Anda di halaman 1dari 159

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN

WAJIB PAJAK TERHADAP PEMBAYARAN PAJAK BUMI


DAN BANGUNAN P2 SERTA TINJAUANNYA MENURUT
ISLAM
(Studi kasus pada Kecamatan Kemayoran Kotamadya
Jakarta Pusat tahun 2018)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi

Oleh:
Dina Nugraheni
1212015037

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2019
LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sungguh-sungguhnya bahwa skripsi yang saya

susun, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Program S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas YARSI,

merupakan hasil karya tulis sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini, yang saya kutip

dari karya orang lain, telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,

kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari, ditemukan adanya plagiat dalam skripsi ini, saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Jakarta, Agustus 2019

Dina Nugraheni

ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

iii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG
Panitia Sidang Ujian Skiripsi
Program Studi S-1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas YARSI

Hari/Tanggal : 8 Agustus 2019


Nama Mahasiswa : Dina Nugraheni
NPM : 121.2015.037
Judul Skripsi : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak Terhadap Pembayaran Pajak Bumi
dan Bangunan P2 Serta Tinjauanya Menurut Islam

Ketua Sidang

( ...................................... )
Pembimbing Ilmu Pembimbing Agama

(Elmanizar, SE,MSi,AK,CA) (Dr. Karimulloh)

Penguji I Penguji II

(.........................) (..............................)

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

(Dr. Ir. Verny Ismail Yuliaty Ismail, MM, Msi)

iv
ABSTRAK
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Program Studi S-1 Akuntansi
2019
Dina Nugraheni

121.015.037

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap


Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan P2 Serta Tinjauannya Menurut
Islam (Studi kasus pada Kecamatan Kemayoran Kotamadya Jakarta Pusat
Periode 2015-2018)

Uraian Abstrak

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan Wajib Pajak terbesar dibandingkan pajak-
pajak lainnya karena objeknya meliputi seluruh bumi dan bangunan tersebut yang
berada di wilayah Negara Indonesia. Objek-objek PBB-P2 tersebut pada umumnya
dipengaruhi banyak faktor, misalnya adanya perubahan fisik serta perubahan fungsi
lahan dari tanah kosong menjadi kawasan apartemen dan real estate . Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Kemayoran.
Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah pengetahuan wajib
pajak, pendapatan dan ketetapan nilai jual objek pajak berpengaruh terhadap
kepatuhan pembayaran pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Kemayoran.
Penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif. Dalam penelitian ini
menggunakan data primer yaitu kuisioner. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan metode accidential sampling dan didapat sampel berjumlah 68
wajib pajak. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan
aplikasi SPSS 25.0. Hasil penelitian ini secara parsial menunjukkan bahwa variabel
pengetahuan wajib pajak, pendapatan dan ketetapan nilai jual objek pajak
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan. dan secara
simultan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan.
Kata kunci : Pengetahuan Wajib Pajak, Pendapatan, Ketetapan NJOP, Kepatuhan
Wajib Pajak.

v
ABSTRACT

Faculty of Economics and Business


Undergraduated Program Bachelor of Accounting
2019
Dina Nugraheni
121.2015.37
Factors That Influence Taxpayer Compliance In Paying Land And Building Tax
At Kecamatan Kemayoran and its Overview from the Islamic Point of View.
Abstract Description

Land and building tax is the largest taxpayer than other taxes because its object the
entire covering of the earth and the building that is in the Indonesia. PBB-P2
objects as referred to in general concerning factors, for example, physical,
environmental, and village land changes into apartment area. The study aimed to
identify factors influencing the taxpayer in the payment of tax compliance land and
building in kemayoran. The problem formulated in this study is the knowledge of
taxpayers, income and the selling value determination of tax objects on the land
and building tax compliance in Kemayoran. This study uses descriptive statistical
methods. In this study using primary data, namely questionnaires. Sampling in this
study used the accidential sampling method and the sample obtained received 63
taxpayers. The analytical method used is multiple linear regression with the SPSS
25.0 application. The results of this study indicate that the variable knowledge of
taxpayers, income, and the selling value determination of tax objects affect
positvely to taxpayer compliance Land and building tax

Keywords : Knowledge Taxpayer, Income, The selling value determination of tax


objects, Taxpayer Compliance.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi tepat pada
waktunya, tidak lupa shalawat serta salam kepada junjungan Rasullah SAW beserta
keluarga para sahabat beliau serta para pengikut hingga akhir zaman.

Berkat anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul


“Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Serta Tinjauanya Menurut Islam”. Skripsi
ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi program S-1 Akuntansi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Yarsi.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Terlebih jika tanpa bantuan, bimbingan serta do’a dan semangat dari semua pihak
yang turu membantu dalam proses penyususnan Skripsi ini. Penulis hanya mampu
mengucapkan terima kasih atas semua yang telah diberikan kepada penulis. Untuk
itu, pada kesempatan kali ini, izinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Verny Ismail Yuliaty Ismail, MM, Msi. Selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas YARSI.

2. Ibu Aulifi Ermian Challen, SE, MAK, AK, CA, CPA. Selaku Ketua Program

Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas YARSI

3. Ibu Elmanizar, SE,MSi,AK,CA. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan ilmu, semangat dan waktunya, mendoakan untuk kelancaran

vii
penyusunan skripsi serta motivasi yang selalu diberikan kepada peneliti agar

tidak pernah mudah menyerah dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Karimulloh. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi Agama yang telah

memberikan ilmu serta mendoakan untuk kelancaran penyusunan Skripsi.

5. Segenap staf pengajar Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas YARSI yang telah banyak membantu serta membagi ilmu dalam

perkuliahan.

6. Orang tua tercinta Bapak Partono dan Ibu Mumun Yulistiati, Kakak Figur

Ahmad Pambudi dan Adik Iqbal Wirayuda yang senantiasa memberikan do’a,

selalu mendukung, memberikan semangat kepada penulis dan mengingatkan

untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

7. Teruntuk teman-teman seperjuangan “AMMC” (Celina, Izza, Savira, Afridah,

Huma, Riana, Andini, Sandra, Adel, Eci, Indah dan Endah ) yang senantiasa

selalu mengingatkan, memberikan do’a, semangat serta dukungan dalam

penyelesaian penyusunan skripsi ini dan terima kasih untuk kenangan yang

menyenangkan selama perkuliahan.

8. Teman-teman “Ber-5” (Tallida, Muti, Anvel dan Deane) yang selalu

memberikan do’a, semangat dan dukungan kepada peneliti dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

9. Karyawan UPPRD Kecamatan Kemayoran dan karyawan BPRD yang sudah

meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam permintaan data.

10. Warga Kecamatan Kemayoran yang sudah meluangkan waktunya untuk

mengisi kuesioner penelitian skripsi ini.

viii
11. Teman-teman Kelas Akuntansi B 2015 telah memberikan banyak kenangan

selama masa perkuliahan.

12. Teman-teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Yarsi terutama

angkatan 2015 yang sudah berbagi cerita suka dan duka selama masa

perkuliahan.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas saran dan kritiknya.

Sekiranya Allah SWT membalas kebaikan kalian.

Skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh sebab iu penulis

mengharapkan saran serta kritik yang membangun untuk laporan ini. Smeoga apa

yang telah penulis susun dalam Skripsi ini dapat memberikan manfaat yang positif

baik bagi penulis maupun para pembaca, sehingga dapat mencapai tujuannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 26 Juli 2019

Dina Nugraheni

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................................... iii


LEMBAR PENGESAHAN SIDANG ............................................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1.Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................... 9
BAB II .............................................................................................................................. 10
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 10
2.1 Pajak........................................................................................................................ 10
2.1.1 Pengertian Pajak ..................................................................................... 10
2.1.2 Fungsi Pajak ........................................................................................... 10
2.1.3 Jenis-Jenis Pajak ..................................................................................... 11
2.2 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)..................... 12
2.2.1 Pengertian PBB-P2 .................................................................................. 12
2.2.2 Dasar Hukum .......................................................................................... 13
2.2.3 Objek PBB-P2 ......................................................................................... 13
2.2.4 Tidak termasuk objek Pajak ................................................................... 14
2.2.5 Subjek PBB-P2 ........................................................................................ 15
2.2.6 Dasar Pengenaan PBB-P2 P2 .................................................................. 15
2.2.7 Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan ................................................. 16
2.2.8 SPPT ....................................................................................................... 16
2.3 Persepsi Keadilan Pajak........................................................................................ 17
2.4 Kepatuhan Wajib Pajak........................................................................................ 18
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib pajakdalam Membayar
Pajak Bumi dan Bangunan......................................................................................... 19

x
2.5.1 Pengetahuan Wajib Pajak ....................................................................... 19
2.5.2 Pendapatan Wajib Pajak......................................................................... 20
2.5.3 Ketetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) .............................................. 20
2.5.3.1 Insentif PBB-P2 ................................................................................ 21
2.6 Penelitian Terdahulu............................................................................................. 22
2.7 Kerangka Pemikiran..............................................................................................27
2.8 Hipotesis Penelitian................................................................................................ 28
BAB III............................................................................................................................. 31
METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................... 31
3.1 Jenis Penelitian....................................................................................................... 31
3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran.............................31
3.3. Populasi dan Sampel............................................................................................. 34
3.4. Metode Pengumpulan Data.................................................................................. 35
3.4.1 Jenis Data dan Sumber Data ................................................................... 35
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 35
3.5 Metode Analisis Data............................................................................................. 36
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ..................................................................... 37
3.5.2. Uji Kualitas Data .................................................................................... 37
3.5.2.1. Validitas Data .................................................................................. 37
3.5.2.2. Reliabilitas Data............................................................................... 37
3.5.3. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 38
3.5.3.1. Uji Normalitas ................................................................................. 38
3.5.3.2. Uji Multikolinearitas ........................................................................ 39
3.5.3.3.Uji Heteroskedastisitas...................................................................... 39
3.5.4 Analisis Regresi Berganda ....................................................................... 40
3.5.5. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 41
3.5.5.1. Uji Parsial (Uji t).............................................................................. 41
3.5.5.2. Uji Simultan (Uji F) ......................................................................... 43
3.5.5.3. Uji Koefisien Determinan R² ............................................................ 44
BAB IV ............................................................................................................................. 45
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 45
4.1. Hasil Penelitian......................................................................................................45

xi
4.1.1. Gambaran Umum Unit Pelayanan Pajak dan Retribusi Daerah
Kecamatan Kemayoran Kotamadya Jakarta Pusat............................................. 45
4.1.1.1 Visi dan Misi UPPRD Kecamatan Kemayoran ................................. 46
4.1.1.2 Struktur Organisasi .......................................................................... 47
4.1.2 Gambaran Umum Responden ................................................................. 48
4.1.3 Deskripsi Data ......................................................................................... 50
4.1.4 Hasil Uji Kualitas Data ......................................................................... 53
4.1.4.1 Hasil Uji Validitas ............................................................................. 53
4.1.4.2 Uji Reliabilitas .................................................................................. 56
4.1.5 Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................... 57
4.1.5.1 Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 57
4.1.5.2 Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................... 59
4.1.5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas............................................................. 60
4.1.6 Hasil Pengujian Hipotesis ..................................................................... 62
4.1.6.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda............................................. 62
4.1.6.2 Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)........................................................ 64
4.1.6.3 Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F) ................................................... 65
4.1.6.4 Uji Koefisien Determinasi (R²) .......................................................... 66
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian............................................................................... 67
4.2.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kepatuhan Wajib pajakdalam
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan. ........................................................... 68
4.2.2 Pengaruh Pendapatan terhadap Kepatuhan Wajib pajakdalam
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan..................................................................69
4.2.3 Pengaruh Ketetapan NJOP terhadap Kepatuhan Wajib pajakdalam
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan..................................................................71
4.2.4 Pengaruh Pengetahuan,Pendapatan wajib pajak, dan Ketetapan NJOP
terhadap Kepatuhan Wajib pajakdalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan..................................................................................................................73
BAB V .............................................................................................................................. 75
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB
PAJAKTERHADAP PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SERTA
TINJAUANNYA MENURUT ISLAM.......................................................................... 75
5.1 Pajak Menurut Islam............................................................................................. 75
5.1.1. Pengertian Pajak Menurut Islam ........................................................... 75
5.1.2. Karakteristik Pajak Menurut Islam.................................................. 76

xii
5.1.3 Tujuan Pemungutan Pajak menurut Islam ............................................. 77
5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib pajakdalam Membayar
PBB-P2.......................................................................................................................... 78
5.2.1 Pengetahuan Wajib pajak menurut Islam ............................................... 78
5.2.2 Pendapatan Wajib pajak menurut Islam ................................................ 79
5.2.3 Ketetapan Nilai Jual Obyek Pajak menurut Islam .................................. 84
5.3 Kepatuhan Wajib pajakmenurut Islam...............................................................87
5.4 Pengaruh Pengetahuan wajib pajak, Pendapatan wajib pajakdan Ketetapan
Nilai Jual Obyek Pajak Terhadap Kepatuhan wajib pajak dalam Membayar
Pajak Bumi dan Bangunan Serta Tinjauannya Menurut Islam........................... 90
BAB VI ............................................................................................................................. 94
PENUTUP ........................................................................................................................ 94
6.1.Kesimpulan............................................................................................................. 94
6.2.Saran........................................................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 97
LAMPIRAN................................................................................................................... 104

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di UPPRD Kecamatan


Kemayoran Tahun 2015-2018.................................................................................4
Tabel 2.1 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan............................................................16
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu...............................................................................22
Tabel 3.1 Operasional Variabel..............................................................................32
Tabel 4.1 Sampel dari Setiap Kelurahan di Kecamatan Kemayoran & Tarif PBB-
P2............................................................................................................................48
Tabel 4.2 Tabel Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........................................49
Tabel 4.3 Tabel Responden Berdasarkan Pendidikan.............................................49
Tabel 4.4 Tabel Penilaian Masing-masing Variabel...............................................50
Tabel 4.5 Skor Indikator Variabel Pengetahuan Wajib Pajak.................................51
Tabel 4.6 Skor Indikator Variabel Pendapatan Wajib Pajak..................................52
Tabel 4.7 Skor Indikator Variabel Ketetapan NJOP..............................................52
Tabel 4.8 Skor Indikator Variabel Keptauhan Wajib Pajak PBB-P2.....................53
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Wajib Pajak..........................54
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Pendapatan Wajib Paja............................54
Tabel 4.11 Validitas Variabel Ketetapan NJOP ....................................................55
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan........55
Tabel 4.13 Hasil Uji Realibitas...............................................................................56
Tabel 4.14 Hasil Uji Statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S)..........59
Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolonieritas...................................................................60
Tabel 4.16 Hasil Uji Glejser....................................................................................62
Tabel 4.17 Hasil Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda.................................63
Tabel 4.18 Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)............................................................64
Tabel 4.19 Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F).......................................................66
Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi...........................................................67

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran.......................................................................................28

Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPPRD Kecamatan Kemayoran....................................47

Gambar 4.2 Grafik Histogram Pengetahuan wajib pajak, pendapatan dan ketetapan NJOP
terhadap kepatuhan wajib pajak PBB-
P2.......................................................................................................................................57

Gambar 4.3 Grafik Normal P-Plot Pengetahuan wajib pajak, pendapatan dan ketetapan
NJOP terhadap kepatuhan wajib pajak PBB-
P2......................................................................................................................................58

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peraturan Gubenur Nomor 259 Tahun 2015......................................105

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian..............................................................111

Lampiran 3 Kuisioner Penelitian.........................................................................112

Lampiran 4 Jawaban Responden..........................................................................119

Lampiran 5 Hasil Uji Deskriptif...........................................................................118

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas.............................................................................120

Lampiran 7 Hasil Uji Reliabilitas.........................................................................122

Lampiran 8 Hasil Uji Asumsi Klasik....................................................................126

Lampiran 9 Hasil Uji Hipotesis.............................................................................129

Lampiran 10 R Tabel............................................................................................130

Lampiran 11 T Tabel............................................................................................131

Lampiran 12 F Tabel.............................................................................................132

Lampiran 13 SPPT wajib pajak di Kecamatan Kemayoran.................................133

Lampiran 14 Peraturan Gubernur No. 42 Tahun 2019.........................................135

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap negara pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu

memajukan negara tersebut demi memakmurkan dan mensejahterakan

masyarakatnya. Seiring dengan pertumbuhan masyarakat yang bertambah banyak

dengan perkembangan teknologi maka kebutuhan masyarakat akan semakin

bertambah. Adapun yang penting untuk dilakukan adalah pembangunan negara

tersebut. Pembangunan adalah proses perubahan yang dirancang untuk menuju

keadaan maksimal yang dicita-citakan masyarakat. Pembangunan nasional

merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung secara terus

menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, baik material maupun spiritual. Untuk dapat

merealisasikan tujuan tersebut, pemerintah harus memperhatikan masalah

pembiayaan pembangunan. Usaha suatu bangsa agar bisa mandiri dalam

pembiayaan pembangunan adalah dengan cara menggali sumber pendapatan

pemerintah. Sumber pendapatan pemerintah berasal dari pendapatan pajak dan

pendapatan nonpajak (Pangestika & Darmawan, 2018).

Pajak yang merupakan suatu penerimaan Daerah dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) memiliki peranan yang penting dalam

menunjang penyelenggaraan Daerah. Sumber penerimaan Daerah berasal dari

berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber

penerimaan Daerah dari sektor internal adalah pajak, sedangkan sumber

1
2

penerimaan eksternal misalnya pinjaman luar negeri. Dalam upaya untuk

mengurangi ketergantungan sumber penerimaan eksternal, pemerintah terus

berusaha untuk memaksimalkan penerimaan internal. Dewasa ini, pajak menjadi

sumber penerimaan internal yang terbesar dalam APBD. Salah satu pajak yang

mempengaruhi pendapatan daerah adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2).

(http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/buku_tim/buku-tim-public-78.pdf).

Penghasilan dari sumber pajak meliputi berbagai sektor perpajakan antara

lain diperoleh dari Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) adalah pajak yang dikenakan atas

kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan/atau bangunan. Pada awalnya, PBB-P2

merupakan pajak pusat namun hampir seluruh seluruh realisasi penerimaan PBB-

P2 diserahkan kepada pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Oleh karenanya, mulai 1 Januari 2014, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2)

diserahkan pengelolaanya kepada daerah (https://www.pajak.go.id/id/jenis-pajak-

pusat).

Pemprov DKI menaikkan besaran nilai jual objek pajak (NJOP) dengan

rata-rata 19,54% pada periode 2018. Penyesuaian tersebut diatur dalam Pergub

No 24/2018 tentang Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan Tahun 2018. Kepala Badan Pajak dan Retribusi Daerah

DKI Jakarta Faisal Syafruddin mengatakan kenaikan NJOP ditetapkan

berdasarkan harga survei pasar di masing-masing wilayah. Untuk objek-objek

PBB-P2 tersebut pada umumnya dipengaruhi banyak faktor, misalnya adanya

perubahan fisik lingkungan lahan dan tanah kampung menjadi perumahan mewah
3

atau real estate, perubahan fungsi lahan dari tanah kosong menjadi kawasan

perdagangan atau apartemen, dan adanya perluasan lahan menjadi zona luar atau

pinggir jalan utama seperti akses jalan tol (Fitriani, 2018).

Wajib pajak disebut bisa mengajukan keberatan jika merasa Pajak Bumi

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang harus dibayarkan terlalu

mahal. Pembayaran PBB-P2 kemungkinan bakal terimbas penetapan kenaikan

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Anies

Baswedan. Saat ini, Pemda DKI Jakarta sebenarnya telah memiliki ketentuan

terkait pembebasan pajak bagi rumah dengan harga di bawah Rp1 miliar. Seiring

kenaikan NJOP, menurut dia, batas harga rumah yang dapat dibebaskan pajaknya

seharusnya disesuaikan (Agustiyanti, 2018) .

Meskipun Pajak Bumi dan Bangunan memiliki nilai rupiah kecil

dibandingkan dengan pajak pusat lainnya, tetapi memiliki dampak luas sebab hasil

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dikembalikan untuk pembangunan daerah

yang bersangkutan. Pada dasarnya, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan Wajib

Pajak terbesar dibandingkan pajak- pajak lainnya tidak lain karena objeknya

meliputi seluruh bumi dan bangunan tersebut yang berada di wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mengingat kesadaran dan kepatuhan wajib

pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu

secara intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib

pajak, khusus wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan ( Kurnia.

F, dkk. 2017)
4

Tabel 1.1

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Unit Pelayanan Pajak Retribusi


Daerah Kecamatan Kemayoran
Tahun 2015-2018

Tahun Jumlah wajib Target Realisasi


pajak (Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah)
2015 46.389 86.621.000.000 86.197.877.953
2016 44.744 83.702.000.000 86.846. 676,316
2017 52.372 95.280.000.000 97.706.487.297
2018 52.234 107.791.000.000 119.508.559.789
Sumber: Unit Pelayan Pajak Kecamatan Kemayoran Kotamadya Jakarta Pusat.

Dari tabel diatas diketahui pada tahun 2016 APBD pada tahun tersebut

terlihat menurun dibandingkan tahun sebelumnya hal ini disebabkan karena pada

tahun 2016 mulai diberlakukan nya peraturan baru yaitu pembebasan Pajak Bumi

dan Bangunan yang memiliki Nilai Jual Objek Pajak kurang dari Rp.

1.000.000.000. Namun dalam realisasinya penerimaan PBB-P2 pada tahun 2016

sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Dan pada tahun 2017 & 2018 terjadi

kenaikan pada anggaran maupun pada realisasi nya hal ini disebabkan karena

bangunan Apartement yang sudah banyak ditempat pada tahun tersebut sehingga

penerimaan PBB-P2 bertambah .

