Anda di halaman 1dari 19

RESUME TENTANG PELAT

DISUSUN OLEH
SHALEH AFIF HASIBUAN
NIM 160404009

DOSEN: RAHMI KAROLINA ST.,MT.


PELAT
Berdasarkan geometrinya, pelat dibagi menjadi dua
1.Pelat Satu arah (one way slab)
Pelat satu arah yaitu suatu pelat yang memiliki panjang lebih besar atau lebih lebar yang bertumpu
menerus
melalui balok-balok. Maka hampir semua beban lantai dipikul oleh balok balok yang sejajar. Suatu pelat
dikatakan pelat satu arah apabila 𝐿𝑦 𝐿𝑥 ≥ 2, dimana Ly dan Lx adalah panjang dari sisi-sisinya. Dalam
perencanaan struktur pelat satu arah.
A. Penentuan pelat
Penentuan tebal pelat terlentur satu arah tergantung beban atau momen lentur yang bekerja, defleksi
yang terjadi dan kebutuhan kuat geser yang dituntut. Menurut SNI – 2847 – 2013, tebal minimum yang
ditentukan dalam tabel berlaku untuk konstruksi satu arah yang tidak menumpu atau tidak disatukan
dengan partisi atau konstruksi lain yang mungkin akan rusak akibat lendutan yang besar, kecuali bila
perhitungan lendutan menunjukan bahwa ketebalan yang lebih kecil dapat digunakan tanpa
menimbulkan pengaruh yang merugikan
Bila nilai kekakuan tidak dihitung dengan cara analisis yang lebih mendetail dan teliti, maka besarnya lendutan
seketika akibat pembebanan harus dihitung dengan menggunakan nilai modulus elastisitas beton Ec dan
momen inersia efektif, Ie, berikut, tapi tidak lebih besar dari Ig (SNI 2847-2013)

B. Menghitung beban mati pelat termasuk beban berat sendiri pelat dan beban hidup dengan cara metode beban
terfaktor. Jika ada beban mati dan beban hidup maka
QU = 1,2 QD + 1,6 QL
Jika ada beban mati saja
QU = 1,4 QD
Dimana QD = total beban mati pelat (KN/m)
QL = total beban hidup pelat (KN/m)
C. Menghitung momen rencana (Mu) baik dengan cara tabel atau analisa Sebagai alternatif, metode pendekatan
berikut ini dapat digunakan untuk menentukan momen lentur dan gaya geser dalam perencanaan balok menerus
dan pelat satu arah, yaitu pelat beton bertulangan di mana tulangannya hanya direncanakan untuk memikul
gaya-gaya dalam satu arah, selama :
 Jumlah minimum bentang yang ada haruslah minimum dua
 Memiliki panjang bentang yang tidak terlalu berbeda, dengan rasio panjang bentang terbesar terhadap
panjang terpendek dari dua bentang yang bersebelahan tidak lebih dari 1,2
 Beban yang bekerja merupakan beban terbagi rata
 Beban hidup per satuan panjang tidak melebihi tiga kali beban mati per satuan panjang
 Komponen struktur adalah prismatis
D. Perkiraan tinggi efektif (deff)
Untuk beton bertulang tebal selimut beton minimum yang harus disediakan untuk tulangan harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut sesuai SNI-2847-2013 Butir 7.7.1
E. Menghitung faktor panjang efektif komponen struktur tekan (k)

k = faktor panjang efektif komponen struktur tekan (Mpa)


Mu = Momen terfaktor pada penampang (KN/m)
b = lebar penampang (mm) diambil 1 m
deff = tinggi efektif pelat (mm)
∅ = faktor Reduksi Kekuatan (SNI 2013-2847-9.3)
Untuk mencari ∅ dapat di lihat dari grafik dibawah ini
F. Menentukan rasio penulangan (𝜌)
𝜌 As

bd
Ket :
As = Luas tulangan (mm2 )
𝜌 = Rasio penulangan

H. Memilih tulangan pokok yang akan dipasang beserta tulangan susut dan suhu dengan menggunakan tabel.
1) Tulangan susut dan suhu harus paling sedikit langan memiliki luas tulangan terhadap bruto penampang
beton sebagai berikut, tetapi tidak kurang dari 0,0014 :
 Pelat yang menggunakan betang tulangan ulir mutu
300……………………………………………0,0020
 Pelat yang menggunakan batang tulangan ulir atau jaring kawat las (polos atau ulir) mutu
400…....0,0018
 Pelat yang menggunakan tulangan dengan tegangan leleh melebihi 400 Mpa yang diukur pada
regangan leleh sebesar 0,35%.............................0,0018 x 400/fy
2) Tulangan susut dsan suhu harus dipasang dengan jarak lebih dari lima kali tebal pelat atau 450 mm.
2) Pelat Dua Arah
Pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh balok pada keempat sisinya dan beban-beban ditahan oleh pelat
dalam arah yang tegak lurus terhadap balok-balok penunjang.

