Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRA KONSEPSI DAN KEHAMILAN SEHAT


BERDASARKAN EVIDENCE BASED PRACTICE JAMU PENYUBUR
KANDUNGAN DI PUSKESMAS KLAMPIS

Disusun oleh:

SRI MUSRIFAINAH
19159010036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA PRA KONSEPSI
DI PUSKESMAS KLAMPIS

Disusunguna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Remaja dan Pra Nikah
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:

SRI MUSRIFAINAH
19159010036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan usia istri
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri berumur kurang dari 15
tahun dan sudah haid atau usia istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid
(BKKBN, 2013). Pada pasangan suami istri usia subur yang baru menikah atau ingin
mendapatkan anak lagi, kehamilan merupakan saat-saat yang paling ditunggu. Hal itu
juga merupakan saat yang menegangkan ketika sebuah kehidupan baru bertumbuh dan
berkembang di dalam rahim (Sunarsih, 2011).
Kesehatan yang baik adalah salah satu faktor yang paling penting dalam
kehamilan. Kesehatan prakonsepsi adalah cara untuk meningkatkan hasil kehamilan
yang positif dengan mendorong perempuan untuk terlibat dalam gaya hidup yang sehat
sebelum mereka hamil. Keadaan yang kurang mendukung kondisi-kondisi prakonsepsi
akan berdampak kurang baik pula terhadap pembentukan terjadinya proses konsepsi
(Sujiono, 2004). Perawatan kesehatan yang baik, penting untuk perkembangan dan
kesejahteraan janin, sehingga berada dalam kondisi kesehatan yang prima sebelum
kehamilan menjadi hal yang penting (Curtis, 1999).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perencanaan kehamilan?
2. Faktor
3. Hhj
4.
5. Bagaimana konseling pra nikah?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui perencanaan kehamilan?
2. Mengetahui Bagaimana konseling pra nikah?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Kehamilan


