Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN SURVEILANS

Analisis Data Capaian SKDN Kinerja Puskesmas


Bulan Januari dan Februari Tahun 2014

Dosen Pembimbing :
Dian Shofiya, SKM, M.Kes

Nama Kelompok 4 :
1. Novan Rusdiawan (P27835116001)
2. Yulis Oktavianingsih (P27835116010)
3. Ivan Primus R. (P27835116011)
4. Latifatul Auniyah (P27835116013)
5. Dipta Puji Arini (P27835116014)
6. Miftakhul Maulidia (P27835116021)
7. Afifah Desi N. (P27835116031)
8. Livia Tirstia Dewi (P27835116037)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN GIZI
TAHUN 2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

WHO (1968) (dalam Rajab,2008,p.126) mengemukakan pengertian surveilans sebagai


suatu kegiatan pengumpulan data yang sistematis dan menggunakan informasi epidemiologi
untuk perencanaan, implementasi, dan penilaian pemberantasan penyakit. Henderson
(1976) (dalam Rajab,2008,p.127) mengemukakan bahwa surveilans berfungsi sebagai
otak dan sistem saraf untuk program pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Undang – Undang
No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan , bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui pola konsumsi makanan,perbaikan perilaku
sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pencapaian SKDN di Kabupaten Candi di bulan Januari 2014 ?


2. Bagaimana pencapaian SKDN di Kabupaten Candi di bulan Februari 2014 ?
3. Bagaimana pencapaian SKDN di Kabupaten Goa di bulan Januari 2014?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui hasil pencapaian SKDN di Kabupaten Candi dibulan Januari


2014
2. Untuk mengetahui hasil pencapaian SKDN di Kabupaten Candi di bulan Februari
2014
3. Untuk mengetahui hasil pencapaian SKDN di Kabupaten Goa di bulan Januari
2014

1.4 Manfaat

1. Menambah wawasan pada masyarakat dalam upaya penimbangan dengan program


SKDN pada pemerintah
2. Menambah pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti
3. Memperoleh data yang diperoleh dari Puskesmas yang sesuai dengan Indikator
Keberhasilan Posyandu yang tergambar melalui cakupan SKDN

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pencapaian Hasil Kegiatan (SKDN)

Secara umum, tujuan pengukuran kinerja sektor publik adalah Mengkomunikasikan


strategi secara lebih mantap, Mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara
berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi,
Mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta
memotivasi untuk mencapai goal congruence, dan Sebagai alat untuk mencapai
kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif rasional.
(Mardiasmo, 2002:122)

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kab/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian
wilayah kecamatan. (Kepmenkes No.128 Tahun 2004). Dengan begitu puskesmas
harus mampu memantau perkembangan semua kegiatan pembangunan kesehatan di
satu wilayah kecamatan. Salah satunya adalah pemantauan kegiatan di Posyandu.
Puskesmas diharuskan memiliki data Pencapaian hasil kegiatan Posyandu program
gizi dapat dilihat melalui balok SKDN (“No Title,” 2008)

Data yang diperoleh Puskesmas harus sesuai dengan Indikator Keberhasilan


Posyandu yang tergambar melalui cakupan SKDN, yaitu;

S : Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerja Posyandu.

K : Jumlah balita yang terdaftar dan memiliki KMS.

D : Jumlah balita yang datang dan ditimbang.

N : Jumlah balita yang naik berat badannya

Indikator cakupan program Posyandu merupakan indikator pokok untuk mengukur


keberhasilan kegiatan program posyandu, antara lain :

A. Partisipasi masyarakat ( D/S )


Indikator ini menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam program kegiatan
posyandu, yaitu dengan menghitung perbandingan antara jumlah balita yang
datang dan ditimbang dengan jumlah seluruh balita yang ada diwilayah kerja
Posyandu.
Jumlah Balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah
kerja posyandu atau dengan menggunakan rumus D/S x 100% =…% kalau
cakupannya masih dibawah 80% dikatakan tingkat partisipasi masyarakat masih
rendah.
Dengan adanya data ini, Puskesmas dapat menganalisis bagaimana partisipasi
masyarakat dengan adanya program posyandu serta perkembangan di setiap
posyandu yang berada di kecamatan jangkauan puskesmas.