Pada tahun 2015 Gubernur mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 259

Tahun 2015 tentang Pembebasan Atas Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB-P2)

Perdesaan Dan Perkotaan Atas Rumah, Rumah Susun Sederhana Sewa Dan Rumah

Susun Sederhana Milik Dengan Nilai Jual Objek Pajak Sampai Dengan

Rp1.000.000.000,00 (Devita,2019).
5

Kepatuhan yang tinggi dari wajib pajak dibutuhkan untuk kelancaran

penarikan pajak. Begitu pula dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan juga

dibutuhkan kepatuhan yang tinggi dari Wajib Pajak PBB-P2. Dalam perpajakan

dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan,

tunduk, dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi wajib pajak yang

patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Namun dalam kenyataannya negara sering kesulitan memungut pajak yang salah

satunya adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2). Pemerintah daerah dalam

pelaksanaan penarikan PBB-P2 masih banyak menghadapi kendala antara lain

masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar PBB-P2.

Islam juga mengatur mengenai pengeluaran belanja masyarakat pada negara

yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat dan juga untuk dana

pembangunan. Artinya Islam berkencenderungan untuk membagi kekayaan

dikalangan masyarakat dan tidak membiarkan tertumpuknya harta segolongan

kecil. Karena setiap harta yang dimiliki itu ada hak-hak orang lain, disisi lain agama

juga mengajarkan untuk saling tolong menolong antar sesama (Iltiham, 2018).

Penerimaan pajak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi suatu negara

karena pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan masyarakat,

sehingga masyarakat mempunyai kemampuan finansial untuk membayar pajak.

Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembayaran PBB-P2, dapat disebabkan

oleh banyak faktor antara lain seperti kurang pahamnya masyarakat terhadap arti

dari pada pajak bumi dan bangunan, dalam pembiayaan pembangunan, kurangnya
6

bukti nyata dari pajak yang dibayarkan dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, kurang giatnya aparat dalam melakukan penagihan dan sikap apatis

dari masyarakat itu sendiri dalam membayar pajak (Rustianingsih, 2011).

Ketentuan umum dan tata cara peraturan perpajakan telah diatur dalam

Undang-Undang, tak terkecuali mengenai sanksi perpajakan. Sanksi diperlukan

untuk memberikan pelajaran bagi pelanggar pajak. Dengan demikian, diharapkan

agar peraturan perpajakan dipatuhi oleh para wajib pajak. Wajib pajak akan

memenuhi kewajiban perpajakan bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan

lebih banyak merugikannya. Pada pemungutan pajak bumi dan bangunan masih

dilakukan Official Assessment System, dimana sistem ini merupakan “suatu sistem

pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak (Muntuan,2016).

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam

menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang

tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai

dengan kebenarannya. Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela

(voluntary of complience) merupakan tulang punggung dari self assesment system,

dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan

kemudian secara akurat dan tepat waktu dalam membayar dan melaporkan

pajaknya (Kamaroellah, 2017).

Penerimaan pajak dapat meningkat jika tingkat kepatuhan masyarakat

sebagai wajib pajak melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak tinggi.

Dengan tingkat kepatuhan yang tinggi dalam membayar pajak maka pembangunan
7

dapat terlaksana dengan baik dan tentu saja target penerimaan dari sektor pajak

dapat tercapai. Untuk dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Suharyadi,

2019).

Penelitian ini menguji lebih lanjut pengaruh Pengetahuan,Pendapatan dan

Nilai Jual Objek Pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak

Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan namun dengan objek yang berbeda

dari penelitian sebelumnya yakni mengambil objek pada wilayah Kecamatan

Kemayoran. Mengingat akan pentingnya pajak bagi pembangunan maka

diharapkan timbul kedisiplinan dari wajib pajak untuk membayar Pajak Bumi dan

Bangunan sehingga pembangunan dapat berjalan lancar.

Berdasarkan alasan tersebut di atas maka dalam penelitian ini mengambil

judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan serta Tinjauannya Menurut Islam”

(Studi Kasus Di Kecamatan Kemayoran Kotamadya Jakarta Pusat tahun 2018)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor Pengetahuan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Kemayoran

Kotamadya Jakarta Pusat.

2. Apakah faktor Pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Kemayoran

Kotamadya Jakarta Pusat.


8

3. Apakah Ketetapan Nilai Jual Objek Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan

Kemayoran Kotamadya Jakarta Pusat.

4. Apakah Pengetahuan, Pendapatan dan Ketetapan Nilai Jual Objek Pajak

berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Kemayoran

Kotamadya Jakarta Pusat.

5. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

terhadap pembayaran PBB-P2 menurut pandangan Islam.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang akan diteliti, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji pengaruh Pengetahuan terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar PBB-P2 di Kecamatan Kemayoran Kotamadya Jakarta

Pusat.

2. Untuk menguji pengaruh Pendapatan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar PBB-P2 di Kecamatan Kemayoran Kotamadya Jakarta Pusat.

3. Untuk menguji pengaruh Ketetapan Nilai Jual Objek Pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2 di Kecamatan Kemayoran

Kotamadya Jakarta Pusat.

4. Untuk mengetahui pengaruh Pengetahuan, Pendapatan dan Ketetapan Nilai

Jual Objek Pajak secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar PBB-P2 di Kecamatan Kemayoran Kotamadya Jakarta Pusat.


9

5. Untuk mengetahui bagaimana Bagaimana faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak terhadap pembayaran PBB-P2

menurut pandangan Islam.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan sejauh mana

pengaruh Pengetahuan, Pendapatan dan Ketetapan Nilai Jual Objek Pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi Bangunan

(PBB-P2).

b. Bagi Unit Pelayan Pajak Daerah Kecamatan Kemayoran, diharapkan dapat

bermanfaat meningkatkan kinerjanya dalam hal pendapatan asli daerah

terutama dari Pajak Bumi Bangunan (PBB-P2).

c. Bagi Peneliti Selanjutya

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi informasi

tambahan mengenai pengaruh pengetahuan perpajakan,tarif pajak,dan

kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

Pajak Bumi Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Menurut Priantara (2016:2) “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat
balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma
hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk
mencapai kesejahteraan umum”.
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang- Undang Nomor 16 tahun
2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapat imbalan secara langsung dan diperlukan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan pajak merupakan iuran

yang bersifat wajib dan dipunggut oleh negara baik pemerintah pusat maupun

daerah berdasarkan dengan Undang-Undang yang berlaku serta aturan

pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan tanpa ada timbal balik secara

langsung dan digunakan untuk keperluan pembiayaan umum pemerintah.

2.1.2 Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:4) Fungsi pajak berkaitan erat dengan manfaat

yang diperoleh dari pemungutan pajak, ada dua fungsi pajak, yaitu :

1) Fungsi Budgetair (pendanaan)


Fungsi Budgetair diebut juga fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal yaitu
pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana kek kas Negara secara
optimal berdasarkan undang-undang. Fungsi ini disebut fungsi utama karena fungsi
inilah yang mempunyai historis pertama kali timbul karena merupakan suatu alat
atau sumber untuk memasukkan uang sebanyak banyaknya kedalam kas Negara
yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara. Upaya
memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara dilakukan melalui

10
11

kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi. Kebijakan ekstensifikasi berkaitan


dengan penambahan wajib pajak terdaftar sedangkan intensifikasi pajak berkaitan
dengan upaya menggali potensi pajak yang belum atau kurang maksimal pengenaan
pajaknya.
2) Fungsi Reguler (Mengatur)
Fungsi Reguler disebut juga fungsi tambahan yaitu pajak digunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan.
Disebut sebagai fungsi tambahan karena hanya sebagai fungsi pelengkap dari
fungsi pajak sebagai sumber pemasukan dan penerimaan dana bagi Pemerintah.
Untuk mencapai tujuan tertentu maka pajak digunakan sebagai alat kebijaksanaan
untuk mencapai tujuan tersebut. Meskipun bukan fungsi utama, fungasi regulair
pada ekonomi makro merupakan hal penting sebagai instrumen kebijakan fiskal
dari Pemerintah yang menjadi mitra kebijakan moneter oleh Bank Sentral (Bank
Indonesia).
2.1.3 Jenis-Jenis Pajak

Menurut (Diana, 2013:43) Penggolongan pajak berdasarkan lembaga


pemungutannya di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu Pajak Pusat
dan Pajak Daerah. Pemerintah telah menetapkan bagi hasil pajak antara pusat dan
daerah, bagi hasil tersebut dalam APBD dapat diketahui dan jenis-jenis pusat
pungutannya dibagi dengan daerah, diantaranya sebagai berikut :
a) Pajak Pusat/ Pajak Negara adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Yang
tergolong jenis pajak ini adalah Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dan Bea Materai.
b) Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah,
diantaranya Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak
parkir, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2),
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Daerah adalah

kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan


12

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

Paling lambat tanggal 1 Januari 2014 PBB-P2 akan dikelola oleh

kabupaten/kota dan dalam hal sebelum tahun 2014 terdapat kabupaten/kota sudah

siap untuk mengelola PBB-P2, yang dibuktikan dengan telah disahkannya Perda,

maka kabupaten/kota dimaksud dapat mengelola PBB-P2 mulai tahun tersebut

(Marco, 2014).

Sebelumnya, provinsi dan kabupaten/kota otonom hanya mendapat bagian

dari PBB-P2 yang ditetapkan besarannya ditetapkan pemerintah pusat dan juga

dikumpulkan terlebih dahulu oleh pemerintah pusat untuk kemudian dibagi-

bagikan. Kini, bukan saja semua jumlah PBB-P2 akan menjadi bagian langsung

APBD, tetapi juga wewenang penetapanny akan berada di tangan pemerintah

kabupaten/kota otonom. Di Jakarta, karena tidak ada kota otonom, semua pajak

bumi dan bangunan akan masuk menjadi bagian dari APBD Provinsi DKI Jakarta

(Marco, 2014).

2.2 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)

2.2.1 Pengertian PBB-P2

Abdullah (2019:113) mengatakan “Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak


yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994. Pajak ini adalah pajak yang
bersifat kebendaan,dalam arti besarnya pajak terutang ditentutan oleh keadaan
objek, yaitu tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak
ikut menentukan besarnya pajak”.
Menurut Samudra (2016:260) “Pajak Bumi dan Bangunan sebelum tahun
2014 adalah termasuk dalam jenis pajak pusat, akan tetapi berdasarkan Undang-
Undang nomor 28 Tahun 2009, Pajak Bumi dan Bangunan telah diserahkan kepada
kota/kabupaten. Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan diarahkan kepada
13

tujuan untuk kepentingan masyarakat di daerah yang bersangkutan. Penggunaan


pajak tersebut kepada daerah diharapkan merangsang masyarakat untuk memenuhi
kewajibannya untuk membayar pajak yang sekaligus mencerminkan sifat
kegotong-royongan rakyat akan pembiayaan pembangunan”.
Berdasarkan pengertian tersebut Pajak Bumi dan Bangunan dapat diartikan

sebagai pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan, yang mempunyai hak,

memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat dari bumi dan bangunan besarnya

pajak ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah/bangunan.

Wajib pajak PBB-P2 adalah orang pribadi atau badan yang memiliki hak

dan/atau memperoleh manfaat atas tanah dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau

memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib pajak memiliki kewajiban membayar

PBB-P2 yang terutang setiap tahunnya. PBB-P2 harus dilunasi paling lambat 6

(enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. Karna Wajib Pajak

Adalah 5-8 bulan. Pembayaran PBB-P2 dapat dilakukan melalui bank persepsi,

bank yang tercantum dalam SPPT PBB-P2 tersebut, atau melalui ATM, melalui

petugas pemungut dari pemerintah daerah serta dapat juga melalui kantor pos.

2.2.2 Dasar Hukum

Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) adalah Undang-Undang

No.12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.12

Tahun 1994.

2.2.3 Objek PBB-P2

Menurut UU No.12 Tahun 1994, pasal 2 ayat (1), yang termasuk sebagai
objek pajak adalah bumi dan bangunan. Dalam hal ini pengertian bumi adalah
permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan yang termasuk
bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan.
14

Menurut Priantara (2016:581) yang menjadi objek pajak yaitu

bumi/bangunan. Seperti dalam berikut :

1. Bumi: Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di
pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Contoh: sawah, ladang, kebun,
tanah, pekarangan, tambang.
2. Bangunan: Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan atau perairan. Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan
tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, emplasemen, pagar
mewah, dermaga, taman mewah, fasilitas lain yang memberi manfaat, jalan
tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai.
Telah dijelaskan mengenai gambaran umum tentang objek Pajak Bumi dan

Bangunan, yang pada dasarnya merupakan setiap jenis bumi dan bangunan yang

terdapat di wilayah negara Indonesia.

2.2.4 Tidak termasuk objek Pajak

Ternyata, tidak semua objek bumi bangunan bisa dikenakan PBB-P2.

Terdapat juga objek pajak yang tidak dapat dikenakan PBB-P2. Namun, objek pajak

tersebut harus memiliki kriteria tertentu yang tercantum dalam Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Berikut ini

daftar kriteria tersebut:

• Objek pajak tersebut digunakan semata-mata untuk kepentingan umum


dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional,
yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
• Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan
hal tersebut.
• Objek pajak merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,
taman nasional, tanah penggemkbalaan yang dikuasai suatu desa, dan tanah
negara yang belum dibebani suatu hak.
• Objek pajak digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsultan berdasarkan
asas perlakuan timbal balik.
• Objek pajak digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional
yang ditentukan oleh menteri keuangan.
15

Dari penjelasan diatas, diketahui pada dasarnya semua yang ada di wilayah

Indonesia baik tanah, maupun bangunan merupakan objek Pajak Bumi dan

Bangunan. Namun ternyata ada beberapa objek yang tidak dimasukan ke dalam

objek Pajak BumI dan Bangunan atau dibebaskan dari PBB-P2 yaitu setiap bumi

atau bangunan yang digunakan untuk kepentingan bersama atau tidak digunakan

untuk kepentingan pribadi

2.2.5 Subjek PBB-P2

Menurut Maulida (2018) subjek pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan
adalah “orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas
Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai,
dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Sedangkan yang menjadi Wajib
Pajak Bumi dan Bangunan dan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau
badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh
manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat
atas bangunan.”
Dari penjelasan diatas, diketahui subjek pajak yang dikenai pajak PBB-P2

adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan

bangunan serta memperoleh manfaat dari bangunan yang dimilikinya serta

memiliki, menguasai atas suatu bangunan.

2.2.6 Dasar Pengenaan PBB-P2 P2

Menurut Upthumas01 (2018) berpendapat “Dasar pengenaan pajak bumi


dan bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP adalah harga rata-rata
yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan apabila tidak
terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan
objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru. Untuk menetapkan NJOP yang
merupakan dasar untuk menetapkan PBB-P2-P2 dilakukan dengan menyesuaikan
dan memutakhirkan Nilai Indek Rata-rata (NIR)/Zona Nilai Tanah dalam suatu
Zona Nilai Tanah (ZNT) di setiap kelurahan yang dilakukan dengan cara
menganalisis informasi dan data yang didapat melalui harga jual properti yaitu
transaksi jual-beli dan penawaran properti yang berasal dari PPAT, notaris,
16

kelurahan, agen properti, internet, majalah, brosur, Pameran Perumahan serta


transaksi BPHTB yang ada.”
2.2.7 Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan

Tabel 2.1
Tarif PBB-P2
NJOP Tanah/ Bangunan Tarif PBB-P2 Pemprov DKI Jakarta
0 s.d 200 Juta 0,01 %

200 Juta – 2 Miliar 0,1 %

2 Miliar – 10 Miliar 0,2 %

> 10 Miliar 0,3 %

Sumber : Badan Pajak dan Retribusi Daerah Tahun 2018


Mengingat penilaian dilakukan berdasarkan zona nilai tanah, maka

kenaikan NJOP tidak dapat dihindari sehingga akan berdampak tidak hanya

terhadap wajib pajak Badan tetapi juga wajib pajak Perorangan (Upthumas01,

2018).

2.2.8 SPPT

Sari (2016:136) mengatakan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang adalah


“Surat Keputusan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terkait pajak terutang dalam
satu Tahun Pajak. Fungsi dan pengertian surat ini diatur dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2) yaitu sebagai dokumen yang menunjukkan besarnya utang
atas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang harus dilunasi Wajib
Pajak pada waktu yang telah ditentukan.”
Cara Mendapatkan SPPT

1. Mengambil sendiri di Kantor Kelurahan/Kepala Desa tempat Objek Pajak

terdaftar atau tempat lain yang ditunjuk.

2. Dalam rangka pelayanan, SPPT dapat dikirim melalui Kantor Pos dan Giro

atau diantarkan oleh aparat Kelurahan/Desa.


17

3. Wajib pajak dapat menggunakan fasilitas Kring Pajak (500200) yang

merupakan layanan pulsa lokal dari Fixed Phone/PSTN.

2.3 Persepsi Keadilan Pajak

Menurut Adam Smith prinsip yang paling utama dalam rangka pemungutan

pajak adalah keadilan dalam perpajakan yang dinyatakan dengan suatu pernyataan

bahwa setiap warga negara hendaknya berpartisipasi dalam pembiayaan

pemerintah.

Adam Smith mengatakan pemungutannya berdasarkan 4 (empat) asas yakni

Equality, Certainty, Economy, dan Convenience. Masing-masing asas-asas

pemungutan pajak tersebut secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:

1. /Equality/
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak harus
dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak (ability to pay) dan sesuai dengan manfaat yang diterima.
Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan uang untuk
pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat
yang diminta.
2. /Certainty/
Penetapan pajak itu tidak ditetapkan sewenang-wenang. Oleh karena itu
wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang
terutang, kapan harus dibayar dan kapan batas akhir pembayaran.
3. /Convenience/
Kapan wajib pajakitu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-
saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak. Sebagai contoh: pada saat wajib
pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut pay as you
earn.
4. /Economy/
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban
pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula
beban yang ditanggung oleh wajib pajak.
Adil dalam perundang-undangan di antaranya mengenakan pajak secara

umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak kepada


18

wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan

mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

2.4 Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Nurmantu (2010:148) dijelaskan bahwa terdapat dua macam


kepatuhan yaitu: (1) Kepatuhan Formal.Kepatuhan formal adalah suatu keadaan
dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. Dalam hal ini kepatuhan formal
meliputi : (a) Wajib pajakmembayar pajak dengan tepat waktu: (b) Wajib
pajakmembayar pajak dengan tepat jumlah: (c) Wajib pajaktidak memiliki
tanggungan Pajak Bumi dan Bangunan. (2) Kepatuhan Material. Kepatuhan
material adalah dimana suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtansi atau
hakekat memenuhi semua ketentuan perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa
undang-undang perpajakan. Pengertian kepatuhan material dalam hal ini adalah: (a)
Wajib pajak bersedia melaporkan informasi tentang pajak apabila petugas
membutuhkan informasi, (2) Wajib pajak bersikap kooperatif (tidak menyusahkan)
petugas pajak dalam pelaksanaan proses administrasi perpajakan. Wajib
pajakberkeyakinan bahwa melaksanakan kewajiban perpajakan merupakan
tindakan sebagai warga negara yang baik.
Menurut Rahayu (2017:194) kepatuhan wajib pajak adalah tindakan wajib

pajakdalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku

dalam suatu negara. Predikat wajib pajak patuh dalam arti disiplin dan taat.

Jadi, wajib pajakyang patuh adalah wajib pajakyang taat dan memenuhi

serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang - undangan perpajakan. Kepatuhan pajak sebagai suatu keadaan dimana

wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak

perpajakannya. Kepatuhan perpajakan diartikan sebagai suatu keadaan yang mana

wajib pajak patuh dan mempunyai kesadaran dalam memenuhi kewajiban

perpajakan.
19

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib pajakdalam

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan

2.5.1 Pengetahuan Wajib Pajak

Hardiningsih (2011) mengatakan “bahwa wajib pajak yang tidak memahami


peraturan perpajakan secara jelas akan cenderung menjadi wajib pajakyang tidak
patuh. Hal ini yang menjadi dasar adanya dugaan bahwa pemahaman wajib
pajaktentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Semakin tinggi tingkat pemahaman wajib pajak mengenai peraturan perpajakan
maka kepatuhan wajib pajak juga akan semakin meningkat.”
Menurut Zainuddin (2018) “pengetahuan dan pemahaman wajib
pajakmengenai peraturan perpajakan berkaitan dengan persepsi wajib pajak
dalam menentukan perilakunya (perceived control beliefs) dalam kesadaran
membayar pajak. Semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman wajib pajak, maka
wajib pajakdapat menentukan perilakunya dengan lebih baik dan sesuai dengan
ketentuan perpajakan. Namun jika wajib pajaktidak memiliki pengetahuan
mengenai peraturan dan proses perpajakan, maka wajib pajak tidak dapat
menentukan perilakunya dengan tepat.”
Menurut Rahayu (2010:42) Pengetahuan mengenai konsep ketentuan umum

perpajakan, jenis pajak yang berlaku di Indonesia mulai dari subjek pajak, objek

pajak, tarif pajak, perhitungan pajak terutang,pencatatan pajak terutang sampai

dengan bagaimana pengisian pelaporan pajak.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajakyang

memiliki pemahaman mengenai peraturan perpajakan akan lebih mengerti

mengenai apa yang menjadi kewajibannya sebagai wajib pajakyang baik sehingga

kewajibannya tersebut akan dipenuhi dan menyebabkan meningkatnya kepatuhan

wajib pajak dalam membayar PBB-P2. Semakin tinggi tingkat pengetahuan dan

pemahaman wajib pajakterhadap peraturan perpajakan, maka semakin kecil pula

kemungkinan wajib pajaktersebut untuk melanggar peraturan tersebut, karena jika


20

pengetahuan mengenai perpajakan rendah, maka kepatuhan wajib pajak mengenai

peraturan yang berlaku juga rendah.