2.1.1 Pengertian
Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal
melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak
kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga
memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008).
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap
pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan finansial adalah hal
yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010). Merencanakan kehamilan merupakan
perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya
kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan
oleh keluarga (Nurul, 2013).
2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan
Menurut Mirza (2008) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam
merencanakan kehamilan, antara lain:
a. Kesiapan aspek psikologis
Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani konseling
prahamil. Konseling ini merupakan berisi saran dan anjuran, seperti dengan cara
melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum dan kandungan) dan
laboratorium. Sebab, tujuan dari konseling prahamil ini akan mempersiapkan calon
ibu beserta calon ayah dan untuk menyiapkan kehamilan yang sehat sehingga bisa
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan begitu, bisa segera dideteksi
bila ada penyakit yang diturnkan secara genetis, misalnya: diabetes militus,
hipertensi, dan sebagainya. Konseling prahamil dilakukan untuk mencegah cacat
bawaan akibat kekurangan zat gizi tertentu atau terpapar zat berbahaya.
b. Kesiapan fisik
Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada fisik
yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan kalau
kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan memengaruhi
janin.
c. Kesiapan Finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan merupakan
suatu kebutuhan yang mutlak yang harus disiapkan, dimana kesiapan finansial atau
yang berkaitan dengan penghasilan atau keuangan yang dimiliki untuk mencukupi
kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai persalinan (Kurniasih, 2010).
2.1.3 Resiko Tinggi Kehamilan Usia Kurang dari 20 tahun
a. Resiko Bagi Ibunya
1) Mengalami perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkn antara lain disebabkan karena otot rahim yang
terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu juga dosebabkan selaput
ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim). Kemudian
proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya
sobekan pada jalan lahir.
2) Kemungkinan keguguran / abortus
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. Hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah 16 dan juga abortus yang disengaja,
baik dengan obat-obatan maupun memakai alat.
3) Persalinan yang lama dan sulit
Persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari
persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan
panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang
salah dapat mengakibatkan kematian ibu.
4) Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat social ekonomi rendah, dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
5) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena pada
saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam
tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel
darah merahjanin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel
darah merah akan menjadi anemis.
6) Kanker leher rahim
Yaitu kanker yang terdapat dalam rahim, hal ini erat kaitannya dngan belum
sempurnanya perkembangan dinding rahim. Pada usia remaja (12-20 tahun)
organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Rangsangan penis/sperma
dapat memicu perubahan sifat sel mnjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka
saat berhubungan seksual dan kemudian infeksi virus HPV. Sel abnormal yang
berpotensi tinggi menyebabkan kanker servik. Wanita yang hamil pertama
pada usia dibawah 17 tahun hampir selalu 2x lebih mungkin terkena kanker
servik di usia tuanya, daripada wanita yang menunda kehamilan hingga usia
25 tahun atau lebih tua (BKKBN, 2012). Berhubungan seksual sebelum umur
20 tahun, akan meningkatkan risiko kanker leher rahim ( Dedeh dkk, 2010).
b. Resiko Bagi Bayinya
1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan
Kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini terjadi
karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
2) Berat badan lahir rendah
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram.
Kebanyakan hal ini dipengaruhi kurang gizi 18 saat hamil, umur ibu saat hamil
kurang dari 20 tahun dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita
oleh ibu hamil.
3) Cacat bawaan
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan
genetik dan kromosom, infeksi, virus rubella serta faktor gizi dan kelainan
hormon.
4) Keracunan kehamilan (Gestosis)
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat
menyebabkan kematian.
5) Kematian bayi
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian
perinatal yang disebabkan berat badan kurang dai 2.500 gram, kehamilan
kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran congenital serta lahir dengan
asfiksia (Manuaba, 2009).
2.1.4 Remaja Dan Kehamilan
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada remaja yang berumur di
bawah 17 tahun. Kehamilan remaja merupakan masalah sosial masyarakat dan
masalah dalam bidang obstetri (Manuaba, 2009). Kesehatan reproduksi secara
langsung juga berhubungan dengan keadaan anemia pada seseorang. Anemia
merupakan keadaan yang sering disebut dengan kurang darah dimana hemoglobin
(Hb) kurang dari 12 gr%. Anemia terkait erat dengan masalah kesehatan reproduksi
terutama pada wanita. Jika seorang wanita mengalami anemia, maka akan menjadi
sangat berbahaya pada saat hamil dan melahirkan. Wanita yang mengalami anemia
berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg).
disamping itu, anemia dapat mengakibatkan kematian ibu maupun bayi pada saat
proses persalinan. Karena itu untuk memastikan agar remaja tidak mengidp anemia,
perlu dianjurkan untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Jika ternyaata remaja
mengalami anemia, maka perlu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan pil zat besi sesuai dengan anjuran. Selain anemia, kesehatan reproduksi
juga berhubungan dengan kehamilan.
Kesiapan seorang wanita untuk hamil dan melahirkan (mempunyai anak)
ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, mental (emosi dan
psikologis), dan sosial ekonomi. Secara umum, seorang wanita dikatakan siap secara
fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya, yaitu sekitar usia 20 tahun.
Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik.
2.2 Konseling pra konsepsi
2.2.1 Definisi
Konseling pra konsepsi atau pra kehamilan adalah konseling yang dilakukan
terhadap pasangan usia subur sebelum terjadinya kehamilan. Konseling ini termasuk
salah satu tindakan preventif dalam ilmu kedokteran obstetri. Resiko cacat mayor
(dengan atau tanpa kelainan kromosom) pada populasi umum kira-kira 3 %. Seorang
wanita baru menyadari bahwa dirinya hamil setelah terlambat haid sekitar 1 atau 2
minggu. Sedangkan organogenesis janin mulai terjadi 17 hari setelah fertilisasi. Oleh
karena itu, konseling pra kehamilan ini sangat bermanfaat untuk memberikan
informasi dan nasehat kepada pasangan usia subur untuk menyiapkan lingkungan
yang optimal bagi perkembangan konseptus, memperhatikan faktor – faktor yang
berpotensi mempengaruhi hasil akhir kehamilan, wanita yang bersangkutan diberi
nasihat tentang resiko yang ada pada dirinya dan diberikan suatu strategi untuk
mengurangi / mengeliminasi pengaruh patologis yang diketahui berdasarkan riwayat
keluarga, medis atau obstetri.
2.2.2 Tujuan Konseling pra kehamilan
Konseling pra kehamilan memiliki peranan yang penting karena dapat
mengetahui wanita mana yang diuntungkan dari intervensi dini, seperti mereka yang
menderita diabetes melitus atau hipertensi dan dapat membantu mengurangi cacat
janin. Organogenesis dimulai 17 hari setelah fertilisasi, maka sebaiknya diperhatikan
lingkungan yang baik untuk perkembangan hasil konsepsi. Hasil akhir maternal dan
perinatal juga bergantung pada interaksi antara faktor ibu, janin, dan lingkungannya,
dan sulit untuk menerangkan hasil akhir kehamilan hanya berdasarkan satu intervensi
spesifik. Tujuan akhir adalah konseling prakehamilan dapat memperbaiki hasil akhir
kehamilan.
2.2.3 Bentuk Pemeriksaan
Konseling pra kehamilan dapat digabung ke dalam setiap kunjungan dari
wanita dalam masa reproduksi. Anamnesis Lengkap, Hal-hal berikut yang perlu
ditanyakan :
1) Identitas pasien dan suami termasuk nama, umur, pekerjaan, nama suami, agama
alamat
2) Riwayat menstruasi , menarche, teratur / tidak, lamanya, banyaknya darah, nyeri
+/- → menilai faal alat kandungan
3) Riwayat perkawinan → kawin / tidak, berapa kali, berapa lama (anak mahalkah?)
4) Riwayat kehamilan sebelumnya → perdarahan +/- , hiperemesis gravidarum +/-
→ prognosa
5) Riwayat persalinan sebelumnya → spontan / buatan, aterm +/-, perdarahan +/-,
siapa yang menolong → prognosa
6) Riwayat nifas sebelumnya → demam +/-, perdarahan +/-, laktasi ? → prognosa
7) Riwayat anak yang lahir → jenis kelamin, hidup +/-, berat lahir
8) Riwayat penyakit keluarga → penyakit keturunan +/- (DM, kelainan genetik),
riwayat kembar, penyakit menular +/- (TBC)
9) Riwayat kontrasepsi → pakai +/-, metodenya ?, jenisnya, berapa lama, efek
samping

