Dosen Pembimbing :
Dian Shofiya, SKM, M.Kes
Nama Kelompok 4 :
1. Novan Rusdiawan (P27835116001)
2. Yulis Oktavianingsih (P27835116010)
3. Ivan Primus R. (P27835116011)
4. Latifatul Auniyah (P27835116013)
5. Dipta Puji Arini (P27835116014)
6. Miftakhul Maulidia (P27835116021)
7. Afifah Desi N. (P27835116031)
8. Livia Tirstia Dewi (P27835116037)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN GIZI
TAHUN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.4 Manfaat
BAB II
KAJIAN TEORI
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kab/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian
wilayah kecamatan. (Kepmenkes No.128 Tahun 2004). Dengan begitu puskesmas
harus mampu memantau perkembangan semua kegiatan pembangunan kesehatan di
satu wilayah kecamatan. Salah satunya adalah pemantauan kegiatan di Posyandu.
Puskesmas diharuskan memiliki data Pencapaian hasil kegiatan Posyandu program
gizi dapat dilihat melalui balok SKDN (“No Title,” 2008)
Dalam data yang diperoleh dari posyandu ini puskesmas dapat lebih mengembangkan
dan membuat program yang dapat mendukung program posyandu yang lainnya dan
mampu membuat program kesehatannya lainnya yang nanti akan memiliki dampak
lebih berpengaruh dalam meningkatkan kesehatan masyarak
Rumus :
Liputan Program =K/S X 100%
Target Indonesia Sehat 2010 ( K/S ) = 80 %
D. BGM
Menurut Departemen Kesehatan (2005) Balita Bawah Garis Merah (BGM )
adalah balita yang saat ditimbang berat badannya berada pada garis merah
atau di bawah garism e r a h p a d a K a r t u M e n u j u S e h a t (KMS).
B e r a t b a d a n y a n g b e r a d a d i B a w a h G a r i s Merah (BGM) pada KMS
merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi bukan
berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah
mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis
merah pada KMS. Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) bukan
menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk
konfirmasi dan tindak lanjut dan nilai persentase BGM tidak boleh > 1%.
Hal ini tidak berlaku pada anak dengan berat badan awalnya sudah berada dibawah
garis merah.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Grafik SKDN dan Analisa Data Penimbangan Posyandu di Kawasan Kecamatan
Candi pada bulan Januari tahun 2014
SKDN Bulan Januari Dalam Bentuk %
Nama
No S- K- D-
Puskesmas
059 059 059 N BGM K/S D/K N/D D/S N/S BGM/D
Batuda
1 pantai 942 942 679 380 17 100% 72% 56% 72% 40% 3%
2 Biluhu 701 701 490 319 6 100% 70% 65% 70% 46% 1%
3 Batudaa 1310 1310 996 438 10 100% 76% 44% 76% 33% 1%
4 Bongomeme 1104 1104 817 466 11 100% 74% 57% 74% 42% 1%
5 Malopatodu 1431 1431 1001 641 9 100% 70% 64% 70% 45% 1%
6 Tabongo 1492 1492 861 517 7 100% 57.70% 60% 57.70% 34.60% 1%
7 Tibawa 2018 2018 1302 690 9 100% 64.50% 52.90% 64.50% 34.10% 1%
8 Buhu 1347 1347 427 179 11 100% 31.70% 41.90% 31.70% 13.20% 3%
9 Pongongalia 1629 1629 1023 604 8 100% 62.70% 59% 62.70% 37% 1%
10 Sidomulyo 1424 1424 1124 776 8 100% 78.90% 69% 78.90% 54.40% 1%
11 Bilato 926 926 556 395 16 100% 60% 71% 60% 43% 3%
12 Mootilango 1481 1481 1183 698 7 100% 80% 59% 80% 47% 1%
Suka
13 makmur 1960 1960 1474 1002 16 100% 75% 68% 75% 51% 1%
14 Bululi 1189 1189 875 613 7 100% 74% 70% 74% 52% 1%
GRAFIK BULAN JANUARI
Dalam data SKDN puskesmas pada bulan Januari dapat diketahui tingkat partisipasi
masyarakat dalam mengikuti program kesehatan di puskesmas setempat. Dari grafik diatas
tingkat partisipasi masyarakat yang sudah tinggi terjadi di Mootilango yakni sebesar 80%.
Sedangkan di Buhu tingkat partisipasinya hanya mencapai 32% sehingga tingkat
partisipasinya masih sangat rendah.
Dalam grafik di atas menunjukkan persentase balita yang ditimbang berada pada garis merah.
Persentase BGM balita dengan jumlah tertinggi berada di Puskesmas Batuda Pantai,
Puskesmas Buhu,dan Puskesmas Bilato yaitu sebesar 3%. Sedangkan persentase BGM balita
dengan nilai terendah berada di Puskesmas Biluhu,Batudaa, Bangomeme, Malopatodu,
Tabongo,Tibawa,Pongongalia, Sidomulyo, Mootilango,Suka Makmur,dan Bululi.
Hasil keseluruhan untuk cakupan program penimbangan di Kecamatan Candi
pada bulan Januari yaitu:
Seluruh balita di posyandu yang ada di kawasan Kecamatan Candi 100% memiliki
KMS, ini membuktikan tingkat keberhasilan program pemberian KMS berhasil.
