Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MUAMMALAH
TINJAUAN FIKIH MUAMMALAH PADA AKAD PESAN ANTAR
DALAM JUAL BELI MAKANAN SECARA ONLINE

Diajukan sebagai Ujian Akhir Semester mata kuliah Pendidikan Agama Islam
yang diampu oleh :
Ahmad Dwi Nur K., S. Pd. I., M. Pd.

Oleh :
Piren Septianmar 18081101

PROGRAM STUDI SARJANA PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan pujan dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Tinjauan Fikih Muammalah Pada Akad
Pesan Antar Dalam Jual Beli Makanan Secara Online”.

Makalah ini disusun dengan bantuan berbagai pihak dan sumber referensi,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan semua
penulis jurnal, buku, ataupun karya ilmiah yang penulis gunakan sebagai referensi.

Makalah ini disusun sebagai Ujian Akhir Semester mata kuliah Pendidikan
Agama Islam dan sarana pengetahuan bagi penulis dan pembaca, sehingga semua
pihak mampu memahami hukum jual beli makanan secara online.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dalam pembahasan


ataupun susunan kalimat dan tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak untuk perbaikan kedepannya.

Yogyakarta, Januari 2020

Penulis

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar ii


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 3
E. Ruang Lingkup Penulisan .................................................................... 3
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 5


A. Fikih Muammalah ................................................................................ 5
B. Akad dan Jual Beli ............................................................................... 6
C. Ijarah .................................................................................................... 11
D. Pinjam Meminjam ................................................................................ 15

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 17


A. Hukum Jual Beli Makanan secara Online ............................................ 17
B. Akad Jual Beli Makanan secara Online ............................................... 18
C. Konsep Layanan Go-Food ................................................................... 19
D. Konsep Layanan Grab Food................................................................. 20
E. Konsep Layanan Pesan Antar Lainnya ................................................ 21

BAB IV PENUTUPAN .................................................................................. 23


A. Kesimpulan .......................................................................................... 23
B. Saran ..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar iii


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Bagan Akad Transaksi dalam Aplikasi Go-Food ....................... 19
Gambar 3.2 Bagan Akad Transaksi Melalui Klik-Eat.com ............................ 22

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar iv


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi memberikan dampak besar terhadap perubahan


kultur dan peradaban manusia. Kemajuan teknologi membantu manusia melakukan
pekerjaan secara cepat dan efisien. Salah satu kemajuan teknologi saat ini adalah
perkembangan internet yang semakin pesat. Internet memungkinkan manusia untuk
berinteraksi secara daring tanpa harus bertemu secara langsung. Perkembangan
internet dimanfaatkan di berbagai bidang, seperti hiburan, pendidikan, kesehatan,
hingga ekonomi.

Kegiatan ekonomi meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi. Transaksi


jual beli merupakan contoh kegiatan ekonomi. Di era igital ini, jual beli tidak hanya
dilakukan secara langsung seperti halnya di pasar ataupun toko. Kemajuan
teknologi dan internet menyebabkan adanya disrupsi pola perilaku konsumen. Para
pengembang bisnis memanfaatkan internet sebagai langkah praktis untuk
mengembangkan bisnisnya dan menjangkau masyarakat luas. Jual beli secara
online diakui lebih praktis dan mudah dibandingkan dengan jual beli konvensional.
Konsumen hanya perlu memilih apa yang akan dibeli melalui smartphone dan
menunggu barang diantarkan kurir.

Saat ini, bukan hanya barang pakai yang dapat dijual-belikan secara daring.
Industri makanan juga mulai memperluas pemasarannya secara online. Beberapa
perusahaan besar, seperti pizza hut, menyediakan layanan pesan antar untuk
mempermudah konsumen yang ingin membeli pizza. Seiring dengan adanya
penyedia layanan pesan antar online, seperti halnya Go-Food dan Grab Food,
banyak industri makanan kecil dan menengah ikut merambahkan bisnisnya secara
online.

Maraknya fenomena jual beli makanan secara online menimbulkan banyak


perdebatan berbagai pihak. Banyak yang mempertanyakan hukum dan kesahihan

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 1


akad jual beli secara online. Beberapa pebisnis yang mengusung konsep islam ragu
untuk memanfaatkan layanan pesan antar secara online karena mereka takut jika
tidak sesuai ajaran dan kaidah syariah yang seharusnya. Dalam kaidah ushul fikih,
hukum dasar muammalah adalah boleh, kecuali terdapat dalil yang melarangnya.
Kajian terhadap hukum dan akad jual beli secara online sudah dilakukan oleh
beberapa penelitian terdahulu. Penelitian tersebut dilakukan dengan meninjau
hukum dan kesahihan akad pada layanan aplikasi Go-Food. Peneliti menyebutkan
bahwa akad yang terjadi pada layanan aplikasi Go-Food sudah sesuai dengan apa
yang ditentukan dalam syariat, sudah sesuai dengan rukun syaratnya, hingga adanya
sukarela dari masing-masing pihak. (Yunus, dkk. 2018)

Seiring dengan banyaknya penyedia layanan pesan antar berbasis online,


Go-Food memikili banyak kompetitor yang ikut meramaikan bisnis serupa. Namun,
penulis belum menemukan adanya kajian terhadap hukum dan akad pada aplikasi
layanan pesan antar lainnya selain Go-Food. Hal ini mendorong penulis untuk
menelaah dan meninjau aspek fikih muammalah pada beberapa aplikasi layanan
pesan antar online untuk menemukan kesahihan transaksi jual beli yang
berlangsung. Makalah ini ditujukan memberikan pemahaman secara umum kepada
pembaca terkait transaksi jual beli makanan secara online.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut:

1 Bagaimana hukum dan akad jual beli makanan secara online?


2 Bagaimana konsep layanan pesan antar berbasis digital?
3 Apakah konsep layanan pesan antar tersebut sudah sesuai syariat islam?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut:

1 Sebagai Ujian Akhir Semester mata kuliah Pendidikan Agama Islam;

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 2


2 Untuk memberikan informasi kepada pembaca terkait hukum dan akad jual
beli makanan melalui aplikasi digital;
3 Untuk memberikan pemahaman kepada pemilik bisnis makanan yang
memiliki keraguan akan layanan pesan antar berbasis digital;

D. Manfaat Penulisan

Makah ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada banya pihak, seperti:

1 Untuk penulis, dapat menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat dunia


akhirat;
2 Untuk pemilik bisnis, dapat dijadikan bahan referensi sebelum
menggunakan layanan pesan antar berbasis sigital;
3 Untuk umum, dapat digunakan sebagai bahan bacaan yang memberikan
pengetahuan dan pemahaman yang islami.