B. Dampak Program ( N/D )


Indikator dampak program dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah balita
yang naik timbangannya dengan balita yang datang dan ditimbang.
Rumus :
Dampak Program = N/D X 100%
Target Indonesia Sehat 2010 ( N/D ) = 80 %

Dalam data yang diperoleh dari posyandu ini puskesmas dapat lebih mengembangkan
dan membuat program yang dapat mendukung program posyandu yang lainnya dan
mampu membuat program kesehatannya lainnya yang nanti akan memiliki dampak
lebih berpengaruh dalam meningkatkan kesehatan masyarak

C. Keberhasilan Cakupan Progam (K/S)


Cakupan program (K/S) adalah Jumlah Balita yang memiliki Kartu Menuju
Sehat (KMS) dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu kemudian
dikali 100%. Persentase K/S disini, menggambarkan berapa jumlah balita diwilayah
tersebut yang telah memiliki KMS atau berapa besar cakupan program di daerah
tersebut telah tercapai.
 Indikator Surveilans Kepemilikan KMS Pada Balita
Dalam menganalisa kegiatan posyandu untuk mengetahui jumlah balita
diwilayah puskesma pucang anom memiliki tujuan untuk:
 Pemilikan KMS adalah ada tidaknya Kartu Menuju Sehat (KMS) yang
dimiliki anak dan dinilai berdasarkan peningkatan proporsi pemilikan
KMS anak.
 Kepahaman KMS adalah sejauh mana KMS dipahami atau dimngert
maknanya oleh Ibu Balita dan dinilai berdasarkan proporsi ibu yang
mengert tentang KMS

Rumus :
Liputan Program =K/S X 100%
Target Indonesia Sehat 2010 ( K/S ) = 80 %

Kepemilikan KMS pada balita sangat diperlukan untuk mengetahui


perkembangan kesehatan anak yang mudah dilakukan oleh para ibu dan kader. Semua
ibu perlu memiliki KMS anaknya dan selalu membawa KMS tersebut dalam setiap
kegiatan gizi di posyandu.

D. BGM
Menurut Departemen Kesehatan (2005) Balita Bawah Garis Merah (BGM )
adalah balita yang saat ditimbang berat badannya berada pada garis merah
atau di bawah garism e r a h p a d a K a r t u M e n u j u S e h a t (KMS).
B e r a t b a d a n y a n g b e r a d a d i B a w a h G a r i s Merah (BGM) pada KMS
merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi bukan
berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah
mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis
merah pada KMS. Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) bukan
menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk
konfirmasi dan tindak lanjut dan nilai persentase BGM tidak boleh > 1%.
Hal ini tidak berlaku pada anak dengan berat badan awalnya sudah berada dibawah
garis merah.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Grafik SKDN dan Analisa Data Penimbangan Posyandu di Kawasan Kecamatan
Candi pada bulan Januari tahun 2014
SKDN Bulan Januari Dalam Bentuk %
Nama
No S- K- D-
Puskesmas
059 059 059 N BGM K/S D/K N/D D/S N/S BGM/D
Batuda
1 pantai 942 942 679 380 17 100% 72% 56% 72% 40% 3%
2 Biluhu 701 701 490 319 6 100% 70% 65% 70% 46% 1%
3 Batudaa 1310 1310 996 438 10 100% 76% 44% 76% 33% 1%
4 Bongomeme 1104 1104 817 466 11 100% 74% 57% 74% 42% 1%
5 Malopatodu 1431 1431 1001 641 9 100% 70% 64% 70% 45% 1%
6 Tabongo 1492 1492 861 517 7 100% 57.70% 60% 57.70% 34.60% 1%
7 Tibawa 2018 2018 1302 690 9 100% 64.50% 52.90% 64.50% 34.10% 1%
8 Buhu 1347 1347 427 179 11 100% 31.70% 41.90% 31.70% 13.20% 3%
9 Pongongalia 1629 1629 1023 604 8 100% 62.70% 59% 62.70% 37% 1%
10 Sidomulyo 1424 1424 1124 776 8 100% 78.90% 69% 78.90% 54.40% 1%
11 Bilato 926 926 556 395 16 100% 60% 71% 60% 43% 3%
12 Mootilango 1481 1481 1183 698 7 100% 80% 59% 80% 47% 1%
Suka
13 makmur 1960 1960 1474 1002 16 100% 75% 68% 75% 51% 1%
14 Bululi 1189 1189 875 613 7 100% 74% 70% 74% 52% 1%
GRAFIK BULAN JANUARI

