BAB IV
ANALISIS STRUKTUR
Dalam tugas akhir ini, struktur hotel dimodelkan tiga dimensi (3D) sebagai struktur portal
terbuka dengan sistem rangka pemikul momen khusus (SPRMK) dengan bantuan program
ETABS 9.7.3.
Struktur bangunan hotel ini terdiri dari 16 lantai dengan tinggi rata – rata 3,20 m. Denah struktur
1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002;
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 1726-2012;
3. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Bangunan Gedung (PPIUG) 1983.
Pada Tugas Akhir ini akan dimodelkan stuktur hotel 16 lantai di Jakarta. Data karakteristik
Pada gambar di bawah ini dapat dilihat model denah struktur lantai dasar sampai lantai atap dari Hotel Kebayoran. Tebal pelat lantai
yang digunakan adalah 12 cm untuk lantai dasar sampai lantai 16, dan 15 cm untuk ketebalan pelat lantai atap. Penjelasan tentang sifat
dan permodelan pelat dapat dilihat pada Bab II sub bab 2.11.
Gambar 4.2.1 Denah Arsitektur Lantai Dasar Gambar 4.2.2 Model Denah Lantai Dasar
IV-2
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.2.3 Denah Arsitektur Lantai 2 Gambar 4.2.4 Model Denah Lantai 2
IV-3
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.2.5 Denah Arsitektur Lantai 3 Gambar 4.2.6 Model Denah Lantai 3
IV-4
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.2.7 Denah Arsitektur Lantai 4 Gambar 4.2.8 Model Denah Lantai 4
IV-5
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.2.9 Denah Arsitektur Lantai typical 5-11 Gambar 4.2.10 Model Denah Lantai typical 5-11
IV-6
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.2.11 Denah Arsitektur Lantai typical 12- 14 Gambar 4.2.12 Model Denah Lantai typical 12-14
IV-7
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.2.13 Denah Arsitektur Lantai 15-16 Gambar 4.2.14 Model Denah Lantai 15-16
IV-8
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.2.15 Denah Arsitektur Lantai Atap Gambar 4.2.1 Model Denah Lantai Atap
IV-9
Bab IV Analisis Struktur
Berikut ini adalah tampak potongan arsitektur dan struktur A-A dan B-B, pada potongan struktur
terlihat perbedaan warna pada balok dan kolom. Perbedaan warna membedakan mutu beton yang
digunakan, warna abu – abu menunjukkan balok dan kolom yang digunakan adalah fc = 35 MPa
Gambar 4.2.17 Potongan A-A Arsitektur Gambar 4.2.18 Potongan A-A Model Struktur
IV-10
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.2.19 Potongan B-B Arsitektur Gambar 4.2.20 Potongan B-B Model Struktur
IV-11
Bab IV Analisis Struktur
IV-12
Bab IV Analisis Struktur
Dalam studi ini, struktur dimodelkan sebagai struktur portal terbuka dengan sistem
rangka pemikul momen khusus (SRPMK) pada arah Utara – Selatan atau searah sumbu-y
dan dual sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus (SRPMK) dengan dinding
geser beton bertulang khusus pada arah Barat- Timur searah sumbu-x.
Permodelan struktur gedung menggunakan software ETABS 9.73. Model struktur dibuat
sebanyak 2 buah yang identik, tetapi tiap model struktur tersebut dikenakan dengan gaya
gempa yang berbeda, yaitu dengan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-1726-2012.
Permodelan gedung beracuan kepada contoh desain gedung tahan gempa pada FEMA
451. Dengan menggunakan software Spektra Indo, dicari zona wilayah di Indonesia yang
memiliki percepatan batuan dasar yang mendekati percepatan batuan dasar pada contoh
IV-13
Bab IV Analisis Struktur
Berikut ini adalah tampak 3D dari permodelan strukur Gedung Hotel Kebayoran:
Perencanaan pembebanan adalah pendefinisian beban – beban yang bekerja pada struktur
sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung – 1983. Seluruh beban yang
telah didefinisikan akan bekerja pada model struktur bangunan ini. Beban – beban yang akan
IV-14
Bab IV Analisis Struktur
Beban mati adalah sendiri dari bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur
tambahan, penyelesaian - penyelesaian, mesin – mesin serta peralatan tetap yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari bangunan itu sendiri selama batas layannya. Dalam perencanaan
ini beban mati dibagi menjadi dua, yaitu berat stuktur tersebut yang berupa beton bertulang
(2400 kg/m3), dan beban tetap diluar berat sendiri struktur bangunan itu sendiri. Beban mati
yang diperhitungkan dalam tugas akhir ini dapat dilihat pada tabel di lampiran A-1.