E. Ruang Lingkup Penulisan

Makalah ini ditulis terbatas pada tinjauan fikih muammalah pada layanan pesan
antara berbasis digital, meliputi dasar hukum, rukun, syaram, macam-macam, dan
analisis pada beberapa aplikasi layanan pesan antar seperi Go-Food, Grab Food,
dan layanan pesan antar lainnya (Traveloka Food, PHD, dan layanan pesan antar
milik perusahaan)

F. Sistematika Penulisan

Dalam makalah ini terdiri dari empat bab, yaitu:

Bab I pendahuluan, pada bagian ini akan dibahas latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan ruang lingkup penulisan, dan
sistematika penulisan sebagai gambaran umum makalah.

Bab II landasan teori, bab ini akan memaparkan teori yang digunakan penulis
sebagai bahan analisis untuk bab selanjutnya. Beberapa teori yang digunakan

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 3


meliputi: Fikih muammalah, pengertian akad dan jual beli, dasar hukum jual beli,
rukun dan syarat jual beli, dan macam-macam akad dan jual beli.

Bab III pembahasan, merupakan bab initi dari makah ini yang akan
memaparkan hasil analisis penulis terhadap rumusan masalah yang telah ditetapkan.
Adapun hasil analisis yang akan dikemukakan antara lain: Hukum jual beli
makanan secara online, akad jual beli makanan secara online, konsep layanan Go-
Food, konsep layanan Grab-Food, konsep layanan pesan antar lainnya.

Bab IV penutup, ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran
dari pembahasan yang telah ditulis. Kesimpulan akan ditarik berdasarkan tinjauan
fikih muammalah atas masalah yang dikaji. Saran akan berisi beberapa argumen
untuk penelitian selanjutnya.

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 4


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Fikih Muammalah

Fikih Muammalah terdiri dari dua kata, yaitu fikih dan muammalah. Fikih
merupakan kata kerja dari kata fuqaha yang berarti mendalami sesuatu. Fuqaha
merupakan kata kerja yang menuntut kesungguhan pelakunya. Terdapat 19 ayat
menggunakan kata fikih menunjukan pentingnya mendalami sesuatu dengan
sungguh-sungguh. Sedangkan muammalah berasal dari akat ‘amala yang berarti
berurusan (dalam arti sempit berdagang). Muammalah mengharuskan adanya dua
pihak yang saling berinterakasi melakukan sebuah urusan dengan tujuan tertentu.
Muammalah juga diartikan sebagai hukum syar’i yang mengatur hubungan antar
sesama manusia.

Tujuan fikih muammalah adalah mengatur hubungan sesama manusia, baik


hubungan antar individu, hubungan antar masyarakat, maupun hubungan individu
dengan masyarakat, agar terwujudnya kemaslahatan bagi manusia yang sesuai
dengan prinsip syariah.

Fikih muammalah merupakan kategori fikih yang dapat dipahami maksud dan
hikmah diisyaratkannya suatu hukum oleh akal (ma’qûl alma’nâ). Nash yang
menunjuk masalah muammalah sangat sedikit dijelaskan rinci oleh Nabi dan
berlaku umum, sehingga dapat diterapkan kapanpum dan dimanapun.

Menurut Ibnu Najim (dalam Maksum dan Ali) memaparkan lima hal yang
menyangkut muammalah, yaitu: pertukaran harta, perkawinan, persengketaan,
pemberian kepercayaan, dan kewarisan.

Ruang lingkup fikih muamalah dibagi menjadi dua. Pertama, ruang lingkup al-
Muamalah al-Adabiyah dan al-Muamalah al-Maliyah. AlAdabiyah adalah
pembahasan-pembahasan yang mengenai aspek moral seperti ridha, tidak terpaksa,
transparan, jujur, bebas dari unsur gharar dan menjauhi sifat-sifat seperti tadlîs
(tidak transparan), gharar (tipuan), risywah (sogok), ikhtikâr (penimbunan).

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 5


Sedangkan Al-Muamalah al-Maliyah pembaha-sannya meliputi bentukbentuk
perikatan (akad) tertentu seperti jual beli (al-ba’i), gadai (al-rahn), sewa menyewa
(al-ijârah), pesanan (al-istishnâ’), jasa tanggungan (alkafâlah), pengalihan utang
(al-hiwâlah), pemberian kuasa (al-wakâlah), perdamain (al-sulh), kerjasama (al-
syirkah), bagi hasil (al-mudhârabah), pemberian (al-hibah), bagi hasil pertanian
(al-muzâra’ah), bagi hasil dalam pengairan (al-musâqah), titipan (al-wadî’ah),
pinjaman (al-qardh) dan lain sebagainya. Dalam fiqh muammalah terdapat tiga
objek yang sering dijadikan bahan kajian, yaitu: harta (al-mâl), hak-hak kebendaan
(al-huqûq), dan hukum perikatan (al-aqd).

B. Akad dan Jual Beli

Dalam fikih muammalah, dikenal yang namanya akad dan jual beli. Kedua
konsep tersebut erat kaitannya dalam pembahasan ekonomi islam, tiada jual beli
tanpa akan, dan akad tidak akan terjalin tanpa adanya transaksi jual beli.
Pemahaman akan jual beli memang diperlukan untuk memahami mana yang haq
dan batil.