ANALISA DATA GRAFIK SKDN


Berdasarkan grafik diatas bisa diperolehdata sebagai berikut
S: Jumlah balita di wilayah Posyandu terbanyak berada di wilayah Tibawa mencapai 2018
balita, dan jumlah balita terendah berada di wilayah Biluhu yang berjumlah 701..
K: Jumlah balita yang mempunyai KMS di wilayah kerja puskesmas Batuda Pantai sampai
Bululi masing- masing sudah mempunyai KMS sesuai dengan jumlah balita yang terdaftar.
D: Jumlah Balita yang ditimbang terbanyak berada di Puskesmas Suka Makmur sebanyak
1474 balita. Sedangkan jumlah balita yang ditimbang paling sedikit berada di Puskesmas
Bahu yaitu sebanyak 427 balita.
N: Jumlah balita yang mengalami kenaikan berat badan terbanyak berada di puskesmas Suka
Makmur 1002 balita. Sedangkan jumlah balita yang mengalami kenaikan berat badan paling
sedikit berada di Puskesmas Buhu 179
.
ANALISA DATA GRAFIK K/S
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah seluruh balita dengan jumlah balita yang
mempunyai KMS sudah mencapai 100%. Dalam arti, bahwa program kader sudah dinyatakan
berhasil karena sudah membuat masyarakat yang mempunyai balita mendaftarkan balitanya di
KMS yang berada di puskesmas.

ANALISA DATA GRAFIK D/S

Dalam data SKDN puskesmas pada bulan Januari dapat diketahui tingkat partisipasi
masyarakat dalam mengikuti program kesehatan di puskesmas setempat. Dari grafik diatas
tingkat partisipasi masyarakat yang sudah tinggi terjadi di Mootilango yakni sebesar 80%.
Sedangkan di Buhu tingkat partisipasinya hanya mencapai 32% sehingga tingkat
partisipasinya masih sangat rendah.

ANALISA DATA GRAFIK D/K


Dari grafik di atas diketahui bahwa jumlah balita yang ditimbang dibandingkan dengan
jumlah balita yang memiliki KMS mengalami fluktuasi, dimana terdapat titik terendah di
puskesmas buhu dan titik tertinggi di puskesmas mootilango. Dalam hal ini bisa jadi
disebabkan oleh adanya faktor jarak antara rumah dengan puskesmas, orang tua yang tidak
sempat menimbang bayinya karena ada urusan pekerjaan ataupun akibat dari orang tua yang
kelupaan untuk menimbang bayinya.
ANALISA DATA GRAFIK N/D
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah balita yang mengalami kenaikan berat
badannya dengan jumlah balita yang ditimbang juga mengalami fluktuasi dimana terdapat
titik terendah berada di Puskesmas Buhu yaitu sebesar 41,9% dan tertinggi di Puskesmas
Bilato sebesar 71% .