Berat sendiri bangunan dapt dihitung melalui program ETABS dengan menginput data
material yang digunakan dan dimensi komponen struktur yang digunakan. Berikut ini adalah
contoh input material dan dimensi kolom dan balok yang digunakan.
IV-15
Bab IV Analisis Struktur
Beban mati akibat finishing lantai, maupun beban mati tambahan akibat mesin – mesin ME
yang digunakan diinput sebagai beban mati tambahan atau ADL ( Additional Dead Load ).
Berikut ini adalah input beban ADL pada program ETABS dalam satuan (kg/m2).
Gambar 4.41.3 Beban Mati pada Denah Lantai Dasar Gambar 4.41.4 Beban Mati pada Denah Lantai 2
IV-16
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.41.5 Beban Mati pada Denah Lantai 3 Gambar 4.41.6 Beban Mati pada Denah Lantai 4
Gambar 4.41.7 Beban Mati pada Denah Lantai 5 Gambar 4.41.8 Beban Mati pada Denah Lantai 6 - Lantai 16
IV-17
Bab IV Analisis Struktur
Beban mati tambahan atau Additional Dead Load (ADL) adalah beban yang bersifat tetap
pada suatu bangunan tetapi bukan merupakan berat sendiri bangunan tersebut. Contohnya
beban rooftank dan Gondola pada atap. Beban yang digunakan bersifat variatif. Beban
tersebut bergantung pada kapasitas yang diperlukan pada suatu bangunan. Besarnya kapasitas
yang dibutuhkan sudah diperhitungan oleh perencana MEP ( Mechanical Electrical and
Plumbing ). Untuk beban Gondola sebesar 1638 kg/m2 dan beban rooftank sebesar 1138
kg/m2. Input beban mati tambahan pada model struktur dapat dilihat pada gambar 4.41.3
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu
gedung, di dalamnya termasuk beban – beban pada lantai yang berasal dari barang – barang
yang dapat berpindah, mesin – mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu. Beban hidup
Beban hidup yang digunakan pada model struktur Hotel Kebayoran ini adalah sebesar 250
kg/m2 untuk lantai yang difungsikan sebagai hotel, 400 kg/m2 untuk lantai yang difungsikan
Deformasi (perubahan bentuk struktur) dipengaruhi oleh beban – beban yang bekerja pada
input ETABS 9.73. Untuk mengetahui perilaku yang terjadi pada struktur bangunan tersebut,
dalam tugas akhir ini dibuat dua model yang sama dengan pembebanan gempa yang berbeda.
Berikut ini adalah gambar - gambar dari perubahan deformasi yang terjadi akibat beban mati
pada kedua model struktur tersebut. Dari hasil permodelan ETABS, deformasi terbesar
terdapat pada lantai atap yaitu sebesar 0,00532 m arah x (gambar 4.52), 0,00315 m arah y
(gambar 4.51) dan 0,00054 m arah z. Besarnya deformasi yang terjadi dapat dilihat pada
lampiran B.
IV-19
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.51 Model Potongan A-A Sebelum dan Sesudah Dibebani Beban Mati
Gambar 4.52 Model Potongan B-B Sebelum dan Sesudah Dibebani Beban Mati
IV-20
Bab IV Analisis Struktur
Beban – beban yang diinput ke dalam model ETABS 9.73 mempengaruhi perilaku struktur
bangunan hotel 16 lantai tersebut. Perubahan struktur yang terjadi akibat beban mati akan
terlihat pada kedua model. Berikut ini adalah gaya – gaya dalam yang diakibatkan oleh beban
mati pada kedua model, baik berdasarkan SNI 03-1726-2002 maupun berdasarkan SNI 03-
1726-2012.
Gaya – Gaya dalam yang terjadi akibat beban mati pada model berdasarkan SNI 03-1726-2002
IV-21
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.6.2 Gaya Momen pada potongan A-A (Lt. Basement – Lt.6) akibat beban mati
IV-22
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.6.3 Gaya Momen pada potongan A-A (Lt.7 – Lt. Atap) akibat beban mati
Gaya dalam yang terjadi pada struktur bangunan dapat disimpulkan sebagai berikut :
Gaya Momen maksimum yang terjadi adalah sebesar 20,08 ton m yang terletak pada balok pada lantai atap bangunan ini.
IV-23
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.6.4 Gaya Momen pada potongan B-B (Lt.Basement – Lt. 6) akibat beban mati
IV-24
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.6.5 Gaya Momen pada potongan B-B (Lt. 7 – Lt.Atap) akibat beban mati
Gaya dalam yang terjadi pada struktur bangunan dapat disimpulkan sebagai berikut :
Gaya Momen maksimum yang terjadi adalah sebesar 12,44 ton m yang terletak pada balok pada lantai atap bangunan ini.