1 Pengertian Akad dan Jual Beli

Akad berasal dari bahasa arab yaitu al-‘aqdu yang berarti perjanjian yang
tercatat atau kontrak (Kamus Al-Munawwir, dalam Yunus, dkk. 2018).
Sedangkan dalam istilah fikih muammalah, akad adalah suatu ikatan antara ijab
dan qabul dengan cara yang dibenarkan syara’ yang menetapkan adanya akibat-
akibat hukum pada objeknya. (Ghazaly, 2010)

Jual beli dalam bahasa arab sering disebut dengan kata al-bay'u (‫)البيع‬, al-
tijarah (‫ )التجارة‬, atau al-mubadalah (‫)المبادلة‬, yang berarti menjual , mengganti,
dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Dalam istilah syar’i, Dr. Wahbah Az-Zuhaili di dalam kitab Al-Fiqhul


Islami wa Adillatuhu mendefinisikan al-bay'u (‫ )البيع‬sebagai :

“Menukar sesuatu dengan sesuatu”.

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 6


2 Dasar Hukum Jual Beli
a. Al-Qur’an
1) Al-Baqarah ayat 275

ُُ‫ومُ ا لَّ ِذ ي يَ تَ َخ بَّ طُه‬


ُ ‫وم و َنُ إِ َّّلُ َك َم ا يَ ُق‬
ُ ‫ينُ ََيْ ُك لُو َنُ الرِ َبُ َّلُ يَ ُق‬
ِ َّ
َ ‫ال ذ‬
ُ‫ََّنُ ْمُ قَ ا لُوا إِ ََّّنَا ا لْ بَ ْي ُعُ ِم ثْ ُلُ الرِ َب‬ ِ ِ ‫الش ْي طَ ا نُ ِم َنُ ا لْ َم‬
َ ‫سُ ُ ۚ َٰذَ ل‬
َّ ‫كُ ِِب‬ َّ ُ

ُ‫اّللُُ ا لْ بَ ْي َعُ َو َح َّر َمُ الرِ َبُ ُ ۚ فَ َم ْنُ َج اءَ هُُ َم ْو ِع ظَ ةُ ِم ْنُ َربِ ِهُ فَ انْ تَ َه َٰى‬
َّ ُ‫َح َّل‬
َ ‫َوأ‬
َِّ ُ‫ُ ۖفَ لَ هُ م ا س لَ فُ وأَم رهُ إِ َل‬
ُ‫ابُ ال نَّا ِر‬
ُ ‫َص َح‬ َ ِ‫ادُ فَ أُولََٰ ئ‬
ْ ‫كُ أ‬ َ ‫اّللُ ُ ۖ َو َم ْنُ َع‬ ُُ ْ َ َ َ َ ُ
ُ‫يه ا َخ الِ ُد و َن‬ ِ
َ ‫ُه ْمُ ف‬

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.

2) An-Nisa ayat 5

ُ‫وه ْم‬ ِ َّ ُ‫الس َف َه اءَُ أ َْم َو ا لَ ُك ُمُ ا لَّ ِتُ َج َع َل‬


ُ ُ‫ام ا َو ْار ُزق‬
ً َ‫اّللُُ لَ ُك ْمُ ق ي‬ ُّ ‫َوَّلُ تُ ْؤ تُوا‬

‫وه ْمُ َو قُولُوا ََلُ ْمُ قَ ْوًّلُ َم ْع ُروفً ا‬ ِ


ُ ‫يه ا َوا ْك ُس‬
َ ‫ف‬

Artinya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang


belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu)

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 7


yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja
dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-
kata yang baik.

3) An-Nisa ayat 29
ِ ‫يُ أَيُّ ه ا ا لَّ ِذ ينُ آم نُوا َّلُ ََتْ ُك لُوا أَم وا لَ ُك مُ ب ي نَ ُك مُ ِب لْ ب‬
ُ‫اط ِلُ إِ َّّلُ أَ ْن‬ َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ

َّ ُ‫تَ ُك و َنُ ِِتَ َارةًُ َع ْنُ تَ َراضُ ِم ْن ُك ْمُ ُ ۚ َوَّلُ تَ ْق تُ لُوا أَنْ ُف َس ُك ْمُ ُ ۚ إِ َّن‬
ُ‫اّللَُ َك ا َن‬

‫يم ا‬ ِ ِ
ً ‫ب ُك ْمُ َرح‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.
b. As-Sunnah
1) HR. Bukhari no. 1973 dan Muslim no. 1532

Dari Hakim bin Hizam ‫ع ْنهه‬ ّ ‫ي‬


َ ‫َللاه‬ َ ‫ض‬
ِ ‫ َر‬, ia berkata, Rasulullah ‫صلى هللا عليه‬
‫وسلم‬bersabda, "Penjual dan pembeli masih boleh memilih (untuk
meneruskan transaksi atau membatalkannya) selama mereka belum
berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan apa adanya, maka
keduanya diberkahi dalam jual belinya. Jika keduanya menyembunyikan
(cacat) dan berdusta, maka akan dihapuslah berkah pada keduanya."

2) HR. Tirmizi no. 1210, Ibnu Majah no. 2146, dishahihkan oleh Al-
Albany dalam Shahih Targhib, no. 1785

Dari Isma'il bin 'Ubaid bin Rifa'ah, dari bapaknya dari


kakeknya, sesungguhnya ia keluar bersama Nabi ‫صلى هللا عليه‬
‫وسلم‬menuju mushalla, lalu beliau melihat orang-orang sedang berjual
beli, maka beliau pun bersabda, "Wahai para pedagang," Maka mereka
mendatangi Rasulullah ‫صلى هللا عليه وسلم‬dan menengadahkan leher serta

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 8


pandangan mereka. Lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya para
pedagang akan dibangkitkan di hari kiamat dalam keadaan durhaka,
kecuali orang yang bertakwa kepada Allah, berbuat baik dan
bersedakah."

c. Ijma

Para ulama sepakat akan halalnya jual beli, hal ini mengacu pada
tinjauan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal tersebut sejalan juga dengan qiyas.
Manusia pada dasarnya membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup,
transaksi jual beli merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hidup
di lingkungan sosialnya.

