Anda di halaman 1dari 3

SEKOLAH ADIWIYATA, TRADISI

MERAIH JUARA
13 Sep @Best Practice

Menjadi seorang kepala sekolah pada sekolah yang memiliki luas


3,9 hektar, adalah sebuah tantangan tersendiri. Sekolah yang besar
dengan area yang luas perlu keseriusan dalam menggarapnya,
meski mengeluarkan energi yang cukup besar, baik biaya, tenaga
dan pikiran. Sekolah yang berada di Jl.Ahmad Yani 77 ini saat kami
mulai bertugas awalnya memiliki 29 rombel dengan jumlah peserta
didik 888 siswa. Sekolah ini awalnya Rintisan Bertaraf Internasional,
setelah dihapuskanya RSBI
menjadi sekolah model delapan standar nasional pendidikan dan
sekolah rujukan.

Semenjak kami masuk disekolah ini, satu persatu kami benahi,


meliputi pemenuhan delapan standar nasional pendidikan. Sekolah
yang awalnya berakreditasi A dengan nilai 95 menjadi berakreditasi
A dengan nilai 97. Lahan di belakang sekolah yang berupa lahan
tidur seluas 5000 m2 kami tata untuk ruang kelas baru,
perpustakaan, toilet, taman dan hutan sekolah. Lahan ini tadinya
sawah yang disewa petani selama bertahun–tahun dengan sewa
per tahun 2 juta rupiah. Biasanya sawah tersebut ditanami jagung
dan bawang merah saat musim penghujan oleh petani yang
menggarapnya dan dibiarkan kering kerontang saat musim
kemarau.

Melihat kondisi yang seperti ini, kami kepala sekolah yang baru
dimutasi di sekolah tersebut merasa terketuk untuk
mengembangkan menjadi tempat pembelajaran yang
aman dan menyenangkan. Tahun 2015 kami membangun 6 ruang
kelas baru. Pada tahun 2016 kami membangun 6 ruang kelas baru,
1 Perpustakaan dan membangun 8 ruang toilet. Tahun 2017 kami
membangun 4 ruang kelas baru.Sehingga selam 3 tahun di sekolah
ini, sudah membangun ruang kelas baru berjumlah 16, 1
perpustakaan dan 8 ruang toilet. Pembiayaan dari pembangunan ini
bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan
partisipasi masyarakat.

Pembangunan ruang kelas ini, seiring dengan peningkatan anemo


pendaftar peserta didik baru yang melonjak drastis, awalnya
pendaftar kurang dari 500 peserta didik, selama kami memimpin di
sekolah ini pendaftar menjadi lebih dari 1000 peserta didik
bahkan menembus 1300 san peserta didik. Jumlah rombel sekolah
kami yang awalnya hanya 29 kelas, meningkat menjadi 33 rombel
pada tahun 2015/2016, 36 rombel pada tahun 2016/2017 dan 38
rombel pada tahun 2017/2018. Seharusnya rombel kami pada tahun
2017/2018 ini sebanyak 39 kelas, karena adanya permendikbud
yang mengatur jumlah rombel dan jumlah siswa maksimal 12
rombel tiap jenjang kelas, sehingga tahun 2017/2018 ini untuk kelas
sepuluh hanya menerima 12 rombel. Jumlah siswa awalnya 888,
pada tahun 2015/2016 menjadi 1068, tahun 2016/2017 menjadi
1244, dan tahun 2017/2018 menjadi 1376 peserta didik.

Selain membangun ruang kelas baru, perpustakaan dan toilet


dengan dana yang bersumber dari pemerintah maupun partisipasi
masyarakat, kami juga menghijaukan
lahan yang gersang menjadi hutan sekolah. Ribuan tanaman
tertanam pada lahan ini baik tanaman kayu maupun buah buahan.
Tanaman kayu diantaranya ratusan trembesi, ratusan maoni,
tembelang, salam, pucuk merah, tanjung, kalpataru dan lain
sebagainya. Tanaman buah diantaranya puluhan mangga, puluhan
klengkeng, puluhan blimbing, jambu, nangka, matoa, dan lain
sebangainya.

Selain itu, pada hutan sekolah ini juga ditanam berbagai bunga
yang menawan untuk menambah hijaunya hutan. Bunga bunga
tersebut ditanam pada bagian tepi diantaranya kanthil, melati,
kenanga, alamanda, dan lain sebagainya. Dari gedung lama ke
gedung baru dibuat jalan tembus memanjang membelah hutan
sekolah, kanan kiri jalan ditanami alamanda yang berbunga
berwarna kuning dan buah markisa yang merambat di sepanjang
jalan tembus tersebut.
Dengan adanya hutan sekolah yang dirintis awal tahun 2015 ini,
menjadikan sekolah
kami lebih hijau dan memiliki panorama yang indah. Burung-burung
juga berdatangan berkicau dan berterbangan di hutan sekolah.
Ditambah lagi puluhan burung dalam sangkar yang di tempatkan di
sepanjang jalan tembus, menambah suasana menjadi hidup dan
menyenangkan. Sekolah menjadi nyaman sebagai tempat belajar,
apalagi di hutan sekolah ini dibangun dua gazebo untuk ajang
berdiskusi peserta didik atau sekedar untuk melepaskan penat.
Tempat ini juga dipasang fasilitas listrik dan hotspot sehingga
peserta didik bisa mengakses internet di tempat ini.

Selain membuat hutan sekolah, kami juga membuat kolam pelangi.


Kolam ini disekelilingnya dicat warna pelangi dan dalam kolam
tumbuh bunga teratai yang indah menutupi permukaan kolam.
Tempat ini juga menjadi primadona peserta didik dalam melepaskan
lelah disaat istirahat.
Dengan berbagai program penataan lingkungan sekolah tersebut
tahun 2016 sekolah kami mendapat penghargaan adiwiyata provinsi
oleh gubernur Jawa Tengah. Selanjutnya tahun 2017 maju ke
tingkat nasional untuk memperoleh adiwiyata nasional. Adiwiyata
yang diperoleh sekolah kami adalah yang pertama untuk sekolah
SMA di Kabupaten Brebes. Tahun-tahun sebelumnya belum ada
sekolah yang berlabel Adiwiyata di Kabupaten Brebes. Dengan
sekolah Adiwiyata menjadi motivasi tradisi meraih juara.

Anda mungkin juga menyukai