IV-25
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.6.6 Gaya Geser pada potongan A-A (Lt.Basement – Lt. 6) akibat beban mati
IV-26
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.6.7 Gaya geser pada potongan A-A (Lt. 7 – Lt. Atap ) akibat beban mati
Gaya dalam yang terjadi pada struktur bangunan dapat disimpulkan sebagai berikut :
Gaya Geser maksimum yang terjadi adalah sebesar 9,17 ton yang terletak pada Balok di lantai atap bangunan ini.
IV-27
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.6.8 Gaya geser pada potongan B-B (Lt. Basement – Lt. 7 ) akibat beban mati
IV-28
Bab IV Analisis Struktur
Gambar 4.6.9 Gaya geser pada potongan B-B (Lt. 8– Lt. Atap ) akibat beban mati
Gaya dalam yang terjadi pada struktur bangunan dapat disimpulkan sebagai berikut :
Gaya Geser maksimum yang terjadi adalah sebesar 8,69 ton yang terletak pada Balok di lantai atap bangunan ini.
IV-29
Bab IV Analisis Struktur
Kestabilan lateral dalam desain struktur merupakan faktor yang sangat penting, karena
gaya lateral tersebut akan mempengaruhi elemen – elemen vertikal dan horizontal dari
struktur.
Beban lateral yang sangat berpengaruh adalah beban gempa dimana efek dinamisnya
menjadikan analisisnya lebih kompleks. Pada dasarnya ada dua buah moteda analis yang
digunakan untuk menghitung pengaruh beban gempa pada struktur berdasarkan SNI –
1726-2002 yaitu :
Analisa statik merupakan analisa sederhana untuk menentukan pengaruh gempa yang
hanya digunakan pada bangunan sederhana dan simetris, penyebaran kekakuan massa
perhitungan. Metode ini disebut juga Metode Gaya Lateral Ekivalen (Equivalent Lateral
Force Method), yang mengasumsikan besarnya gaya gempa berdasarkan hasil perkalian
IV-30
Bab IV Analisis Struktur
Besarnya beban geser dasar nominal statik ekivalen V yang terjadi di tingkat dasar
menurut Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
Dimana :
Wt = Berat total struktur sebagai jumlah dari beban – beban berikut ini :
2. Beban tetap total dari seluruh peralatan dalam struktur bangunan gedung harus
diperhitungkan.
C = Faktor spectrum respon gempa yang didapat dari spectrum respon gempa rencana
IV-31
Bab IV Analisis Struktur
IV-32
Bab IV Analisis Struktur
IV-33
Bab IV Analisis Struktur
Analisa dinamik pada perencanaan gedung tahan gempa diperlukan untuk evaluasi yang
lebih akurat dari gaya-gaya gempa yang bekerja pada struktur serta untuk mengetahui
perilaku dari struktur akibat pengaruh gempa yang sifatnya berulang. Analisa dinamik
perlu dilakukan pada struktur bangunan tidak beraturan dengan karakteristik sebagai
berikut:
Daktilitas struktur bangunan gedung tidak beraturan harus ditentukan yang representative
mewakili daktilitas struktur 3D. Tingkat daktilitas tersebut dapat dinyatakan dalam faktor
reduksi gempa R representative, yang nilainya dapat dihitung sebagai nilai rerata
berbobot dari faktor reduksi gempa untuk 2 arah sumbu koordinat ortogonal dengan gaya
geser dasar yang dipikul oleh struktur bangunan gedung dalam masing-masing arah
dimana Rx dan Vx adalah faktor reduksi gempa dan gaya geser dasar untuk
pembebanan gempa dalam arah sumbu-x, sedangkan Ry dan Vy faktor reduksi gempa dan
IV-34
Bab IV Analisis Struktur
Metoda ini hanya dipakai apabila rasio antara nilai-nilai faktor reduksi gempa untuk
reduksi dua arah pembebanan gempa tersebut tidak lebih dari 1,5. Nilai akhir respon
dinamik struktur bangunan gedung terhadap pembebanan gempa nominal dalam suatu
arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respon gempa yang pertama. Bila
respon dinamik struktur bangunan gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal Vt
Vt ≥ 0.8V1 (2.9)
dimana V1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang pertama
