Anda di halaman 1dari 16

BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya
terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman
budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus)
yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal
dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang
migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Produksi padi dunia menempati urutan
ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi
merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari
pengolahan padi dinamakan beras. Beras merupakan makanan sumber karbohidrat
yang utama di kebanyakan negara Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa,
Australia dan Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil
daripada negara Asia. Selain itu jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah
pada suatu usaha tani.
Padi merupakan salah satu komoditas pokok yang merupakan sumber pangan
utama bagi masyarakat Indonesia. Budidaya yang baik akan mempengaruhi hasil dari
padi tersebut. Oleh karena itu, penting adanya untuk mengetahui budidaya yang baik
dan tepat mengenai padi. Padi merupakan tanaman yang paling penting di negeri kita
Indonesia ini. Betapa tidak karena makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras
yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Selain di Indonesia padi juga menjadi
makanan pokok negara-negara di benua Asia lainnya seperti China, India, Thailand,
Vietnam dan lain-lain. Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman
pertanian ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis.
Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah
dimulai pada 3.000 tahun SM.
Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri,karena
95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan
terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang
membentuk embrio dan inti polar menjadi endosperm. Pada akhir perkembangan,
sebagian besar bulir padi mengadung pati dibagian endosperm. Bagi tanaman muda,
pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara budidaya
tanaman padi sawah yang merupakan tanaman semusim dan dapat mengetahui siklus
hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi sawah dan
komponen hasil tanaman padi sawah.
I. TINJAUAN PUSTAKA
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian
kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti
sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada
3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh
India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah,
Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam (Anonim, 2011).
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah Oryza sativa dengan dua
subspesies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere).
Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi
dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Varitas unggul
nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur (dataran tinggi),
Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varitas unggul introduksi
dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalah jenis IR atau PB yaitu
IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB 48 (dataran
rendah) (Joshi et al., 2000).
Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur),
Bali, Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen
padi mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi
nasional adalah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi nasional
dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi Jawa Barat seperti
Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti. Produksi padi
nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang meliputi areal panen
9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif, hasil padi gogo hanya 1-3
ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik hasil padi sawah mencapai 6-7 ton/ha
(Anonim, 2012).

A. Taksonomi Tanaman Padi


Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Keluarga : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa

B. Syarat Tumbuh Tanaman Padi


Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih,
dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500
-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat
yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan
lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup.
Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -
22 cm dengan pH antara 4 -7 (Ihsan, 2012).
Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang rendah
dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses
pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi akibat tidak
membukanya bakal biji. Temperatur yang juga rendah pada waktu penyerbukan dapat
menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari (Luh, 1991).
Keasaman tanah yang dikehendaki tanaman padi adalah antara pH 4,0–7,
0. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanah menjadi netral (7,0). Pada
prinsipnya, tanah berkapur dengan pH 8,1–8, 2 tidak merusak tanaman padi. Karena
mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak
mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral (Anonim, 2008).

C. Jenis Tanaman Padi


Indonesia memiliki beberapa jenis tanaman padi seperti berikut (Suharno,
2005):
a. Padi Gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe
padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di
Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan
penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.
b. Padi rawa
Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah
rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai
Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat
mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.
c. Padi Pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada
berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi
pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini
dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen.
d. Padi Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak
dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya.
e. Padi Wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat
di Asia, yang terkenal adalah ras Cianjur Pandanwangi (sekarang telah menjadi
kultivar unggul) dan rajalele. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang
berumur panjang.

