pada pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak. Selain itu,
degradasi bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat
menyebabkan ekskresi air dan natrium.7 Terdapat beberapa obat yang termasuk
cepat diabsorbsi tetapi mempunyai durasi kerja yang pendek, sehingga bermanfaat
untuk menentukan apakah seorang pasien akan berespon baik pada pemberian ACE-
Inhibitor. Dosis pertama ACE-Inhibitor harus diberikan pada malam hari karena
penurunan tekanan darah mendadak mungkin terjadi, efek ini akan meningkat jika
(Angiotensin I) dan AT2 (Angiotensin II). Reseptor AT1 terdapat terutama di otot
polos pembuluh darah dan otot jantung. Selain itu terdapat juga di ginjal, otak dan
kelenjar adrenal. Reseptor AT1 memperantarai semua efek fisiologis ATII terutama
adrenal dan mungkin juga di SSP, hingga saat ini fungsinya belum jelas. ARB sangat
efektif menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kadar renin yang
tinggi seperti hipertensi renovaskular dan hipertensi genetik, tapi kurang efektif pada
hipertensi dengan aktivitas renin yang rendah. Pada pasien hipovolemia, dosis ARB
rebound. Pemberian jangka panjang tidak mempengaruhi lipid dan glukosa darah.7
Terdapat beberapa obat yang termasuk golongan antagonis reseptor ATII antara lain
Antagonis kalsium bekerja dengan menghambat influks ion kalsium ke dalam sel
miokard, sel-sel dalam sistem konduksi jantung dan sel-sel otot polos pembuluh darah.
Efek ini akan menurunkan kontraktilitas jantung, menekan pembentukan dan propagasi
impuls elektrik dalam jantung dan memacu aktivitas vasodilatasi, interferensi dengan
29
kontriksi otot polos pembuluh darah. Semua hal di atas adalah proses yang bergantung
kardiak dan digunakan untuk menurunkan heart rate dan mencegah angina.
7. Penghambat Simpatis
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktifitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja saat kita beraktivitas). Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat
simpatetik adalah metildopa, klonidin dan reserpin. Efek samping yang dijumpai adalah
anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah karena pecahnya sel darah merah),
gangguan fungsi hati dan terkadang menyebabkan penyakit hati kronis. Obat ini jarang
digunakan.18
Lansia Hipertensi
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
barat yaitu Posyandu Kamal 1, Kamal 2 dan Nurue pada bulan Juli tahun 2019.
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
Usia
Tingkat
pendidikan
tingkat
pengetahuan
Riwayat
Merokok
Riwayat
Alkohol
Keterangan :
= Variabel Bebas
32
Nurue Kairatu Barat. Sebelum dilakukan pengisian, para lansia terlebih dahulu
33
akan diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian yang akan dilakukan dan
dinyatakan dalam jumlah dan presentase berdasarkan tiap variabel bebas (jenis
dan riwayat alkohol) yang kemudian akan disajikan dalam bentuk tabel dan
atau grafik.
34
Subjek Penelitian
BAB IV
Penelitian ini dilakukan pada tiga posyandu ada di Kairatu Barat dan
merupakan wilayah kerja dari puskesmas kamal kairatu barat, Seram Bagian
Barat.
posyandu kamal 1, kamal 2 dan nurue kairatu barat yang dengan diagnosis
responden terbanyak dalam penelitian ini adalah yang berkategori berusia lanjut
Jenis Kelamin
100
80
61.7
60
Laki-laki
38.3
40 34 34.2
Perempuan
20
0
Hipertensi Tidak Hipertensi
sebesar 38.3%.
Usia
100
90
80
70
60 51.9 Usia Pertengahan
50 41.7
34.6 Lanjut usia
40 30
26.7 Lanjut usia tua
30
20 13.6
10
0
Hipertensi Tidak Hipertensi
Gambar 4.2 Gambaran Hipertensi berdasarkan usia
38
Berdasarkan grafik dapat terlihat bahwa pada usia lanjut yaitu sebesar
51.9% disusul oleh lanjut usia tua sebesar 34.6% dan usia pertengahan 13.6%.
Sementara itu, tidak hipertensi pada usia lanjut tua 41.7% disusul oleh usai
Pendidikan
100
81.5
80 71.4
59.1
60 SD
SMP
40
21.4 SMA
20
7.1
2.5
0
Hipertensi Tidak Hipertensi
terakhir SD yaitu sebesar 81.5% disusul oleh SMP sebesar 59.1% dan SMA
2.5%. Sementara itu, tidak hipertensi pada pendidikan terakhir SD yaitu sebesar
Status Gizi
100
80
57.1 Baik
60
Berisiko
35.8 38.3
40 Obesitas 1
21 21.4
16.7 Obesitas 2
20
4.9 4.8
0
Hipertensi Tidak Hipertensi
sebesar 38.3% dan paling rendah pada status gizi berisiko sebesar 4.9%.