dengan C1 adalah nilai Faktor Respon Gempa yang di dapat dari spektrum Respons
Gempa Rencana (gambar 2.1) untuk waktu getar alami pertama T1. Perhitungan respon
Nominal, dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam spektrum respon dengan
memakai diagram spektrum respon gempa rencana berdasar wilayah gempa dengan
periode ulang 500 tahun pada Gambar 2.1. Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang
ditinjau dalam penjumlahan respon ragam menurut metode ini harus sedemikian rupa,
sehingga partisipasi massa ragam efektif dalam menghasilkan respon total harus
IV-35
Bab IV Analisis Struktur
Pemeriksaan antar tingkat (story drift) dilakukan pada 2 (dua) kondisi, yaitu :
Kondisi Layan
Kondisi Ultimit
Pada kondisi ultimit, nilai simpangan antar tingkat terlebih dahulu dikalikan
0,7 x R
sebesar:
δ < 0,02 x H
4. Kombinasi Pembebanan
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 1,2 DL + 1 LL ± 0,3 EX ± 1 EY
4. 1,2 DL + 1 LL ± 1 EX ± 0,3 EY
5. 0,9 DL ± 0,3 EX ± 1 EY
6. 0,9 DL ± 1 EX ± 0,3 EY
IV-36
Bab IV Analisis Struktur
5. Data bangunan :
Berat
tinggi (Wi)
Lantai
Lantai
(m) (ton)
ATAP 3.30 627.87
17TH 3.30 417.6
16TH 3.30 418.47
15TH 3.30 421.25
14TH 3.30 421.25
12TH 3.30 421.28
11TH 3.30 423.87
10TH 3.30 427.33
9TH 3.30 427.33
8TH 3.30 427.33
7TH 3.30 427.33
6TH 3.30 434.06
5TH 3.30 452.05
4TH 3.30 476.97
3RD 3.30 576.65
2ND 3.30 545.66
LT.DASAR 3.30 543.11
Total 56.10 7889.41
Dimana,
Ca=Ao :Percepatan puncak muka tanah akibat pengaruh Gempa Rencana yang bergantung pada
R : Faktor reduksi gempa, rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh Gempa
Rencana pada struktur gedung elastik penuh dan beban gempa nominal akibat pengaruh
Gempa Rencana pada struktur gedung daktail, bergantung pada faktor daktilitas struktur
gedung tersebut; faktor reduksi gempa representatif struktur gedung tidak beraturan.
IV-37
Bab IV Analisis Struktur
I : Faktor Keutamaan gedung, faktor pengali dari pengaruh Gempa Rencana pada berbagai
kategori gedung, untuk menyesuaikan perioda ulang gempa yang berkaitan dengan
penyesuaian probabilitas dilampauinya pengaruh tersebut selama umur gedung itu dan
penyesuaian umur gedung itu.
Dari model ETABS, diperoleh data periode struktur pada bangunan, berikut ini adalah tabel
Mode Period UX UY UZ
1 3.123 1.36 69.01 0.00
2 2.581 72.07 2.17 0.00
3 2.375 0.73 9.05 0.00
Dari tabel di atas didapat periode struktur pada arah x adalah sebesar 2,581 karena nilai ux pada
mode 2 lebih besar daripada uy, dan periode struktur arah y adalah sebesar 3,123.
Arah X
= = 0.1278
Arah Y
= = 0.1057
Dari Faktor Respons Gempa C dapat dihitung V yaitu Beban (gaya) geser dasar nominal statik
ekuivalen akibat pengaruh Gempa Rencana yang bekerja di tingkat dasar struktur gedung
beraturan dengan tingkat daktilitas umum, dihitung berdasarkan waktu getar alami fundamental
struktur gedung beraturan tersebut.
Arah x
Vx = . I . Σ Wt
Vx = . 1 . 7889.41 ton
IV-38
Bab IV Analisis Struktur
Vx = 183,37 ton
Arah y
Vy = . I . Σ Wt
Vy = . 1 . 7889.41 ton
Vy = 151,57 ton
Dimana,
Fi : Beban gempa nominal statik ekuivalen yang menangkap pada pusat massa pada
taraf lantai tingkat ke-i struktur atas gedung.
IV-39
Bab IV Analisis Struktur
V= . Wt
di mana C1 adalah nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum Respons Gempa
Rencana menurut Gambar 4.7.15 untuk waktu getar alami fundamental T1, sedangkan Wt adalah
berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai.
IV-40
Bab IV Analisis Struktur
Dari program ETABS dihasilkan gaya geser lantai akibat beban gempa dinamis dengan
menginput respon spektrum gempa yang digunakan berdasarkan zona gempa yang digunakan.