2.2.4 Pemeriksaan - pemeriksaan untuk skrining


a. Pemeriksaan darah lengkap termasuk rata – rata volume sel darah merah dapat
menyingkirkan adanya kemungkinan anemia yang diturunkan
b. Pemeriksaan glukosa puasa pada wanita dengan DM gestasional penting untuk
memprediksi insiden anomali fetal → pada hiperglikemia (puasa) ada
peningkatan insiden anomali fetal
c. Konseling dan pemeriksaan HIV sebaiknya dilakukan juga secara rahasia dan
atas kesadaran pasien
d. Pemeriksaan rutin Toxoplasmosis dipertimbangkan pada wanita yang
memelihara kucing dan sering memakan daging setengah matang. Tujuannya
untuk memeriksa status antibodi sebelum konsepsi
e. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan, contoh : rubella, varicella, dan hepatitis
B, sebaiknya dilakukan untuk menentukan vaksinasi yang akan diberikan
sebagai bagian dari penatalaksanaan prakehamilan
f. Khususnya untuk varicella sebaiknya dilakukan pada pasien yang belum pernah
sakit cacar. Pemberian vaksin varisella zoster terhadap pasien yang belum
pernah dapat vaksinasi direkomendasikan
g. Pemeriksaan elektroforesis terhadap hemoglobin dilakukan pada pasien dengan
resiko anemia sickle sel seperti pada ras Afrika-amerika dan wanita dari
mediterania / asia untuk thalasemia
h. Sedangkan pada wanita yahudi adalah calon untuk pemeriksaan karier untuk
penyakit tay sachs
i. Begitu pula dengan pasangan yang ditemukan sebagai karier penyakit autosomal
resesif, dilakukan pemeriksaan untuk menentukan resiko di masa yang akan
datang
j. Pada wanita dengan penyakit ginjal dapat diperiksa kadar serum kreatininnya,
agar dapat memprediksi beberapa keadaan hasil akhir kehamilan seperti
kelahiran preterm, kematian perinatal, IUGR, abortus
k. Sedangkan pada wanita dengan penyakit jantung sianotik dapat dilakukan
pemeriksaan beberapa faktor seperti hemoglobin, saturasi oksigen arteri
l. Pemeriksaan – pemeriksaan spesifik lain dapat dilakukan untuk menilai wanita
dengan beberapa penyakit kronik, seperti pada penyakit ginjal, penyakit
kardiovaskular, dan DM.

2.2.5 Penilaian-penilaian Penting Untuk Menyelesaikan Masalah


Hal-hal yang perlu didiskusikan diantaranya :
a. Riwayat reproduksi
Catatan riwayat menstruasi akan memberikan kesempatan untuk menilai tingkat
pengetahuan si ibu tentang fisiologi menstruasi dan memberikan konseling tentang
bagaimana dia menggunakan pengetahuan tersebut untuk merencanakan kehamilan.
Diagnosa dan penatalaksanaan kelainan-kelainan seperti malformasi uterus, penyakit
autoimmune ibu, dan infeksi genital dapat mengurangi resiko terjadinya abortus
berulang. Menelaah riwayat obstetrik saat wanita tidak hamil akan membuat calon
orang tua mengungkapkan kekhawatirannya, perhatian dan pertanyaan-pertanyaan
seputar kehamilan dan reproduksi.
b. Riwayat keluarga
1) Skrining karier
Konseling riwayat keluarga dapat mengungkap resiko penyakit-penyakit
seperti muscular dystrophy, sindrom fragile X atau Down sindrom, dan penyakit
lainnya yang dapat diturunkan secara genetik harus dilakukan. Informasi tentang
tes diagnostik yang tepat seperti sampling vili khorionik atau amniosintesis perlu
disampaikan. Pada beberapa kasus, konseling genetik dapat mengarah pada
keputusan untuk tidak meneruskan kehamilan atau menggunakan teknologi
bantuan reproduksi yang dapat meniadakan resiko
Skrining karier berdasarkan riwayat keluarga atau latar belakang etnis dari
pasangan sangat penting dalam konseling sebelum terjadinya kelainan pada
kehamilannya. Pengenalan pra konsepsi dari status karier membuat wanita dan
pasangannya dapat diberitahukan tentang resiko penyakit resesif autosom diluar
konteks emosional dari kehamilan. Pengetahuan tentang status karier juga
membuat keduanya dapat mengambil keputusan tentang kehamilan serta
merencanakan pemeriksaan yang diperlukan bila terjadinya kehamilan.
2) Penilaian medis
Perawatan pra konsepsi untuk wanita dengan problem medis yang berarti
harus mencakup penilaian faktor resiko bukan hanya bagi janin tapi juga bagi si
ibu. Perawatan yang tepat mungkin memerlukan kerjasama dengan spesialis lain.