2.5.2 Pendapatan Wajib Pajak

Yusnindar (2015:3) mengatakan “tingkat penghasilan akan mempengaruhi


kepatuhan wajib pajakdalam membayar pajak tepat pada waktunya. Kemampuan
Wajib pajakdalam memenuhi kewajiban pajak terkait erat dengan besarnya
penghasilan, maka salah satu hal yang di pertimbangkan dalam pemungutan pajak
adalah penghasilan.”
Menurut Rauf (2013) “penghasilan wajib pajak sebagai objek pajak
dalam pajak pernghasilan sangat terkait dengan besarnya pajak terutang.
Disamping itu tingkat penghasilan juga akan mempengaruhi kesadaran atau
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak tepat pada waktunya.
Kemampuan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak terkait erat dengan
besarnya penghasilan, maka salah satu yang dipertimbangkan dalam pemungutan
pajak adalah tingkat penghasilan.”
Menurut Rahman (2018) Pendapatan wajib pajakmerupakan jumlah

penghasilan Rupiah yang dihasilkan wajib pajakyang diperoleh dari pekerjaan

utama maupun sampingan.

Diketahui dari beberapa pendapat diatas, bahwa besar kecilnya pendapatan

akan berpengaruh pada sikap seseorang dalam membayar pajaknya. Tidak bisa

terlaksana nya suatu kepatuhan, jika pada diri wajib pajakitu sendiri dinilai

penghasilan atau pendapatan yang diperoleh tidak cukup untuk membayar pajak.

2.5.3 Ketetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

NJOP sendiri ada dua, yaitu NJOP Bumi dan NJOP Bangunan. Kedua NJOP

tersebut nantinya dijumlah menjadi NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB-P2. NJOP

ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai

perolehan baru. Penyesuaian NJOP perlu dilakukan menyesuaikan harga pasar

mengingat NJOP tidak saja digunakan sebagai dasar pengenaan pajak PBB-P2 dan
21

BPHTB saja namun juga dimanfaatkan oleh instansi pemerintah maupun swasta

(Sari, 2016 :136), diantaranya sebagai berikut:

1. Perhitungan Aset dan Harta


2. Acuan Jual beli bagi masyarakat
3. Acuan pengajuan kredit ke Perbankan
4. Patokan Harga Ganti Rugi
5. Perhitungan LHKPN bagi para Pejabat Publik
6. Dan kepentingan lain yang memerlukan harga property.
Menurut Sihombing (2014) NJOP yang dimaksud adalah harga rata-rata yang
di peroleh dari transaksi jual-beli. Penyesuaian NJOP tidak dapat dihindari karena
dipengaruhi oleh proyeksi Investasi tanah sebagai dampak perubahan fisik
lingkungan lahan dan pembangunan infrastruktur serta nilai tanah dimasa depan.
Kenaikan NJOP juga disebabkan perluasan lahan yang sebelumnya di zona dalam
menjadi zona luar. Ada lahan yang dilewati jalan tol atau proyek sehingga dari segi
nilainya ada pertambahan secara signifikan. Kenaikan NJOP merupakan upaya
penyesuaian yang belum dilakukan ditahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan pengertian diatas penetapan NJOP harus penuh keadilan.

Karena semakin tinggi NJOP maka akan semakin tinggi pula jumlah pajak PBB-P2

yang harus dibayar oleh wajib pajak. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi

kepatuhan wajib pajakdalam membayar PBB-P2 karena ada kencenderungan wajib

pajaktidak sanggup membayar pajak.

2.5.3.1 Insentif PBB-P2

Kepala Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta Agus Bambang Setyowidodo


(2016) mengatakan, “pembebasan PBB-P2 hanya berlaku untuk tanah dan
bangunan yang nilai jual objek pajaknya (NJOP)-nya di bawah Rp 1 miliar, atau
luas tanah dan bangunannya di bawah 100 meter persegi. Dengan catatan, lokasi
tanah dan bangunan tersebut tidak berada di dalam area perumahan ataupun cluster.
Jadi, yang bebas pajak hanya rumah-rumah yang di permukiman biasa, yang bukan
perumahan. Kalau perumahan, cluster, ruko, dan apartemen tetap bayar pajak,"

Meskipun berukuran kecil, Apartement memiliki kewajiban membayar

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) setiap tahun. Apartemen sendiri termasuk

dalam bangunan strata title, yaitu gedung bersusun atau bertingkat yang digunakan

bersama-sama. Namun, pada strata title ada bagian yang menjadi hak milik pribadi
22

atas ruangan dan ada pula bagian yang merupakan hak bersama. Beberapa fasilitas

umum, seperti jalan, lift, tangga, kolam renang, dan area parkir, adalah contoh dari

hak bersama. Sementara itu, masing-masing unit apartemen yang dimiliki

seseorang merupakan milik pribadi. Nah, itu semua masuk dalam perhitungan biaya

PBB-P2 (Gewati, 2017).

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib

pajakdalam membayar PBB-P2 telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.

Berikut adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah ada, hasil dari

beberapa penelitian akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan

dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2.
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti dan Judul Variabel Hasil
1. Kusuma (2014), Variabel 1. Diketahui pelayanan,
Faktor-Faktor Independen : pendapatan wajib pajak,
Yang 1) Pelayanan penyampaian SPPT,
Mempengaruhi 2) Pendapatan penyuluhan dan sanksi
Kepatuhan Wajib 3) Penyampaian mempunyai pengaruh
pajakdalam SPPT yang signifikan
Membayar Pajak 4) Penyuluhan terhadap kepatuhan
Bumi dan 5) Sanksi wajib pajak PBB-P2
Bangunan dengan nilai signifikansi
Variabel sebesar 0,000.
Dependen: 2. Berdasarkan uji parsial
Tingkat kepatuhan dapat disimpulkan
pembayaran Pajak bahwa pelayanan,
Bumi dan Bangunan pendapatan dan
penyuluhan berpengaruh
secara parsial terhadap
kepatuhan wajib pajak
PBB-P2 dengan nilai
signifikansi sebesar
23

No. Peneliti dan Judul Variabel Hasil


0,000 lebih kecil
dari 0,05 sehingga
hasil penelitian ini
menerima hipotesis yang
diajukan.
3. Hasil uji koefisien
determinasi
menunjukkan besarnya
pengaruh dari
pelayanan, pendapatan
wajib pajak,
penyampaian SPPT,
penyuluhan dan sanksi
terhadap kepatuhan
wajib pajak PBB-P2
sebesar 92,8%.
2. Wulandari dan Variabel 1. Diketahui variabel
Suyanto (2014), Independen: pengetahuan perpajakan
Pengaruh 1) Pengetahuan secara signifikan mampu
Pengetahuan Perpajakan mempengaruhi
Perpajakan, Tingkat 2) Tingkat kepatuhan pembayaran
Pendidikan, dan Pendidikan PBB-P2 di Kab Sleman.
Sanksi Administrasi 3) Sanksi 2. Diketahui variabel
terhadap kepatuhan Administrasi pendidikan tidak
wajib pajak dalam berpengaruh terhadap
melakukan Variabel kepatuhan pembayaran
pembayaran Pajak Dependen: PBB-P2 di Kab Sleman.
Bumi dan Bangunan Tingkat kepatuhan 3. Diketahui variabel
(Studi Kasus Pada pembayaran Pajak sanksi administrasi
Kantor Dinas Bumi dan berpengaruh signifikan
Pendapatan Daerah terhadap kepatuhan
Bangunan
Kabupaten Sleman) pembayaran PBB-P2 di
kab Sleman.
4. Pengetahuan perpajakan,
pendidikan dan sanksi
administrasi secara
bersama-sama (simultan)
mampu mempengaruhi
kepatuhan pembayaran
PBB-P2.
3. Ananda (2015), Variabel 1. Secara bersama-sama
Faktor – faktor yang Independen: pelayanan, sanksi,
Mempengaruhi 1. Pelayanan NJOP, pengetahuan, dan
Kepatuhan Wajib pendapatan berpengaruh
2. Sanksi
pajak dalam terhadap kepatuhan
24

No. Peneliti dan Judul Variabel Hasil


Membayar Pajak 3. NJOP kepatuhan wajib pajak
Bumi dan Bangunan 4. Pendapatan dalam membayar pajak
(Studi Pada Wajib 5. Pengetahuan bumi dan bangunan.
pajakdi Kota Medan) 2. Secara sendiri-sendiri
Variabel
sanksi, pengetahuan, dan
Dependen pendapatan berpengaruh
Kepatuhan Wajib terhadap kepatuhan
pajakdalam wajib pajakdalam
Membayar Pajak membayar pajak bumi
Bumi dan dan bangunan, dan
Bangunan pelayanan, NJOP
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
kepatuhan wajib
pajakdalam membayar
pajak bumi dan
bangunan, dan
pelayanan, NJOP
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
kepatuhan wajib
pajakdalam membayar
pajak bumi dan
bangunan.
4. Yusnidar, dkk Variabel 1. Secara sendiri-sendiri
(2015), Pengaruh Independen SPPT, pengetahuan
Faktor – Faktor yang 1) SPPT Wajib pajak, kualitas
Mempengaruhi 2) Pengetahuan pelayanan, kesadaran
Kepatuhan Wajib 3) Kualitas Wajib pajakdalam
pajak dalam Pelayanan melaksanakan
Melakukan 4) Kesadaran pembayaran Pajak Bumi
Pembayaran Pajak 5) Sanksi dan Bangunan Perdesaan
Bumi dan Bangunan Variabel dan Perkotaan.
Perdesaan dan Dependen 2. Secara serentak SPPT,
Perkotaan (Studi Pengetahuan Wajib
Pada Wajib Kepatuhan Wajib pajak, Kualitas
pajakPBB-P2 pajak dalam Pelayanan, Kesadaran
Kecamatan Jombang Membayar Pajak Wajib pajakdan Sanksi
Pajak berpengaruh
Bumi dan
signifikan terhadap
Bangunan kepatuhan Wajib pajak
dalam melaksanakan
pembayaran PBB
25

No. Peneliti dan Judul Variabel Hasil


5. Zebua (2015), Variabel 1. NJOP, Pengetahuan,
Pengaruh NJOP, Independen Kesadaran dan
Pengetahuan, Pendapatan masyarakat
Pelayanan, 1) SPPT berpengaruh positif dan
Kesadaran dan 2) Pengetahuan signifikan terhadap
Pendapatan terhadap 3) Pelayanan kepatuhan wajib pajak
Kepatuhan Wajib 4) Kesadaran bumi dan bangunan.
pajakBumi dan 5) Pendapatan 2. Pelayanan berpengaruh
Bangunan di secara negative dan tidak
Kecamatan Gunung signifikan terhadap
Variabel
Sitoli Utara. kepatuhan wajib pajak
Dependen
PBB-P2.
3. Secara bersama-sama
Kepatuhan Wajib
variabel NJOP,
pajakdalam Pengetahuan, Pelayanan,
Membayar Pajak Kesadaran dan
Bumi dan Pendapatan berpengaruh
Bangunan positif dan signifikan
terhadap kepatuhan
wajib pajak PBB-P2
6. Pangestika & Variabel 1. Sikap wajib pajak,
Darmawan (2018), Independen: Motivasi wajib pajak,
Faktor – Faktor yang 1. Sikap Wajib dan Kesadaran wajib
Mempengaruhi Pajak. pajak tidak berpengaruh
kepatuhan wajib 2. Motivasi Wajib terhadap kepatuhan
pajakdalam pajak wajib pajakdalam
Membayar Pajak 3. Pengetahuan membayar PBB-P2
Bumi dan Bangunan Wajib pajak 2. Pengetahuan perpajakan
(PBB-P2) (Studi 4. Kesadaran berpengaruh signifikan
Kasus Pada Kantor Wajib pajak terhadap kepatuhan
Dinas Pendapatan 5. Persepsi Wajib wajib pajak dalam
Daerah Kabupaten pajaktentang membayar PBB-P2
Sleman) pelaksanaan 3. Persepsi wajib
Sanksi denda pajaktentang
PBB-P2 pelaksanaan sanksi
denda pajak bumi dan
Variabel bangunan berpengaruh
Dependen: signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak
Tingkat kepatuhan dalam membayar PBB-
pembayaran Pajak P2
Bumi dan
Bangunan
26

No. Peneliti dan Judul Variabel Hasil


7. Rahman (2018), Variabel 1. Kesadaran wajib pajak
Pengaruh Kesadaran Independen : berpengaruh positif dan
Wajib pajak,Tingkat signifikan terhadap
Pendidikan, dan 1) Kesadaran kepatuhan wajib pajak
Pendapatan terhadap Perpajakan diwilayah kota
kepatuhan 2) Tingkat Bukittinggi.
membayar Pajak Pendidikan 2. Tingkat pendidikan tidak
Bumi dan Bangunan 3) Pendapatan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak
Variabel diwilayah kota
Dependen: Bukittinggi.
3. Pendapatan berpengaruh
Tingkat kepatuhan positif tetapi tidak
pembayaran Pajak signifikan terhadap
Bumi dan kepatuhan wajib pajak di
wilayah kota Bukittinggi
Bangunan
8. Fauziati, et.all Variabel 1. The result showed that
(2016), The Impact Independen tax knowledge has no
of Tax Knowledge 1) Tax knowledge impacts on tax
on Tax Compliance compliance among small
Variabel and medium enterprises
Dependen (SMEs) in Kota Padang.
Taxpayer From the research
Compliance findings, it can be
summarized that tax
knowledge no effect on
tax compliance. tax
knowledge variable
9. Asrinanda & Yossi Variabel 1. knowledge of taxation,
(2018), The Effect of Independen self assessment system
Tax Knowledge, Self 1) Tax Knowledge and tax awareness
Assessment System, 2) Self together have a
and Tax Awareness Assessment significant effect on
on Taxpayer System taxpayer compliance in
Compliance. 3) Tax Banda Aceh City. Thus
Awareness it can be concluded that
the formulated
Variabel hypothesis can not be
Dependen rejected. This means that
Taxpayer simultaneously Variable
Compliance knowledge of taxation,
self assessment system
and tax awareness.
27

No. Peneliti dan Judul Variabel Hasil


simultaneously affect
taxpayer compliance.
10. Rahmawati and Variabel 1. The perception of
Yulianto (2018), Independen service quality has no
Analysis of the 1) Perception of significant effect on
Factors Affecting Service individual taxpayer
Individual Taxpayers Quality compliance in KPP
Compliance 2) Tax Penalties Pratama Semarang
3) Tax Amnesty Candisari.
Variabel 2. Penalties do not
Dependen significantly affect the
Taxpayer individual Taxpayer
Compliance Compliance in KPP
Pratama Semarang.
3. Tax amnesty has a
significant effect to
individual Taxpayer
Compliance in KPP
Pratama Semarang.
4. Taxpayer religiosity
significantly influences
the individual Taxpayer
Compliance in KPP
Pratama Semarang.
Sumber : Berbagai Jurnal yang terdaftar di Daftar Pustaka
2.7 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini dirangkai untuk menunjukan langkah-langkah

dalam melakukan penelitian ini. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana

Pengaruh Pengetahuan wajib pajak , Pendapatan wajib pajak dan Ketetapan Nilai

Jual Objek Pajak terhadap kepatuhan Wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi

dan Bangunan. Dengan demikian untuk membantu dalam proses penulisan

penelitian ini, dibutuhkan bantuan kerangka pemikiran seperti pada gambar 2.1

sebagai berikut:
28

Pengetahuan (X1)

Kepatuhan wajib pajak


Pendapatan (X2) dalam membayar PBB-
P2 (Y)

Ketetapan NJOP (X3)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.8 Hipotesis Penelitian

Ha1 : Pengetahuan wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

tingkat kepatuhan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.

Teori yang dikemukakan oleh Hardinigsih (2011) mengatakan bahwa wajib

pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas akan cenderung

menjadi wajib pajakyang tidak patuh. Hal ini yang menjadi dasar adanya dugaan

bahwa pengetahuan wajib pajaktentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak PBB.

Berdasarkan hipotesis Ha1 yang mengatakan Pengetahuan wajib pajak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar PBB. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wulandari dan

Suyanto (2014) serta Pangestika & Darmawan (2018) di daerah Sleman


29

menunjukan bahwa pengetahuan wajib pajakberpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajakdalam membayar PBB-P2, artinya Pengetahuan

tentang pajak merupakan sesuatu yang penting untuk dimiliki oleh wajib

pajak. Apabila wajib pajak sadar dan mengetahui mengenai arti penting,

manfaat dan tujuan dari pembayaran pajak yang dilakukan kepada negara,

maka wajib pajak dengan sukarela melakukan pembayaran pajak secara

tertib dan tepat waktu.

Ha2 : Pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajakdalam membayar PBB-P2.

Teori yang dikemukaan oleh Rauf (2013) tingkat penghasilan akan


mempengaruhi kesadaran atau kepatuhan wajib pajakdalam membayar pajak tepat
pada waktunya. Kemampuan wajib pajakdalam memenuhi kewajiban paja terkait
erat dengan besarnya penghasilan, maka salah satu yang dipertimbangkan dalam
pemungutan pajak adalah tingkat penghasilan.
Berdasarkan hipotesis Ha2 yang mengatakan Pendapatan wajib pajak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajakdalam

membayar PBB. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kusuma (2014),

menunjukan bahwa pendapatan wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2, artinya Pendapatan

adalah semua penghasilan yang diterima oleh orang yang berupa uang atau barang

sebagai balas jasa dari faktor-faktor produksi. pendapatan seseorang dapat

mempengaruhi kepatuhan wajib pajakdalam membayar pajak karena pajak yang

dibayarkan oleh wajib pajak berasal dari pendapatan wajib pajakitu sendiri .

Ha3 : Ketetapan NJOP berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajakbumi dan bangunan.


30

Menurut teori yang dikemukakan oleh (Sari, 2016:136) mengatakan NJOP


terdiri dari NJOP Bumi dan NJOP Bangunan. Kedua NJOP tersebut nantinya
dijumlah menjadi NJOP sebagai dasar pengenaan PBB. Njop ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru.
Penyesuaian NJOP perlu dilakukan menyesuaikan harga pasar.
Berdasarkan hipotesis Ha3 yang mengatakan Ketetapan NJOP berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajakdalam membayar PBB. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zebua (2015), NJOP berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajakbumi dan bangunan di

kecamatan Gunungsitoli Utara. Apabila NJOP sesuai harga rata-rata yang

diperoleh dari transaksi jual beli yang teijadi secara wajar, maka kepatuhan wajib

pajakakan meningkat. Namun sebaliknya apabila NJOP tidak sesuai harga rata-rata

yang diperoleh dari transaksi jual beli yang teijadi secara wajar, maka kepatuhan

wajib pajak dalam membayar PBB akan menurun.

Ha4 : Pengetahuan wajib pajak, pendapatan dan ketetapan NJOP

berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajakbumi

dan bangunan.

Berdasarkan hipotesis Ha4 yang menyatakan pengetahuan, pendapatan

wajib pajakdan ketetapan NJOP berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan

wajib pajakPBB. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ananda

(2015), Secara simultan pelayanan, Sanksi, NJOP, Pengetahuan, dan Pendapatan

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan

bangunan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sugiyono (2017:7)


mengungkapkan bahwa penelitian kuantitatif “merupakan metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, dengan data penelitian berupa angka-angka
dan analisis menggunakan statistik. Jenis penelitian ini disebut sebagai metode
discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai
iptek baru.”

Penelitian kuantitatif yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih (Independen) dengan memfokuskan kepada

beberapa variabel saja. Adanya pola hubungan antara variabel yang akan diteliti

tersebut disebut sebagai paradigma penelitian. Paradigma penelitian diartikan

sebagai asumsi- asumsi dasar yang menunjukkan hubungan antara variabel yang

akan diteliti, sekaligus mencerminkan rumusan masalah yang perlu dijawab melalui

penelitian, teori yang digunakan, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan.

Paradigma pada penelitian ini adalah paradigma positivis yang berorientasi dengan

memverifikasi teori, yaitu mencocokkan atau menguji teori dengan fakta empiris,

dimana paradigma positivis yang berorientasi dengan memverifikasi teori, yaitu

mencocokkan atau menguji teori dengan fakta empiris.