3 Rukun dan Syarat Akad dan Jual Beli

Dalam melakukan aktivitas jual beli, tentunya harus mengacu pada syariat
yang telah ditetapkan. Jual beli yang dilakukan harus sesuai dengan kaidah-
kaidah dan ketentuan-ketentuan muammalah syariah yang memenuhi rukun dan
syarat jual beli yang sah. Berikut rukun dan syarat jual beli yang sesuai dengan
fikih muammalah :

a. Rukun Jual Beli

Rukun jual beli terdapat tiga macam, yang ketiganya harus terpenuhi
secara sah :

1) Akad (Ijab dan qabul), merupakan ikatan antara pembeli dan penjual
atas transaksi yang disepakati. Syarat qabul adalah:
a) Jangan ada tenggang waktu yang memisahkan ucapan penjual
dan pembeli;
b) Jangan diselingi kata-kata lain antara penjual dan pembeli.
2) Pelaku akad, yaitu penjual dan pembeli;
3) Objek akad (ma’qud alaih).
b. Syarat Jual Beli

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 9


Syarat jual beli terbagi menjadi dua, yaitu syarat untuk pelaku jual beli
dan syarat untuk objek jual beli. Adapun syarat yang berkaitan dengan
pelaku jual beli sebagai berikut :

1) Kedua belah pihak harus melakukannya secara sukarela, tanpa ada


paksaan atau merugikan salah satu pihak;
2) Pelaku jual beli, baik penjual maupun pembeli, haruslah berkompeten,
mukallaf, dan rasyid (paham dalam mengatur uang).

Selain itu, berikut syarat sah untuk objek jual beli :

1) Suci dan bisa disucikan;


2) Memiliki nilai manfaat;
3) Tidak tergantung pada kondisi tertentu;
4) Tidak dibatasi tenggang waktu;
5) Dapat diserahkan;
6) Milik sendiri, atau memiliki izin dari pemilik barang;
7) Objeknya nyata, dapat diindera.

4 Macam-Macam Akad dan Jual Beli

Dalam kajian fikih muammalah, macam-macam jual beli dalam islam


sebagai berikut :

a. Bai’ al mutlaqah, yaitu transaksi pertukaran barang dengan uang secara


tunai;
b. Bai’ al muqayyadah, yaitu transaksi jual beli didasarkan pada
pertukaran barang dengan barang lainnya (barter);
c. Bai’ al sharf, yaitu transaksi pertutaran antar mata uang;
d. Bai’ al murabahah, yaitu transaksi jual beli barang tertentu. Dalam jual
beli ini, penjual meyebutkan secara jelas harga pembelian dan
keuntungan yang diambil;
e. Bai’ al musawamah, jual beli biasa, dimana penjual menjual barangnya
tanpa memberitahukan harga beli dan keuntungan yang diambil;

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 10


f. Bai’ al muwasha’ah, merupakan transaksi jual beli dimana penjual
memberikan harga dibawah harga pasar/potongan harga;
g. Bai’ as salam, yaitu transaksi jual beli dimana pembeli membayar uang
(sesuai harga barang) atasa barang yang telah disebutkan
spesifikasinya, sedangkan barang tersebut akan diserahkan di
kemudian hari sesuai kesepakatan;
h. Bai’ al istishna, merupakan transaksi jual beli yang hampir mirip
dengan bai’ as salam, yaitu kontrak jual beli dimana harga atas barang
tersebut dapat diangsur sesuai dengan syarat dan kesepakatan
keduabelah pihak.
C. Ijarah

Islam sebagai agama yang mencintai kedamaian mengajarkan umatnya untuk


senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia sesuai syariat islam demi
kemaslahatan umat. Manusia tidak dapat hidup sendirian karena sesungguhnya
Alloh menciptakan manusia berpasang-pasangan untuk saling tolong-menolong
dan beribadah kepada Alloh. Pada dasarnya, manusia saling membutuhkan satu
sama lain. Oleh karena itu, kita melakukan aktifitas ekonomi seperti jual beli,
pinjam meminjam, maupun sewa menyewa atau dikenal dengan istilah ijarah.

1. Pengertian Ijarah

Ijarah berasal dari bahasa arab yaitu al-ajru yang memiliki arti “upah” atau
“ganti” atau “imbalan”. Sedangkan dalam syariat islam, setiap ulama
memberikan definisi yang berbea-beda. Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie (Suhendi,
2015 dalam Rasit, 2019) mendefinisikan ijarah sebagai akad yang objeknya
ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan
imbalan, sama dengan menjual manfaat.

2. Dasar Hukum Ijarah

Ijarah merupakan pembahasan yang dikaji dalam fikih muammalah. Hukum


asalnya menuruh jumhur ulama adalah boleh atau mubah bila dilaksanakan

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 11


sesuai syariat islam. Berikut dasar hukum menutut Al-Qur’an, Al-Hadist, dan
Ijma:

a. Al-Qur’an
1) Al-Thalaq ayat 6

ِ ِ
َ ُ‫ثُ َس َك نْ تُ ْمُ ِم ْنُ ُو ْج د ُك ْمُ َوَّلُ ت‬
ُ ‫وه َّنُ ِم ْنُ َح ْي‬
‫ض يِ ُق وا‬ ِ ‫أ‬
َ ُ‫وه َّنُ ل ت‬
ُ ‫ار‬
ُّ ‫ض‬ ُ ُ‫َس ك ن‬
ْ
ِ ِ َ ‫ع لَ ي ِه َّنُ ُ ۚ و إِ ْنُ ُك َّنُ أ‬
ُ‫ض ْع َن‬ َٰ َّ ‫ُوّل تُ ََحْ لُ فَ أَ نْ ف ُق وا َع لَ ْي ِه َّنُ َح‬
َ َ‫ّتُ ي‬ َ َْ
ُ‫ور ُه َّنُ ُ ۖ َوأْ ََتِ ُروا بَ يْ نَ ُك ْم‬
َ ‫ُج‬
ُ ‫وه َّنُ أ‬ َ ‫ََحْ لَ ُه َّنُ ُ ۚ فَ ِإ ْنُ أ َْر‬
ُ ُ‫ض ْع َنُ لَ ُك ْمُ فَ آ ت‬
ُ‫ُخ َر َٰى‬ ِ ِ ِ
ْ ‫اس ْر ُتُْ فَ َس ُُتْض ُعُ لَ هُُ أ‬
َ ‫ِبَ ْع ُروفُ ُ ۖ َو إ ْنُ تَ َع‬
Artinya : Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan
mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-
isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada
mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu)
dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain
boleh menyusukan (anak itu) untuknya.