Gaya Gempa x SF
Gaya Dinamis yang digunakan
Lantai Gaya Geser Dinamis (kg) Gempa Dinamis (ton) (ton)
Dx Dy Dx Dy Dx-SU Dy-SU Qx (ton) Qy (ton)
ATAP 225,010.47 160,010.22 225.01 160.01 36.52 27.79 36.52 27.79
17TH 332,705.70 237,715.17 332.71 237.72 54.01 41.28 17.48 13.49
16TH 406,299.58 295,021.86 406.30 295.02 65.95 51.23 11.95 9.95
15TH 458,700.80 340,716.86 458.70 340.72 74.46 59.17 8.51 7.94
14TH 499,142.36 378,114.30 499.14 378.11 81.02 65.66 6.56 6.49
12TH 562,778.80 441,127.69 562.78 441.13 91.35 76.60 10.33 10.94
11TH 593,019.12 468,402.70 593.02 468.40 96.26 81.34 4.91 4.74
10TH 623,585.49 495,549.99 623.59 495.55 101.22 86.05 4.96 4.71
9TH 652,607.51 521,759.92 652.61 521.76 105.93 90.61 4.71 4.55
8TH 680,419.51 546,945.49 680.42 546.95 110.45 94.98 4.51 4.37
7TH 709,583.57 570,508.49 709.58 570.51 115.18 99.07 4.73 4.09
6TH 742,311.30 593,665.71 742.31 593.67 120.49 103.09 5.31 4.02
5TH 779,782.35 619,497.67 779.78 619.50 126.58 107.58 6.08 4.49
4TH 820,698.43 643,416.18 820.70 643.42 133.22 111.73 6.64 4.15
3RD 876,988.33 676,740.17 876.99 676.74 142.36 117.52 9.14 5.79
2ND 926,819.96 707,845.68 926.82 707.85 150.44 122.92 8.09 5.40
LT.DASAR 951,973.99 735,533.63 951.97 735.53 154.53 127.73 4.08 4.81
IV-41
Bab IV Analisis Struktur
Keterangan :
SFx, SFy : Faktor skala untuk gaya gempa dinamis arah X dan arah Y
SFx = 0,8 Qx / Dx = 154.53/ 951.97 = 0,1623
SFy = 0,8 Qy / Dy = 127.73 / 735.53 = 0,1737
Qxi = Qxi – Q(xi-1)
Qyi = Qyi – Q(yi-1)
Perhitungan gaya gempa dinamis di atas kemudian diinput ke program ETABS untuk
mengetahui perilaku struktur pada analisa berikutnya.
Berikut ini adalah tahapan analisis beban gempa statis berdasarkan SNI – 1726-2012:
V = Cs Wt
Dimana :
berikut :
Dimana :
IV-42
Bab IV Analisis Struktur
Sehingga :
= 0,0571
Nilai Cs yang dihitung pada persamaan diatas tidak perlu melebihi nilai berikut ini :
Dimana :
ETABS.
Berdasarkan SNI-1726-2012 pasal 7.8.2, terdapat dua nilai batas untuk periode
bangunan, yaitu nilai minimum periode bangunan (Ta minimum) dan nilai
dengan rumus :
Ta minimum = Ct hnx
IV-43
Bab IV Analisis Struktur
Dimana :
hn : ketinggian struktur dalam satuan meter (m) di atas dasar sampai tingkat
tertinggi struktur
= 1,748 detik
Ta maksimum = Cu Ta minimum
Dimana :
Nilai Cu = 1,5
= 2,621 detik
Nilai Cs yang dihitung pada persamaan di atas tidak kurang dari nilai berikut ini :
IV-44
Bab IV Analisis Struktur
= 0,02 ≥ 0,01
Cs = 0,02
Berikut ini adalah tahapan analisis beban gempa dinamis berdasarkan SNI – 1726-
2012:
Dalam tugas akhir ini, direncanakan gedung hotel 16 lantai. Pada SNI – 1726-2012 pasal
4.1.2 tabel 1 menyebutkan bahwa struktur gedung ini termasuk dalam kategori risiko II
Parameter percepatan gempa batuan dasar periode pendek 0,2 detik (Ss) ditentukan
= 0,2 S), sedangkan parameter percepatan gempa batuan dasar perioda 1,0 detik (S1)
ditentukan menggunakan peta MCE-R untuk periode 1,0 detik. Dari peta untuk masing –
masing percepatan tersebut untuk area Jakarta didapat Ss = 0,6-0,7 g, dan S1 = 0,25-0,3g.
3), pada tabel ini kelas situs ditentukan berdasarkan jenis profil lapisan tanah.