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat. Variabel Indepeden atau Variabel Bebas (X) adalah

Pendapatan, Pengetahuan dan Ketetapan NJOP. Sedangkan, Variabel Dependen

atau Variabel Terikat (Y) adalah Kepatuhan Wajib pajak dalam Membayar Pajak

31
32

Bumi dan Bangunan. Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel Indepenen. Secara

operasional, setiap variabel dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Pengertian Indikator Pengukuran

1. Pengetahuan Pengetahuan 1) Pengetahuan Ordinal


(X1) mengenai konsep mengenai
ketentuan umum fungsi
perpajakan, jenis perpajakan
pajak yang berlaku 2) Pengetahuan
di Indonesia mulai tentang sistem
dari subjek pajak, perpajakan di
objek pajak, tarif Indonesia
pajak, perhitungan 3) Pengetahuan
pajak mengenai tarif
terutang,pencatatan pajak yang
pajak terutang yang berlaku
sampai dengan 4) Pengetahuan
bagaimana mengenai
pengisian dasar
pelaporan pajak pengenaan
(Rahayu, 2010:42)

2. Pendapatan Tingkat 1) Pendapatan Ordinal


(X2) penghasilan akan yang di
mempengaruhi peroleh cukup
untuk
kepatuhan wajib
membayar
pajak dalam Pajak
membayar pajak 2) Pendapatan
tepat pada yang diperoleh
waktunya. merupakan
Kemampuan Wajib hasil dari
pajakdalam pekerjaan
pokok
memenuhi
3) Memiliki
kewajiban pajak pekerjaan
sampingan
33

No. Variabel Pengertian Indikator Pengukuran


terkait erat dengan
besarnya
penghasilan, maka
salah satu hal yang
di pertimbangkan
dalam pemungutan
pajak adalah
penghasilan.
(Yusnindar,
2015:3)
3. Ketetapan NJOP yang 1) Petugas pajak Ordinal
NJOP (X3) dimaksud adalah telah adil
harga rata-rata dalam
yang di peroleh penetapan
dari transaksi jual- NJOP
beli (Sihombing, sebelumnya
2014) 2) NJOP dalam
SPPT telah
sesuai dengan
objek pajak
NJOP yang
tidak sesuai
mempengaruhi
dalam
pembayaran
PBB-P2
4. Kepatuhan kepatuhan 1) Kepatuhan Ordinal
wajib perpajakan adalah memenuhi
pajakdalam tindakan wajib kewajiban
membayar pajakdalam membayar
pajak bumi memenuhi pajak
dan kewajiban 2) Kepatuhan
bangunan (Y) perpajakannya pembayaran
sesuai dengan tepat waktu
ketentuan peratuan 3) Kepatuhan
perundang terhadap
undangan dan sanksi apabila
peraturan lalai
pelaksanaan
perpajakan yang
(Rahayu,
2017:194)
Sumber : Berbagai Referensi Yang Sudah di Tuliskan di Daftar Pustaka.
34

3.3. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2013:173) populasi adalah keseluruhan dari subjek

penelitian. Jadi yang dimaksud populasi adalah individu yang memiliki sifat yang

sama walaupun presentase kesamaan itu sedikit, atau dengan kata lain seluruh

individu yang akan dijadikan sebagai objek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib pajakPajak Bumi dan

Bangunan yang berada di wilayah Kecamatan Kemayoran yang berjumlah 52.234.

Sampel adalah sub kelompok atau sebagian dari populasi. Dengan


mempelajari sampel, peneliti mampu menarik kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan terhadap populasi ketertarikan (Sekaran dan Bougie, 2017: 55).
Menurut Sugiyono (2010: 90), cara menentukan jumlah sampel dalam penelitian
yaitu:
a) Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai
500 orang.
b) Bila sampel dibagi dalam kategori(misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-
swasta, dan lain-lain), maka jumlah anggota sampel setiap kategori
minimal 30 orang.
c) Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate
(korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel
minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel
penelitiannya ada 4 (independen dan dependen), maka jumlah anggota
sampel = 10 x 4 = 40
d) Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota
sampel masing-masing antara 10 sampai 20.

Metode pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling.

menurut Sugiyono (2017:85) accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data. Karena pengambilan sampel menggunakan

teknik accidential sampling serta mengacu pada norma yang ditentukan oleh
35

Sugiyono variabel (a) karena adanya keterbatasan waktu,dana dll maka sampel

yang diperoleh yaitu 63 responden wajib pajakPBB-P2 di Kecamatan Kemayoran.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan pada yaitu data primer. Menurut Sekaran dan Bougie

(2017:130) data primer adalah data primer mengacu pada informasi yang diperoleh

langung oleh peneliti terkait dengan variabel keterkaitan untuk tujuan tertentu dari

studi.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik

pengumpulan data secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data,

yaitu observasi, wawancara. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah kuesioner.

Menurut Sekaran dan Bougie (2017: 170) kuesioner adalah daftar

pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya dimana responden akan

mencatat jawaban mereka, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan

jelas. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

diberikan kepada masyarakat Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat. Pada variabel

Pengetahuan wajib pajaksejumlah 7 pernyataan. Variabel pendapatan wajib pajak

sejumlah 4 pernyataan. Variabel ketetapan NJOP sejumlah 4 butir pernyataan. Dan

variabel kepatuhan wajib pajak PBB-P2 sejumlah 4 pernyataan. Jawaban

pernyataan yang diajukan kepada responden dihitung dengan menggunakan skala


36

likert. Skala likert didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak

setuju dengan pernyataan pada skala lima-titik.

Jawaban dari setiap item yang menggunakan skala linkert mempunyai

gradiasi positif hingga sangat negatif. Sementara untuk keperluan analisis

kuantitatif diberikan skor sebagai berikut (Sugiyono, 2017:93) :

1. Sangat setuju(SS) diberi skor 5


2. Setuju(S) diberi skor 4
3. Ragu diberi skor 3
4. Tidak Setuju(TS) diberi skor 2
5. Sangat Tidak Setuju(STS) diberi skor 1

Menurut Sugiyono (2017:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulan dan memanfaatkan

data. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai penerimaan Pajak

Bumi dan Bangunan tahun 2015-2018 dan data jumlah wajib pajak PBB-P2 di

Kecamatan Kemayoran Tahun 2018.

3.5 Metode Analisis Data

Setelah data selesai dikumpulkan, selanjutnya data diolah dan dianalisis.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

data kuantitatif. Alat analisis data yang digunakan adalah SPSS versi 25.0 SPSS

(Statistical Package for Social Science) adalah sebuah program komputer yang

digunakan untuk menganalisa sebuah data dengan analisis statistika.

Untuk menguji dan menganalisis data dalam penelitian ini, metode analisis

data yang digunakan untuk melihat bagaimana hubungan dan pengaruh


37

Pengetahuan, Pendapatan dan Ketetapan NJOP terhadap Kepatuhan Wajib pajak

dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut :

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2018: 19) statistik deskriptif memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,

maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan

distribusi).

Statistik data yang disajikan dapat disajikan denganmenggunakan tabel

statistik deskriptif yang memaparkan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-

rata (mean) dan standar deviasi (standard deviation). Mean digunakan untuk

memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Maksimum

digunakan untuk melihat nilai terbesar dan minimum digunakan untuk melihat nilai

terkecil dari sampel.

3.5.2. Uji Kualitas Data

3.5.2.1. Validitas Data

Menurut Ghozali (2018:51) uji validitas yaitu “Digunakan untuk mengukur


sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item
yang akan digunakan maka dilakukan uji signifikan. Jika pada tingkat signifikan >
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut valid.”
3.5.2.2. Reliabilitas Data

Menurut Ghozali (2018:45) uji reliabilitas sebenarnya adalah “Alat untuk


mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji realibilitas ini
menggunakan metode Alpha Cronbach (a). Untuk melihat andal atau tidaknya suatu
alat ukur digunakan pendekatan secara statistik, yaitu melalui koefisien reliabilitas
38

dan apabila koefisien reliabilitasnya > 0,6 maka secara keseluruhan pernyataan
tersebut dinyatakan andal (reliabel).”
3.5.3. Uji Asumsi Klasik

Mengingat data penelitian yang digunakan adalah sekunder, maka untuk

memenuhi syarat yang ditentukan sebelum uji hipotesis melalui uji t dan uji F maka

perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu

normalitas, mulltikolinieritas, autokolerasi, dan heteroskedastisitas yang secara

rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

3.5.3.1. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2018:161) “uji normalitas bertujuan untuk menguji


apakah dalam model regeresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik.”
Untuk melihat normalitas residual dengan melihat grafik histogram yang

membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi

normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot

yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal

akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploating data residual akan

dibandingkan dengan garis diagonal. Jika garis distribusi data residual normal,

maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis

diagonalnya.

Disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Pendeteksian

normalitas secara statistik adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.

Uji Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas yang umum digunakan kerena


39

di nilai lebih sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi. Uji ini

dilakukan dengan menggunakan hipotesis :

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Ho : Data residual berdistribusi normal

Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai 2 tailed significant.

Jika data memiliki tingkat signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho

diterima, sehingga dikatakan data berdistribusi normal.

3.5.3.2. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2018: 107) “uji multikolinearitas bertujuan untuk


menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-
variabel ini tidak ortogonal.”
Uji Multikolonieritas dilakukan dengan melihat Tolerance Value dan

Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari Tolerance Value adalah 0,10 dan batas

VIF adalah 10. Nilai Tolerance Value jika dibawah 0,10 atau nilai VIF diatas 10

terjadi multikolinearitas.

3.5.3.3.Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2018: 137) “Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk


menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan
jika berbeda Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
Homoskedastisitas.” Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas
yaitu dengan melihat grafik Scatterplot dasar analisisnya adalah :

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik- titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
40

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik- titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain
menggunakan grafik Plots diperlukan uji statistik yang lebih dapat
menjamin keakuratan hasil, yaitu dengan menggunakan uji glejser.

Uji heteroskedastisitas dengan uji glejser dengan cara meregresikan variabel

independen terhadap nilai abosolute residual. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka

tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi.

3.5.4 Analisis Regresi Berganda

Menurut Gozali (2018:96) “analisis regresi digunakan untuk mengukur


kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukan arah hubungan
antara variabel dependen dengan independen. Signifikan pada level 0,05 dan 0,01
(two-tailed), artinya hipotesis ditolak apabila koefisiennya 0,05 atau lebih dan
diterima apabila koefisiennya kurang dari 0,05.” Berikut model regresi dalam
penelitian ini:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

keterangan:

Y = Kepatuhan Wajib pajak

a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien regresi

X1 = Pengetahuan Wajib pajak

X2 = Pendapatan Wajib Pajak

X3 = Ketetapan NJOP

e = Error
41

3.5.5. Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyatan-pernyatan yang menggambarkan suatu

hubungan antara dua variabel yang berkaitan dengan suatu kasus tertentu dan

merupakan anggapan sementara yang perlu diuji kebenarannya tentang dugaan

dalam suatu penelitian serta memiliki manfaat bagi proses penelitian agar efektif

dan efisien. Sugiyono (2017:159) menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran dari hipotesis itu harus

dibuktikan melalui data yang terkumpul.

Langkah-langkah untuk melakukan pengujian hipotesis dimulai dengan

menetapkan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), pemilihan tes statistik

dan perhitungan nilai statistik, penetapan tingkat signifikasi dan penetapan kriteria

pengujian. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis

regresi linier berganda dengan menggunakan uji t,uji F dan koefisien determinan.

3.5.5.1. Uji Parsial (Uji t)

Menurut Ghozali (2018:98) “uji t-test digunakan untuk menguji seberapa


jauh pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini secara
individual dalam menerangkan variabel dependen secara parsial. Uji statistik t
parsial bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) secara parsial
(sendiri) berpengaruh signifikan terhadap variabel (Y). Pengujian dilakukan dengan
menggunakan significance level 0,05 (α=5%).” Penerimaan atau penolakan
hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka variabel bebas (X) tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat (Y). Maka hipotesis ditolak (koefisien
regresi tidak signifikan).
2. Jika nilai signifikan < 0,05 maka variabel bebas (X) berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat (Y). Maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan).
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada

tidaknya pengaruh anatara variabel X (variabel bebas) dan variabel Y (variabel


42

terikat). Dimana hipotesis nol (Ho) yaitu hipotesis tentang tidak adanya

pengaruh. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang di

ajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing hipotesis tersebut

dijabarkan sebagai berikut:

Ha: = artinya terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap


varvariabel terikat.
Ho: = artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.

Maka, hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha1: Pengetahuan wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam membayar PBB-P2.

Ho1: Pengetahuan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar PBB-P2.

Ha2: Pendapatan wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam membayar PBB-P2.

Ho2: Pendapatan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar PBB-P2.

Ha3: Ketetapan NJOP berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar PBB-P2.

Ho3: Ketetapan NJOP tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar PBB-P2.

Ha4: Pengetahuan, Pendapatan wajib pajak dan Ketetapan NJOP

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

PBB-P2.
43

Ho4: Pengetahuan, Pendapatan wajib pajak dan Ketetapan NJOP tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

PBB-P2.

3.5.5.2. Uji Simultan (Uji F)

Menurut Ghozali (2018:98) “uji statistik f pada dasarnya menunjukkan


apakah semua variabel independen atau variabel bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
variabel terikat. Uji statistik f bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas
(X1, X2 dan X3) secara bersama sama atau secara simultan berpengaruh terhadap
variabel terikat (Y).” untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik f dengan
kriteria sebagai berikut :

1) Jika nilai signifikansi F > 0,05 atau F hitung < F tabel maka H0 diterima dan
menolak Ha (koefisien regresi tidak signifikan). Hal ini berarti bahwa secara
bersama-sama seluruh variabel independen tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
2) Jika nilai signifikansi F < 0,05 atau F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan
menerima Ha (koefisien regresi signifikan). Hal ini berarti bahwa secara
bersama-sama seluruh variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.

Untuk mengetahui begaimanakah pengaruh Pengetahuan wajib pajak,

Pendapatan wajib pajak dan Ketetapan NJOP secara bersama-sama terhadap

Kepatuhan wajib pajak PBB-P2, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Ha4: Pengetahuan wajib pajak, pendapatan dan ketetapan NJOP secara bersama-

sama berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak

bumi dan bangunan.

Ho4: Pengetahuan wajib pajak, pendapatan dan ketetapan NJOP secara bersama-

sama tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak bumi dan bangunan.


44

3.5.5.3. Uji Koefisien Determinan R²

Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. R2 menyatakan koefisien

determinasi atau seberapa besar pengaruh variabel independen secara simultan

terhadap variabel dependen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien

determinasi majemuk (R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang

mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Unit Pelayanan Pajak dan Retribusi Daerah

Kecamatan Kemayoran Kotamadya Jakarta Pusat

Pada tahun 2011, Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan

Peraturan Gubernur nomor 29 tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan

Tata Kerja Unit Pelayanan Pajak Daerah. Kemudian pada tahun 2014,

Gubernur Provinsi DKI Jakarta menerbitkan Peraturan Gubernur nomor 242 tahun

2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pelayanan Pajak, dan Peraturan

Gubernur nomor 332 tahun 2014 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelayanan Pajak Daerah untuk memperbaharui peraturan sebelumnya. Pada

tanggal 29 Maret 2016, Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan kembali

Peraturan Gubernur nomor 63 tahun 2016 tentang Pembentukan, Organisasi dan

Tata Kerja Unit Pelayanan Pajak Daerah.

Berdasarkan Peraturan Gubernur nomor 297 tahun 2016, Unit Pelayanan

Pajak dan Retribusi Daerah (UPPRD) memiliki lingkup wilayah kerja pada

Kecamatan dan melaksanakan pelayanan pemungutan pajak dan retribusi daerah

sesuai dengan kewenangannya. Dalam pelaksanaanya, UPPRD dipimpin oleh

Kepala Unit yang tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala Badan Pajak dan Retribusi Daerah DKI Jakarta.

Kecamatan Kemayoran terletak di Jakarta Pusat. Di kecamatan ini dulunya

merupakan Bandara Kemayoran yang sejak tahun 1984 ditutup dan dijadikan

45
46

sebuah pemukiman sebagian wilayahnya yaitu seluas 44 hektar. Serta Kecamatan

Kemayoran terdiri dari 8 Kelurahan yang terdiri dari : Gunung Sahari Selatan,

Kemayoran, Harapan Mulya, Serdang, Cempaka Baru, Sumur Batu, Utan Panjang,

Kebon Kosong.

4.1.1.1 Visi dan Misi UPPRD Kecamatan Kemayoran

a) Visi UPPRD

Pelayanan yang profesional dalam optimalisasi penerimaan pajak daerah

b) Misi UPPRD

Misi UPPRD Kecamatan Kemayoran yaitu sebagai berikut :

1. Mewujudkan perencanaan pelayanan pajak daerah yang inovatif

2. Menjamin ketersediaan peraturan pelaksanaan pajak daerah dan

melaksanakan penyuluhan peraturan pajak daerah serta menyelesaikan

permasalahan hukum pajak daerah

3. Mengembangkan sistem teknologi informasi dalam kegiatan pelayanan

pajak daerah

4. Mengembangkan kualitas dan kuantitas SDM, sarana prasarana perpajakan

daerah, pengelolaan keuangan serta perencanaan anggaran dan program

dinas

5. Mengoptimalkan pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan

pelayanan pajak daerah

6. Meningkatkan kualitas pelayanan pajak daerah


47

4.1.1.2 Struktur Organisasi

Susunan organisasi serta tugas yang dijalankan dalam Unit Pelayanan Pajak

dan Retribusi Daerah dijelaskan dalam Pertauran Gubernur nomor 297 tahun 2016

tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Cara Kerja Unit Pelayanan Pajak dan

Retribusi Daerah. Berikut ini Struktur Organisasi yang ada ddi Unit Pelayanan

Pajak dan Retribusi Daerah Kecamatan Kemayoran sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI

UNIT PELAYANAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEMAYORAN


(Pergub No. 297 Tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelayanan Pajak dan Retribusi Daerah)

Sumber: Unit UPPRD Kecamatan Kemayoran


Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPPRD Kecamatan Kemayoran Jak-Pus
48

4.1.2 Gambaran Umum Responden

Tabel 4.1
Sampel dari Setiap Kelurahan di Kecamatan Kemayoran & Tarif PBB-P2

No. Kelurahan Jumlah Sampel


1. Gunung Sahari Selatan 4

2. Kemayoran 5

3. Harapan Mulya 9

4. Serdang 11

5. Cempaka Baru 8

6. Sumur Batu 13

7. Utan Panjang 7

8. Kebon Kosong 6

Jumlah 63
Sumber : Data diolah, Agustus 2019

Diketahui pada tabel 4.1 merupakan gambaran jumlah responden yang

menjadi sampel peneliti yaitu wajib pajakyang terdiri dari 8 Kelurahan yang berada

di Kecamatan Kemayoran yang berjumlah 63 orang.

Sedangkan dari hasil perolehan data yang berasal dari jawaban responden

saat mengisi kuisioner, diketahui data karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan. Responden dalam penelitian ini sebanyak 63 wajib

pajak di kecamatan Kemayoran.

Deskripsi karakteristik responden atau profil responden yang terdiri dari

jenis kelamin serta tingkat pendidikan, sbb :


49

Tabel 4.2
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 46 73,0 73,0 73,0
Perempuan 17 27,0 27,0 100,0
Total 63 100,0 100,0
Sumber : Data Primer yang diolah, Agustus 2019

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa wajib pajakyang menjadi sampel dalam

penelitian ini di Kecamatan Kemayoran berjenis kelamin laki-laki berjumlah 46

orang atau 73% dan wajib pajakberjenis kelamin perempuan berjumlah 17 orang

atau 27% dari total responden sebanyak 63 orang.

Tabel 4.3

Responden Berdasarkan Pendidikan

Tingkat Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SMA 6 9,5 9,5 9,5
DIPLOMA 11 17,5 17,5 27,0
SARJANA 46 73,0 73,0 100,0
Total 63 100,0 100,0
Sumber : Data Primer yang diolah, Oktober 2019

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden wajib pajakyang

menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki pendidikan terakhir sarjana, yaitu

sebanyak 46 orang atau sebesar 73%. Kemudian diikuti oleh responden yang

memiliki pendidikan terakhir Diploma yaitu sebanyak 11 orang atau sebesar 17,5%.
50

Lalu responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA, yaitu 6 orang atau sebesar

9,5%.

4.1.3 Deskripsi Data

Angket atau kuisioner penelitian ini adalah berjumlah 14 pertanyaan dengan

3 variabel independen (X) dan 1 variabel dependen (Y). Unutk variabel dependen

(Y) yaitu kepatuhan wajib pajakdalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan

sebanyak 4 pertanyaan. Untuk variabel independen (X1) yaitu pengetahuan wajib

pajaksebanyak 4 pertanyaan. Untuk variabel independen (X2) yaitu pendapatan

wajib pajaksebanyak 3 pertanyaan. Untuk variabel (X3) yaitu ketetapan Nilai Jual

Objek Pajak sebanyak 3 pertanyaan.

Dalam kuisioner yang disebarkan ada lima alternatif jawaban yang tersedia

yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skala

penilaian yang diberikan terhadap masing-masing pertanyaan memiliki bobot poin

tersendiri dengan rincian poin sebagai berikut :

Tabel 4.4
Penilaian Masing-masing Variabel

Alternatif Jawaban Nilai


Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Ragu (RG) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5
Sumber : Sugiyono (2017:93)

Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini disajikan hasil angket yang telah

disebarkan kepada wajib pajakbumi dan bangunan di Kecamatan Kemayoran yang


51

telah bersedia mengisi angket dengan pemberian skor nilai yang telah ditentukan

pada tabel 4.4

4.1.4 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberi gambaran umum mengenai variabel-variabel

dalam penelitian ini. Variabel dalam penelitian ini meliputi Pengetahuan wajib

pajak(X1), Pendapatan wajib pajak(X2), Ketetapan NJOP (X3), dan Kepatuhan

wajib pajakPBB-P2 (Y) yang akan diuji secara statistik deskriptif. Data statistik

deskriptif sebanyak 63 wajib pajakdi Kecamatan Kemayoran, bertujuan untuk

memberikan kemudahan dalam membaca data serta memahami maksudnya. Dalam

penelitian ini, akan ditampilkan statistik deskriptif yang memberikan penjelasan

mengenai nilai maksimum, minimum, mean dan standar deviasi untuk masing-

masing variabel. Berikut hasil statistik deskriptif.

Tabel 4.5

Skor Indikator Variabel Pengetahuan Wajib Pajak

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1.1 63 2 5 4,21 ,600
X1.2 63 3 5 4,29 ,596
X1.3 63 3 5 4,32 ,618
X1.4 63 3 5 4,33 ,607
Valid N (listwise) 63
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa indikator pemahaman

wajib pajaktentang dasar pengenaan PBB-P2 adalah Nilai Jual Objek Pajak

memiliki rata-rata tertinggi yaitu 4,33 hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
52

responden sudah mengetahui secara detail atau jelas tentang NJOP merupaan dasar

pengenaan nya Pajak Bumi dan Bangunan terhutang.