2) Al-Baqarah ayat 233

ُ‫يُ ُ ۖ لِ َم ْنُ أ ََر َادُ أَ ْنُ يُتِ َّم‬


ِ ْ َ‫يُ َك ِام ل‬
ِ ْ َ‫اتُ يُر ِض ْع نُ أ َْوَّل َد ُه َّنُ َح ْو ل‬ ِ
َ ْ ُ ‫َوا لْ َوال َد‬
ِ ‫ودُ لَ هُ رِ ْزقُ ه َّنُ وكِ س و ُُتُ َّنُ ِب لْ م ع ر‬
ُ‫وفُ ُ ۚ َّل‬ ِ ُ‫الرض اع ةَُ ُ ۚ و ع لَ ى ا لْ م و ل‬
ُْ َ َْ َ ُ ُ َْ َ َ َ َ َّ
ُ‫ض َّارُ َوالِ َد ةُ بِ َو لَ ِد َه ا َوَّلُ َم ْو لُود‬
َ ُ‫فُ نَ ْف سُ إِ َّّلُ ُو ْس َع َه ا ُ ۚ َّلُ ت‬
ُ َّ‫تُ َك ل‬
ِ ِ ِ ِ‫لَ هُ بِو لَ ِد هُِ ُ ۚ و ع لَ ى ا لْوار‬
َ ‫ثُ ِم ثْ ُلُ ََٰذ ل‬
َ ‫كُُ فَ ِإ ْنُ أ ََر َاد ا ف‬
ُ‫ص ًاّلُ َع ْن‬ َ ََ َ ُ

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 12


ُ‫احُ َع لَ ْي ِه َم اُ َو إِ ْنُ أ ََر ْد ُتُْ أَ ْن‬ ِ
َ َ‫او رُ فَ َلُ ُج ن‬
ُ ‫تَ َراضُ م نْ ُه َم ا َو تَ َش‬
ُ‫احُ َع لَ ْي ُك ْمُ إِ َذ ا َس لَّ ْم تُ ْمُ َم ا آتَ يْ تُ ْم‬ ِ
َ َ‫تَ ْس َُتْض عُ وا أ َْوَّل دَ ُك ْمُ فَ َلُ ُج ن‬
ِ ‫اّللُ ِِبَا تَ ع م لُو َنُ ب‬
ُ‫ص ي‬ َّ ‫اع لَ ُم وا أ‬ ِ ‫ِب لْ م ع ر‬
َّ ‫وفُُ َواتَّ ُق وا‬
َ َْ َ َّ ُ‫َن‬ ْ ‫اّللَُ َو‬ ُْ َ
Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan
oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.

b. Al-Hadist
1) HR. Bukhari No. 1961

Dari ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami Khalid dari ‘Ikrimah


dari Ibnu ‘Abbas radiallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah SAW
berbekam dan membayar orang yang membekamnya. Seandainya
berbekam itu haram, tentu Beliau tidak akan memberi upah”

2) HR. Ahmad dan Bu Dawud (Suhendi, 2015 dalam Rasit, 2019)

“Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar dari tanaman


yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara itu dan
memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang mas atau perak”

c. Ijma

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 13


Dalam buku Fikih Al-Sunnah (Rasit, 2019) menyatakan bahwa semua
umat bersepakat bahwa kesepakatan ijarah merupakan bentuk
muammalah yang diperbolehkan dan tidak ada satupun ulama yang
berbeda pendapat.
3. Rukun dan Syarat Ijarah

Kesepakatan Ijarah dikatakan sah jika memenuhi rukun dan syarat sesuai
syariat islam. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk terjalin kesepakatan yang
memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.

a. Rukun Ijarah
1) ‘Aqid yaitu pelaku ijarah, terdiri dari mu’jir dan musta’jir. Mu’jir
adalah orang yang menyewa dan memberikan upah, sedangkan
musta’jir adalah orang yang menyewakan barang/jasa dan
menerima upah;
2) Shighat yaitu akad yang terjalin antara mu’jir dan musta’jir;
3) Ujrah adalah uang sewa atau upah.
b. Syarat Ijarah
1) Bagi ‘aqid (pelaku ijarah): baligh, berakal, tasharruf (dapat
mengendalikan harta), dan saling meridhai;
2) Bagi Ujrah (Uang sewa atau upah): diketahui jumlahnya oleh kedua
belah pihak dan disepakati bersama.
4. Macam-Macam Ijarah

Secara umum, islam mengenal dua macam ijarah, yaitu ijarah terhadap
benda (sewa menyewa) dan ijarah terhadap pekerjaan atau jasa (upah
mengupah).

a. Sewa menyewa

Ijarah terhadap barang diperbolehkan terhadap barang-barang mubah


seperti rumah, tanah, kendaraan, dan lain-lain. Namun, ijarah terhadap
barang-baran haram hukumnya haram.

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 14


b. Upah mengupah

Ijarah ‘ala al a’mal atau upah mengupah diperbolehkan pada pekerjaan


yang halal seperti membangun rumah, mengantarkan makanan, dan lain-
lain. Dalam fikih muammalah, ijarah ‘ala al a’mal dibagi menjadi dua,
yaitu:

1) Ijarah khusus, yaitu ijarah yang saling terikat perjanjian sebagai


pekerja terhadap pemberi upah, sehingga musta’jir tidak
diperkenankan untuk bekerja di tempat lain;
2) Ijarah musytarik, yaitu ijarah yang dilakukan berasaskan kerja sama,
sehingga setiap pihak tidak saling terikat terhadap suatu perjanjian
kerja.
D. Pinjam Meminjam
1. Pengertian Pinjam Meminjam

Dalam etimologi bahasa arab, pinjam meminjam dikenal dengan kata al-
ariyah yang memeiliki arti suatu yang dipinjamkan, pergi dan kembali, atau
beredar. Sedangkan dalam fikih muammalah, menurut syafi'iyah (Yusufin,
2018) mendefinisikan al-ariyah sebagai suatu kebolehan dalam mengambil
manfaat dari seseorang yang membebaskannya, apa yang mungkin untuk
dimanfaatkan, serta tetap zat barangnya supaya tetap dapat dikembalikan
kepada pemilik barangnya.