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah, tanah pada area bangunan ini diklasifikasikan
IV-45
Bab IV Analisis Struktur
dalam jenis tanah sedang, dan untuk tanah sedang bedasarkan SNI-1726-2012 masuk
Faktor amplifikasi yang diperlukan meliputi amplifikasi getaran terkait percepatan pada
getaran perioda pendek ( Fa ) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili
dan Tabel 4 SNI-1726-2012 (lihat Lampiran A-4). Parameter yang dibutuhkan untuk
menentukan Fa adalah percepatan gempa batuan dasar perioda pendek (Ss) dan kelas
situs, sedangkan Fv adalah percepatan gempa batuan dasar perioda pendek (Ss) dan kelas
Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek, SDS dan pada perioda 1 detik
SDS = SMS
SD1 = SM1
Dimana :
SMS = Fa Ss
SM1 = Fv S1
IV-46
Bab IV Analisis Struktur
Spektrum respon desain merupakan grafik hubungan antara percepatan respon spectra (
Sa ), dan periode ( T ). Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spectrum respon
Sa = ( 0,4 + 0,6 )
Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau sama
Untuk perioda lebih besar dari Ts , spectrum respon percepatan desain, Sa, diambil
berdasarkan persamaan :
Sa =
Dimana :
T0 = 0,2
Ts =
Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, Kementrian Pekerjaan Umum menyediakan
puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011.
IV-47
Bab IV Analisis Struktur
Input data nama kota dan jenis tanah pada software Spektra Indonesia seperti terlihat di bawah
ini :
Setelah input data yang dibutuhkan telah lengkap, maka akan diperoleh grafik desain spektra
zonasi gempa berdasarkan jenis tanah dan hasil perhitungan respon spektra untuk wilayah
tersebut.
IV-48
Bab IV Analisis Struktur
Dari hasil Percepatan spektrum desain untuk berbagai T diatas, akan diinput ke permodelan
Parameter yang diketahui berdasarkan input kota dan jenis tanah adalah sebagai
berikut :
IV-49
Bab IV Analisis Struktur
Kategori Desain Seismik ditentukan berdasarkan Tabel 6 dan tabel 7 SNI-1726-2012 (lihat
Lampiran A-4). Parameter yang dibutuhkan dalam tabel tersebut adalah parameter percepatan
spektral desain pada perioda pendek (SDS), spektral desain untuk pada perioda 1 detik (SD1), dan
kategori resiko bangunan. Berdasarkan nilai FA dan FV ( lihat sub bab 4.7.2. Poin 4 ) maka dari
tabel di atas diperoleh SDS = 0,457 g, SD1 = 0,2 dan ketegori resiko bangunan II maka
Untuk menghitung gaya gempa berdasarkan SNI 03-1726-2012, diperlukan hasil output ETABS
yaitu Story Shear (Gaya Geser Lantai) yang diperoleh dari input respon spektrum yang
digunakan yang dijelaskan pada sub bab 4.7.2 pada tugas akhir ini.
Berikut ini adalah tabel perhitungan gaya gempa berdasarkan SNI 03-1726-2012.
Keterangan :
SFx, SFy : Faktor skala untuk gaya gempa dinamis arah X dan arah Y
SFx = 0,8 Qx / Dx = 154.53/ 951.97 = 0,1623
SFy = 0,8 Qy / Dy = 127.73 / 735.53 = 0,1737
Qxi = Qxi – Q(xi-1)
Qyi = Qyi – Q(yi-1)
Untuk memperoleh gaya gempa yang digunakan, gaya dinamis yang didapat dikalikan dengan
faktor pengali pada kombinasi pembebanan yang dijelaskan pada sub bab 4.8.2 pada tugas akhir
ini. Faktor pembebanan struktur yang digunakan untuk gaya gempa berdasarkan SNI 03-1726-
2002 adalah 1 EX ± 0,3 EY dan 0,3 EX ± 1 EY, sedangkan pada SNI 03-1726-2012 menjadi
1,39 EX ± 0,42 EY dan 0,42 EX ± 1,39 EY, hal ini disebabkan karena ada beberapa faktor
seperti spektral desain pada perioda pendek (SDS) dan faktor redundansi (ρ) yang dijelaskan pada
Dari perbandingan gaya gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-1726-2012 dapat
diketahui bahwa gaya gempa berdasarkan SNI 03-1726-2012 lebih besar sekitar 28% dari gaya
Berdasarkan SNI 03-1726-2002, faktor – faktor dan kombinasi beban mati nominal, beban hidup
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 1,2 DL + 1 LL ± 0,3 EX ± 1 EY
4. 1,2 DL + 1 LL ± 1 EX ± 0,3 EY
5. 0,9 DL ± 0,3 EX ± 1 EY
6. 0,9 DL ± 1 EX ± 0,3 EY
IV-51
Bab IV Analisis Struktur
Berdasarkan SNI 03-1726-2012, faktor – faktor dan kombinasi beban untuk beban mati nominal,
beban hidup nominal, dan beban gempa nominal sama dengan SNI 03-1726-2002, akan tetapi
pada kombinasi yang terdapat beban gempa di dalam persamaannya harus didesain berdasarkan
pengaruh beban seismik yang ditentukan seperti ini.