Tabel 4.6

Skor Indikator Variabel Pendapatan Wajib Pajak

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X2.1 63 3 5 4,24 ,582
X2.2 63 3 5 4,13 ,588
X2.3 63 2 5 4,22 ,608
Valid N (listwise) 63
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Berdasarkan tabel 4.6 menujukkan bahwa indikator Pendapatan responden

dapat memenuhi kebutuhan pokok serta membayar pajak memiliki nilai rata-rata

tertinggi yaitu sebesar 4,24 hal ini menunjukkan bahwa responden setuju bahwa

pendapatan yang di dapat nya dapat mencukupi untuk kebutuhan pokok dan tidak

keberatan untuk membayar pajak.

Tabel 4.7
Skor Indikator Variabel Ketetapan NJOP

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X3.1 63 2 5 4,38 ,682
X3.2 63 2 5 4,19 ,780
X3.3 63 2 5 4,14 ,759
Valid N (listwise) 63
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Berdasarkan tabel 4.7 menujukkan bahwa indikator petugas pajak telah adil

dalam menetapkan besarnya NJOP memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar
53

4,38. hal ini menunjukkan bahwa responden setuju bahwa petugas pajak telah adil

dalam penentuan besarnya NJOP yang berlaku.

Tabel 4.8

Skor Indikator Variabel Kepatuhan Wajib pajak PBB

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Y1 63 2 5 4,32 ,618
Y2 63 2 5 4,24 ,560
Y3 63 2 5 4,19 ,644
Y4 63 2 5 4,25 ,647
Valid N (listwise) 63
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Berdasarkan tabel 4.8 menujukkan bahwa indikator wajib pajak tidak

memiliki tunggakan dalam pembayaran PBB-P2 memiliki nilai rata-rata tertinggi

yaitu sebesar 4,32. Hal ini menunjukkan bahwa reponden dalam penelitian ini

sudah memiliki kepatuhan yang cukup tinggi.

4.1.4 Hasil Uji Kualitas Data

4.1.4.1 Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner (Ghozali, 2018: 51). Uji signifikan dilakukan dengan membandingkan

nilai rhitung dan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka dapat dikatakan butir pernyataan

dalam kuesioner dinyatakan valid. Jumlah sampel (n) = 63 dan besarnya df dapat

dihitung 63 – 2 = 61 dengan df 61 dan alpha 0,05 didapat rtabel = 0.2480. Adapun

hasil uji validitas dalam penelitian ini sebagai berikut :


54

Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Wajib Pajak

Sig.
Kode rhitung rtabel (2-tailed)
Keterangan
X1.1 0,672** 0.2480 0,000 Valid
X1.2 0,642** 0.2480 0,000 Valid
X1.3 0,685** 0.2480 0,000 Valid
XI.4 0,718** 0.2480 0,000 Valid
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Tabel 4.9 menyajikan hasil uji validitas variabel pengetahuan wajib

pajakdinyatakan valid. Hasil tersebut dikatakan valid karena nilai rhitung > rtabel.

Maka, dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pernyataan tersebut

valid. Hal ini menunjukan indikator pernyataan yang digunakan dalam kuesioner

penelitian ini mampu mengungkapkan variabel pengetahuan wajib pajak sehingga

layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Variabel Pendapatan Wajib Pajak

Sig.
Kode rhitung rtabel (2-tailed)
Keterangan
X2.1 0,769** 0.2480 0,000 Valid
X2.2 0,934** 0.2480 0,000 Valid
X2.3 0,931** 0.2480 0,000 Valid
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Berdasarkan tabel 4.10 yang disajikan diatas, korelasi antara seluruh item

pernyataan pada variabel pendapatan wajib pajakmenunjukan hasil yang valid.

Hasil tersebut dikatakan valid karena nilai rhitung > rtabel. Maka dapat disimpulkan

bahwa masing-masing pernyataan variabel pendapatan wajib pajakvalid. Hal ini

menunjukan setiap pernyataan yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini


55

mampu mengungkapkan variabel pendapatan wajib pajakdan layak digunakan

dalam penelitian ini.

Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Variabel Ketetapan NJOP

Sig.
Kode rhitung rtabel (2-tailed)
Keterangan
X3.1 0,684** 0.2480 0,000 Valid
X3.2 0,752** 0.2480 0,000 Valid
X3.3 0,838** 0.2480 0,000 Valid
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Berdasarkan tabel 4.11 yang disajikan diatas, korelasi antara seluruh item

pernyataan pada variabel ketetapan NJOP menunjukan hasil yang valid. Hasil

tersebut dikatakan valid karena nilai rhitung > rtabel. Maka dapat disimpulkan

bahwa masing-masing pernyataan variabel ketetapan NJOP valid. Hal ini

menunjukan setiap pernyataan yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini

mampu mengungkapkan variabel ketetapan NJOP dan layak digunakan dalam

penelitian ini.

Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib pajakBumi dan Bangunan

Sig.
Kode rhitung rtabel (2-tailed)
Keterangan
Y1.1 0,635** 0.2480 0,000 Valid
Y1.2 0,513** 0.2480 0,000 Valid
Y1.3 0,728** 0.2480 0,000 Valid
Y1.4 0,829** 0.2480 0,000 Valid
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Berdasarkan tabel 4.12 yang disajikan diatas, seluruh pernyataan pada

variabel Kepatuhan wajib pajakdinyatakan valid. Hasil tersebut dikatakan valid

karena hasil perhitungan korelasi setiap butir pernyataan memiliki nilai rhitung >
56

rtabel. Maka dapat disimupulkan bahwa masing-masing indikator pernyataan yang

digunakan dalam kuesioner penelitian ini mampu mengungkapkan variabel

Keptauhan wajib pajakdan layak digunakan dalam penelitian ini.

Berdasarkan uji validitas diatas, setiap pernyataan yang digunakan dalam

penelitian ini dinyatakan valid. Hasil tersebut dikatakan valid karena setiap variabel

memiliki nilai rhitung > rtabel. Maka setiap indikator pernyataan tersebut dikatakan

valid. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kuesioner dalam

penelitian ini mampu mengungkapkan empat variabel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu pengetahuan wajib pajak, pendapatan wajib pajak, ketetapan

NJOP dan kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB. Sehingga kuesioner

tersebut layak digunakan dalam penelitian ini.

4.1.4.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel konstruk (Ghozali, 2018: 45). Uji reliabilitas dalam

penelitian ini menggunakan software SPSS 25.0. Uji reliabilitas diukur

menggunakan uji statistik Cronbach’s Alpha (a). Suatu variabel dikatakan reliabel

jika memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,60. Tabel 4.14 menunjukkan hasil uji

reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.13
Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach’s
No. Variabel Keterangan
Alpha
1. Pengetahuan Wajib Pajak 0,611 Reliabel
2. Pendapatan Wajib Pajak 0,852 Reliabel
3. Ketetapan Nilai Jual Objek Pajak 0,632 Reliabel
4. Kepatuhan wajib pajakPBB-P2 0,616 Reliabel
Sumber: Data diolah SPSS 25.0
57

Dari hasil tabel 4.13 diperolah nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel

pengetahuan wajib pajak memiliki nilai sebesar 0, 611, pendapatan wajib

pajakmemiliki nilai sebesar 0, 852, variabel ketetapan Nilai Jual Objek Pajak

memiliki nilai 0, 632 dan variabel kepatuhan wajib pajak PBB sebesar 0, 616.

Dengan demikian maka seluruh variabel dapat dinyatakan reliabel dikarenakan

seluruh variabel memiliki nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,60.

4.1.5 Hasil Uji Asumsi Klasik

4.1.5.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti

atau mendekati distribusi normal atau tidak. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

Uji normalitas residual dengan uji grafik yaitu dengan melihat penyebaran

data pada sumber diagonal pada grafik Normal PP Plot of regression standardized

residual dan grafik histogram.

Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0


Gambar 4.2 Grafik Histogram Pengetahuan wajib pajak,pendapatan dan
ketetapan NJOP terhadap Kepatuhan Wajib pajakBumi dan Bangunan.
58

Berdasarkan tampilan output chart diatas, grafik membentuk pola distribusi

yang normal dengan mengikuti atau mendekati bentuk lonceng. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini sudah memenuhi uji

asumsi normalitas.

Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0


Gambar 4.3 Grafik Normal P- Plot Pengetahuan wajib pajak,pendapatan
dan ketetapan NJOP terhadap Kepatuhan Wajib pajakBumi dan Bangunan

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan melihat tampilan grafik histogram

maupun grafik normal P-Plot dapat disimpulkan bahwa mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal dan pada grafik

normal P-Plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Maka dapat

diartikan kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan jika tidak hati-hati secara

visual keliatan normal. Oleh sebab itu, disamping uji grafik dilengkapi juga dengan

uji statistik. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normlitas residual
59

adalah uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan

dengan membuat hipotesis :

a. HA : Data residual berdistribusi tidak normal


b. H0 : Data residual berdistribusi normal

Tabel 4.14
Hasil Uji Statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 63
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation 1,23164338
Most Extreme Differences Absolute ,177
Positive ,129
Negative -,177
Test Statistic ,177
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
Monte Carlo Sig. (2- Sig. ,137d
tailed) 99% Confidence Interval Lower Bound ,032
Upper Bound ,042
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Berdasarkan hasil uji diatas besarnya nilai Test Statistic Kolmogorov-

Smirnov adalah 0, 177 dan signifikan pada 0,137 yaitu diatas 0,05. Maka dapat

disimpulkan bahwa HA ditolak yang berarti data residual terdistribusi normal dan

hasilnya konsisten dengan uji sebelumnya.

4.1.5.2 Hasil Uji Multikolonieritas

Multikolonieritas dalam penelitian ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan

Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

independen dijelaskan variabel independen lainnya. Suatu model regresi dikatakan


60

bebas dari multikolonieritas adalah apabila nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan

nilai VIF ≥ 10.

Tabel 4.15
Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa
Standardi
zed
Unstandardized Coefficie Collinearity
Coefficients nts Statistics
Std. Tolera
Model B Error Beta t Sig. nce VIF
1 (Constant) 4,727 1,798 2,629 ,011
Pengetahuan ,270 ,119 ,264 2,271 ,027 ,671 1,491
Wajib Pajak
Pendapatan ,371 ,128 ,344 2,890 ,005 ,638 1,566
Wajib Pajak
Ketetapan NJOP ,233 ,109 ,234 2,134 ,037 ,755 1,324
a. Dependent Variable: Kepatuhan WAJIB PAJAK PBB-P2
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Tolerance tdiak ada variabel

independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada

korelasi antara variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan

nilai Variance Inflatin Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu

variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan

bahwa tidak ada multikolonieritas antara variabel independen dalam model regresi.

4.1.5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2018:137) uji heteroskiditas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang
61

Homoskedastisitas yang atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Berikut ini adalah

hasil uji heteroskedastisitas:

Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Gambar 4.4 Hasil Uji Hetreoskedastisitas – Grafik Scatterplot

Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan grafik Scatterplot. Berdasarkan

dari grafik Scatterplot diatas dapat terlihat titik-titik menyebar secara acara tersebar

dengan baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehinggaa

model regresi layak dipakai untuk memprediksi pengaruh pengetahuan wajib pajak,

pendapatan wajib pajak dan ketetapan Nilai Jual Objek Pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak PBB.

Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan.

Maka perlu uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil. Uji statistik

yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas ada Uji
62

Glejser. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 4.16
Hasil Uji Glejser

Coefficientsa
Standardize
d
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,104 1,247 ,885 ,380
Pengetahuan Wajib ,103 ,083 ,194 1,252 ,216
Pajak
Pendapatan Wajib -,133 ,089 -,237 -1,493 ,141
Pajak
Ketetapan NJOP -,027 ,076 -,052 -,355 ,724
a. Dependent Variable: AbsUt
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel

independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai

Absolu Ut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat

kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya

Heteroskedastisitas.

4.1.6 Hasil Pengujian Hipotesis

4.1.6.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua

variabel atau lebih variabel independen dengan variabel dependen. Pengaruh

variabel bebas yaitu pengentahuan wajib pajak, pendapatan wajib pajakdan


63

ketetapan Nilai Jual Objek Pajak terhadap variabel terikat yaitu kepatuhan wajib

pajak PBB. Hasil analisis yang diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.17
Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 4,727 1,798 2,629 ,011
Pengetahuan Wajib ,270 ,119 ,264 2,271 ,027
Pajak
Pendapatan Wajib ,371 ,128 ,344 2,890 ,005
Pajak
Ketetapan NJOP ,233 ,109 ,234 2,134 ,037
a. Dependent Variable: Kepatuhan WAJIB PAJAK PBB-P2
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada tabel 4.17, diperoleh

persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 4,727 + 0,270 X1 + 0,371 X2 + 0,233 X3

Persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai Konstanta 4,727 artinya bila pengetahuan wajib pajak, pendapatan

wajib pajak dan ketetapan NJOP 0, maka kepatuhan wajib pajak dalam

membayar PBB menurun senilai 4,727.

2. Nilai koefisien pengetahuan wajib pajak 0,270, hal ini menunjukkan bahwa

apabila pengetahuan wajib pajak meningkat sebesar satu akan

mengakibatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB bertambah

sebesar 0,270.
64

3. Nilai koefisien pendapatan wajib pajak 0,371, hal ini menunjukkan bahwa

apabila pengetahuan wajib pajak meningkat sebesar satu akan

mengakibatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB bertambah

sebesar 0, 371.

4. Nilai koefisien ketetapan NJOP 0, 233, hal ini menunjukkan bahwa apabila

ketetapan NJOP meningkat sebesar satu akan mengakibatkan kepatuhan

wajib pajak dalam membayar PBB bertambah sebesar 0, 233.

4.1.6.2 Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)

Hasil uji t dapat diketahui nilai probabilitas masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Jika nilai probabilitas > 0,05 dan t hitung

< t tabel maka H0 ditolah dan jika nilai probabilitas < 0,05 dan t hitung > t tabel

maka Hₐ diterima. Nilai t tabel dapat diperoleh dengan derajat kebebasan (df) n-k-

1 dengan jumlal variabel bebas (k) sebanyak 3 atau (df) = 63-3-1 = 59 dan taraf

signifikasi 5% maka diperoleh t tabel sebesar 2.001. Hasil uji t dapat dilihat pada

tabel 4.21 sebagai berikut :

Tabel 4.18
Hasil Uji Parsial Pengetahuan Wajib pajak(Uji Statistik t)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 4,727 1,798 2,629 ,011
Pengetahuan Wajib ,270 ,119 ,264 2,271 ,027
Pajak
Pendapatan Wajib ,371 ,128 ,344 2,890 ,005
Pajak
Ketetapan NJOP ,233 ,109 ,234 2,134 ,037
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0
65

Berdasarkan tabel 4.18 diatas diperoleh hasil pengujian signifikansi variabel

independen secara parsial yaitu sebagai berikut :

1) Pengetahuan Wajib pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib

pajakPBB-P2 dengan nilai nilai thitung sebesar 2.271 lebih besar dari dari ttabel

sebesar 2001. Maka dapat diartikan bahwa H1 diterima yang artinya

pengetahuan wajib pajak PBB-P2 berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak PBB-P2.

2) Pendapatan Wajib pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib

pajakPBB-P2 dengan nilai thitung sebesar 2,890 lebih besar dari ttabel sebesar

2001. Maka dapat diartikan bahwa H2 diterima yang artinya pendapatan

wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak PBB-P2.

3) Ketetapan NJOP berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib pajak

PBB-P2 dengan nilai thitung sebesar 2,134 lebih besar dari ttabel sebesar 2001

maka dapat diartikan bahwa H3 diterima yang artinya ketetapan NJOP

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajakPBB-P2.

4.1.6.3 Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F)

Jika nilai probabilitas signifikansi < 0,05 dan F hitung > F tabel maka Ha

diterima dan H0 ditolak, sedangkan jika hasil uji signifikansi > 0,05 dan F hitung <

F tabel maka H0 diterima dan Ha ditlak. Nilai F tabel dapat diperoleh dari jumlah

sampel (n) sebesar 63, variabel independen (k) sebesar 3 maka perhitungan F =

(k;n-k) yaitu (3;63-3) maka diperoleh (3;60) dan didapat F tabel sebesar 2.76. hasil

uji F dapat dilihat pada tabel 4.20 sebagai berikut :


66

Tabel 4.19
Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F)

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 81,949 3 27,316 17,136 ,000b
Residual 94,051 59 1,594
Total 176,000 62
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib pajakBumi dan Bangunan
b. Predictors: (Constant), Ketetapan Nilai Jual Objek Pajak, Pendapatan Wajib Pajak,
Pengetahuan Wajib Pajak

Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Berdasarkan hasil uji statistik nilai F hitung sebesar 17,136 dengan nilai

signifikansi 0,000. Dalam hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung 17,136 > F

tabel 2,76 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa

semua variabel independen yaitu pengetahuan wajib pajak, pendapatan wajib pajak

dan ketetapan NJOP secara simultan (bersama) berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

4.1.6.4 Uji Koefisien Determinasi (R²)

Menurt Ghozali (2018:97) koefisien determinasi (R²) merupakan alat untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Dalam hal ini

R² digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen

terhadap dependen. Berikut hasil uji koefisien determinasi (R²) pada tabel 4.20 :
67

Tabel 4.20
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,920a ,846 ,839 ,541
a. Predictors: (Constant), NJOP , Pendapatan Wajib Pajak,
Pengetahuan Wajib Paja
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25.0

Berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat bahwa nilai dari Adjusted R2 sebesar

0,839 yang berarti sebesar 83,9 % variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh

variasi dari variabel independen. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sebesar

83,9% kepatuhan pajak PBB-P2 dipengaruhi oleh variabel pengetahuan wajib

pajak, pendapatan wajib pajak dan ketetapan NJOP . Sedangkan sisanya sebesar

16.1% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel yang digunakan dalam

penelitian ini.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari

pengetahuan wajib pajak, pendapatan wajib pajakdan ketetapan NJOP terhadap

kepatuhan wajib pajak Pajak Bumi dan Bangunan di kecamatan Kemayoran.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak Bumi dan

Bangunan di Kecamatan Kemayoran. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah accidential sampling dimana jumlah sampel yang didapatkan yaitu

berjumlah 63 wajib pajak. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

statistik deskriptif, uji kualitas data (validitas dan reliabilitas), uji asumsi klasik
68

(normalitas, multikolonieritas dan heteroskedastisitas) dan uji hipotesis (uji t, uji f,

dan uji koefisien determinasi).

Dalam hal ini wajib pajakdapat dikatakan patuh dalam pembayaran Pajak

Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2 P2) apabila masyarakat

melakukan pembayaran sebelum jatuh tempo serta membayar pajak sesuai dengan

PBB-P2 terhutang yang telah ditentukan.

4.2.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kepatuhan Wajib pajak dalam

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Teori yang dikemukakan oleh Hardinigsih (2011) mengatakan bahwa wajib


pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas akan cenderung
menjadi wajib pajak yang tidak patuh. Hal ini yang menjadi dasar adanya dugaan
bahwa pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak PBB-P2.
Berdasarkan hipotesis Ha1 yang mengatakan Pengetahuan wajib pajak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajakdalam

membayar PBB-P2, Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai t hitung > t tabel

yaitu (2271) > (2001) ttabel artinya pengetahuan wajib pajak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak, koefisien sebesar 0,270 menunjukkan arah positif, atau

dengan kata lain setiap kenaikan variabel pengetahuan tentang perhitungan PBB-

P2 maka akan menaikan kepatuhan wajib pajak sebesar 0,270 dalam membayar

PBB-P2. Nilai signifikan sebesar 0,027 < 0,05 artinya pengetahuan wajib pajak

signifikan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2.

Berdasarkan hasil statistik tersebut memperlihatkan pengetahuan wajib pajak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar PBB-P2 yang berarti Ha1 diterima dan H01 ditolak. Artinya apabila wajib
69

pajak semakin memiliki pengetahuan tentang aturan PBB-P2 baik itu menghitung

jumlah PBB-P2 terutang dan yang harus dibayar, maupun tanggal jatuh tempo

pembayaran atau batas waktu pembayaran yang tidak dikenakan denda, serta

keterangan PBB-P2 dapat disetor di berbagai bank yang telah ditentukan oleh

pemda DKI Jakarta, semuanya ini dengan mudah dibaca dalam formulir SPPT

PBB-P2 untuk setiap wajib pajak. SPPT PBB-P2 dibuat oleh pemerintah provinsi

DKI Jakarta yaitu Badan Pajak Retribusi Daerah (BPRD). Kemudian di

distribusikan ke setiap kelurahan dan petugas kelurahan akan menyampaikan

kepada ketua RW untuk disampaikan kepada warga atau wajib pajak yang

mempunyai objek PBB-P2 di kelurahan nya. Dengan demikian informasi yang

terkandung di SPPT PBB-P2 menjadi pengetahuan bagi setiap wajib pajaksehingga

pengetahuan tersebut akan mempengaruhi secara positif dan signifikan kepatuhan

wajib pajak dalam pembayaran PBB-P2.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wulandari dan Suyanto (2014) serta Pangestika & Darmawan (2018) di daerah

Sleman yang mengatakan pengetahuan berpengaruh positif signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2).