Pakat fikih Hanafi (Yusufin, 2018) mengemukakan tiga rukun al-ariyah


agar terjalin akad yang sah menurut syara’, yaitu:

a. Orang yang meminjamkan;


b. Orang yang meminjam;
c. Barang yang dipinjamkan.
2. Dasar Hukum Pinjam Meminjam
a. Al-Qur’an

QS. Al- Maidah ayat 2

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 15


... ُ‫ ُ ۚ ُ َۖو تَ َع َاو نُوا َع لَ ى ا لْ ِبُِ َوالتَّ ْق َو َٰى‬...
Artinya: ... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, ...

b. Al-Hadist

HR. Abu Dawud : “Sampaikanlah amanat orang yang memberikan


amanat kepadamu dan janganlah kamu khianat sekalipun dia khianat
kepadamu”.

HR. Darutquthni : “pinjaman yang tidak berkhianat tidak berkewajiban


mengganti kerugian dan orang yang menerima titipan yang tidak khianat
tidak berkewajiban mengganti kerugian”

HR. Bukhari : “Siapa yang meminjam harta manusia dengan kehendak


membayarnya maka Allah akan membayarnya, barang siapa yang
meminjam hendak melenyapkannya, maka Allah akan melenyapkan
hartanya”

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 16


BAB III

PEMBAHASAN

A. Hukum Jual Beli Makanan secara Online

Sebagaimana diputuskan oleh Majma’ Al Fiqh Al Islami (Divisi Fikih OKI)


keputusan no. 52 (3/6) tahun 1990, yang berbunyi “Apabila akad terjadi antara
dua orang yang berjauhan tidak berada dalam satu majlis dan pelaku transaksi,
satu dengan lainnya tidak saling melihat, tidak saling mendengar rekan
transaksinya, dan media antara mereka adalah tulisan atau surat atau orang
suruhan, hal ini dapat diterapkan pada faksimili, teleks, dan layar komputer
(internet). Maka akad berlangsung dengan sampainya ijab dan qabul kepada
masing-masing pihak yang bertransaksi. Bila transaksi berlangsung dalam satu
waktu sedangkan kedua belah pihak berada di tempat yang berjauhan, hal ini dapat
diterapkan pada transaksi melalui telepon ataupun telepon seluler, maka ijab dan
qabul yang terjadi adalah langsung seolah-olah keduanya berada dalam satu
tempat.”

Dalam jual beli makanan secara online, penjual akan membuat akun atas nama
restoran tersebut melalui aplikasi pesan antar. Penjual akan mengunggah makanan
yang akan dijual kepada pembeli, penyediaan layanan aplikasi pemesanan makanan
oleh pihak penjual pada aplikasi pesan antar merupakan ijab dan
pengisian/pemesanan makanan yang telah diisi oleh pembeli merupakan qabul.
Penjual harus mencantumkan gambar, spesifikasi, dan harga barang yang dijual
secara jelas. Ijab dan qabul yang dilakukan antara penjual dan pembeli merupakan
akad jual beli.

Selain itu, Penjual wajib menjual makanan halal dan baik yang sesuai dengan
syariat islam. Makanan yang dijual pun harus memenuhi persyaratan sebagai objek
akad. Pada dasarnya, transaksi jual beli makanan secara berbasis digital, mayoritas
ulama menghalalkannya selama tidak ada unsur gharar atau ketidakjelasan, dengan
mencantumkan informasi produk/makanan yang tidak sesuai dan mempengaruhi
harga.

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 17


B. Akad Jual Beli Makanan secara Online

Dalam menelaah akad yang terjalin dalam jual beli makanan secara online,
tentunya harus mengetahui pihak-pihak yang terkait. Dalam jual beli online
setidaknya terdapat empat pihak yang terlibat dengan berbagai macam akad, yaitu:
1) Pembeli; 2) Penjual; 3) Penyedia layanan/pengemudi ojek/kurir; 4) Perusahaan
penyedia layanan. Akad-akad yang terjalin diantara pihak-pihak terkait, antara lain:

1 Akad ijarah, akad ini terikat antara perusahaan dengan penyedia


layanan/pengemudi ojek/kurir. Penyedia layanan mengajukan aplikasi
permohonan untuk menjadi mitra perusahaan dalam menyediakan
layanan. Akad yang dibuat pun cukup jelas, karena tercantum dalam
syarat dan ketentuan yang diberikan kepada calon penyedia layanan pada
saat mendaftar. Perusahaan menyediakan layanan teknologi yang
menjembatani antara pembeli dengan penyedia layanan, sedangkan
penyedia layanan akan memberikan biaya atas sewa aplikasi dalam
jumlah tertentu. Selain itu, akan sewa menyewa juga berlaku antara
perusahaan dengan restoran/penjual.
2 Akad jual beli, pembeli dan penjual melakukan akad jual beli melalui
aplikasi yang disediakan perusahaan. Jenis akad yang terikat merupakan
akad bai’ as salam. Akad as salam terjalin ketika pembeli menggunakan
uang elektronik dan membayarkan terlebih dahulu (jika pembeli
menggunakan uang tunai maka penyedia layanan/pengemudi ojek/kurir
akan meminjamkan uang terlebih dahulu), kemudian barang yang dipesan
akan dikirim nanti sesuai kesepakatan (dalam hal ini selama penyedia
layanan membelikan makanan).
3 Akad wakalah, merupakan akan yang terjadi antara pembeli dengan
penyedia layanan/pengemudi ojek/kurir. Penyedia layanan akan
menggantikan pembeli melakukan transaksi jual beli langsung dengan
penjual.
4 Akad pinjam meminjam, akad yang terjalin antara pembeli dengen
penyedia layanan/pengemudi ojek/kurir. Akad ini terjadi ketika pembeli
membayar menggunakan uang tunai, sehingga penyedia layanan akan

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 18


membeyarkan sejumlah uang sesuai harga terlebih dahulu, kemudian
pembeli akan mengganti uang tersebut setelah penyedia layanan tiba.
C. Konsep Layanan Go-Food

Go-Food merupakan produk yang dikeluarkan Go-Jek (PT Karya Anak Bangsa)
sebagai pelayanan pesan makanan online dari berbagai merchant. Gojek merintis
usahanya sejak tahun 2010 hingga saat ini sudah memiliki banyak jenis layanan,
termasuk Go-Food. Go-Food merupakan layanan pesan antar berbasis digital
terbesar di Indonesia yang paling banyak diminati masyarakat luas. Saat ini, Go-
Food sudah didominasi oleh industri makanan kecil dan menengah (UMKM).

