MUAMMALAH
TINJAUAN FIKIH MUAMMALAH PADA AKAD PESAN ANTAR
DALAM JUAL BELI MAKANAN SECARA ONLINE
Diajukan sebagai Ujian Akhir Semester mata kuliah Pendidikan Agama Islam
yang diampu oleh :
Ahmad Dwi Nur K., S. Pd. I., M. Pd.
Oleh :
Piren Septianmar 18081101
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan pujan dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Tinjauan Fikih Muammalah Pada Akad
Pesan Antar Dalam Jual Beli Makanan Secara Online”.
Makalah ini disusun dengan bantuan berbagai pihak dan sumber referensi,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan semua
penulis jurnal, buku, ataupun karya ilmiah yang penulis gunakan sebagai referensi.
Makalah ini disusun sebagai Ujian Akhir Semester mata kuliah Pendidikan
Agama Islam dan sarana pengetahuan bagi penulis dan pembaca, sehingga semua
pihak mampu memahami hukum jual beli makanan secara online.
Penulis
Halaman
Halaman
Gambar 3.1 Bagan Akad Transaksi dalam Aplikasi Go-Food ....................... 19
Gambar 3.2 Bagan Akad Transaksi Melalui Klik-Eat.com ............................ 22
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, bukan hanya barang pakai yang dapat dijual-belikan secara daring.
Industri makanan juga mulai memperluas pemasarannya secara online. Beberapa
perusahaan besar, seperti pizza hut, menyediakan layanan pesan antar untuk
mempermudah konsumen yang ingin membeli pizza. Seiring dengan adanya
penyedia layanan pesan antar online, seperti halnya Go-Food dan Grab Food,
banyak industri makanan kecil dan menengah ikut merambahkan bisnisnya secara
online.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Makah ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada banya pihak, seperti:
Makalah ini ditulis terbatas pada tinjauan fikih muammalah pada layanan pesan
antara berbasis digital, meliputi dasar hukum, rukun, syaram, macam-macam, dan
analisis pada beberapa aplikasi layanan pesan antar seperi Go-Food, Grab Food,
dan layanan pesan antar lainnya (Traveloka Food, PHD, dan layanan pesan antar
milik perusahaan)
F. Sistematika Penulisan
Bab I pendahuluan, pada bagian ini akan dibahas latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan ruang lingkup penulisan, dan
sistematika penulisan sebagai gambaran umum makalah.
Bab II landasan teori, bab ini akan memaparkan teori yang digunakan penulis
sebagai bahan analisis untuk bab selanjutnya. Beberapa teori yang digunakan
Bab III pembahasan, merupakan bab initi dari makah ini yang akan
memaparkan hasil analisis penulis terhadap rumusan masalah yang telah ditetapkan.
Adapun hasil analisis yang akan dikemukakan antara lain: Hukum jual beli
makanan secara online, akad jual beli makanan secara online, konsep layanan Go-
Food, konsep layanan Grab-Food, konsep layanan pesan antar lainnya.
Bab IV penutup, ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran
dari pembahasan yang telah ditulis. Kesimpulan akan ditarik berdasarkan tinjauan
fikih muammalah atas masalah yang dikaji. Saran akan berisi beberapa argumen
untuk penelitian selanjutnya.
LANDASAN TEORI
A. Fikih Muammalah
Fikih Muammalah terdiri dari dua kata, yaitu fikih dan muammalah. Fikih
merupakan kata kerja dari kata fuqaha yang berarti mendalami sesuatu. Fuqaha
merupakan kata kerja yang menuntut kesungguhan pelakunya. Terdapat 19 ayat
menggunakan kata fikih menunjukan pentingnya mendalami sesuatu dengan
sungguh-sungguh. Sedangkan muammalah berasal dari akat ‘amala yang berarti
berurusan (dalam arti sempit berdagang). Muammalah mengharuskan adanya dua
pihak yang saling berinterakasi melakukan sebuah urusan dengan tujuan tertentu.
Muammalah juga diartikan sebagai hukum syar’i yang mengatur hubungan antar
sesama manusia.