ANALISA DATA GRAFIK N/S


Dalam data SKDN dapat diketahui bahwa di setiap tempat yang berbeda tingkat keberhasilan
yang dicapai berbeda. Jika dilihat dari data kenaikan Berat Badan dengan jumlah yang
ditimbang dapat diketahui bahwa hanya di Sidomulyo yang mampu mencapai di hingga 54%
lalu diikuti Suka Makmur dan Bululi 52%. Sedangkan perbandingan kenaikan berat badan
dengan jumlah yang ditimbang sangat rendah di Buhu yang hanya 13%.

ANALISA DATA GRAFIK BGM/D

Dalam grafik di atas menunjukkan persentase balita yang ditimbang berada pada garis merah.
Persentase BGM balita dengan jumlah tertinggi berada di Puskesmas Batuda Pantai,
Puskesmas Buhu,dan Puskesmas Bilato yaitu sebesar 3%. Sedangkan persentase BGM balita
dengan nilai terendah berada di Puskesmas Biluhu,Batudaa, Bangomeme, Malopatodu,
Tabongo,Tibawa,Pongongalia, Sidomulyo, Mootilango,Suka Makmur,dan Bululi.
Hasil keseluruhan untuk cakupan program penimbangan di Kecamatan Candi
pada bulan Januari yaitu:

Seluruh balita di posyandu yang ada di kawasan Kecamatan Candi 100% memiliki
KMS, ini membuktikan tingkat keberhasilan program pemberian KMS berhasil.
Tingkat partisipasi penimbangan di posyandu di kawasan Kecamatan Candi masih
buruk/kurang karena 13 dari 14 posyandu memiliki persentase tingkat partisipasi di
bawah 80% . Maka perlu dilakukan upaya peningkatan kehadiran alam penimbangan
balita.
Dampak program penimbangan di posyandu dilihat dari persentase balita yang berat
badannya naik (N) dibandingkan dengan jumlah balita yang ditimbang (D) yang
berada di Kecamatan Candi masih kurang karena 7 dari 14 (50%) posyandu di
kawasan Kec. Candi masih memiliki persentase nilai N/D kurang dari 60%.
Gambaran keadaan pertumbuhan balita dapat dilihat melalui indikator persentase
BGM dimana harus kurang dari 1% . Ada 3 dari 14 atau sekitar 21% puskesmas yang
memiliki pesentase berat badan balita dibawah garis merah (BGM) masing-masing
bernilai 3%

3.2 Grafik SKDN dan Analisa Data Penimbangan Posyandu di Kawasan


Kecamatan Candi pada bulan Februari tahun 2014
GRAFIK BULAN FEBRUARI
ANALISIS DATA SKDN:
Dari diagram diatas dapat ditarik kesimpulan Indikator Keberhasilan Posyandu, yaitu:
S: Jumlah balita di wilayah Posyandu terbanyak berada di wilayah Tibawa dan jumlah
balita terendah berada di wilayah Biluhu.
K: Keberhasilan cakupan program di wilayah Posyandu tertinggi berada di wilayah
Batudaa dan keberhasilan terendah berada di wilayah Tabango.
D: Tingkat partisipasi masyarakat di wilayah Posyandu paling banyak terdapat di wilayah
Batuda Pantai dan tingkat partisipasi terendah terdapat di wilayah Buhu.
N: Dampak program di wilayah Posyandu tertinggi berada di wilayah Bululi dan dampak
program terendah berada di wilayah Buhu.
ANALISIS DATA K/S:
Dari diagram diatas dapat diambil kesimpulan menunjukkan tingkat keberhasilan
cakupan program menunjukkan bahwa dalam beberapa daerah sudah cukup banyak yang
sudah baik namun tidak semua daerah berhasil untuk tingkat partisipi masyarakat.
Posyandu yang memiliki cakupan program paling besar berada di wilayah Batuda dengan
persentase 104,55 %, dan cakupan program terendah berada di wilayah Tabango dengan
persentase 68,54 %. Dan pada daerah lain sudah cukup tinggi berkisar antara 93,99 % -
101,88%.