Untuk penggunaan dalam kombinasi beban (3) dan (4) subbab 4.11.1, E harus
didefinisikan sebagai :
E = Eh + EV
Untuk penggunaan dalam kombinasi beban (5) dan (6) subbab 4.11.1, E harus
didefinisikan sebagai :
E = Eh - EV
Dimana :
E = Pengaruh beban seismic
Eh = Pengaruh beban seismic horizontal yang akan didefinisikan selanjutnya
EV = Pengaruh beban seismic vertikal yang akan didefinisikan selanjutnya
Eh adalah pengaruh gaya seismik horizontal. Pengaruh beban seismik Eh harus ditentukan
dengan rumus berikut ini.
Eh = ρ - QE
IV-52
Bab IV Analisis Struktur
EV adalah pengaruh gaya seismik vertikal. Pengaruh beban seismik Ev harus ditentukan
dengan rumus berikut ini.
Ev = 0,2 SDS DL
Oleh karena itu, kombinasi pembebanannya menjadi seperti penjabaran di bawah ini.
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 1,2 DL + 1 LL ± 0,3 (ρ QE + 0,2 SDSDL) ±1 (ρ QE + 0,2 SDSDL)
4. 1,2 DL + 1 LL ± 1 (ρ QE + 0,2 SDSDL) ± 0,3(ρ QE + 0,2 SDSDL)
5. 0,9 DL ± 0,3 (ρ QE + 0,2 SDSDL) ±1 (ρ QE + 0,2 SDS DL)
6. 0,9 DL ± 1 (ρ QE + 0,2 SDSDL) ± 0,3(ρ QE + 0,2 SDSDL)
Untuk redunansi sama dengan 1,3 (ρ = 1,3) dan SDS = 0,457, hasil penjabarannya adalah
seperti pada tabel 4.8.2 berikut ini .
Kombinasi Koefisien Koefisien Koefisien Koefisien
COMB 1 1.4 DL 0 LL 0.00 EX 0.00 EY
COMB 2 1.2 DL 1.6 LL 0.00 EX 0.00 EY
COMB 3 1.2 DL 1 LL 0.42 EX 1.39 EY
COMB 4 1.2 DL 1 LL -0.42 EX -1.39 EY
COMB 5 1.2 DL 1 LL 0.42 EX -1.39 EY
COMB 6 1.2 DL 1 LL -0.42 EX 1.39 EY
COMB 7 1.2 DL 1 LL 1.39 EX 0.42 EY
COMB 8 1.2 DL 1 LL -1.39 EX -0.42 EY
COMB 9 1.2 DL 1 LL 1.39 EX -0.42 EY
COMB 10 1.2 DL 1 LL -1.39 EX 0.42 EY
COMB 11 0.9 DL 0 LL 0.36 EX 1.21 EY
COMB 12 0.9 DL 0 LL -0.36 EX -1.21 EY
COMB 13 0.9 DL 0 LL 0.36 EX -1.21 EY
COMB 14 0.9 DL 0 LL -0.36 EX 1.21 EY
COMB 15 0.9 DL 0 LL 1.21 EX 0.36 EY
COMB 16 0.9 DL 0 LL -1.21 EX -0.36 EY
COMB 17 0.9 DL 0 LL 1.21 EX -0.36 EY
COMB 18 0.9 DL 0 LL -1.21 EX 0.36 EY
IV-53
Bab IV Analisis Struktur
4.9 Perbandingan Story Drift antara SNI 03-1726-2002 dengan SNI 03-1726-2012
kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm, bergantung mana yang nilainya
terkecil.
IV-54
Bab IV Analisis Struktur
Simpangan antar lantai adalah perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan
terbawah yang ditinjau.
Simpangan antar lantai tingkat desain (∆) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada
pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. Lihat Gambar 4.9.2. Apabila
pusat massa tidak terletak segaris dalam arah vertikal, diijinkan untuk menghitung
defleksi di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa tingkat di
atasnya. Jika desain tegangan ijin digunakan, ∆ harus dihitung menggunakan gaya gempa
tingkat kekuatan yang ditetapkan dalam Pasal 7.8 SNI 03-1726-2012 tanpa reduksi
untuk desain tegangan ijin.