c. Skrining Faktor Resiko resiko


1) Skrining penyakit infeksi
a) Wanita tanpa imunitas terhadap rubella dapat dikenali melalui skrining pra
konsepsi, dan sindrom rubella kongenital dapat dicegah dengan vaksinasi.
Tidak ada laporan kasus rubella kongenital setelah imunisasi rubella dalam
3 bulan sebelum atau setelah konsepsi.
b) Skrining universal bagi wanita hamil untuk hepatitis B virus (HBV) telah
direkomendasikan oleh CDC and Prevention sejak tahun 1988. Wanita
dengan resiko sosial atau pekerjaan terpapar dengan hepatitis B virus harus
diberi penyuluhan serta diberikan vaksinasi.
c) Pasien yang beresiko terhadap tuberkulosis harus diperiksa bila riwayat
vaksinasi BCG-nya tidak sesuai dengan pedoman untuk skrining atau
pengobatan pencegahan.
d) Skrining CMV (cytomegalo virus) harus ditawarkan sebelum konsepsi
untuk wanita yang bekerja di ICU, fasilitas perawatan anak, atau unit
dialisa darah.
e) Ig-G Parvovirus dapat ditawarkan sebelum konsepsi kepada guru-guru dan
pekerja pengasuh anak.
f) Toksoplasmosis sering berhubungan dengan pemilik kucing dan mereka
yang makan daging mentah. Skrining toksoplasmosis rutin untuk
menentukan status antibodi sebelum konsepsi terutama memberikan
jaminan kepada mereka yang sudah imun. Pemeriksaan rutin terhadap
wanita hamil yang tidak diketahui adanya faktor resiko tidak dianjurkan
g) Skrining untuk antibodi varisela dilakukan untuk mengetahui adanya
riwayat menderita varisela. Vaksin virus varisela zoster sekarang
dianjurkan untuk semua orang dewasa non imun.
h) Skrining dan pemeriksaan HIV harus ditawarkan secara rahasia dan
sukarela kepada semua wanita.
i) Pemeriksaan untuk Neiesseia Gonorea, Chlamidia trachomatis dan
Troponema pallidum sering dilakukan secara rutin untuk pasien yang aktif
secara seksual.