Tingkat partisipasi penimbangan di posyandu di kawasan Kecamatan Candi masih
buruk/kurang karena 13 dari 14 posyandu memiliki persentase tingkat partisipasi di
bawah 80% . Maka perlu dilakukan upaya peningkatan kehadiran alam penimbangan
balita.
Dampak program penimbangan di posyandu dilihat dari persentase balita yang berat
badannya naik (N) dibandingkan dengan jumlah balita yang ditimbang (D) yang
berada di Kecamatan Candi masih kurang karena 7 dari 14 (50%) posyandu di
kawasan Kec. Candi masih memiliki persentase nilai N/D kurang dari 60%.
Gambaran keadaan pertumbuhan balita dapat dilihat melalui indikator persentase
BGM dimana harus kurang dari 1% . Ada 3 dari 14 atau sekitar 21% puskesmas yang
memiliki pesentase berat badan balita dibawah garis merah (BGM) masing-masing
bernilai 3%
Seluruh balita di posyandu yang ada di kawasan Kecamatan Candi yang memiliki
KMS tidak mencapai 100%, ini membuktikan tingkat keberhasilan program
pemberian KMS kurang berhasil, karena cakupan untuk keberhasilan program harus
memiliki persentase K/S sebanyak 100%.
Tingkat partisipasi penimbangan di posyandu di kawasan Kecamatan Candi masih
buruk/kurang karena 12 dari 14 posyandu memiliki persentase tingkat partisipasi di
bawah 80% . Maka perlu dilakukan upaya peningkatan kehadiran alam penimbangan
balita.
Dampak program penimbangan di posyandu dilihat dari persentase balita yang berat
badannya naik (N) dibandingkan dengan jumlah balita yang ditimbang (D) yang
berada di Kecamatan Candi masih kurang karena 4 dari 14 (28%) posyandu di
kawasan Kec. Candi masih memiliki persentase nilai N/D kurang dari 60%.
Gambaran keadaan pertumbuhan balita dapat dilihat melalui indikator persentase
BGM dimana harus kurang dari 1% . Ada 6 dari 14 atau sekitar 42% puskesmas yang
memiliki pesentase berat badan balita dibawah garis merah (BGM) masing-masing
bernilai > 1%
3.3 Grafik SKDN dan Analisa Data Penimbangan Posyandu di Kawasan Kecamatan
Goa pada bulan Januari tahun 2014
ANALISIS DATA K/S
Dari grafik diatas biasa kita ketahui bahwa tingkat liputan program di masing-masing
puskesmas rata-rata sudah 100%. Itu artinya semua balita yang berada di puskemas tersebut
sudah memiliki KMS. Hal ini harus selalu dipertahankan karena setiap balita wajib memiliki
KMS guna untuk memantau pertumbuhan dan perkembangannya.
Seluruh balita di posyandu yang ada di kawasan Kecamatan Goa yang memiliki KMS
tidak mencapai 100%, ini membuktikan tingkat keberhasilan program pemberian
KMS kurang berhasil, karena cakupan untuk keberhasilan program harus memiliki
persentase K/S sebanyak 100%.
Tingkat partisipasi penimbangan di posyandu di kawasan Kecamatan Candi masih
buruk/kurang karena 7 dari 11 posyandu memiliki persentase tingkat partisipasi di
bawah 80% . Maka perlu dilakukan upaya peningkatan kehadiran alam penimbangan
balita.
Dampak program penimbangan di posyandu dilihat dari persentase balita yang berat
badannya naik (N) dibandingkan dengan jumlah balita yang ditimbang (D) yang
berada di Kecamatan Candi masih kurang karena 9 dari 11 (72%) posyandu di
kawasan Kec. Candi masih memiliki persentase nilai N/D kurang dari 60%.
Gambaran keadaan pertumbuhan balita dapat dilihat melalui indikator persentase
BGM dimana harus kurang dari 1% . Ada 7 dari 11 atau sekitar 63% puskesmas yang
memiliki pesentase berat badan balita dibawah garis merah (BGM) masing-masing
bernilai > 1%
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Sebaiknya untuk menngkatkan partisipasi dalam penimbangan balita lebih
ditingkatkan lagi sehingga akan berdampak baik dalam pemantauan penimbangan
balita sehingga bisa mengurangi resiko BGM
Program suplementasi vit A dan MP ASI lebih baik ditingkatkan lagi untuk
mendukung keberhasilan program yang ditinjau dari indikator berat badan naik
( N/D)
Perlu dilakukan penyuluhann tentang pentingnya penimbangan balita untuk
mendukung tingkat keberhasilan program penimbangan
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, Halimatusakdiah, Asniah. 2014. Pengaruh Asupan Tablet Zat Besi (Fe)
Terhadap Kadar Haemoglobin (Hb) Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kopelma Darusalam:
Aceh
Fatimatasari1, Hamam Hadi2, Nur Indah Rahmawati. 2013. Kepatuhan Mengonsumsi Tablet
Fe Selama Hamil Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
Kabupaten Bantul: Yogyakarta