ANALISIS DATA N/D:


Indikator diatas menjelaskan dampak program berdasarkan jumlah balita yang mengalami
kenaikan berat badan dari seluruh balita yang ditimbang di wilayah Posyandu. Dari
diagram diatas menunjukkan tingkat kenaikan berat badan balita di beberapa wilayah
Posyandu cukup merata. Posyandu yang memiliki tingkat N/D terbanyak berada di
wilayah Bululi dengan persentase 76,05%, sedangkan tingkat N/D terendah berada di
wilayah Buhu dengan Persentase 48,11%. Perlu dilakukan peningkatan di beberapa
wilayah seperti Batudaa, Tabongo, Buhu, dan Mootilango.
ANALISIS DATA D/S:
Indikator diatas menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita.
Dari diagram diatas menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat sudah cukup merata tapi
masih dikategorikan rendah. Tingkat partisipasi tertinggi berada di wilayah Posyandu
Batuda Pantai dengan persentase 81,04%, sedangkan tingkat partisipasi terendah berada di
wilayah Posyandu Buhu dengan persentase 34,39%. Perlu dilakukan peningkatan di
beberapa wilayah seperti Bongomeme, Tabongo, Buhu, dan Bilato.

ANALISIS DATA D/K:


Dari diagram diatas menunjukkan seberapa besar kelangsungan penimbangan di daerah
tersebut yang telah tercapai. Dalam daerah yang kami analisis cukup banyak yang belum
tercapai keberhasilan penimbangan dan hanya beberapa daerah saja yang cukup baik.
Untuk posyandu Tabango paling tinggi keberhasilan dalam penimbangan yaitu 87,23%,
dan untuk yang paling rendah pada daerah Buhu yang hanya 34,39% . Dan pada daerah
lain sudah cukup baik namun belum maksimal dan perlu ditingkatkan lagi.
ANALISIS DATA N/S:
Indikator diatas menjelaskan jumlah balita yang mengalami kenaikan berat badan dari
seluruh balita yang berada di wilayah Posyandu. Dari diagram diatas menunjukkan tingkat
kenaikan berat badan balita di beberapa wilayah Posyandu cukup merata. Posyandu yang
memiliki tingkat N/S terbanyak berada di wilayah Bululi dengan persentase 55,36%,
sedangkan tingkat N/S terendah berada di wilayah Buhu dengan Persentase 16,55%. Perlu
dilakukan tindakan untuk beberapa wilayah seperti Batudaa, Bongomeme, Tabango,
Buhu, Pongongaila, dan Bilato.

ANALISIS DATA BGM/D:


Indikator diatas menjelaskan jumlah balita yang berat badannya berada di Bawah Garis
Merah (BGM) dari seluruh balita yang ditimbang di wilayah Posyandu. Dari diagram
diatas dapat diambil kesimpulan yang menunujukkan hampir separuh wilayah Posyandu
memiliki tingkat BGM cukup banyak. Posyandu yang memiliki tingkat BGM/D terbanyak
berada di wilayah Bilato dengan persentase 2,85 %, sedangkan tingkat BGM terendah
berada di wilayah Pongongaila dengan persentase 0,45%. Perlu dilakukan peningkatan di
beberapa wilayah seperti Batuda Pantai, Bongomeme, Buhu, Bilato, dan Bululi.
Hasil keseluruhan untuk cakupan program penimbangan di Kecamatan Candi
pada bulan Februari yaitu:

Seluruh balita di posyandu yang ada di kawasan Kecamatan Candi yang memiliki
KMS tidak mencapai 100%, ini membuktikan tingkat keberhasilan program
pemberian KMS kurang berhasil, karena cakupan untuk keberhasilan program harus
memiliki persentase K/S sebanyak 100%.
Tingkat partisipasi penimbangan di posyandu di kawasan Kecamatan Candi masih
buruk/kurang karena 12 dari 14 posyandu memiliki persentase tingkat partisipasi di
bawah 80% . Maka perlu dilakukan upaya peningkatan kehadiran alam penimbangan
balita.
Dampak program penimbangan di posyandu dilihat dari persentase balita yang berat
badannya naik (N) dibandingkan dengan jumlah balita yang ditimbang (D) yang
berada di Kecamatan Candi masih kurang karena 4 dari 14 (28%) posyandu di
kawasan Kec. Candi masih memiliki persentase nilai N/D kurang dari 60%.
Gambaran keadaan pertumbuhan balita dapat dilihat melalui indikator persentase
BGM dimana harus kurang dari 1% . Ada 6 dari 14 atau sekitar 42% puskesmas yang
memiliki pesentase berat badan balita dibawah garis merah (BGM) masing-masing
bernilai > 1%