4.2.2 Pengaruh Pendapatan terhadap Kepatuhan Wajib pajak dalam

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Teori yang dikemukaan oleh Rauf (2013) tingkat penghasilan akan


mempengaruhi kesadaran atau kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak tepat
pada waktunya. Kemampuan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban paja terkait
erat dengan besarnya penghasilan, maka salah satu yang dipertimbangkan dalam
pemungutan pajak adalah tingkat penghasilan.
Berdasarkan hipotesis Ha2 yang mengatakan Pendapatan wajib

pajakberpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam


70

membayar PBB-P2, Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai t hitung > t tabel

yaitu (2890) > (2001) ttabel artinya pendapatan wajib pajak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak, koefisien sebesar 0, 371 menunjukkan arah positif, atau

dengan kata lain setiap kenaikan variabel pendapatan wajib pajak maka akan

menaikan kepatuhan wajib pajak sebesar 0,371 dalam membayar PBB-P2. Nilai

signifikan sebesar 0,005 < 0,05 artinya pendapatan wajib pajaksignifikan

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2. Berdasarkan

hasil statistik tersebut memperlihatkan pendapatan wajib pajak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak yang artinya Ha2 diterima dan H02

ditolak. Penghasilan wajib pajak dapat diperoleh dari pekerjaan tetap dan pekerjaan

tidak tetap, bagi wajib pajak yang memiliki pekerjaan tetap berarti memiliki

penghasilan yang teratur sedangkan wajib pajak yang memiliki pekerjaan tidak

tetap maka dapat dikatakan memiliki penghasilan yang tidak teratur. Jumlah

penghasilan dan keteraturan penerimaan pendapatan akan sangat menentukan

apakah wajib pajak tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar PBB-P2 tepat

waktu atau tidak, mengingat tagihan PBB-P2 setahun sekali dirasa cukup berat bagi

wajib pajak yang memiliki penghasilan kecil atau tidak teratur. Pada umumnya

wajib pajaka kan memprioritaskan penggunaan penghasilan nya untuk memenuhi

kebutuhan pokok nya seperti sandang, pangan, pendidikan, komunikasi, dan

transportasi. Pemenuhan kebutuhan pokok akan lebih di prioritaskan dibandingkan

pembayaran PBB-P2. Jika semua kebutuhan pokok tersebut telah terpenuhi maka

wajib pajakakan mematuhi pembayaranPBB-P2 sebelum waktu jatuh tempo yang

telah ditentukan di SPPT PBB. Jumlah pendapatan atau penghasilan yang


71

melampaui jumlah kebutuhan pokok nya wajib maka penghasilan tersebut dapat

digunakan untuk melunasi tagihan PBB-P2 dan wajib pajak akan dapat mematuhi

kewajiban nya dalam membayar PBB P2.

Hasil penelitian ini sejalan oleh penelitian yang dilakukan oleh Kusuma

(2014) yang mengatakan pendapatan berpengaruh postitif signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2. Sedangkan penelitian yang tidak

sejalan disebabkan oleh faktor-faktor lain dalam penelitian ini yang dilakukan oleh

Rahman (2018) yang mengatakan pendapatan wajib pajak berpengaruh positif

tetapi tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak PBB-P2.

4.2.3 Pengaruh Ketetapan NJOP terhadap Kepatuhan Wajib pajak dalam

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Menurut teori yang dikemukakan oleh (Sari, 2016:136) mengatakan NJOP


terdiri dari NJOP Bumi dan NJOP Bangunan. Kedua NJOP tersebut nantinya
dijumlah menjadi NJOP sebagai dasar pengenaan PBB-P2. Njop ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru.
Penyesuaian NJOP perlu dilakukan menyesuaikan harga pasar.
Berdasarkan hipotesis Ha3 yang mengatakan Ketetapan NJOP berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai thitung yaitu (2,134) > (2001) ttabel

artinya ketetapan NJOP berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, koefisien

sebesar 0, 371 artinya menunjukkan arah positif atau dengan kata lain menaikkan

kepatuhan wajib pajakdalam membayar PBB-P2 sebesar 0,371 dengan arah yang

positif. Nilai signifikan sebesar 0,037 < 0,05 artinya ketetapan NJOP signifikan

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2. Berdasarkan

hasil statistik tersebut memperlihatkan ketetapan NJOP berpengaruh positif dan


72

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak yang artinya Ha3 diterima dan H03

ditolak. Hal ini menunjukkan ketetapan NJOP yang sekarang ini sudah sesuai serta

cukup diterima oleh masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian ini dimana

NJOP yang ditetapkan tersebut tidak terlalu tinggi. Nilai Jual Objek Pajak

ditentukan berdasarkan kelas atau kelompok letak tanah dan bangunan, kemudian

pemda menetapkan NJOP/m2 dikalikan dengan luas tanah dan luas bangunan,

setelah dijumlahkan NJOP bumi ditambah NJOP bangunan sama dengan total

NJOP lalu dikurangkan dengan NJOP yang tidak kena pajak, pemda menetapkan

sejumlah Rp. 15.000.000,-. NJOP dikurangi NJOPTKP sama dengan NJOP Kena

Pajak dikalikan dengan tarif 0,1% sama dengan jumlah PBB terutang. Kebijakan

Gubernur Nomor 259 Tahun 2015 yang berlaku sampai dengan tahun 2019

memberikan pembebasan pembayaran PBB untuk wajib pajak yang memiliki NJOP

PBB nya dibawah 1 milyar, jadi wajib pajak yang harus membayar PBB hanya yang

memiliki NJOP diatas 1 milyar. Berikutnya dikeluarkan lagi Peraturan Gubernur

baru Nomor 42 Tahun 2019 yang menetapkan untuk wajib pajak tertentu diberikan

pembebasan pembayaran PBB, yaitu kepada Guru dan Tenaga Pendidikan

Perguruan Tinggi, Veteran RI, Perintis Kemerdekaan,Penerima Gelar Pahlawan

Nasional, Penerima Tanda Kehormatan, Manatan Presiden, dan Mantan Wakil

Presiden, Mantan Gubernur dan Wakil Gubernur,Purnawirawan TNI/Kepolisian RI

dan Pensiunan PNS lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 14. Ketetapan pemda

dalam menetapkan jumlah NJOP akan sangat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

dalam memenuhi kewajiban PBB nya. Dengan kata lain ketepatan untuk
73

menentukan ketetapan NJOP dan berbagai kebijakan pemda dan Gubernur akan

sangat mempengaruhi terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.

Hasil penelitian ini sejalan oleh penelitian yang dilakukan oleh Zebua (2015)

di Sitoli Utara, dengan judul “Pengaruh NJOP, Pengetahuan, Pelayanan, Kesadaran

dan Pendapatan terhadap Kepatuhan Wajib pajak Pajak Bumi dan Bangunan” yang

mengatakan Ketatapan NJOP berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak Pajak Bumi dan Bangunan.

4.2.4 Pengaruh Pengetahuan,Pendapatan wajib pajak, dan Ketetapan NJOP

terhadap Kepatuhan Wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan.

Berdasarkan hipotesis Ha4 yang menyatakan pengetahuan, pendapatan

wajib pajakdan ketetapan NJOP berpengaruh bersama-sama terhadap kepatuhan

wajib pajak PBB-P2 diterima, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian

melalui perhitungan secara simultan diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dapat

dilihat pada tabel 4.20. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa secara simultan

terdapat pengaruh signifikan antara pengetahuan wajib pajak, pendapatan wajib

pajak dan ketetapan NJOP terhadap kepatuhan wajib pajakPBB-P2. Serta dalam

penelitian ini 63 wajib pajak yang menjadi sampel terdapat 6 wajib pajak yang lalai

untuk mematuhi pembayaran PBB-P2 hal ini bisa disebabkan karena wajib pajak

tidak mempunyai penghasilan yang teratur atau tidak mempunyai penghasilan yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga nya. Sehingga wajb pajak belum

sanggup untuk membayar PBB-P2 secara tepat waktu.


74

Hasil penelitian ini sejalan oleh penelitian yang dilakukan oleh Ananda

(2015) di Kota Medan, dengan judul “Faktor – faktor yang Mempengaruhi

Kepatuhan Wajib pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan” yang

menyatakan bahwa secara simultan pelayanan, Sanksi, NJOP, Pengetahuan, dan

Pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak

Pajak Bumi dan Bangunan.


BAB V

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB

PAJAK TERHADAP PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SERTA TINJAUANNYA MENURUT ISLAM

5.1 Pajak Menurut Islam

5.1.1. Pengertian Pajak Menurut Islam

Pasal 1 ayat 1 Undang–undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan


Umum dan tata cara Perpajakan menyatakan bahwa beban pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi ataupun badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang–undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Dengan adanya pernyataan mengenai Undang-Undang Pajak tentunya dapat

diartikan bahwa wajib pajak merupakan warga negara yang tinggal di dalam suatu

wilayah khususnya negara Indonesia agar dapat membayar pajaknya bagi wajib

pajakyang memiliki penghasilan. Dilakukan dengan cara memaksa untuk

menyetorkan sebagian harta yang dimiliki tentunya berdasarkan peraturan yang

berlaku dan digunakan sebagai penerimaan pendapatan di dalam suatu negara untuk

mewujudkan kesejahteraan umum dengan cara meningkatkan sebuah

pembangunan nasional.

Menurut Gusfahmi (2011: 28) secara etimologi, pajak dalam bahasa Arab
dikenal dengan nama Adh-dhribah yang berasal dari kata dasar dharaba, yadhribu,
dharban yang artinya: mewajibkan, menetapkan, menentukan, memukul,
menerangkan, atau membebankan, dan lain-lain. Dharaba adalah bentuk kata kerja
(fi”il), sedangkan bentuk kata bendanya (Ism) adalah dharibah, yang dapat
diartikan beban. Ia disebut beban, karena merupakan kewajiban tambahan atas harta
selain zakat, sehingga dalam pelaksanaanya akan dirasakan sebagai beban.
Menurut Qardhawi (2007: 999) pajak sebagai kewajiban yang ditetapkan
terhadap wajib pajakyang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan,
tanpa mendapatkan prestasi kembali dari negara, dan hasilnya untuk membiayai

75
76

Pengeluaran–pengeluaran umum di satu pihak dan untuk merealisasikan sebagai


tujuan ekonomi, sosial, politik, dan tujuan- tujuan lain yang ingin dicapai oleh
negara.

Pajak dibolehkan dalam Islam karena alasannya untuk kemaslahatan umat,

maka pajak saat ini memang merupakan sudah menjadi kewajiban warga negara

dalam sebuah negara muslim dengan alasan dana pemerintah tidak mencukupi

untuk membiayai berbagai pengeluaran, yang mana jika pengeluaran itu tidak

dibiayai maka akan timbul kemudharatan. Sedangkan mencegah kemudharatan

adalah kewajiban (Gusfahmi, 2011:186), sebagaimana kaidah ushul fiqh

mengatakan:

Artinya : “Segala sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan demi terlaksananya


kewajiban selain harus dengannya, maka sesuatu itu pun wajib
hukumnya.”

5.1.2. Karakteristik Pajak Menurut Islam

Menurut Gusfahmi (2011:134) ada beberapa ketentuan tentang pajak

(dharibah) menurut syariah Islam, yang sekaligus membedakannya dengan pajak

dalam sistem kapitalis (non-islam), karakteristik pajak menurut syariah yaitu :

a. Pajak (dharibah) bersifat temporer, tidak bersifat kontinyu, hanya boleh

dipungut ketika baitul mal tidak ada harta atau kurang. Ketika baitul mal

sudah terisi kembali, maka kewajiban pajak bisa dihapuskan. Berbeda

dengan zakat, yang tetap dipungut, sekalipun tidak aada lagi pihak yang

membutuhkan (mustahik). Sedangkan pajak non-Islam (Tax) adalah abadi.


77

b. Pajak (dharibah) hanya boleh dipungut untuk pembiayaan yang merupakan

kewajiban bagi kaum muslimin dan sebatas jumlah yang diperlukan untuk

pembiayaan wajib tersebut, tidak boleh lebih. Sedangkan pajak menurut

non-Islam (tax) ditunjukkan untuk seluruh warga tanpa membedakan

agama.

c. Pajak (dharibah) hanya diambil dari kaum muslimin, tidak kaum non-

muslim. Sebab dharibah dipungut untuk membiayai keperluan yang

menjadi kewajiban bagi kaum muslim.

d. Pajak (dharibah) hanya dipungut dari kaum muslim yang kaya, tidak boleh

dipungut selainnya.

e. Pajak (dharibah) hanya dipungut sesuai dengan jumlah pembiayaan yang

diperlukan, tidak boleh lebih.

f. Pajak (dharibah) dapat dihapus bila sudah tidak diperlukan.

5.1.3 Tujuan Pemungutan Pajak menurut Islam

Menurut Gusfahmi (2011:210) tujuan pajak itu adalah untuk membiayai

beberapa pos pembiayaan Negara yang memang diwajibkan atas mereka (kaum

muslimin) pada saat baitul mal kosong atau tidak mencukupi. Jadi, ada tujuan untuk

mengikat dari diperbolehkannya memungut pajak itu, yaitu pengeluaran yang sudah

menjadi kewajiban kaum muslimin, dan adanya suatu kondisi kekosongan kas

Negara. Artinya, uang pajak itu digunakan untuk tujuan lain yang bukan kewajiban

kaum muslimin, maka ia jadi haram dipungut, karena tidak adanya “kerelaan” dari

si pembayar pajak.
78

5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib pajakdalam

Membayar PBB-P2

5.2.1 Pengetahuan Wajib pajak menurut Islam

Pemahaman adalah sesuatu hal yang dapat dipahami dan dimengerti dengan

benar. Pemahaman adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan,

menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan,

memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperingatkan (Arikunto,

2013:118). Pemahaman wajib pajakjuga dapat diartikan sebagai pandangan wajib

pajakpada pengetahuan perpajakan yang dimiliki.

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm (‘alima-ya’lamu-‘ilm), yang berarti

pengetahuan (al-ma’rifah), kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang

hakikat sesuatu yang dipahami secara mendalam. Dari asal kata ‘ilm ini selanjutnya

di-Indonesia-kan menjadi ‘ilmu’ atau ‘ilmu pengetahuan.’ Dalam perspektif Islam,

ilmu merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang sungguh-sungguh

(ijtihād) dari para ilmuwan muslim (‘ulamā’/mujtahīd) atas persoalan-persoalan

duniawī dan ukhrāwī dengan bersumber kepada wahyu Allah (Azizy, 2003:13).

Penjelasan-penjelasan al-Qur’ān dan al-Hadīts di atas menunjukkan bahwa

paradigma ilmu dalam Islam adalah teosentris. Karena itu, hubungan antara ilmu

dan agama memperlihatkan relasi yang harmonis, ilmu tumbuh dan berkembang

berjalan seiring dengan agama. Karena itu, dalam sejarah peradaban Islam, ulama

hidup rukun berdampingan dengan para ilmuwan. Bahkan banyak ditemukan para

ilmuwan dalam Islam sekaligus sebagai ulama. Misalnya, Ibn Rusyd di samping
79

sebagai ahli hukum Islam pengarang kitab Bidāyah alMujtahīd, juga seorang ahli

kedokteran penyusun kitab al-Kullīyāt fī alThibb (Kosim, 2008).

Menurut Islam manusia dianjurkan untuk memiliki ilmu untuk mengerjakan

sesuatu. Dalam pembahasan ini, seseorang harus memiliki pemahaman ilmu

mengenai perpajakan. Seperti dalam surat Al Mujadalah ayat 11:

Artinya:“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan


orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.[QS. Al Mujadalah[58]:11).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Artinya: “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntu ilmu maka
Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” [HR Muslim]
Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan, penulis menyimpulkan

bahwa pengetahuan dari sudut pandang Islam menempati kedudukan yang sangat

penting dalam ajaran Islam. Terlihat dari banyaknya ayat Al Qur’an yang

memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia. Dalam hal ini kaum

muslim juga diharapkan untuk mempelajari serta mengerti tentang ilmu perpajakan

sehingga kaum muslim dapat mengetahui tentang Peraturan-peraturan yang ada

tentang perpajakan di kehidupan sehari-sehari.

5.2.2 Pendapatan Wajib pajak menurut Islam

Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai banyaknya


penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan seseorang
atau suatu bangsa dalam periode tertentu. Reksoprayitno mendefinisikan:
80

“Pendapatan (revenue) dapat diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh


pada periode tertentu”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan
adalah sebagai jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat
untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang
telah disumbangkan (Danil, 2013).
Dalam Islam, kebutuhan memang menjadi alasan untuk mencapai

pendapatan minimum. Sedangkan kecukupan dalam standar hidup yang baik

(nisab) adalah hal yang paling mendasari dalam sistem distribusi dan

redistribusi kekayaan, setelah itu baru dikaitkan dengan kerja dan kepemilikan

pribadi. Syariat tidak melarang kaum muslim memiliki harta, namun kebolehan ini

harus disertai dengan ketentuan dan pengaturan tidak digunakan sembarangan tanpa

terkendali. Syariat Islam memandang harta sebagai satu diantara lima darurat (adh-

Dharuriyat al-Khams) yang sangat dijaga dan diperhatikan penjagaannya. Syariat

memberikan hukuman keras pada siapa saja yang mengambil harta orang lain

dengan batil bahkan sampai pemotongan tangan dalam pencurian. Semua ini untuk

menjaga harta dan melindunginya dari ganguan dan perampasan.

Harta pada hakekatnya adalah milik Allah Ta‟ala dan manusia hanya

memilikinya sebagai amanah dan titipan Allah.Posisi manusia adalah orang yang

diberi amanah dan hak menggunakannya untuk kepentingannya mencapai

kebahagian dunia dan akhirat. (Zuraidah,2013). Allah SWT berfirman:

Artinya :“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi,
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah [62]:10).
81

Di dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk [67]:15).
Dari ayat-ayat tersebut, Ibnu Katsir menafsirkan maksudnya, yaitu hanya

Allah semata yang menjadikan bumi mudah dijelajahi dan terbentang untuk kalian,

yang kalian bisa tinggal di atasnya. Berjalanlah di penjuru-penjuru dan ujung-

ujungnya. Makanlah rizki Allah yang Dia keluarkan untuk kalian dari bumi. Hanya

kepada Allah semata kebangkitan dari alam kubur untuk perhitungan amal dan

pembalasan. Dalam ayat ini terkandung dorongan mencari rizki dan bekerja. Dan

di dalam ayat ini juga terkandung petunjuk bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan

yang haq, tidak ada sekutu bagiNya, juga menunjukkan kuasaNya, mengingatkan

nikmat-nikmatNya, dan memperingatkan dari kecenderungan kepada dunia.

Masalah halal dan haram begitu sentral dalam pandangan kaum muslimin.

hal ini karena itu merupakan batas antara yang hak dan yang batil, atau lebih jauh

antara surga dan neraka. Halal dan haram akan selalu dihadapi oleh kaum muslimin

detik demi detik dalam rentang kehidupannya. Sehingga menandakan betapa

pentingnya kita mengetahui secara rinci batas antara apa yang halal dan apa yang

haram. Halal berarti membebaskan, melepaskan, memcahkan dan membolehkan.

Halal menyangkut kebolehan menggunakan benda-benda atau apa saja untuk

memenuhi kebutuhan fisik, termasuk di dalamnya makanan, minuman,

memanfaatkan, dan mengerjakan sesuatu yang kesemuanya ditentukan berdasarkan


82

nash. sedangkan haram adalah sesuatu yang haram menggunakannya (Ayuindah,

2019).

Aturan dan ketentuan syariat Islam pada harta dapat terlihat dari beberapa

hal (Fawaid, 2016), berikut:

1. Komitmen penuh terhadap hukum-hukum syariat yang mengatur tuntunan

mencari harta dan tata cara mengembangkan dan mengeluarkannya

(pemakaian).

2. Menunaikan hak-hak wajib pada harta. Hak-hak ini ada yang berhubungan

dengan pemilik harta atau berhubungan dengan orang lain.

3. Pemilik hakiki harta adalah Allah dan manusia hanya diberikan hak guna

harta untuk membantu realisasi kemaslahatan individu dan umat.

4. Syariat Islam memandang harta pada dzatnya tidak bisa berkembang

sendiri. Harta berkembang dengan usaha, amal dan pengolahan harta dalam

proyek-proyek yang diperbolehkan syariat.

Hal ini tentunya menuntut seorang muslim untuk berhati-hati agar tidak

terjerumus dalam keharaman pada hartanya dengan meninggalkan semua yang

haram. Juga menuntutnya memiliki ilmu dan pengetahuan tentang hukum halal dan

haram. Sebab pengetahuannya tentang halal dan haram membantunya untuk

terhindar dari semua usaha dan mu’amalah yang menghasilkan harta haram atau

berisikan harta haram. Dengan demikian jadilah mengenal harta yang haram

menjadi satu kewajiban agar terhindar dari dosa dan implikasi buruk harta haram

(Fawaid, 2016).
83

Maqashid al-syari'ah terdiri dari dua kata, maqashid dan syari'ah. Kata

maqashid merupakan bentuk jamak dari maqshad berarti maksud dan tujuan,

sedangkan syari'ah mempunyai pengertian hukum hukum Allah yang ditetapkan

untuk manusia agar dipedomani untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia

maupun di akhirat. Maka dengan demikian, maqashid al-syari'ah adalah tujuan

tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan hukum (Ayuindah, 2019).

Keterkaitan antara halal dan haram dengan maqashid al-Syariah sangat

erat. Di mana dibalik larangan dan perintah atau halal dan haram yang ditetapkan

oleh Allah SWT dan Rasulullah tersimpan banyak hikmah. Jika umat muslim dalam

kehidupannya mampu memelihara diri dari hal halal dan haram maka bisa

dipastikan jika maqashid al-Syari'ah nya telah terpenuhi dengan baik (Ayuindah,

2019).

Al-Qur‘an telah menjelaskan prinsip Islam yakni:

Artinya: “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah
untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”(QS. Al-Hasyr [59]:7).

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan, penulis menyimpulkan

Islam tidak melarang umatnya untuk mengumpulkan harta karena pada dasarnya
84

manusia selalu berusha memenuhi kebutuhan hidupnya yang meliputi kebutuhan

primer, sekunder dan tersier. Namun Islam memberikan batasan-batasan kepada

umatnya untuk tidak berlebihan dan memperhatikan kaidah-kaidah tentang

kehalalan dan keharaman harta, baik secara dzatnya, maupun proses dalam

mendapatkannya. Karena sesungguhnya harta yang halal dan haram mempunyai

pengaruh yang besar kepada pemiliknya. Hasil dari pendapatan tersebut dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari serta untuk membayar

kewajiban nya salah satu nya yaitu pajak.