Ketebalan Minimum Pelat Dua Arah


Ketebalan Minimum Pelat Dua Arah
• Tebal minimum pelat tanpa balok dalam seperti ditentukan dalam Tabel 12.4 tidak boleh kurang dari
120 mm (untuk pelat tanpa penebalan panel), atau tidak kurang dari 100 mm (untuk pelat dengan
penebalan panel).
• Dalam SNI 2847:2013 pasal 9.5.3.3.(d). disyaratkan bahwa untuk panel dengan tepi yang tidak
menerus, maka balok tepi harus mempunyai rasio kekakuan  yang tidak kurang dari 0,8.

• Atau sebagai alternatif, maka ketebalan maksimum yang dihitung dari syarat 1 dan 2 harus
dinaikkan minimal 10%.
Metode Perencanaan Langsung Pelat Dua Arah
Untuk menggunakan metode perencanaan langsung pada sistem pelat dua arah,
maka SNI 2847:2013 pasal 13.6.1 memberikan beberapa batasan sebagai berikut :

• Paling sedikit ada 3 bentang menerus dalam setiap arah


• Pelat berbentuk persegi, dengan perbandingan antara bentang panjang terhadap
bentang pendek diukur sumbu ke sumbu tumpuan, tidak lebih dari 2
• Panjang bentang yang bersebelahan, diukur antara sumbu ke sumbu tumpuan,
dalam masing-masing arah tidak berbeda lebih dari sepertiga bentang terpanjang
• Posisi kolom boleh menyimpang maksimum sejauh 10% panjang bentang dari
garis-garis yang menghubungkan sumbu-sumbu kolom yang berdekatan
• Beban yang diperhitungkan hanyalah beban gravitasi dan terbagi merata pada
seluruh panel pelat. Sedangkan beban hidup tidak boleh melebihi 2 kali beban
mati
• Untuk suatu panel pelat dengan balok di antara tumpuan pada semua sisinya,
kekakuan relatif balok dalam dua arah yang tegak lurus,
2
 f1l2
0,2   5,0
 f 2l1 2
• Momen statik terfaktor total yang dibahas sebelumnya, sebagian harus
didistribusikan ke kedua buah lajur kolom dan ke kedua lajur tengah
pada panel pelat yang berdekatan
• Besarnya distribusi momen ke lajur kolom dan lajur tengah
merupakan fungsi dari rasio l2/l1, af dan bt sebagai berikut :
• Persentase dari momen rencana yang didistribusikan ke
lajur kolom dan lajur tengah untuk pelat luar dan pelat
dalam, ditampilkan dalam Tabel 12.6 hingga Tabel 12.9.
• Pada panel pelat dalam, bagian dari momen rencana yang
tidak didistribusikan ke lajur kolom (Tabel 12.6) harus
dipikul oleh setengah lajur tengah yang berdekatan.
• Nilai dalam Tabel 12.6 dapat diinterpolasi jika rasio l2/l1
berada antara 0,5 dan 2,0, atau jika af l2/l1 di antara 0
hingga 1.
• Dari Tabel 12.6 juga dapat terlihat bahwa jika tidak
digunakan balok (seperti pada kasus pelat datar dan lantai
datar), maka nilai af = 0.
• Persentase akhir momen pada lajur kolom dan lajur tengah
sebagai fungsi dari Mo, ditunjukkan dalam Tabel 12.7.
• Setelah semua momen statik didistribusikan ke lajur tengah dan lajur kolom,
maka luas tulangan lentur untuk setiap momen positif dan negatif dapat
dihitung dengan cara yang sama seperti pada penampang balok, dengan
menggunakan persamaan :
 a
M u  As f y  d    Ru bd 2
 2

• Setelah nilai Ru diperoleh, maka selanjutnya dapat dihitung rasio tulangan ,


dengan menggunakan persamaan :
 f y 
Ru  f y 1 

 1,7 f c 
• Jarak antar tulangan tidak boleh melebihi batasan maksimum yaitu 450 mm
atau dua kali ketebalan pelat, dipilih nilai yang lebih kecil dari keduanya.

Anda mungkin juga menyukai