2) Penilaian pemaparan obat


Penilaian terhadap pemaparan dengan obat baik yang dibeli bebas maupun yang
melalui resep. Penggunaan obat harus dipastikan dan diberikan keterangan
tentang pilihan obat yang paling aman.
a) Isotretinoin (accutane), regimen oral telah disetujui oleh FDA untuk akne
sistika berat, harus dihindari sebelum konsepsi. Isotretinoin sangat
teratogenik menyebabkan defek kraniofacial (mikrotia, anotia).
b) Sodium warfarin (coumadin), suatu anti koagulan dan derivatnya telah
dikaitkan dengan embriopati. Karena sodium warfarin tidak melintasi
plasenta, wanita yang memerlukan antikoagulan harus mengganti terapi
antikoagulannya dengan heparin sebelum konsepsi.
c) Keturunan dari wanita yang mendapat terapi anti kejang untuk epilepsi
sangat beresiko terhadap malformasi kongenital. Perbedaan pendapat masih
terus terjadi apakah karena proses penyakit, obat-obatan, atau kombinasi
keduanya yang menyebabkan malformasi. Ahli saraf merasa adalah tepat
untuk mencoba menunda terapi anti konvulsan bagi wanita yang sudah bebas
kejang selama 2 tahun. Bagi wanita yang bukan calon pasien yang akan
dihentikan terapinya, maka dipilih obat yang paling sedikit efek
teratogeniknya
d) Tidak ada bukti adanya efek teratogenisitas dari kontrasepsi oral atau
implant. Spermisida vagina tidak teratogenik bagi wanita yang hamil
sementara mereka sedang menggunakan kontrasepsi ini atau hamil sesudah
menghentikan pemakaiannya.
3) Penilaian kandungan zat gizi
a) Indeks massa tubuh, didefinisikan sebagai [BB(kg)/TB(m2)] adalah indikator
yang sering dipakai untuk menilai status gizi. Wanita dengan riwayat
anoreksia atau bulimia akan mendapatkan keuntungan dengan konseling
nutrisi dan psikologi sebelum konsepsi.
b) Kebiasaan makan seperti pika, suatu gangguan makan, dan pemakaian
suplementasi megavitamin harus dibicarakan. Penggunaan suplemen
multivitamin yang berlebihan yang mengandung vitamin A harus dihindari
karena diperkirakan diet intake vitamin A bagi banyak wanita di Amerika
sudah cukup. Vitamin bersifat teratogenik pada manusia pada dosis 20.000 –
50.000 IU per hari, menimbulkan malformasi janin seperti yang terlihat
dengan pemakain isotretinoin, suatu derivate sintetis vitamin A.
c) Konsumsi asam folat peri konsepsi mengurangi resiko defek tabung saraf
(NTDs). Badan pelayanan kesehatan masyarakat Amerika serikat
merekomendasikan pemakaian suplementasi 0,4 mg asam folat perhari bagi
semua wanita yang akan hamil. Kecuali adanya kontra indikasi karena
anemia pernisiosa, wanita yang sebelumnya melahirkan anak dengan neural
tube defek harus mengkonsumsi 4 mg asam folat per hari
2.2.6 Faktor-faktor Lain Yang Mempegaruhi Penilaian Pra Konsepsi
a. Riwayat Reproduksi
1) Informasi dapat melalui kuesioner pada kunjungan rutin prakehamilan
Mencakup : usaha – usaha sebelum kehamilan, adanya infertilitas, hasil kehamilan
abnormal termasuk abortus, kehamilan ektopik, kematian janin berulang
2) Perlu juga riwayat keluarga terdekat, contohnya : pada abortus berulang, atau
adanya kelainan susunan kromosom
3) Perlu dicatat pemakaian teknologi reproduksi untuk menjadi hamil, contohnya
penyuntikkan sperma intrasitoplasma (intra cytoplasmic sperm injection / ICSI)
berkaitan dengan adanya penyulit tertentu (Bowen dkk, 1998)
4) Demikian pula dengan faktor resiko persalinan prematur rekuren, preeklampsia,
dan seksio sesarea berulang.
b. Riwayat pemakaian alkohol, dan merokok
Retardasi mental yang berhubungan dengan alkohol saat ini merupakan satu –
satunya sindroma retardasi mental yang diatasi dengan pencegahan primer
1) Pecandu alkohol dapat diidentifikasi dengan kuesioner berupa rangkaian dari
empat pertanyaan mengenai : adanya toleransi terhadap alkohol, rasa terganggu
mengenai kebiasaan minum, usaha untuk mengurangi, dan riwayat minum di pagi
hari
2) Merokok meningkatkan resiko persalinan premature, restriksi pertumbuhan janin,
berat bayi lahir rendah serta attention deficit hyperactivity disorder / ADHD serta
masalah prilaku dan belajar saat anak mencapai usia sekolah (American College
of Obstetricians and Gynecologists, 1999)