3.3 Grafik SKDN dan Analisa Data Penimbangan Posyandu di Kawasan Kecamatan
Goa pada bulan Januari tahun 2014
ANALISIS DATA K/S
Dari grafik diatas biasa kita ketahui bahwa tingkat liputan program di masing-masing
puskesmas rata-rata sudah 100%. Itu artinya semua balita yang berada di puskemas tersebut
sudah memiliki KMS. Hal ini harus selalu dipertahankan karena setiap balita wajib memiliki
KMS guna untuk memantau pertumbuhan dan perkembangannya.

ANALISIS DATA D/S


Dari grafik diatas bisa kita ketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat di tiap – tiap
puskesmas setempat. Dari grafik diatas tingkat partisipasi masyarakat yang sudah tinggi
terjadi di Puskesmas Galur I yaitu sebesar 8,32% dan tingkat partisipasi masyarakat yang
masih rendah di Puskesmas Sentolo I yaitu sebesar 69,939%.
ANALISIS DATA D/K
Dari grafik di atas diketahui bahwa jumlah balita yang ditimbang dibandingkan dengan jumlah balita
yang memiliki KMS mengalami fluktuasi, dimana terdapat titik terendah di puskesmas Lendah I dan
titik tertinggi di puskesmas Galur I . Dalam hal ini bisa jadi disebabkan oleh adanya faktor jarak antara
rumah dengan puskesmas, orang tua yang tidak sempat menimbang bayinya karena ada urusan
pekerjaan ataupun akibat dari orang tua yang kelupaan untuk menimbang bayinya.

ANALISIS DATA N/D


Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah balita yang mengalami kenaikan berat badannya
dengan jumlah balita yang ditimbang juga mengalami fluktuasi dimana terdapat titik terendah berada
di Puskesmas Temon I yaitu sebesar 37.33% dan tertinggi di Puskesmas Sentolo II sebesar 78.475% .
ANALISIS DATA BGM/D
Dalam grafik di atas menunjukkan persentase balita yang ditimbang berada pada garis merah.
Persentase BGM balita dengan jumlah tertinggi berada di Puskesmas Temon I yaitu sebesar 2.31%.
Sedangkan persentase BGM balita dengan nilai terendah berada di Puskesmas Wates yaitu sebesar
0.42%.

Hasil keseluruhan untuk cakupan program penimbangan di Kecamatan Goa


pada bulan Januari yaitu:

Seluruh balita di posyandu yang ada di kawasan Kecamatan Goa yang memiliki KMS
tidak mencapai 100%, ini membuktikan tingkat keberhasilan program pemberian
KMS kurang berhasil, karena cakupan untuk keberhasilan program harus memiliki
persentase K/S sebanyak 100%.
Tingkat partisipasi penimbangan di posyandu di kawasan Kecamatan Candi masih
buruk/kurang karena 7 dari 11 posyandu memiliki persentase tingkat partisipasi di
bawah 80% . Maka perlu dilakukan upaya peningkatan kehadiran alam penimbangan
balita.
Dampak program penimbangan di posyandu dilihat dari persentase balita yang berat
badannya naik (N) dibandingkan dengan jumlah balita yang ditimbang (D) yang
berada di Kecamatan Candi masih kurang karena 9 dari 11 (72%) posyandu di
kawasan Kec. Candi masih memiliki persentase nilai N/D kurang dari 60%.
Gambaran keadaan pertumbuhan balita dapat dilihat melalui indikator persentase
BGM dimana harus kurang dari 1% . Ada 7 dari 11 atau sekitar 63% puskesmas yang
memiliki pesentase berat badan balita dibawah garis merah (BGM) masing-masing
bernilai > 1%
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Perbandingan data penimbangan di kecamatan Candi bulan Januari- Februri