Go-food merupakan layanan pesan makanan yang memanfaatkan kemajuan


teknologi dan internet. Dalam pelayannya, Go-Food menghubungkan tiga pihak
secara langsung, yaitu pembeli, penjual, dan pengemudi ojek sebagai kurir makanan.
Dalam hal ini, Gojek selaku perusahaan yang menyediakan layanan Go-Food
menyediakan layanan tersebut agar ketiga pihak mampu melakukan transaksi san
saling menguntungkan.

Go-Food dapat menjalankan operasionalnya dengan membebani biaya sewa


kepada penjual selaku merchant yang bekerja sama dengan Go-Food dalam
membuka gerai online melalui aplikasi sehingga pembeli dapat mengunjungi gerai
online tersebut. Selain itu, Go-Food juga akan membebani biaya sewa aplikasi
kepada pengemudi ojek atas upah yang diterima oleh pengemudi ojek dari pembeli.

Pengemudi
Ojek
Keterangan :
Garis Merah : Akad Sewa Menyewa
Garis Biru : Akad Jual Beli
Garis Kuning : Akad Wakalah dan
Akad Pinjam Meminjam
Perusahaan
(Go-Jek)

Pembeli Penjual

Gambar 3.1 Bagan Akad Transaksi dalam Aplikasi Go-Food

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 19


Rukun dan syarat jual beli melalui layanan Go-Food telah sesuai dengan syariat
islam, dimana terdapat pelaku jual beli, akad, dan barang yang dijual harus sesuai
syarat. Barang yang dijual berbagai macam ada yang halal maupun haram karena
tidak semua penjual yang bekerja sama dengan Go-Food merupakan muslim.
Dalam hal ini, pihak Go-Food sudah memberikan arahan kepada semua penjual
agar mencantumkan spesifikasi makanan secara jelas termasuk jika terdapat bahan
makanan yang haram, seperti daging babi, minyak babai, alkohol, dan lain-lain. Hal
ini tentu sudah sesuai syariat islam dimana barang yang dijual telah disebutkan
secara jelas, baik spesifikasi barang maupun harganya.

Akad yang terjalin dalam transaksi jual beli melalui aplikasi Go-Food juga
sudah sesuai dengan kaidah fikih muammalah, dimana masing-masing pihak
melakukan akad yang telah disepakati. Akan tetapi, dalam hadist yang diriwayatkan
oleh Bukhari mengemukakan laranagn penggabungan akad (al ‘uquud al
murakkabah) yang hukumnya haram.

Dalam hal ini, belum ada ijtima yang mengklarifikasi masalah penggabungan
akad yang ada pada layanan Go-Food. Namun, selain itu jual beli makanan melalui
aplikasi Go-Food sudah sesuai dengan ketentuan dalam Fikih Muammalah.

D. Konsep Layanan Grab Food

Grab merupakan salah satu platform O2O yang berpusat di Singapura dengan
menyediakan berbagai layanan on-demand. Salah satu layanan favorit di Grab
adalah Grab Food. Grab Food diluncurkan melihat peluang pasar industri makanan
di Indonesia yang sangat menguntungkan. Saat ini, Grab Food bersaing dengan
kompetitor besar lainnya di bidang layanan pesan antar makanan online, seperti Go-
Food.

Konsep layanan Grab Food hampir mirip dengan Go Food dimana Grab selaku
perusahaan menghubungkan ketiga pihak untuk melakukan transaksi, yaitu: pemeli,
penjual, dan pengemudi ojek. Ketiga pihak melakukan transaksi dan menjalin akad
masing-masing seperti halnya dalam aplikasi Go-Food.

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 20


Pembeli dan penjual terikat dalam akad jua beli, dimana keduanya melakukan
transaksi jual beli yang akan diwakilkan oleh pengemudi ojek yang terikat dengan
akad wakalah. Grab selaku perusahaan terikat akad sewa menyewa dengan
pengemudi ojek dan penjual yang memanfaatkan layanan tersebut dengan
membebankan sejumlah uang sewa sesuai kesepakatan dalam perjanjian.
Sedangkan perusahaan dengan pembeli melakukan akad sewa menyewa lewat
penggunaan dan penilaian tanpa uang sewa.

Tahun 2018, Grab Food meluncurkan layanan terbaru yang dikenal dengan
nama GrabKitchen, dapur delivery-only. Grabkitchen merupakan penggabungan
penjual yang dilakukan oleh pihak perusahaan dalam satu titik/lokasi, sehingga
pembeli akan mendapatkan pelayanan yang terpusat dengan keunggulan lebih cepat
dan variatif.

Ditinjau melalui fikih muammalah, hal ini diperbolehkan bila tidak melanggar
rukun dan syarat akad maupun jual beli. Namun, hal ini dapat dikatakan haram jika
perusahaan memonopoli perdagangan yang merugikan penjual lainnya. Tentu,
sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk dapat bersaing secara sehat tanpa
merugikan pihak lainnya.

E. Konsep Layanan Pesan Antar Lainnya


1 Klik-Eat.com

Platform layanan pesan antar berbasis online ini pada tahun 2012. Awalnya
Klik-Eat.com menjalankan bisnisnya secara online hingga saat ini sudah
meluncurkan aplikasi berbasis smartphone.

Konsep layanan Klik-Eat terbilang sederhana, dimana perusahaan


menyediakan layanan pesan antar dengan kurir yang statusnya sebagai pekerja
bukan mitra. Secara operasional, Klik-Eat.com selaku perusahaan
menghubungkan penjual dan pembeli dimana keduanya menggunakan jasa
yang disediakan perusahaan. Rukun dan syarat jual beli yang terjadi melalui
aplikasi ini juga cukup jelas, dimana ada pelaku jual beli, akad, dan barang
yang diperjual-belikan.