c. Riwayat Sosial
1) Usia ibu mempengaruhi hasil akhir kehamilan
2) Kehamilan usia 15 – 19 tahun → resiko anemia dan janin dengan pertumbuhan
terhambat, persalinan premature, dan angka kematian bayi lebih tinggi → sering
tidak direncanakan sehingga tidak ada konseling
3) Remaja → masih tumbuh dan berkembang sehingga butuh kalori yang lebih besar
daripada wanita yang lebih tua → berat badan sering kurang
4) Kehamilan usia > 35 tahun → saat ini 10% dengan penyulit obstetri dan
meningkatkan morbiditas dan mortilitas perinatal
5) Merokok juga meningkatkan resiko penyulit kehamilan yang berkaitan dengan
insufisiensi vascular, seperti insufisiensi uteroplasenta dan solusio plasenta
6) Konseling → kurangi / bahkan hentikan merokok prakehamilan
d. Riwayat pemakaian obat –obatan terlarang
1) Mariyuana dan opium tidak ada bukti mempunyai efek teratogenik terhadap
manusia.
2) Opium mempunyai efek neonatus withdrawal : tangisan bayi high piched, tidak
maumenyusui, tremor, bayi iritabel, mengantuk, muntah, diare dan kadang –
kadang kejang. Resiko penularan HIV dan hepatitis pada penggunaan jarum
bersama
3) Penggunaan kokain mempunyai efek pada ibu termasuk vasokonstriksi, disamping
efek kardiotoksik. Komplikasi terhadap kehamilan : abortus spontan, IUFD,
PROM, kelahiran preterm, IUGR, dan solusio plasenta. Bersifat teratogenik :
mikrosefal, defek batang tubuh, malformasi traktus genitourinari. Resiko
abnormalitas neurobehavior dan orientasi.
4) Penggunaan amfetamin berhubungan dengan berkurangnya lingkar kepala janin
dan meningkatnya resiko solusio plasenta, IUGR dan IUFD, namun tidak ada bukti
berefek teratogen.
e. Riwayat mengalami kekerasan dalam rumah tangga
Riwayat kekerasan dalam RT berhubungan dengan pasangan pecandu alkohol /
obat, menganggur, dan memiliki latar belakang pendidikan atau pendapatan yang
rendah serta riwayat pernah dipenjara (Grisso dkk, 1999; Kyriacou dkk, 1999)
f. Imunitas
1) Konseling prakehamilan → penilaian atas imunitas terhadap rubella dan hepatitis B
2) Vaksin : tetanus toksoid, bakteri atau virus mati (influenza, pneumokokus, hepatitis
B, meningokokus, rabies), atau virus hidup yang sudah dilemahkan (campak,
gondongan, polio, rubela, cacar air, demam kuning)
3) Pemberian vaksin hidup selama kehamilan tidak dianjurkan dan idealnya diberikan
paling sedikit 3 bulan sebelum kehamilan
g. Riwayat pajanan lingkungan
1) Pajanan lingkungan mencakup organisme infeksius, seperti : perawat NICU,
perawat unit dialisis mungkin terpajan sitomegalovirus atau virus sintitial traktus
respiratorius dan petugas penitipan anak dan guru di sekolah mungkin terpajan
parvovirus dan rubella
2) Pekerja industri yang hamil mungkin terpajan zat – zat kimia seperti logam berat
atau pelarut organik
3) Konseling pajanan lingkungan → hindari pajanan tersebut sebelum dan selama
kehamilan
h. Riwayat makanan dan gizi
1) Kebiasaan makan seperti Pika : untuk es, tepung kanji, atau lumpur dan kotoran;
sering dikaitkan dengan anemia
2) Kebiasaan makan seperti diet vegetarian memperlihatkan defisiensi protein, tetapi
dapat dikoreksi dengan meningkatkan konsumsi telur dan keju
3) Konsumsi vitamin A tidak dianjurkan karena mempunyai efek teratogenik
terhadap manusia pada dosis 20.000 – 50.000 IU per hari, diantaranya malformasi
janin
4) Obesitas berhubungan dengan penyulit seperti hipertensi, preeklampsia, DM
gestasional, tromboflebitis, kelainan persalinan, kehamilan post matur, seksio
sesarea dan penyulit operasi (Wolfe, 1998).
5) Defisiensi gizi seperti anoreksia dan bullimia meningkatkan resiko timbulnya
masalah terkait misalnya gangguan elektrolit, aritmia jantung, dan kelainan
saluran cerna (Becker dkk, 1999)
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 28 November 2019, pukul 09.00 WIB


Tempat Pengkajian : Poli KIA Puskesmas Klampis

3.1 Pengkajian
A. Data Subjektif
3.1.1 Identitas
Istri Suami
1. Nama : Ny. “N” Nama : Tn. “A”
2. Umur : 27 tahun Umur : 27 tahun
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Suku : Madura Suku : Madura
5. Pendidikan : Sarjana Pendidikan : Sarjana
6. Pekerjaan : Honorer Pekerjaan : Honorer
7. Alamat : Klampis Barat Alamat : Klampis Barat
3.1.2 Keluhan Utama
Ingin segera memiliki keturunan.
3.1.3 Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Siklus : 28 hari/bulan, teratur, lama ±5-7 hari
c. Banyaknya : Ganti pembalut 3-4 kali/hari 3 hari awal pertama, hari berikutnya2-
3 kali ganti pembalut
d. Dismenorhe : Ada
e. Fluor Albus : Ya kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak
gatal, tidak berbau
f. HPHT : 18-10-2019
3.1.4 Riwayat Kesehatan
a. Wanita : Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi,
asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC ataudifteri), belum pernah melakukan
pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV/AIDS.
b. Laki-laki : Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi,
asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC ataudifteri), belum pernah melakukan
pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV/AIDS.
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Wanita : Ayah tidak menderita hipertensi dan DM, tidak ada keluarga yang pernah
atau sedang menderita jantung, asma, alergi, ginjal, hemophilia, thalassemia, cacat
bawaan, hepatitis, dan TBC.
b. Laki-laki : Ayah tidak menderita hipertensi dan DM, tidak ada keluarga yang
pernah atau sedang menderita jantung, asma, alergi, ginjal, hemophilia, thalassemia,
cacat bawaan, hepatitis, dan TBC.
3.1.6 Pola Kebiasaan yang MemperngaruhiKesehatan
a. Wanita : Tidak ada
b. Laki-laki : Tidak ada
3.1.7 Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi, ayam, telur,
daging, jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Minum air putih 8-9 gelas sehari,
suka mengkosumsi minuman berwarna seperti es teh dan kopi. Tidak ada
pantangan/alergi makanan
b. Eliminasi
(a) Pasien: BAB 1-2 hari sekali, kadang-kadang keras, warna kuning khas, tidak
ada keluhan sakit saat BAB. BAK 4-6 kali sehari, tidak nyeri saat berkemih.
(c) Istirahat : tidur siang hari 30 menit- 1 jam, malam hari 5-6 jam.
(d) Aktivitas : Bekerja dan mengejakan pekerjaan rumah tangga.
(e) Hygiene : Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana
dalam 2-3 kali/hari atau setiap kali basah.
(f) Pola kebiasaan : pasien tidak merokok dan minum alkohol.
(g) Pola hubungan seksual : 3-4 kali seminggu
3.1.8 Keadaan Psiko, Sosio, Cultural dan Spiritual : merencanakan kehamilan, pasien
merasa tidak tenang, karena 5 bulan belum hamil.
Suami dan istri taat beribadah
3.1.9 Riwayat Pernikahan
Pernikahan pertama, lama 5 bulan
3.1.10 Riwayat KB
Tidak pernah ikut kontrasepsi
3.1.11 Riwayat Lingkungan
Keadaan lingkungan bersih dan terawat.