D. Morfologi Tanaman Padi


Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua macam akar
yaitu akar seminal dan akar adventif. Akar seminal yang tumbuh dari akar primer
radikula sewaktu berkecambah dan bersifat sementara, sedangkan akar adventif
sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah. Akar
adventif tersebut menggantikan akar seminal. Akar ini disebut adventif/buku, karena
tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio atau karena munculnya bukan dari
akar yang telah tumbuh sebelumnya. Batang terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi
oleh buku, dan tunas (anakan) tumbuh pada buku. Jumlah buku sama dengan jumlah
daun ditambah dua yakni satu buku untuk tumbuhnya koleoptil dan yang satu lagi buku
terakhir yang menjadi dasar malai. Ruas yang terpanjang adalah ruas yang teratas dan
panjangnya berangsur menurun sampai ke ruas yang terbawah dekat permukaan tanah
(Tobing dkk., 1995).
Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan
primer tumbuh dari buku terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan
sekunder ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier. Daun tanaman padi
tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang seling terdapat satu daun pada tiap
buku. Tiap daun terdiri atas helaian daun yang menempel pada buku melalui pelepah
daun, pelepah daun yang membungkus ruas di atasnya dan kadang-kadang pelepah
daun dan helaian daun ruas berikutnya, telinga daun (auricle) pada dua sisi pangkal
helaian daun, lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis tepat di atas telinga daun,
daun bendera adalah daun teratas di bawah malai (Suharno, 2005).
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari 8–10 buku
yang menghasilkan cabang–cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang–cabang
sekunder. Dari buku pangkal malai pada umumnya akan muncul hanya satu cabang
primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan 2–3 cabang
primer. Lemma yaitu bagian bunga floret yang berurat lima dan keras yang sebagian
menutupi palea. Ia memiliki suatu ekor. Palea yaitu bagian floret yang berurat tiga yang
keras dan sangat pas dengan lemma. Bunga terdiri dari 6 benang sari dan sebuah putik.
Enam benang sari tersusun dari dua kelompok kepala sari yang tumbuh pada tangkai
benang sari. Butir biji adalah bakal buah yang matang, dengan lemma, palea, lemma
steril, dan ekor gabah (kalau ada) yang menempel sangat kuat. Butir biji padi tanpa
sekam (kariopsis) disebut beras. Buah padi adalah sebuah kariopsis, yaitu biji tunggal
yang bersatu dengan kulit bakal buah yang matang (kulit ari), yang membentuk sebuah
butir seperti biji. Komponen utama butir biji adalah sekam, kulit beras, endosperm, dan
embrio (Sudarmo, 1991).
II. PEMBAHASAN
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan
persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman
hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman
terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi
 PERSEMAIAN
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan
persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di
persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu
persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan
bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
a. Penggunaan benih
 Benih unggul
 Bersertifikat
 Kebutuhan benih 25-30 kg / ha
b. Persiapan lahan untuk persemaian
 Tanah harus subur
 Cahaya matahari
 Pengairan
 Pengawasan
c. Pengolahan tanah calon persemaian
 Persemaian kering
 Persemaian basah
 Persemaian sistem dapog
 Persemaian Kering
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak terdapat
didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan dengan baik
yaitu:
Tanah dibersihkan dari rumput sisa -sisa jerami yang masih tertinggal, agar tidak
mengganggu pertumbuhan bibit. Kemudian tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam
dari pada apa yang dilakukan pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat
memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak. Selanjutnya
tanah digaru. Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul,
yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah,
agar tanah menjadi gembur.
Ukuran bedengan persemaian :
a. Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu
diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang
b. Lebar bedengan : 100 -150 cm
c. Tinggi bedengan : 20 -30 cm
Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar 30-40 cm.
Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :
a. Penaburan benih dan pencabutan bibit
b. Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :
 Penyiangan
 Pengairan
 Pemupukan
 Pemberantasan hama dan penyakit
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami, penggunaan
benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian basah. Perbedaan antara
persemaian kering dan basah terletak pada penggunaan air. Persemaian basah, sejak
awal pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air:
a. Air akan melunakan tanah
b. Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
c. Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga perusak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak, tanah yang
sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali. Namun sebelum
pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu, kemudian
petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang digunakan 1/20 dari
areal pertanaman yang akan ditanami.
 Sistem Dapog
Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan sistem dapog, sistem tersebut
di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di Desa Pendowoharjo, Sewon. Cara
penyemaian dengan sistem dapog :
a. Persiapan persemaian seperti pada persemaian basah
b. Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang
c. Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan benih
dapat menyerap makanan dari putik lembaga
d. Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah
e. Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4
f. Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan kepersemaian yang
baru atau tempat penanaman disawah

2. PENABURAN BENIH
Perlakuan sebagai upaya persiapan. Benih terlebih dahulu direndam dalam air
dengan maksud :
a. Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus dibuang
agar terjadi proses tisiologis
b. Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih yang akhimya
benih cepat berkecambah. Terserap atau masuknya air kedalam benih akan
mempercepat proses tisiologis
Benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam (sebelumnya
ditiriskan atau dietus). Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut
benih berkecambah. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam menebar benih adalah :
a. Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm
b. Benih tersebar rata
c. Kerapatan benih harus sama
3. PEMELIHARAAN PERSEMAIAN
a. Pengairan
Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan air
keselokan yang berada diantara bedengan, agar terjadi perembesan sehingga
pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal ini sering kali
ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan menghambat atau
bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu / rumput. Perlu diketahui
bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan faktor yang memperngaruhi
perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang dilakukan secara basah.
Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Bedengan digenangi air selama 24 jam
b. Setelah genagan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurang hingga
keadakan macak-macak ( nyemek-nyemek ), kemudian benih mulai bisa
disebar
c. Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macak-macak ini,
dimaksudkan agar:
d. Benih yang disebar dapat merata dan mudah melekat ditanah sehingga akar
mudah masuk kedalam tanah.
e. Benih tidak busuk akibat genagan air
f. Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara,
sehingga proses perkecambahan lebih cepat
b. Pemupukan dipersemaian
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah unsur
hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea, TSP dan lain
sebagainya diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat
pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang
benih disebar.

4. PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN TANAH SAWAH


Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat
tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh
tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :
a. Pembersihan
1) Selokan-selokan perlu dibersihkan
2) Jerami yang ada perlu dibabat untuk pembuatan kompos
3) Pencangkulan
4) Perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar dibajak
b. Membajak
1) Memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah
2) Membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput ( jerami ) sehingga akhirnya
membusuk
3) Proses pembusukan dengan bantuan mikro organisme yang ada dalam tanah
c. Menggaru
1) Meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah
2) Pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam keaadan basah
3) Selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar lumpur
tidak hanyut terbawa air keluar
4) Penggaruan yang dilakukan berulang kali akan memberikan keuntungan
5) Permukaan tanah menjadi rata
6) Air yang merembes kebawah menjadi berkurang -Sisa tanaman atau rumput
akan terbenam
7) Penanaman menjadi mudah
8) Meratakan pembagian pupuk dan pupuk terbenam
5. PENANAMAN
Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :
a. Persiapan lahan
Tanah yang sudah diolah dengan cara yang baik, akhirnya siap untuk ditanami
bibit padi.
b. Umur bibit
Bila umur bibit sudah cukup sesuai dengan jenis padi, bibit tersebut segera
dapat dipindahkan dengan cara mencabut bibit.
c. Tahap penanaman
Tahap penanaman dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
1) Memindahkan bibit
Bibit dipesemaian yang telah berumum 17-25 hari ( tergantung jenis padinya,
genjah / dalam ) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan. Syarat -syarat
bibit yang siap dipindahkan ke sawah :
 Bibit telah berumur 17 -25 hari
 Bibit berdaun 5 -7 helai
 Batang bagian bawah besar, dan kuat
 Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi yang sama)
 Bibit tidak terserang hama dan penyakit
 Bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah ada
yang mempunyai anakan.
2) Menanam
Dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Sistem larikan ( cara tanam )
b. Jarak tanam
c. Hubungan tanaman
d. Jumlah tanaman tiap lobang
e. Kedalam menanam bibit
f. Cara menanam
Sistim larikan ( cara tanam )
o Akan kelihatan rapi
o Memudahkan pemeliharaan terutama dalam penyiangan
o Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih baik dan cepat
o Dan perlakuan-perlakuan lainnya
o Kebutuhan bibit / pemakaian benih bisa diketahui dengan mudah
Jarak tanam
Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman padi, tergantung pada :
o Jenis tanaman
o Kesuburan tanah
o Ketinggian tempat / musim
Jenis tanaman
o Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah anakan yang
banyak memerlukan jarak tanam yang lebih besar, sebaliknya jenis padi yang memiliki
jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih sempit.
Kesuburan tanah
o Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi penentuan jarak
tanam, sebab perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada tanah yang subur lebih
baik daTi pada perkembangan akar / tanaman pada tanah yang kurang subur. Oleh
karena itu jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan lebih lebar
daTi pada jarak tanam padah tanah yang jurang subur.
Ketinggian tempat.
o Daerah yang mempunyai ketinggian tertentu seperti daerah pegunungan akan
memerlikan jarakn tanam yang lebih rapat dari pada jarak tanam didataran rendah, hal
ini berhubungan erat dengan penyediaan air. Tanaman padi varietas unggul
memerlukan jarak tanam 20 x 20 cm pada musim kemarau, dan 25 x 25 cm pada musim
hujan.
Hubungan tanaman
Hubungan tanaman berkaitan dengan jarak tanam. Hubungan tanaman yang sering
diterapkan ialah :
o Hubungan tanaman bujur sangkar ( segi empat )
o Hubungan tanaman empat persegi panjang.
o Hubungan tanaman 2 baris.
Jumlah tanaman ( bibit ) tiap lobang
o Bibit tanaman yang baik sangat menentukan penggunaannya pada setiap lubang.
Pemakian bibit tiap lubang antara 2-3 batang
o Kedalaman penanaman bibit
o Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan pertumbuhan tanaman
kurang baik, kedalam tanaman yang baik 3-4 cm.
Cara menanam
o Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah / menggunakan tali
pengukur untuk menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran jarak tanam selesai
dilakukan penanaman padi secara serentak.
PEMELIHARAAN
Meliputi :
a. Penyulaman dan penyiangan
b. Pengairan
c. Pemupukan
Penyulaman dan penyiangan
Yang harns diperhatikan dalam penyulaman :
o Bibit yang digunakan harus jenis yang sama
o Bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang terdahulu
o Penyulaman tidak boleh melampoi 10 hari setelah tanam
o Selain tanaman pokok ( tanaman pengganggu ) supaya dihilangkan
Pengairan
Pengairan disawah dapat dibedakan :
o Pengairan secara terus-menerus
o Pengairan secara piriodik
Pemupukan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan sangat penting
bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan / produksi, pupuk yang sering digunakan
oleh petani berupa :
o Pupuk alam ( organik )
o Pupuk buatan ( an organik )
Dosis pupuk yang digunakan :
o Pupuk Urea 250 -300 kg / ha
o Pupuk SP 36 75 -100 kg / ha
o Pupuk KCI 50 -100 kg / ha
Atau disesuaikan dengan analisa tanah

Anda mungkin juga menyukai