Fikih muammalah merupakan kategori fikih yang dapat dipahami maksud dan
hikmah diisyaratkannya suatu hukum oleh akal (ma’qûl alma’nâ). Nash yang
menunjuk masalah muammalah sangat sedikit dijelaskan rinci oleh Nabi dan
berlaku umum, sehingga dapat diterapkan kapanpum dan dimanapun.
Menurut Ibnu Najim (dalam Maksum dan Ali) memaparkan lima hal yang
menyangkut muammalah, yaitu: pertukaran harta, perkawinan, persengketaan,
pemberian kepercayaan, dan kewarisan.
Ruang lingkup fikih muamalah dibagi menjadi dua. Pertama, ruang lingkup al-
Muamalah al-Adabiyah dan al-Muamalah al-Maliyah. AlAdabiyah adalah
pembahasan-pembahasan yang mengenai aspek moral seperti ridha, tidak terpaksa,
transparan, jujur, bebas dari unsur gharar dan menjauhi sifat-sifat seperti tadlîs
(tidak transparan), gharar (tipuan), risywah (sogok), ikhtikâr (penimbunan).
Dalam fikih muammalah, dikenal yang namanya akad dan jual beli. Kedua
konsep tersebut erat kaitannya dalam pembahasan ekonomi islam, tiada jual beli
tanpa akan, dan akad tidak akan terjalin tanpa adanya transaksi jual beli.
Pemahaman akan jual beli memang diperlukan untuk memahami mana yang haq
dan batil.
Akad berasal dari bahasa arab yaitu al-‘aqdu yang berarti perjanjian yang
tercatat atau kontrak (Kamus Al-Munawwir, dalam Yunus, dkk. 2018).
Sedangkan dalam istilah fikih muammalah, akad adalah suatu ikatan antara ijab
dan qabul dengan cara yang dibenarkan syara’ yang menetapkan adanya akibat-
akibat hukum pada objeknya. (Ghazaly, 2010)
Jual beli dalam bahasa arab sering disebut dengan kata al-bay'u ()البيع, al-
tijarah ( )التجارة, atau al-mubadalah ()المبادلة, yang berarti menjual , mengganti,
dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.
ُاّللُُ ا لْ بَ ْي َعُ َو َح َّر َمُ الرِ َبُ ُ ۚ فَ َم ْنُ َج اءَ هُُ َم ْو ِع ظَ ةُ ِم ْنُ َربِ ِهُ فَ انْ تَ َه َٰى
َّ َُح َّل
َ َوأ
َِّ ُُ ۖفَ لَ هُ م ا س لَ فُ وأَم رهُ إِ َل
ُابُ ال نَّا ِر
ُ َص َح َ ِادُ فَ أُولََٰ ئ
ْ كُ أ َ اّللُ ُ ۖ َو َم ْنُ َع ُُ ْ َ َ َ َ ُ
ُيه ا َخ الِ ُد و َن ِ
َ ُه ْمُ ف
2) An-Nisa ayat 5
3) An-Nisa ayat 29
ِ يُ أَيُّ ه ا ا لَّ ِذ ينُ آم نُوا َّلُ ََتْ ُك لُوا أَم وا لَ ُك مُ ب ي نَ ُك مُ ِب لْ ب
ُاط ِلُ إِ َّّلُ أَ ْن َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ
َّ ُتَ ُك و َنُ ِِتَ َارةًُ َع ْنُ تَ َراضُ ِم ْن ُك ْمُ ُ ۚ َوَّلُ تَ ْق تُ لُوا أَنْ ُف َس ُك ْمُ ُ ۚ إِ َّن
ُاّللَُ َك ا َن
يم ا ِ ِ
ً ب ُك ْمُ َرح
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.
b. As-Sunnah
1) HR. Bukhari no. 1973 dan Muslim no. 1532
2) HR. Tirmizi no. 1210, Ibnu Majah no. 2146, dishahihkan oleh Al-
Albany dalam Shahih Targhib, no. 1785
c. Ijma
Para ulama sepakat akan halalnya jual beli, hal ini mengacu pada
tinjauan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal tersebut sejalan juga dengan qiyas.