B. Objektif
Istri
1. Pemeriksaan Umum
a. KeadaanUmum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri :
BB : 50 kg
TB : 155 cm
IMT : 20,8 kg/m2
LILA : 24 cm
Status TT : TT5
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
2. PemeriksaanFisik
a) Bentuk tubuh : Normal
b) Wajah : Wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan dengan genetik
seperti sindrom down
c) Mata : Conjungtiva merah muda, sclera putih
d) Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidakkering
e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
f) Dada : Tidak teraba benjolan
g) Abdomen : Tidak teraba benjolan
h) Genetalia : Tidak ada benjolan abnormal
Suami
1. Pemeriksaan Umum
a. KeadaanUmum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri :
BB : 60 kg
TB : 168 cm
IMT : 21,4 kg/m2
d. Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
2. PemeriksaanFisik
a) Bentuk tubuh : Normal
b) Wajah : Wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan dengan genetik
seperti sindrom down
c) Mata : Conjungtiva merah muda, sclera putih
d) Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidak kering
e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
f) Dada : Tidak teraba benjolan
g) Abdomen : Tidak teraba benjolan
h) Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

3.2 Identifikasi Masalah/ Diagnosa


Diagnosa : Ny.”N” usia 27 tahun dalam masa pra konsepsi dan perencanaan
kehamilan sehat
DS : Sudah 5 bulan menikah, ingin segera memiliki keturunan.
DO :
Istri
a. KeadaanUmum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri :
BB : 50 kg
TB : 155 cm
IMT : 20,8 kg/m2
LILA : 24 cm
Status TT : TT5
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
Suami
a. KeadaanUmum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri :
BB : 60 kg
TB : 168 cm
IMT : 21,4 kg/m2
d. Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
3.3 Antisipasi Masalah Potensial
Tidak ada
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Tidak ada
3.5 Intervensi/ Rasional
Tanggal : 28 November 2019 Jam : 09.20 WIB
Diagnosa : Ny.”N” usia 27 tahun dalam masa pra konsepsi dan perencanaan
kehamilan sehat
Intervensi dan Rasional
1. Jelaskan kepada pasien secara umum bahwa keadaan kesehatannya baik dan normal
Rasional : Agar pasangan tahu tentang keadaanya sehingga pasien tidak khawatir
dengan hasil pemeriksaan.
2. Berikan KIE tentang persiapan kehamilan pasien meliputi :
a. Cara menghitung masa subur
b. Pola berhubungan seksual
c. Asupan nutrisi yang seimbang dan yang mengandung zat besi dan asam folat
d. Istirahat yang cukup
e. Manfaat zat besi dan asam folat
Rasional : pasien dapat memahami tentang
a. Cara menghitung masa subur
b. Pola berhubungan seksual
c. Asupan nutrisi yang seimbang dan yang mengandung zat besi dan asam folat
d. Istirahat yang cukup
e. Manfaat zat besi dan asam folat
3. Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke dokter spesialis
kandungan
Rasional : Dilakukan untuk mengetahui lebih mendalam tentang kesehatan reproduksi
suami dan istri.
4. Berikan motivasi kepada pasien agar tenang dan sabar dalam menunggu
kehamilannya
Rasional : Dilakukan untuk memberikan motivasi agar pasien tenang dan sabar dalam
menunggu kehamilannya
3.6 Implementasi
Tanggal : 28 November 2019 Jam : 09.35 WIB
Diagnosa : Ny.”N” usia 27 tahun dalam masa pra konsepsi dan perencanaan
kehamilan sehat
Implementasi :
1. Menjelaskan kepada pasien secara umum bahwa keadaan kesehatannya baik dan
normal
2. Memberikan KIE tentang persiapan kehamilan pasien meliputi :
a. Cara menghitung masa subur
b. Pola berhubungan seksual
c. Asupan nutrisi yang seimbang dan yang mengandung zat besi dan asam folat
d. Istirahat yang cukup
e. Manfaat zat besi dan asam folat
3. Menganjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke dokter spesialis
kandungan
4. Memberikan motivasi kepada pasien agar tenang dan sabar dalam menunggu
kehamilannya