Sementara, pada kelompok tidak hipertensi paling tinggi pada status gizi 57.1%
Gambar 4.5.
40
0
Hipertensi Tidak Hipertensi
terjadi pada tingkat pengetahuan hipertensi yang rendah yaitu sebesar 82.7%.
Riwayat Merokok
100
80 69.1 69
60
Ya
40 30.9 31 Tidak
20
0
Hipertensi Tidak Hipertensi
Riwayat Alkohol
100
85.2
78.6
80
60
Ya
40 Tidak
21.4
20 14.8
0
Hipertensi Tidak Hipertensi
BAB V
5.1 Kesimpulan
disimpulkan :
daripada perempuan.
usia lanjut.
5.2 Saran
hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. A Gobal Brief on Hypertension: Silent Killer.
Global Public Health Crisis. Switzerland: World Health Organization. 2013
2. RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kementrian Kesehatan RI. 2013
3. RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kementrian Kesehatan RI. 2018
4. Puspita, E., Haskas, Y. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pasien yang
Berobat di Poliklinik Rumah
5. Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar. Makassar. STIKES Nani
Hasanuddin Makassar. 5(1). 2014
6. Chobanian, A. V, dkk, The seventh report of the joint national committee
on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure :
the JNC 7 Report. JAMA; 289:2560-72. 2003.
7. Sheps, Sheldon G. Mayo Clinic hipertensi, mengatasi tekanan darah tinggi.
Jakarta : PT Intisari Mediatama. 2005
8. Narayana, I. P. A., Sudhana, I. W. Gambaran Kebiasaan Merokok dan
Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas
Pekutat I Tahun 2013. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali.
2013
9. Kamal, M., Kusmana, D., Hardinsyah., Setawan, B., Damanik, R. M.
(2013). Pengaruh Olahraga Jalan Cepat dan Diet Hipertensi Terhadap
Tekanan Darah Penderita Prahipertensi Pria. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. 7(6). 2013
10. Kartikasari, A. N. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa
Kabongan Kidul. Kabupaten Rembang. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu.
Universitas Diponegoro. Semarang. 2012
11. Kementerian Kesehatan RI. Diet Rendah Lemak dan Kholesterol. 2011
12. Adibah. Pola Makan Sehat Untuk Penderita Hipertensi.2014
45
13. Agrina., Rini. S. S., & Hairitama. R.. Kepatuhan Lansia Penderita
Hipertensi dalam Pemenuhan Diet Hipertensi. Riau. Universitas Riau. 6(1).
2011
14. Alfiani. S., Triyasmono. L., & Ni‟mah. M. Analisis Kadar Asam Lemak
Bebas dalam Minyak Hasil Penggorengan Berulang dengan Metode Titrasi
Asam Basa dan Spektrofotometer Fourier Transformation Infra Red (Ftir).
Jurnal Pharmascience. 1(1). 2014
15. American Heart Association. Understanding and Managing High Blood
Pressure. 2014
16. Andria, K. M. Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stress dan Pola Makan
dengan Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan
Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes.
1(2).2013
17. Anggara, F. H. D. & Prayitno, N. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1). 2013
18. Asriani., Bahar. B., & Kadrianti. E. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian
Gagal Ginjal di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Periode Januari 2011-
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. 4(2). 2014
19. Ayu, M. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Kesehatan
Reproduksi pada Remaja Putri di SMA 5 Banda Aceh. Banda Aceh:Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan U‟Budiyah. 2013
20. Budhiati. Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi, Tingkat Pendidikan
dan Pengetahuan Tentang Pengelolaan Lingkungan dengan Perilaku Hidup
Sehat Masyarakat di Kota Surakarta. Jurnal EKOSAINS. 3(2). 2011
21. Budi, L. S. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah
pada Usia Lanjut Di RW VIII Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang
Barat Kota Semarang. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.
2010
46
22. Budiman. & Riyanto, A. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Salemba Medika: Jakarta. 2013
23. Centers of Disease Control and Prevention. Family History and High Blood
Pressure. 2014
24. Centers of Disease Control and Prevention. (2015). Family History and
Other Characteristics That Increase Risk for High Blood Pressure. 2015.
Avaible from : http://www.cdc.gov/bloodpressure/family_history.htm.