5.2.3 Ketetapan Nilai Jual Obyek Pajak menurut Islam

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari

transaksi jual beli yang terjadi secara wajar. Apabila tidak terdapat transaksi jual

beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis,

nilai perolehan baru, atau NJOP Pengganti (Sihombing, 2014).

Ketetapan Nilai Jual Objek Pajak menurut perspektif Islam dapat ditinjau

dari sudut Musyawarah. Musyawarah sendiri merupakan kegiatan perundingan

dengan cara bertukar pendapat dari berbagai pihak mengenai suatu masalah untuk

kemudian dipertimbangkan dan diputuskan serta diambil yang terbaik demi

kemaslahatan bersama. Dalam Islam, musyawarah adalah suatu amalan yang mulia

dan penting sehingga peserta musyawarah senantiasa memperhatikan etika dan

sikap bermusyawarah sambil bertawakkal kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui

dan Maha Bijaksana. Lapangan atau obyek musyawarah adalah segala problema

kehidupan manusia. Namun demikian, tidak semua persoalan dalam Islam bisa

diselesaikan dengan cara bermusyawarah. Musyawarah hanya dilaksanakan dalam


85

masalah yang tidak disebutkan secara tegas pada nash Al-Quran dan Sunnah Rasul

(Abdullah, 2014).

Berbeda dengan demokrasi di Barat, di dunia Islam lahir konsepsi dan

aplikasi musyawarah. Hal ini dapat dilihat pada masa Nabi sebagai “Rais al- Din

dan Rais al-Bilad di Negara Madinah “Musyawarah sebagai prinsip kenegaraan dan

aturan dalam sistem pemerintahan yang begitu intens di praktekkan Rasulullah

SAW, sebagai mana tersurat dalam hadis (Abdullah, 2014).

Tradisi musyawarah dipraktekkan pula oleh para sahabat, khususnya para

khulafa al-Rasyidin pada masa kepemimpinan mereka, yang mengalami

perkembangan yang cukup signifikasi. Namun dalam lintasan sejarah perjalanan

selanjutnya yakni sejak pergantian system pemerintahan dari khilafah ke system

kerajaan (monarkhi) yang didasarkan atas faktor geneologis, semangat dan praktek

musyawarah ini mengalami kemandekan. Sistem pemerintahan semacam ini tidak

banyak memberi kesempatan untuk mengembangkan konsep syura yang menjadi

cerminan suara masyarakat (Abdullah, 2014) .

Islam melalui bahasa wahyu Al-Quran menggunakan istilah

Syura/Musyawarah, yang dijadikan sebagai landasan utama dalam

kemasyarakatan. Yang luas, secara tegas Al-Quran menyatakan:

Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya


dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” ( QS.Asy-syura [42]:38).
86

Kata “Syura” dalam ayat tersebut merupakan kata kunci yang harus

ditempuh oleh seseorang dalam berbagai urusan, dan prinsip ini sepenuhnya

dilaksanakan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupan beliau baik sebagai pribadi

maupun sebagai pimpinan dari anggota masyarakat suatu negeri dan prinsip ini juga

dipraktekkan oleh para sahabat, khulafau al-Rasyidin dan penguasa muslim

seterusnya (Abdullah, 2016).

Musyawarah merupakan esensi ajaran Islam yang wajib ditetapkan dalam

kehidupan sosial umat Islam. Syura memang merupakan tradisi Arab Pra Islamyang

sudah turun-temurun. Oleh Islam tradisi ini dipertahankan karena syura merupakan

tuntutan abadi dari kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Ada satu sandi lain yang

tidak boleh dilupakan guna menjamin musyawarah dapat terlaksana sesuai dengan

semangat yaitu musyawarah untuk mufakat, menurut tatanan kemasyarakatan ada

satu rujukan baku yang dipatuhi bahkan bagi umat Islam wajib diimani, oleh semua

pihak yang terlibat (Mukhid, 2016).

Islam memandang musyawarah sebagai salah satu hal yang amat penting

bagi kehidupan insani, bukan saja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

melainkan dalam kehidupan berumah tangga dan lain-lainnya. Ini terbukti dari

perhatian al-Qur‟an dan Hadist yang memerintahkan atau menganjurkan umat

pemeluknya supaya bermusyawarah dalam memecahkan berbagai persoalan yang

dihadapi. (Mukhid, 2016).

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan, penulis menyimpulkan

bahwa ketetapan NJOP menurut Islam dapat ditinjau dari sudut musyawarah.

Musyawarah sendiri merupakan suatu kegiatan perundingan dengan cara bertukar


87

pendapat dari berbagai pihak mengenai suatu masalah untuk kemudian

dipertimbangkan dan diputuskan serta diambil yang terbaik demi kemasalahan

bersama. Hal terpenting dari musyawarah adalah menghormati dan mentaati

keputusan yang diambil atas dasar musyawarah tersebut. Karena ketetapan NJOP

merupakan keputusan bersama sama halnya dengan musyawarah, sehingga

masyarakat muslim harus patuh terhadap aturan yang telah dibuat oleh pemerintah.

5.3 Kepatuhan Wajib pajak menurut Islam

Kepatuhan Wajib pajakdapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana

Wajib pajakmemenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak

perpajakannya dan Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela

(voluntary of complince) merupakan tulang punggung sistem self assessment,

dimana wajib pajakbertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan

dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya

tersebut (Rahayu, 2010:112).

Kepatuhan wajib pajakmenurut perspektif Islam dapat ditinjau dari sudut

kaum muslim harus mengikuti aturan yang telah dibuat oleh ulil amri. Hukum

mentaati ulil amri adalah wajib (selama tidak dalam kemaksiatan) meskipun

mereka berbuat zhalim, karena kalau keluar dari ketaatan kepada mereka akan

menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda dibanding dengan kezhaliman

penguasa itu sendiri. Bahkan bersabar terhadap kezhaliman mereka dapat melebur

dosa-dosa dan dapat melipat gandakan pahala. Karena Allah ’azza wajalla tidak

akan menguasakan mereka atas diri melainkan disebabkan kerusakan amal

perbuatan diri sendiri juga. Ganjaran itu tergantung amal perbuatan. Maka
88

hendaklah seseorang bersungguh-sungguh memohon ampun, bertaubat dan

memperbaiki amal perbuatan (Sa’id, 2011). Allah ta’ala berfirman:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (QS. An Nisa[4]:59).
Ibnu Katsir menyimpulkan, tentang ulil amri setelah mengutib beberapa

pandangan ulama, bahwa ulil amri itu adalah penguasa dan ulama. Lalu Beliau

mengatakan, “Ayat ini merupakan perintah untuk menaati para ulama dan

penguasa. Oleh karena itu, Allah ta’ala berfirman, ‘Taatilah Allah,’ maksudnya

adalah ikutilah kitab-Nya. ‘Dan taatilah Rasul’ maksudnya adalah ambillah

sunnahnya. ‘Dan ulil amri di antara kalian,’ maksudnya adalah menaati perkara

yang diperintahkan oleh mereka berupa ketaatan kepada Allah, bukan dalam

maksiat kepada-Nya.

Dengan lugas dan tegas menjelaskan bahwa ulil amri yang dimaksud dalam

syariat Islam adalah:

“Ulil amri adalah para imam, penguasa, hakim dan semua orang yang memiliki
kekuasaan yang syar’i, bukan kekuasaan thaghut.” (Fathul Qadir, Asy-
Syaukani, 1/556).
89

Kata ulil amri menurut Muhammad Abduh bermakna sekelompok ahlu al

halli wa al ‘aqd (baca ahlul halli wal ‘aqdi) dari kalangan orang-orang muslim dari

berbagai profesi dan keahlian. Meraka itu adalah umara’ (pemerintah), para hakim,

para ulama, para pemimpin militer, dan semua penguasa dan pemimpin yang

dijadikan rujukan oleh umat dalam masalah kebutuhan dan kemaslahatan publik.

Lebih lanjut Muhammad Abduh menjelaskan, apabila mereka sepakat atas suatu

urusan atau hukum maka umat wajib mentaatinya dengan syarat mereka itu adalah

orangorang muslim dan tidak melanggar perintah Allah dan Rasul yang mutawatir.

Wilayah otoritas ulil amri sendiri hanyalah berkaitan dengan kemaslahatan umat,

sedangkan wilayah ibadah, maka itu haruslah didasarkan kepada ketentuan Allah

SWT dan Rasul-Nya (Bay, 2011).

Terdapat tiga kesimpulan mendasar yang dituliskan oleh para ulama dalam

memaknai ulil amri, pertama: Ulil amri yang wajib ditaati adalah ulil amri dari

kalangan orang-orang beriman. Kedua: Ketaatan kepada ulil amri tidak mutlak,

namun bersyarat. Yaitu selama bukan dalam perkara maksiat. Ketiga: Ulil amri

yang tidak menjadikan syariat Islam sebagai hukum dalam pemerintahannya tidak

wajib ditaati. Hal ini selaras dengan tujuan (maqashid) kepemimpinan itu sendiri.

Para ulama menyebutkan bahwa tujuan pokok dari adanya kepemimpinan adalah

untuk mengatur kemaslahatan umat, yaitu dengan menjalankan syariat yang telah

Allah gariskan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Oleh karena itu, dalam

Islam pemimpin juga disebut sebagai pengganti peran Nabi SAW dalam

menjalankan tugas kenabian (Titian, 2016).


90

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan, penulis menyimpulkan

bahwa kepatuhan wajib pajakmenurut Islam dapat ditinjau dari sudut masyarakat

muslim patuh atau taat terhadap ulil amri. Ketaatan kepada ulil amri merupakan

suatu kewajiban umat, selama tidak bertentangan dengan nash yang zahir.

Masyarakat muslim juga diharapkan dapat mematuhi peraturan perpajakan dengan

cara membayar pajak dengan tepat waktu sama halnya dengan taat terhadap aturan

yang dibuat oleh ulil amri.

5.4 Pengaruh Pengetahuan wajib pajak, Pendapatan wajib pajakdan


Ketetapan Nilai Jual Obyek Pajak Terhadap Kepatuhan wajib
pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Serta
Tinjauannya Menurut Islam

Dengan adanya kepatuhan maka secara tidak langsung penerimaan

pajak akan berjalan dengan lancar karena kepatuhan wajib pajak telah

menunjukkan bahwa wajib pajak telah melaksanakan kewajiban perpajakannya

dengan baik. Kepatuhan wajib pajak yaitu kepatuhan perpajakan yang

didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak dapat memenuhi

kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak perpajakannya sesuai dengan

ketentuan yang ada. Kepatuhan wajib pajakmenurut perspektif Islam dapat ditinjau

Dari sudut masyarakat muslim patuh atau taat terhadap ulil amri Allah ta’ala

berfirman:
91

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),

dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya.”(QS. An Nisa[4]: 59).

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan masyarakat muslim diharapkan dapat

mematuhi peraturan perpajakan dengan cara membayar pajak dengan tepat waktu

sama halnya dengan taat terhadap aturan yang dibuat oleh ulil amri.

Pemahaman peraturan perpajakan adalah suatu proses dimana Wajib

pajakmemahami dan mengetahui tentang peraturan dan undang-undang serta tata

cara perpajakan dan menerapkannya untuk melakukan kegiatan perpajakan seperti,

membayar pajak, melaporkan SPT, dan sebagainya. Mencari ilmu dalam agama

Islam merupakan perkara wajib bagi umatnya. Ilmu menjadi bekal bagi manusia

dalam menjalankan kehidupan termasuk juga ilmu tentang perpajakan.

Islam tidak melarang umatnya untuk mengumpulkan harta karena pada

dasarnya manusia selalu berusha memenuhi kebutuhan hidupnya yang meliputi

kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Namun Islam memberikan batasan-batasan

kepada umatnya untuk tidak berlebihan dan memperhatikan kaidah-kaidah tentang

kehalalan dan keharaman harta, baik secara dzatnya, maupun proses dalam

mendapatkannya. Karena sesungguhnya harta yang halal dan haram mempunyai

pengaruh yang besar kepada pemiliknya. Hasil dari pendapatan tersebut dapat

digunakan untuk kebutuhan sehari-sehari serta untuk membayar pajak.


92

Ketetapan NJOP menurut Islam dapat ditinjau dari sudut musyawarah. Hal

terpenting dari musyawarah adalah menghormati dan mentaati keputusan yang

diambil atas dasar musyawarah tersebut. Karena ketetapan NJOP merupakan

keputusan bersama sama halnya dengan musyawarah, sehingga masyarakat muslim

harus patuh terhadap aturan yang telah ada tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian diatas Pengetahuan wajib pajakmenurut

perspektif Islam berpengaruh dengan kepatuhan wajib pajak, seperti diketahui

menunut Ilmu dalam Islam merupakan hal yang wajib sama halnya dengan

mempelajari/menuntut ilmu tentang perpajakan. Sehingga apabila masyarakat

muslim sudah mengetahui atau paham tentang ilmu perpajakan maka masyarakat

akan patuh untuk membayar pajak.

Pendapatan wajib pajakmenurut perspektif Islam berpengaruh dengan

kepatuhan wajib pajakhal ini dapat dilihat dari sumbernya pendapatan, apabila

sumber pendapatan tersebut baik/halal dapat dipastikan itu berasal dari sumber

yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Karena apabila tidak membayar

pajak sama saja mengambil hak orang lain, atau pemerintah. Apabila ada

masyarakat yang tidak membayar pajak, maka harta yang dimiliki tidak semuanya

halal.

Ketetapan Nilai Jual Objek Pajak menurut perspektif Islam berpengaruh

dengan kepatuhan wajib pajak, pemerintah sebelum mengeluarkan suatu

ketetapan/aturan selalu berdasarkan keputusan bersama dan melalui berbagai

pertimbangan atau dalam Islam melalui musywarah. Karena ketetapan NJOP

merupakan keputusan bersama sama halnya dengan musyawarah, sehingga


93

hukumnya wajib bagi masyarakat untuk patuh terhadap aturan yang telah diatur

tersebut.
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pengetahuan wajib

pajak, Pendapatan wajib pajakdan ketetapan tentang NJOP terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Berdasarkan data yang

telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap

permasalahan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengetahuan wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajakdalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di

Kecamatan Kemayoran. Hal ini menunjukkan bahwa semakin masyarakat

memiliki pengetahuan tentang Pajak Bumi dan Bangunan maka akan

meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan. Sebaliknya apabila pengetahuan tentang PBB kecil maka

kepatuhan akan turun.

2. Pendapatan wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajakdalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di

Kecamatan Kemayoran. Pada umumnya wajib pajak akan menggunakan

penghasilan nya untuk memprioritaskan kebutuhan pokoknya, wajib pajak

yang memiliki penghasilan lebih dari jumlah kebutuhan pokoknya akan

mematuhi pembayaran PBB sebelum waktu jatuh tempo.

3. Ketetapan Nilai Jual Objek Pajak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan

94
95

Bangunan di Kecamatan Kemayoran. Ketetapan NJOP yang berlaku

sekarang dapat dipatuhi oleh wajib pajak, dan Peraturan Gubernur Nomor

259 tahun 2015 serta Peraturan Gubernur Nomor 42 Tahun 2019 kebijakan

ini sangat meringankan wajib pajak sehingga ketetapan NJOP PBB dapat

dipatuhi oleh kebanyakan penduduk DKI Jakarta.

4. Berdasarkan hasil uji secara simultan, dapat dsimpulkan bahwa model

regresi dapat digunakan untuk memprediksi kepatuhan wajib pajakPBB.

Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengetahuan wajib pajak,

pendapatan wajib pajak, dan ketetapan NJOP mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak

Bumi dan Bangunan.

5. Dari sudut pandang Islam pengetahuan wajib pajak, pendapatan wajib pajak

dan ketetapan NJOP berpengaruh terhadap kepatuhan wjaib pajak dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam Islam menuntut Ilmu

merupakan hal yang wajib sama halnya dengan mempelajari/menuntut ilmu

tentang perjakan karena apabila sudah mengetahui tentang ilmu perpajakan

masyarakat akan patuh untuk membayar pajak. Pendapatan wajib pajak

dalam Islam memberikan batasan-batasan kepada umatnya untuk tidak

berlebihan dan memperhatikan kaidah-kaidah tentang kehalalan dan

keharaman harta serta pendapatan yang diperoleh harus digunakan untuk

hal yang baik.


96

6.2. Saran

Dalam penyusunan penelitian ini didasari banyak sekali keterbatasan di dalamnya.

Untuk itu terdapat beberapa saran yang dapat digunakan untuk semua pihak,

diantaranya :

1. Bagi pemerintah untuk menetapkan ketetapan Nilai Jual Objek Pajak harus

mempertimbangkan jumlah pendapatan rata-rata penduduk

2. Diharapkan kepada petugas Unit Pelayanan Pajak Retribusi Daerah

Kecamatan Kemayoran rutin melakukan penyuluhan atau sosialisasi

pentingnya membayar pajak salah satunya yaitu Pajak Bumi dan Bangunan.

3. Untuk penelitian selanjutnya, sampel yang digunakan dapat ditambah

sehingga pengujian hipotesis dapat lebih akurat, dan meneliti faktor-faktor

lain yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak PBB-P2 di Kecamatan

Kemayoran.
DAFTAR PUSTAKA

Al- Qur’an
Al- Qur’an Al- Karim dan Terjemahannya, 2015. Departemen Agama republik
Indonesia, Syamil Qur’an.
Buku

Abdullah, Adnan, 2019. Kamus Pajak.Yogyakarta: CV Andi Offset.


Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azizy, Ahmad Qadri, 2003. Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman. Jakarta:
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI.
Diana, S, 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Ghozali, Imam, 2018. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan program IBM SPSS
25. Semarang: Universitas Diponegoro.
Gusfahmi, 2011. Pajak menurut Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Madjid, Nurcholish. 1999. Islam Doktrin dan Peradaban Cetakan IV.
Jakarta: Paramadina.
Mardiasmo, 2016. Perpajakan Edisi Terbaru 2016. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Nurmantu, Safri. (2010). Pengantar Ilmu Perpajakan. Jakarta: Granit.
Priantara, Diaz, 2016. Perpajakan Indonesia Edisi 3. Jakarta: Mitra Wicana Media.
Qardhawi, Yusuf, 2007. Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status &
Filsafat Zakat Berdasarkan Qur-an and Hadist. Jakarta: Litera Antar
Nusa.
Rahayu, Siti Kurnia, 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Salemba Empat.
Rahayu, Siti Kurnia, 2017. Perpajakan Konsep dan Aspek Formal. Bandung:
Rekayasa Sains.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Samudra, Azhari Aziz, 2016. Perpajakan di Indonesia: Keuangan, Pajak dan
Retribusi Daerah Edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

97
98

Sari, Diana, 2016. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sekaran, Uma, dan Roger Bogie, (2017), Metode Penelitian Untuk Bisnis:
Pendekatan Pengembangan-Keahlian, Edisi 6, Buku 2. Jakarta: Salemba
Empat,
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Jurnal

Abdullah, Dudung, 2014. “Musyawarah dalam Al-Quran”, Vol. 3 / No. 2 /


Desember 2014.
Abdullah, Dudung, 2016. “Permusyawarakatan dalam Perspektif Al-Quran”, Vol.
5 / No. 2 / Desember 2016
A’in, Aprilianita Khusnul & Ispriyarso, Budi, 2015. “Analisis Yuridis Akibat
Perubahan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) dari Pajak Pusat menjadi
Pajak Daerah terhadap Daerah Tertinggal (Studi di Kabupaten Situbondo Provinsi
Jawa Timur)”, Jurnal Law Reform, Volume 11, Nomor 1, Tahun 2015.
Ananda, 2015. “Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib pajakdalam
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Pada Wajib pajakdi Kota
Medan)”, Jurnal tidak diterbitkan.
Asrinanda & Diantimala, Yossi, 2018. “The Effect of Tax Knowledge, Self
Assessment System, and Tax Awareness on Taxpayer Compliance”,
Vol.8,No.10, Oct.2018.
Bay, Kaizal, 2011. “Pengertian Ulil Amri dalam Al-Qur’an dan Implementasinya
dalam Masyarakat Muslim”, Jurnal Ushuluddin Vol. XVII No. 1, Januari
2011.
Danil, Mahyu, 2013. “Pengaruh Pendapatan terhadap Tingkat Konsumsi pada
Pegawai Negri Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireuen”, Vol.IV No.7
Maret 2013.
Fauziati, et. All, 2016. “The Impact of Tax Knowledge on Tax Compliance”,
Journal of Advanced Research in Business and Management Studies, Vol.
2, No. 1. Pages 22-30, 2016.
99

Fawaid, Muhammad Wildan, 2016. “Pengaruh Harta Halal dan Haram pada Umat”,
Jurnal Perbankan Syariah Vol. 1 No. 2, November 2016.
Fitria, Dona, 2017. “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan dan
Pemahaman Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Journal of
Applied Business and Economics Vol. 4 No. 1.
Iltiham, Muhammad Fahmul, 2018. “Pajak Penghasilan dalam Tinjauan Hukum
Positif (UU Pajak No. 36 Tahun 2008) dan Maqashid As-syari’ah”, Jurnal
Ekonomi Islam, Volume 10 Nomor 1 Desember 2018.
Hardiningsih, Pancawati, 2011. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan
Membayar Pajak”, Program Studi Akuntansi, Universitas Stikubank,
Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3, No. 1, Hal: 126–142.
Kamaroellah, R. Agoes, 2017. “Analisis Kepatuhan Wajib pajakBumi dan
Bangunan Berdasarkan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB-P2) pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pamekasan”, Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syariah, Vol. 4 No. 1 Juni 2017.
Kosim, Mohammad, 2008. “Ilmu Pengetahuan dalam Islam (Perspektif Filosofis-
Historis)”, Tadrîs. Volume 3. Nomor 2. 2008.
Kusuma , Inka Permata Tri, (2014). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib pajakdalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan”,
Jurnal tidak diterbitkan.
Masruroh, Siti & Zulaikha, 2013. “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman
Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak”, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 1-15.
Muntuan, Aily P, 2016. “Analisis Official Assesment System (Penentuan Besarnya
Pajak Terhutang) PBB-P2 di Kelurahan Kendis Tondano Timur”, Jurnal
EMBA Vol.4 No.2 Juni 2016, Hal. 806-813.
Mukhid, 2016. “Musyawarah dalam Perspektif Ekonomi Islam”, Jurnal Perbankan
Syariah Vol. 1 No. 2, November 2016.
Kurnia. F, dkk, 2017. “Pengaruh Jumlah Wajib Pajak, Surat Pemberitahuan Pajak
100