Simpangan antar tingkat yang terjadi pada model struktur bangunan Hotel ini dapat dilihat pada
tabel 4.9.2 dan dapat dilihat lebih lengkap pada lampiran C-2.
IV-55
Bab IV Analisis Struktur
Dari tabel 4.9.2 dapat dilihat bahwa simpangan antar tingkat maksimal yang terjadi adalah
sebesar 0.003268 mm pada arah x yang terdapat di lantai 11 bangunan hotel ini, dan sebesar
0.004533 mm pada arah y yang terdapat di lantai 3.
Tabel 4.9.2 Perbandingan Simpangan antar tingkat berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan
SNI 03-1726-2012
Keterangan
Drift x (mm) Drift y (mm)
Lantai
Drift x Drift Y
2002 2012 2002 2012
ATAP 0.002757 0.002859 0.002055 0.002472
17TH 0.002844 0.003102 0.00236 0.002818
16TH 0.002934 0.003138 0.002656 0.003133
15TH 0.003015 0.003182 0.002892 0.003404
14TH 0.003072 0.003239 0.003081 0.003644
12TH 0.003101 0.003239 0.003228 0.003838
11TH 0.003105 0.003272 0.003343 0.003793 SNI 2002 SNI 2002
10TH 0.003049 0.003268 0.003278 0.003932 < SNI <SNI
9TH 0.003013 0.003256 0.003369 0.004060 2012 2012
8TH 0.002954 0.003216 0.003447 0.004165
7TH 0.002865 0.003137 0.003441 0.004164
6TH 0.00272 0.002983 0.002955 0.003554
5TH 0.002643 0.002909 0.003343 0.004054
4TH 0.002451 0.002791 0.00338 0.004055
3RD 0.002159 0.002869 0.003753 0.004533
2ND 0.001787 0.002541 0.003431 0.004217
LT.DASAR 0.000912 0.001312 0.001945 0.002650
Dari hasil model struktur berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan model struktur berdasarkan SNI
03-1726-2012 dapat diketahui bahwa besarnya simpangan antar tingkat pada model SNI 03-
1726-2012 lebih besar dibandingkan dengan model struktur berdasarkan SNI 03-1726-2002
IV-56
Bab IV Analisis Struktur
4.10 Perbandingan Gaya dalam yang terjadi antara SNI 03-1726-2002 dengan
SNI 03-1726-2012
Gaya dalam yang terjadi pada balok yang digunakan adalah hasil dari output model
struktur pada program ETABS akibat beban yang bekerja pada struktur bangunan tersebut.
Gaya dalam pada balok yang di dapat adalah gaya geser, gaya momen, dan torsi. Gaya
dalam yang digunakan adalah gaya terbesar akibat beban kombinasi. Tabel gaya dalam
pada balok yang terjadi pada model struktur bangunan hotel berdasarkan SNI 03-1726-
Berdasarkan tabel pada lampiran D-1, didapat gaya dalam pada balok, yaitu gaya geser
maksimum yang terjadi sebesar 87,751.27 kg, torsi sebesar 38,565.04 m, dan gaya momen
sebesar 105,170.28 kg m.
lampiran D-1. Berdasarkan tabel pada lampiran tersebut didapat gaya geser maksimum
yang terjadi sebesar 114.187 kg, torsi sebesar 49.985,62 m, dan gaya momen sebesar
125.377,89 kg m.
IV-57
Bab IV Analisis Struktur
Dari Perbandingan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa gaya dalam yang terjadi pada
balok berdasarkan SNI 03-1726-2012 lebih besar dari gaya dalam pada balok berdasarkan
SNI 03-1726-2002.
Gaya dalam yang bekerja pada kolom adalah gaya normal (P), gaya geser (V), torsi (T),
dan gaya momen (M). Gaya dalam yang digunakan adalah gaya terbesar akibat beban
kombinasi. Tabel gaya dalam pada kolom yang terjadi pada model struktur bangunan hotel
Berdasarkan tabel pada lampiran D-2 didapat gaya normal (P) maksimum sebesar
1.075.935,86 Kg, gaya geser maksimum sebesar 43.087,7 Kg, torsi (T) maksimum sebesar
Gaya dalam pada kolom berdasarkan SNI 03-1726-2012 dapat dilihat pada lampiran D-2.
Berdasarkan tabel tersebut didapat gaya normal sebesar 1.137.998 kg, gaya geser
maksimum sebesar 61.410,92 kg, torsi sebesar 2.466,65 m, dan gaya momen sebesar
160.210,50 kg m.
IV-58
Bab IV Analisis Struktur
IV-59