3.7 Evaluasi
Tanggal : 28 November 2019 Jam : 09.55 WIB
Diagnosa : Ny.”N” usia 27 tahun dalam masa pra konsepsi dan perencanaan
kehamilan sehat
S : Pasien mengatakan telah mengerti dengan penjelasan petugas
kesehatan dan akan melaksanakan anjuran yang telah diberikan.
O : Kesadaran : Composmentis
KeadaanUmum : Baik
Pasien sudah mengerti dan dapat mengulangi dari penjelasan petugas.
A : Ny.”N” usia 27 tahun dalam masa pra konsepsi dan perencanaan
kehamilan sehat
P : Lanjutkan Intervensi tentang :
1. Menganjurkan kepada pasien untuk minum jamu subur kandungan yang
berisi daun terawas dan rimpang ditambah madu, kunyit, dan telur ayam
kampung.
2. Memeriksakan kesehatannya lebih lanjut ke dokter spesialis kandungan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.”N” usia 27 tahun dalam masa pra
konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dan mengacu pada tujuan yang ada maka
dapat ditemukan suatu diagnosa kebidananya itu :
1. Wanita dalam masa pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini pasien mempunyai pengaruh terhadap
pelaksanaan asuhan kebidanan antara lain :
1. Pasien memberikan kepercayaan kepada petugas
2. Keterbukaan pasien dalam mengungkapkan masalah kepada petugas
3. Adanya pengertian dan kesadaran pasien dalam mempersiapkan
pernikahannya dan dukungan keluarga serta petugas.
4.2 Saran
a. Untuk tenaga kesehatan
1. Menggunakan komunikasi dengan tepat dan jelas
2. Menunjukkan sikap bersedia mau membantu pasien
3. Memberikan motivasi atau dukungan
b. Untuk Pasien.
1. Hendaknya pasien dan calon suaminya mempersiapkan sematang mungkin
pernikahannya
2. Memegang teguh norma perkawinan (regulasi) dan mematangkan diri secara
bertanggung jawab melalui kehidupan bersama yang akan dijalani yaitu
sebagai suami istri
3. Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual sehingga tenang dan
lancer dalam menghadapi kehidupannya
4. Hendaknya mau control ke Bidan setelah 1 bulan
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham GF, Gant FN, Leveno JK dkk, Williams Obstetrics, Twenty-second Edition,
2005

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi ke-1, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta, 2001

Duenhoelter HJ, Greenhill's Office Ginecology, Tenth Edition, Obstetrics and Gynaecology
of Washington, EGC 2000

Hacker FN, Moore GJ, Essential of Obstetrics and Gynecology. Second Edition, Hipocrates,
2006

Llewellyn D, Jones. Fundamental of Obstetrics and Gynaecology, Third Edition, Faber and
Faber, London 1982

Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Ilmu Kandungan, Edisi Kedua, Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia, Bina Pustaka Jakarta, 1999

Brandon J., Md. Bankowski Amy E., MD Hearne , Nicholas C., MD Lambrou. The Johns
Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics 2nd edition. The Johns Hopkins
University Department (Producer) By Lippincott Williams & Wilkins Publishers,May
2002

Gabbe. Obstetrics - Normal and Problem Pregnancies, 4th ed., Copyright Churchill
Livingstone, Inc, 2002

James R, Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md. Haney.
Danforth's Obstetrics and Gynecology, 9th Ed: N. Danforth By Lippincott Williams &
Wilkins Publishers ,August ,2003

Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas


Padjadjaran, Bandung

Wayne R. Cohen Sheldon H. Cherry Irwin R. Merkatz. Cherry & Merkatz's Complications of
Pregnancy 5th edition: by) By Lippincott, Williams & Wilkins January, 2000

Pritchard AJ, MacDonald CP, Gant FN. Williams Obstetrics. Seventeenth Edition. Appleton
Century Crofts, 1984. 243-254

Alan H. DeCherney and Lauren Nathan. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis &
Treatment, Ninth Editionby The McGraw-Hill Companies, Inc, 2003
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA/PRANIKAH


DI PUSKESMAS KLAMPIS

DisusunOleh :

NAMA : SRI MUSRIFAINAH


NIM : 19159010036
Kelas :B

Tanggal Pemberian Asuhan : 28-November-2019

Disetujui :

KepalaRuangan

Tanggal : _____________

Di : _____________ (_______________________)

NIDN

Pembimbing Institusi

Tanggal : _____________

Di : _____________ (_______________________)

NIDN

PembimbingKasus

Tanggal : _____________
Di : _____________ (_______________________)

Anda mungkin juga menyukai