Terhutang dan Jumlah Bangunan Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan


Bangunan di Nagari Aua Kuning Kecamatan Pasaman Kabupaten
Pasaman Barat”, Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi.
Pangestika, Alfira Widya & Darmawan, Jaka, 2018. “Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib pajakdalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB-P2) (Studi pada Wajib pajakBumi dan Bangunan di
Kecamatan Panjang)”, Jurnal tidak diterbitkan.
Rahman, Arif, 2018. “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,Tingkat Pendidikan, dan
Pendapatan terhadap kepatuhan membayar Pajak Bumi dan Bangunan”,
Vol 6, No 1 2018.
Rahmawati, Rizki & Yulianto, Agung, 2018. “Analysis of the Factors Affecting
Individual Taxpayers Compliance”, Accounting Analysis Journal 7January
2018.
Rauf, Nurlan, 2013. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib pajak
dalam Pemabayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Telaga”.Vol
1 No 1.
Rustianingsih, Sri, 2011. "Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak”, Jurnal yang dipublikasikan.
Suharyadi, Dedi, 2019. “Analisa Tingkat Kepatuhan WPOP Terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan Pada KPP Pratama Jakarta Duren Sawit”, eJournal,
Vol 6 No.1 April 2019.
Wulandar, Tika & Suyanto, 2014. “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Tingkat
Pendidikan, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib pajak
Dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Kasus
Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sleman)”, Jurnal
Akuntansi VOL.2 No.2 Desember 2014.
Yusnindar, Johan, 2015. “Pengaruh Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib pajakDalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan”, Jurnal Perpajakan(JEJAK) Vol. 1
No. 1 Januari 2015.
101

Zebua, Welfrik, 2015. “Pengaruh NJOP, Pengetahuan, Pelayanan, Kesadaran dan


Pendapatan terhadap Kepatuhan Wajib pajakBumi dan Bangunan di
Kecamatan Gunung Sitoli Utara”, Jurnal tidak diterbitkan.
Zuraidah, 2013. “Penerapan Konsep Moral dan Etika Dalam Distribusi Pendapatan
Perspektif Ekonomi Islam”, Jurnal Hukum IslamVol. XIII No.1 Nopember
2013.
Web
(2015). Djp [on-line]. Diakses pada tanggal 20 Maret 20019 dari
https://www.pajak.go.id/id/jenis-pajak-pusat.
(2018). Diakses pada tanggal 10 Juli 2019 dari
(http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/buku_tim/buku-tim-public-78.pdf).

Agustiyanti (2018). PBB-P2 Mahal Karena NJOP Naik, Wajib pajakBisa Ajukan
Keberatan, CNN Indonesia com [on-line]. Diakses pada tanggal 20 Maret
2019 dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180712143934-
532313572/PBB-P2-mahal-karena-njop-naik-wajib-pajak-bisa-ajukan-
keberatan
Ayuindah, Devi (2019). Keterkaitan Halal dan Haram dengan Maqasid Al-
Syari'ah, Kompasina.com [on-line]. Diakses pada tanggal 16 Juni 2019
dari https://www.kompasiana.com/deviayu/5c73defc12ae942c4b2a3833/
keterkaitan-halal-dan-haram-dengan-maqasid-al-syari-ah
Devita, Irma (2019). Pembebasan atas Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB-P2)
Perdesaan Dan Perkotaan Bagi Warga DKI Jakarta. Artikel [on-line].
Diakses pada tanggal 25 Mei 2019 dari
https://irmadevita.com/2019/peraturan-gubernur-tentang-perubahan-
aturan-pembebasan-PBB-P2-dan-wajib-pajak-pribadi-yang-di-gratiskan/
Fitriani,Feni Freycinetia (2018). Viral Twit PBB-P2 Naik 100%, Ini Klarifikasi
Badan Pajak DKI, Bisnis.com [on-line]. Diakses pada tanggal 14 Maret
2019 dari https://jakarta.bisnis.com/read/20180719/77/818438/viral-twit-
PBB-P2-naik- 100- ini-klarifikasi-badan-pajak-dki-Jenis Pajak Pusat
Gewati, Mikhael (2017). Berapa Biaya PBB-P2 untuk Penghuni Apartemen?,
Kompas.com [on-line]. Diakses pada tanggal 15 Juni 2019 dari
102

https://properti.kompas.com/read/2017/09/23/172100321/berapa- biaya-
PBB-P2-untuk-penghuni-apartemen-
Maulida, Rani (2018). Mengenal Pajak Bumi dan Bangunan. Online-pajak.com
[on-line]. Diakses pada tanggal 10 Maret 2019 dari https://www.online-
pajak.com/pajak-bumi-dan-bangunan
Marco (2014). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) Kini Sepenuhnya Urusan
Kota/Kabupaten. Rujak.org [on-line]. Diakses pada tanggal 22 Juni
2019 dari https://rujak.org/pajak-bumi-dan-bangunan-PBB-P2-kini-
sepenuhnya-urusan-kotakabupaten/

Upthumas01 (2018). Informasi Tentang NJOP PBB-P2-P2, BPRD [on-line].


Diakses pada tanggal 5 Maret 2019 dari
https://bprd.jakarta.go.id/2018/07/25/informasi-tentang-njop-PBB-P2-p2/
Upthumas01 (2019). Peluncuran Fiscal Cadaster PBB-P2-P2 Tahun 2019, BPRD
[on-line]. Diakses pada tanggal 1 Maret 2019 dari
https://bprd.jakarta.go.id/2019/04/29/peluncuran-fiscal-cadaster-PBB-P2-
p2-tahun-2019/
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No/259/2015.
“Pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Atas
Rumah, Rumah Susun Sederhana Sewa dan Rumah Sususn Sederhana Milik
dengan NJOP Sampai dengan Rp. 1.000.000.000,-“. Diakses pada tanggal
25 Februari 2029 dari http://dpp.jakarta.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2016/01/PERGUB-NOMOR-259-TAHUN-
2015.pdf.
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No/42/2019.
“Pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kepada
Guru dan Tenaga Pendidikan Perguruan Tinggi, Veteran RI, Perintis
Kemerdekaan, Penerima Gelar Pahlawan Nasional, Penerima Tanda
Kehormatan, Manatan Presiden, dan Mantan Wakil Presiden, Mantan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Purnawirawan TNI/Kepolisian RI dan

Pensiunan PNS”. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2019 dari


https://bprd.jakarta.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2019/04/PERGU
B_NO._42_TAHUN_2019.pdf
103

Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun


1994 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985
Tentang Pajak Bumi dan Bangunan”. Diakses pada tanggal 7 Maret 2019
dari https://www.bphn.go.id/data/documents/94uu012.pdf
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Menjadi Undang-
Undang diakses pada tanggal 7 Maret 2019 dari
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_16.pdf
Rudi, Alsadad (2016). Ini Kategori Rumah yang Berhak Dapat Pembebasan
PBB-P2, Kompas.com [on-line]. Diakses pada tanggal 20 Juni 2018
dari https://megapolitan.kompas.com/read/2016/02/16/07080041/ Ini.
Kategori. Rumah.yang.Berhak.Dapat.Pembebasan.PBB-P2
Sa'id, Ummu (2011,). Wajibkah Taat Kepada Pemerintah?, Muslimah.or.id [on-
line]. Diakses pada tanggal 15 Mei 2019 dari
https://muslimah.or.id/2543-wajibkah-taat-kepada-pemerintah.html
Sihombing , Martin (2014). Kamus Ekonomi: Apa Arti NJOP, Bisnis.com
[on-line]. Diakses pada tanggal 15 Mei 2019 dari
https://ekonomi.bisnis.com/read/20130808/9/155519/kamus-ekonomi-apa-
arti-njop
Titian, (2016). Ulil Amri yang Wajib Ditaati, Kiblat.net [on-line]. Diakses pada
tanggal 10 Mei 2019 dari https://www.kiblat.net/2016/04/12/ulil-amri-
yang-wajib-ditaati/
LAMPIRAN

104
105

Lampiran 1

Peraturan Gubenur Nomor 259 Tahun 2015


106
107
108
109
110
111

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian


112

Lampiran 3. Kuisioner Penelitian

KUISIONER

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB


PAJAKTERHADAP PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SERTA TINJAUANNYA MENURUT ISLAM
(Studi kasus pada Kecamatan Kemayoran Kotamadya Jakarta Pusat
Periode 2015-2018)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi

Oleh:
Dina Nugraheni
1212015037
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2019
113

Perihal : Permohonan Pengisian Kuisioner

Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswi S1 Program studi Akuntani Universitas Yarsi yang
sedang melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. Sehubungan
dengan kebutuhan data untuk dapat menyelesaikan penelitian yang sedang saya
lakukan dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
pajakdalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Kemayoran”
maka dengan ini saya bermaksud meminta partisipasi Bapak/Ibu untuk dapat megisi
kuisioner penelitian ini
Guna menghasilkan penelitian yang tepat sasaran, mohon kiranya kesediaan
Bapak/Ibu sebagai responden dapat meluangkan sedikit waktunya untuk mengisi
biodata dan kuisioner tersebut sesuai dengan petunjuk.
Informasi yang diperoleh dari jawaban kuisioner ini hanya kepentingan
penelitian dalam dunia akademis dan saya akan menjamin kerahasiaannya sesuai
dengan etika penelitian. Jawaban kuisioner Bapak/Ibu merupakan bahan masukan
yang penting bagi penelitian saya.

Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih.

Jakarta, 21 Juni.2019
Hormat Peneliti,

(Dina Nugraheni)
114

KUISIONER
I. Isilah dengan singkat dan jelas berdasarkan identitas Bapak/Ibu/Sdr/i
dengan memberi tanda () untuk menjawab pertanyaan ini :
Data Pribadi Responden
1. Nama :
(Jika tidak keberatan)
2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Usia :

4. PendidikanTerakhir : SMA/SMK Diploma

Sarjana Yang lain (...)


5. Pekerjaan :
6. Kelurahan :

II. Daftar Pertanyaan


Dimohon dengan hormat, Bapak/Ibu/Sdr/i memberikan tanggapan jawaban
terhadap kuisioner ini dengan memberikan tanda () pada kolom yang telah
disediakan, sesuai dengan kenyataan yang ada.

Keterangan Pernyataan :
- SS : Sangat setuju
- S : Setuju
- RG : Ragu-ragu
- TS : Tidak setuju
- STS : Sangat tidak setuju
115

Pengetahuan Wajib Pajak

No. Pernyataan SS S RG TS STS


1. Bapak/Ibu
menyadari bahwa
pajak adalah iuran
rakyat yang
digunakan untuk
dana
pembangunan dan
perbaikan fasilitas
umum
2. Bapak/Ibu
mengerti tentang
cara mendaftarkan
diri sebagai Wajib
pajakBumi dan
Bangunan
3. Bapak/Ibu
mengetahui tarif
Pajak Bumi dan
Bangunan yang
akan di bayar
4. Bapak/ Ibu
mengetahui dasar
pengenaan Pajak
Bumi dan
Bangunan adalah
Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP)
116

Pendapatan Wajib pajak

No. Pernyataan SS S RG TS STS


1. Pendapatan yang
Bapak/Ibu
peroleh, dapat
memenuhi
kebutuhan utama
seperti makan dan
belanja harian, dan
juga memenuhi
kewajiban, seperti
membayar pajak

2. Pendapatan yang
Bapak/Ibu peroleh
adalah hasil dari
pekerjaan pokok

3. Bapak/Ibu
memiliki
pekerjaan
sampingan untuk
memperoleh
pendapatan
tambahan
117

Ketetapan Nilai Jual Objek Pajak


No. Pernyataan SS S RG TS STS
1. Menurut Bapak/Ibu
petugas pajak telah adil
dalam menetapkan
besarnya NJOP
2. Menurut Bapak/Ibu
penetapan NJOP yang
tertera dalam Surat
Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT)
sesuai dengan kondisi
objek pajak yang
sesungguhnya
3. Perhitungan NJOP
yang tidak sesuai
mempengaruhi
Bapak/Ibu untuk
menunda pembayaran
pajak
118

Kepatuhan Wajib pajakBumi dan Bangunan

No. Pernyataan SS S RG TS STS


1. Bapak/Ibu tidak
memiliki tunggakan
Pajak Bumi dan
Bangunan
2. Bapak/Ibu melakukan
pembayarn PBB-P2
tepat waktu sebelum
tanggal jatuh tempo
3. Bapak/Ibu setuju
apabila terlambat atau
tidak membayar Pajak
Bumi dan Bangunan
akan dikenakan sanksi
sesuai dengan
ketentuan dan
perundang-undangan
4. Bapak/Ibu bersedia
memberikan informasi
tentang objek pajak
yang dimiliki kepada
petugas pajak
119

Lampiran 4. Jawaban Responden

No. X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X2.1 X2.2 X2.3 X3.1 X3.2 X3.3 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 5 3 4 4
4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 4 3 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4
6 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4
7 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 5 5
8 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5
9 4 4 5 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
10 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 3 4 4 4
11 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4
12 5 3 4 3 4 5 4 3 4 4 5 5 4 5
13 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5
15 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4
16 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4
17 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5
18 3 2 2 3 3 2 2 2 2 4 2 3 3 2
19 4 5 4 5 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4
20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 5 5
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4
22 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3
23 4 5 5 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 4
24 4 5 3 4 3 4 4 3 4 3 5 5 4 4
25 4 5 4 5 3 3 3 5 3 4 5 5 3 5
26 2 3 3 4 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3
27 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4
28 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
29 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4
30 3 4 4 3 4 3 2 5 3 4 5 4 3 3
31 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5
32 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5
33 4 5 4 4 4 4 4 2 4 4 3 5 4 4
34 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5
35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
38 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4
120

39 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4
40 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2
41 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5
42 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 2 2
43 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4
44 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5
45 5 5 4 4 3 5 5 3 5 4 3 4 4 4
46 4 3 3 4 4 5 5 4 5 4 4 3 5 5
47 4 4 4 3 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4
48 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5
49 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5
50 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2
51 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5
52 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5
53 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 4 4 3
54 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3
55 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4
56 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5
57 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4
58 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5
59 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
60 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
61 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4
62 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5
63 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4
121

Lampiran 5. Hasil Uji Deskriptif

1. Hasil Uji Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TOTAL_X1 63 14 20 17,14 1,645
TOTAL_X2 63 9 15 12,59 1,562
TOTAL_X3 63 8 15 12,71 1,689
TOTAL_Y 63 12 20 17,00 1,685
Valid N (listwise) 63

2. Hasil Uji Deskriptif Pengetahuan Wajib Pajak

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1.1 63 3 5 4,21 ,600
X1.2 63 3 5 4,33 ,596
X1.3 63 3 5 4,32 ,618
X1.4 63 3 5 4,29 ,607
Valid N (listwise) 63

3. Hasil Uji Deskriptif Pendapatan Wajib pajak

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X2.1 63 3 5 4,13 ,582
X2.2 63 3 5 4,24 ,588
X2.3 63 3 5 4,22 ,608
Valid N (listwise) 63

4. Hasil Uji Deskriptif Ketetapan NJOP

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X3.1 63 2 5 4,38 ,682
X3.2 63 2 5 4,19 ,780
X3.3 63 2 5 4,14 ,759
Valid N (listwise) 63
122

5. Hasil Uji Deskriptif Kepatuhan wajib pajakPBB-P2

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Y1 63 3 5 4,32 ,618
Y2 63 3 5 4,24 ,560
Y3 63 3 5 4,19 ,644
Y4 63 2 5 4,25 ,647
Valid N (listwise) 63
123

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas

1. Hasil Uji Validitas Pengetahun Wajib Pajak


Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 TOTAL_X1
X1.1 Pearson Correlation 1 ,165 ,299* ,367** ,672**
Sig. (2-tailed) ,195 ,017 ,003 ,000
N 63 63 63 63 63
X1.2 Pearson Correlation ,165 1 ,278* ,312* ,642**
Sig. (2-tailed) ,195 ,028 ,013 ,000
N 63 63 63 63 63
X1.3 Pearson Correlation ,299* ,278* 1 ,270* ,685**
Sig. (2-tailed) ,017 ,028 ,032 ,000
N 63 63 63 63 63
X1.4 Pearson Correlation ,367** ,312* ,270* 1 ,718**
Sig. (2-tailed) ,003 ,013 ,032 ,000
N 63 63 63 63 63
TOTAL_X1 Pearson Correlation ,672** ,642** ,685** ,718** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 63 63 63 63 63
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. Hasil Uji Validitas Pendapatan Wajib pajak


Correlations
X2.1 X2.2 X2.3 TOTAL_X2
X2.1 Pearson Correlation 1 ,523** ,512** ,769**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
N 63 63 63 63
X2.2 Pearson Correlation ,523** 1 ,933** ,934**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
N 63 63 63 63
X2.3 Pearson Correlation ,512** ,933** 1 ,931**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
N 63 63 63 63
TOTAL_X2 Pearson Correlation ,769** ,934** ,931** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
N 63 63 63 63
124

3. Hasil Uji Validitas Ketetapan NJOP

Correlations
X3.1 X3.2 X3.3 TOTAL_X3
X3.1 Pearson Correlation 1 ,195 ,423** ,684**
Sig. (2-tailed) ,126 ,001 ,000
N 63 63 63 63
X3.2 Pearson Correlation ,195 1 ,471** ,752**
Sig. (2-tailed) ,126 ,000 ,000
N 63 63 63 63
X3.3 Pearson Correlation ,423** ,471** 1 ,838**
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000
N 63 63 63 63
TOTAL_X3 Pearson Correlation ,684** ,752** ,838** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
N 63 63 63 63
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

4. Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib pajakPBB-P2


Correlations
Y1 Y2 Y3 Y4 TOTAL_Y
Y1 Pearson Correlation 1 ,198 ,210 ,320* ,635**
Sig. (2-tailed) ,120 ,098 ,011 ,000
N 63 63 63 63 63
Y2 Pearson Correlation ,198 1 ,051 ,231 ,513**
Sig. (2-tailed) ,120 ,691 ,068 ,000
N 63 63 63 63 63
Y3 Pearson Correlation ,210 ,051 1 ,656** ,728**
Sig. (2-tailed) ,098 ,691 ,000 ,000
N 63 63 63 63 63
Y4 Pearson Correlation ,320* ,231 ,656** 1 ,829**
Sig. (2-tailed) ,011 ,068 ,000 ,000
N 63 63 63 63 63
TOTAL_Y Pearson Correlation ,635** ,513** ,728** ,829** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 63 63 63 63 63
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
125

Lampiran 7 Hasil Uji Reliabilitas

1. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan Wajib pajak

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,611 4

2. Hasil Uji Reliabilitas Pendapatan Wajib pajak

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,852 3

3. Hasil Uji Reliabilitas Ketetapan NJOP

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,632 3

4. Hasil Uji Reliabilitas Kepatuhan Wajib pajakPBB-P2

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,616 4
126

Lampiran 8 Hasil Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
127

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 63
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation 1,23164338
Most Extreme Differences Absolute ,177
Positive ,129
Negative -,177
Test Statistic ,177
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
Monte Carlo Sig. (2- Sig. ,137d
tailed) 99% Confidence Interval Lower Bound ,032
Upper Bound ,042
a. Test distribution is Normal.

2. Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Std. Toleran
Model B Error Beta t Sig. ce VIF
1 (Constant) 4,727 1,798 2,629 ,011
Pengetahua ,270 ,119 ,264 2,271 ,027 ,671 1,491
n WAJIB
PAJAK
Pendapatan ,371 ,128 ,344 2,890 ,005 ,638 1,566
WAJIB
PAJAK
Ketetapan ,233 ,109 ,234 2,134 ,037 ,755 1,324
NJOP
a. Dependent Variable: TOTAL_Y
128

3. Hasil Uji Heteroskedastisitas


129

Lampiran 9. Hasil Uji Hipotesis

1. Hasil Uji Parsial (Hasil Uji T)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 4,727 1,798 2,629 ,011
Pengetahuan Wajib ,270 ,119 ,264 2,271 ,027
Pajak
Pendapatan Wajib ,371 ,128 ,344 2,890 ,005
Pajak
NJOP ,233 ,109 ,234 2,134 ,037
a. Dependent Variable: Kepatuhan WAJIB PAJAKPBB-P2

2. Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F)

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 81,949 3 27,316 17,136 ,000b
Residual 94,051 59 1,594
Total 176,000 62

3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,920a ,846 ,839 ,541
a. Predictors: (Constant), Ketetapan NJOP , Pendapatan Wajib Pajak,
Pengetahuan Wajib Pajak
130

Lampiran 10. R tabel


131

Lampiran 11. T Tabel


132

Lampiran 12. F Tabel


133

Lampiran 13. SPPT wajib pajakdi Kecamatan Kemayoran


134
135

Lampiran 14. Peraturan Gubernur No. 42 Tahun 2019


136
137
138
139
140
141
142
143

Anda mungkin juga menyukai