25. Dahlan, S.M. (5th Eds.). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan:
Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Jakarta: Salemba Medika. 2013
26. Dalyoko, D. A. P. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Upaya
Pengendalian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas Mojosongo Boyolali. Surakarta. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2010
27. Setiawan, M. B., & Kusumawati, P. D. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
Tentang Pengobatan Non Farmakologi Terhadap Perilaku Penderita
Hipertensi Dalam Melaksanakan Pengobatan Non Farmakologi Di
Puskesmas Sampung Kabupaten Ponorogo. 2014
47
LAMPIRAN
48
PERSETUJUAN PERMOHONAN
MENJADI RESPONDEN
Menyatakan bahwa :
1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian: Gambaran Hipertensi Pada
Lansia di Posyandu Lansia Kamal Induk dan Posyandu Lansia Nurue
2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari
siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan kondisi:
a. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan
untuk keperluan ilmiah.
b. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/tidak berpartisipasi lagi.
(………………………..)
49
Lembar Kuesioner
Kode responden :
Tanggal pengambilan data :
Petunjuk pengisian
Bacalah terlebih dahulu semua pertanyaan dan tanyakan kepada peneliti
apabila ada yang kurang dimengerti
Isilah pertanyaan dengan mengisi pada kolom yang tersedia
Berilah tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban pilihan
anda
Setiap pertanyaan hanya berlaku satu jawaban kecuali pada Data demografi.
Jika ingin memperbaiki jawaban berikan tanda silang (X) pada jawaban
yang salah, kemudian beritanda (√) pada kolom yang sesuai dengan
jawaban anda.
No Pertanyaan setuju Tidak setuju
A. Data demografi
1. Umur : ……. tahun
2. Jenis Kelamin :L/P
3. Status Gizi : BB =……….kg/TB:………..m
4. Pendidikan : SD/SMA/SMP/Perguruan tinggi
50
5. Pekerjaan :
PNS/Wirasuasta/pensiunan/petani/nelayan/lain-lain
6. Merokok : Ya (Sekrang atau pernah) / Tidak
7. Alkohol (minuman keras) : Ya (Sekrang atau pernah) / Tidak
8. Riwayat hipertensi : diri sendiri/orangtua/tidak ada
9. Mendapat informasi tentang hipertensi : keluarga/pelayanan
kesehatan/TV/lain-lain
8 Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi adalah sakit kepala, rasa
berat ditengkuk dan mudah marah
15 Makan tinggi buah, tinggi sayur, dan produk susu yang rendah lemak
merupakan makanan yang dianjurkan pada penderita hipertensi
18 Aktivitas fisik seperti jalan cepat secara rutin setiap hari dapat
menurunkan tekanan darah
Statistics
PENDIDIKA ROKO ALKOHO Pengetahua Kat_Umu Kat_S
JK N K L HT n r T
N Valid 12 12
123 123 123 123 123 123
3 3
Missin
0 0 0 0 0 0 0 0
g
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 47 38.2 38.2 38.2
Perempuan 76 61.8 61.8 100.0
Total 123 100.0 100.0
PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 96 78.0 78.0 78.0
SMP 22 17.9 17.9 95.9
SMA 5 4.1 4.1 100.0
Total 123 100.0 100.0
ROKOK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 38 30.9 30.9 30.9
Tidak 85 69.1 69.1 100.0
Total 123 100.0 100.0
ALKOHOL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 21 17.1 17.1 17.1
Tidak 102 82.9 82.9 100.0
Total 123 100.0 100.0
53
HT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 81 65.9 65.9 65.9
Tidak 42 34.1 34.1 100.0
Total 123 100.0 100.0
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 94 76.4 76.4 76.4
Baik 29 23.6 23.6 100.0
Total 123 100.0 100.0
Kat_Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Usia Pertengahan 15 12.2 12.2 12.2