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 21


Klik-
Eat.com Keterangan :
Garis Merah : Akad Sewa Menyewa
Garis Biru : Akad Jual Beli
Garis Kuning : Akad Wakalah dan
Akad Pinjam Meminjam
Pembeli Penjual

Gambar 3.2 Bagan Akad Transaksi melalui Klik-Eat.com

Dalam transaksinya, terdapat empat jenis akan yang mungkin terjadi.


Pertama akad sewa menyewa terjadi pada pembeli dan penjual dengan pihak
Klik-Eat.com dimana keduanya memanfaatkan jasa pesan antar yang
disediakan Klik-Eat.com. Kedua akad jual beli, akad ini terjadi antara
pembeli dengan penjual dan Klik-Eat.com dengan penjual, dimana Klik-
Eat.com juga terikat akad wakalah. Ketiga akad wakalah, yaitu akan yang
terjalin dimana pihak Klik-Eat.com menggantikan pembeli untuk
melakukan transaksi jual beli secara langsung. Keempat, akad pinjam
meminjam, akad ini terjadi karena pihak Klik-Eat.com akan membayarkan
terlebih dahulu biaya makanan kepada penjual.

2 Kulineran

Platform pesan antar makanan ini berpusat di Yogyakarta yang telah bekerja
sama dengan lebih dari 150 restoran. Kulineran menyediakan lebih dari 6000
pilihan makanan yang dapat pembeli pilih. Tentunya, kulineran mempunyai
keunggulan terutama dalam menyediakan makanan khas Yogyakarta.

Konsep layanan pesan makanan ini lebih praktis dan sederhana. Dengan
mengusung konsep kekeluargaan. Pembeli dapat melakukan transaksi secara
cepat melalui telepon atau wbsite yang dikembangkan pihak Kulineran.

Rukun dan syarat jual beli pada platform Kulineran sudah sesuai aplikasi.
Sedangkan akad yang terjalin serupa denga Klik-Eat.com, dimana pihak
Kulineran menyediakan kurir sendiri yang berstatus sebagai pekerja.

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 22


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian fikih muammalah yang telah dikemukakan, penulis


menyimpulkan beberapa hal, yaitu:

1 Dalam transaksi jual beli makanan secara online, terdapat rukun dan syarat
yang harus dipenuhi. Rukun dan syarat akad maupun jual beli harus sah
secara syariat tanpa ada cacat hukum atau keraguan;
2 Konsep layanan pesan antar jual beli makanan dari beberapa platform yang
telah dikaji, umumnya terdapat dua bentuk, yaitu:
a. Kemitraan, merupakan bentuk layanan pesan antar dimana pihak kurir
merupakan mitra dari perusahaan pengembang aplikasi;
b. Layanan penuh, merupakan layanan pesan antar makanan dimana pihak
kurir merupakan pekerja yang disediakan perusahaan.
3 Secara rukun dan syarat akad maupun jual beli, transaksi jual beli makanan
secara online telah memenuhi kaidah dan ketentuan akad maupun jual beli
dalam fikih muammalah sehingga jual beli makanan secara online sah dan
diperbolehkan. Akan tetapi, terdapat penggabungan akad (al ‘uquud al
murakkabah) yang hukumnya haram.
B. Saran

Dalam sengketa halal atau haramnya layanan pesan antara berbasis digital
hendaknya harus dilakukan kajian yang lebih mendalam, terutama terkait masalah
penggabungan akad (al ‘uquud al murakkabah). Pihak penjual, pembeli, penyedia
layanan, maupun perusahaan hendaknya turut serta dalam memperhatikan
terjalinnya akad dan jual beli, baik dari sisi rukun maupun syarat sahnya agar jual
beli yang terjadi sesuai dengan kaidah fikih muammalah tanpa keraguan.

Sebagai negara yang mayoritas muslim, ijtima Majelis Ulama Indonesia sangat
diperlukan sebagai arahan dalam bermuammalah di era digital. Dengan demikian,
sebagai masyarakat muslim kita akan mampu bermuammalah sesuai syara’.

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 23


DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi dkk. (2002). Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam RI.

Bashori, Ahmat. (2019). Analisis Hukum Islam Terhadap Akad Jual Beli
Melalui Aplikasi Go-Food di Kota Surabaya [Skripsi]. Surabaya: Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel. (Diakses tanggal 13 Januari 2020 Jam 11.00)

Madjid, St Saleha. (2018). Prinsip-Prinsip (Asas-Asas) Muamalah. Jurnal


Hukum Ekonomi Syariah Vol. 2 No. 1, hal 14-28. (Diakses tanggal 13 Januari
2020 Jam 10.00)

Rahayu, Halimatus Sayidah Ika. (2019). Analisis Hukum Islam Terhadap


Praktik Jual Beli Makanan dan Aplikasi [Skripsi]. Surabaya: Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel. (Diakses tanggal 13 Januari 2020 Jam 11.00)

Rasit, Yuli Irawan. (2019). Akad dalam Transaksi pada Aplikasi Go-Food
di PT Gojek Indonesia Cabang Makassar dalam Perspektif Ekonomi Islam
[Skripsi]. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. (Diakses
tanggal 13 Januari 2020 Jam 10.00)

Salim, Munir. (2017). Jual Beli Secara Online Menurut Pandangan Hukum
Islam. Al-Daulah Vol. 6 No. 2, hal 371-386. (Diakses tanggal 13 Januari 2020 Jam
10.00)

Syahidin dkk. (2003). Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Perguruan


Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam RI.

Yunus, Muhammad. Fahmi Fatwa Rosyadi Satria Hamdani., dan Gusti


Khairina Shofia. (2018). Tinjauan Fikih Muammalah Terhadap Akad Jual Beli
dalam Transaksi Online pada Aplikasi Go-Food. Jurnal Ekonomi dan Keuangan
Syariah Vol. 2 No. 1, hal 134-146. (Diakses tanggal 13 Januari 2020 Jam 10.00)

Yusufin, Adelia Annisa. (2018). Transaksi Jual Beli Melalui Jasa Go-Food
Dalam Perspektif hukum Islam [Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung.
(Diakses tanggal 14 Januari 2020 Jam 08.00)

Ujian Akhir Semester PAI | Piren Septianmar 24

Anda mungkin juga menyukai