Jumlah cakupan program KMS di posyandu yang berada di kawasan mengalami
penurunan di bulan Februari bila dibandingkan dengan bulan Januari. Hal ini
menunjukkan bahwa cakupan program masih kurang baik karena nilainya kurang
dari 100%
Tingkat partisipasi penimbangan balita di posyandu yang berada di kawasan
Kecamatan Candi mengalami kenaikan pada bulan Februari bila dibandingkan
dengan bulan Januari meskipun kenaikannya sedikit.
Dampak dari program di posyandu yang berada di kawasan Kecamatan Candi bisa
dilihat menggunakan persentase indikator N/D yaitu yang menunjukan jumlah
balita yang ditimbang yang mengalami kenaikan berat badan. Pada bulan Februari
persentase berat badan balita yang naik mengalami kenaikan bila dibandingakn
dengan bulan Januari
Gambaran keadaan pertumbuhan balita di posyandu di kawasan Kecamatan Candi
bisa dilihat menggunakan indikator BGM/D yaitu yang menunjukkan jumlah balita
yang ditimbang yang berat badannya berada di bawah garis merah. Pada bulan
Februari persentase balita BGM di wilayah Kecamatan Candi mengalami kenaikan
yang signifikan. Maka perlu dilakukan penanganan lebih lanjut untuk memantau
pertumbuhan balita supaya nilai BGM bisa turun dan bernilai <1%.

Perbandingan data penimbangan di Kecamatan Candi dan Kecamatan Goa


Jumlah cakupan program KMS dan tingkat partisipasi penimbangan balita di
posyandu yang ada di Kecamatan Goa lebih baik dibandingakn dengan di
Kecamatan Candi.
Jumlah dampak keberhasilan program yang ditunjukkan dengan indikator
kenaikan berat badan balita dan gambaran pertumbuhn ditinjau dari persentase
balita BGM di posyandu yang ada di Kecamatan Candi lebih baik dibandingakan
dengan di Kecamatan Goa .

4.2 Saran
Sebaiknya untuk menngkatkan partisipasi dalam penimbangan balita lebih
ditingkatkan lagi sehingga akan berdampak baik dalam pemantauan penimbangan
balita sehingga bisa mengurangi resiko BGM
Program suplementasi vit A dan MP ASI lebih baik ditingkatkan lagi untuk
mendukung keberhasilan program yang ditinjau dari indikator berat badan naik
( N/D)
Perlu dilakukan penyuluhann tentang pentingnya penimbangan balita untuk
mendukung tingkat keberhasilan program penimbangan
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Halimatusakdiah, Asniah. 2014. Pengaruh Asupan Tablet Zat Besi (Fe)
Terhadap Kadar Haemoglobin (Hb) Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kopelma Darusalam:
Aceh

Fatimatasari1, Hamam Hadi2, Nur Indah Rahmawati. 2013. Kepatuhan Mengonsumsi Tablet
Fe Selama Hamil Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
Kabupaten Bantul: Yogyakarta

Kepmenkes No.128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas


Kepmenkes RI No.828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
Mentri Kesehatan Repoblik Indonesia, Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor:
920/Menkes/SK/VIII/2002. Tentang Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun
(Balita)
Yuandari, Meita. 2012. Gambaran Konseling Gizi Pada Balita Bawah Garis Merah
Berdasarkan Pedoman Gizi Depkes RI. Jember
Kementrian Kesehatan RI. 2007. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi. Jakarta

Amirudin, Ridwan (2012). Surveilans Kesehatan Masyarakat. IPB Press. Bogor.


Depkes RI 2013

Anda mungkin juga menyukai