Lanjut Usia 60 48.8 48.8 61.0
Lanjut Usia Tua 48 39.0 39.0 100.0
Total 123 100.0 100.0
Kat_ST
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 26 21.1 21.1 21.1
Berisiko 6 4.9 4.9 26.0
Obes 1 53 43.1 43.1 69.1
Obes 2 38 30.9 30.9 100.0
Total 123 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
JK * HT 123 100.0% 0 0.0% 123 100.0%
PENDIDIKAN * HT 123 100.0% 0 0.0% 123 100.0%
ROKOK * HT 123 100.0% 0 0.0% 123 100.0%
ALKOHOL * HT 123 100.0% 0 0.0% 123 100.0%
Pengetahuan * HT 123 100.0% 0 0.0% 123 100.0%
Kat_Umur * HT 123 100.0% 0 0.0% 123 100.0%
Kat_ST * HT 123 100.0% 0 0.0% 123 100.0%
54
JK * HT
Crosstab
HT
Ya Tidak Total
JK Laki-laki Count 31 16 47
% within JK 66.0% 34.0% 100.0%
% within HT 38.3% 38.1% 38.2%
% of Total 25.2% 13.0% 38.2%
Perempuan Count 50 26 76
% within JK 65.8% 34.2% 100.0%
% within HT 61.7% 61.9% 61.8%
% of Total 40.7% 21.1% 61.8%
Total Count 81 42 123
% within JK 65.9% 34.1% 100.0%
% within HT 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 65.9% 34.1% 100.0%
PENDIDIKAN * HT
Crosstab
HT
Ya Tidak Total
PENDIDIKAN SD Count 66 30 96
% within PENDIDIKAN 68.8% 31.3% 100.0%
% within HT 81.5% 71.4% 78.0%
% of Total 53.7% 24.4% 78.0%
SMP Count 13 9 22
% within PENDIDIKAN 59.1% 40.9% 100.0%
% within HT 16.0% 21.4% 17.9%
% of Total 10.6% 7.3% 17.9%
SMA Count 2 3 5
% within PENDIDIKAN 40.0% 60.0% 100.0%
% within HT 2.5% 7.1% 4.1%
% of Total 1.6% 2.4% 4.1%
Total Count 81 42 123
% within PENDIDIKAN 65.9% 34.1% 100.0%
% within HT 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 65.9% 34.1% 100.0%
55
ROKOK * HT
Crosstab
HT
Ya Tidak Total
ROKOK Ya Count 25 13 38
% within ROKOK 65.8% 34.2% 100.0%
% within HT 30.9% 31.0% 30.9%
% of Total 20.3% 10.6% 30.9%
Tidak Count 56 29 85
% within ROKOK 65.9% 34.1% 100.0%
% within HT 69.1% 69.0% 69.1%
% of Total 45.5% 23.6% 69.1%
Total Count 81 42 123
% within ROKOK 65.9% 34.1% 100.0%
% within HT 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 65.9% 34.1% 100.0%
ALKOHOL * HT
Crosstab
HT
Ya Tidak Total
ALKOHOL Ya Count 12 9 21
% within ALKOHOL 57.1% 42.9% 100.0%
% within HT 14.8% 21.4% 17.1%
% of Total 9.8% 7.3% 17.1%
Tidak Count 69 33 102
% within ALKOHOL 67.6% 32.4% 100.0%
% within HT 85.2% 78.6% 82.9%
% of Total 56.1% 26.8% 82.9%
Total Count 81 42 123
% within ALKOHOL 65.9% 34.1% 100.0%
% within HT 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 65.9% 34.1% 100.0%
Pengetahuan * HT
Crosstab
HT
Ya Tidak Total
Pengetahuan Kurang Count 67 27 94
% within Pengetahuan 71.3% 28.7% 100.0%
% within HT 82.7% 64.3% 76.4%
% of Total 54.5% 22.0% 76.4%
Baik Count 14 15 29
56
Kat_Umur * HT
Crosstab
HT
Ya Tidak Total
Kat_Umur Usia Pertengahan Count 11 4 15
% within Kat_Umur 73.3% 26.7% 100.0%
% within HT 13.6% 9.5% 12.2%
% of Total 8.9% 3.3% 12.2%
Lanjut Usia Count 42 18 60
% within Kat_Umur 70.0% 30.0% 100.0%
% within HT 51.9% 42.9% 48.8%
% of Total 34.1% 14.6% 48.8%
Lanjut Usia Tua Count 28 20 48
% within Kat_Umur 58.3% 41.7% 100.0%
% within HT 34.6% 47.6% 39.0%
% of Total 22.8% 16.3% 39.0%
Total Count 81 42 123
% within Kat_Umur 65.9% 34.1% 100.0%
% within HT 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 65.9% 34.1% 100.0%
Kat_ST * HT
Crosstab
HT
Ya Tidak Total
Kat_ST Baik Count 17 9 26
% within Kat_ST 65.4% 34.6% 100.0%
% within HT 21.0% 21.4% 21.1%
% of Total 13.8% 7.3% 21.1%
Berisiko Count 4 2 6
% within Kat_ST 66.7% 33.3% 100.0%
% within HT 4.9% 4.8% 4.9%
% of Total 3.3% 1.6% 4.9%
Obes 1 Count 29 24 53
% within Kat_ST 54.7% 45.3% 100.0%
57