Manusia pada dasarnya membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup,
transaksi jual beli merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hidup
di lingkungan sosialnya.
Dalam melakukan aktivitas jual beli, tentunya harus mengacu pada syariat
yang telah ditetapkan. Jual beli yang dilakukan harus sesuai dengan kaidah-
kaidah dan ketentuan-ketentuan muammalah syariah yang memenuhi rukun dan
syarat jual beli yang sah. Berikut rukun dan syarat jual beli yang sesuai dengan
fikih muammalah :
Rukun jual beli terdapat tiga macam, yang ketiganya harus terpenuhi
secara sah :
1) Akad (Ijab dan qabul), merupakan ikatan antara pembeli dan penjual
atas transaksi yang disepakati. Syarat qabul adalah:
a) Jangan ada tenggang waktu yang memisahkan ucapan penjual
dan pembeli;
b) Jangan diselingi kata-kata lain antara penjual dan pembeli.
2) Pelaku akad, yaitu penjual dan pembeli;
3) Objek akad (ma’qud alaih).
b. Syarat Jual Beli
1. Pengertian Ijarah
Ijarah berasal dari bahasa arab yaitu al-ajru yang memiliki arti “upah” atau
“ganti” atau “imbalan”. Sedangkan dalam syariat islam, setiap ulama
memberikan definisi yang berbea-beda. Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie (Suhendi,
2015 dalam Rasit, 2019) mendefinisikan ijarah sebagai akad yang objeknya
ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan
imbalan, sama dengan menjual manfaat.
a. Al-Qur’an
1) Al-Thalaq ayat 6
ِ ِ
َ ُثُ َس َك نْ تُ ْمُ ِم ْنُ ُو ْج د ُك ْمُ َوَّلُ ت
ُ وه َّنُ ِم ْنُ َح ْي
ض يِ ُق وا ِ أ
َ ُوه َّنُ ل ت
ُ ار
ُّ ض ُ َُس ك ن
ْ
ِ ِ َ ع لَ ي ِه َّنُ ُ ۚ و إِ ْنُ ُك َّنُ أ
ُض ْع َن َٰ َّ ُوّل تُ ََحْ لُ فَ أَ نْ ف ُق وا َع لَ ْي ِه َّنُ َح
َ َّتُ ي َ َْ
ُور ُه َّنُ ُ ۖ َوأْ ََتِ ُروا بَ يْ نَ ُك ْم
َ ُج
ُ وه َّنُ أ َ ََحْ لَ ُه َّنُ ُ ۚ فَ ِإ ْنُ أ َْر
ُ ُض ْع َنُ لَ ُك ْمُ فَ آ ت
ُُخ َر َٰى ِ ِ ِ
ْ اس ْر ُتُْ فَ َس ُُتْض ُعُ لَ هُُ أ
َ ِبَ ْع ُروفُ ُ ۖ َو إ ْنُ تَ َع
Artinya : Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan
mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-
isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada
mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu)
dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain
boleh menyusukan (anak itu) untuknya.
b. Al-Hadist
1) HR. Bukhari No. 1961
c. Ijma
Kesepakatan Ijarah dikatakan sah jika memenuhi rukun dan syarat sesuai
syariat islam. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk terjalin kesepakatan yang
memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.
a. Rukun Ijarah
1) ‘Aqid yaitu pelaku ijarah, terdiri dari mu’jir dan musta’jir. Mu’jir
adalah orang yang menyewa dan memberikan upah, sedangkan
musta’jir adalah orang yang menyewakan barang/jasa dan
menerima upah;
2) Shighat yaitu akad yang terjalin antara mu’jir dan musta’jir;
3) Ujrah adalah uang sewa atau upah.
b. Syarat Ijarah
1) Bagi ‘aqid (pelaku ijarah): baligh, berakal, tasharruf (dapat
mengendalikan harta), dan saling meridhai;
2) Bagi Ujrah (Uang sewa atau upah): diketahui jumlahnya oleh kedua
belah pihak dan disepakati bersama.
4. Macam-Macam Ijarah
Secara umum, islam mengenal dua macam ijarah, yaitu ijarah terhadap
benda (sewa menyewa) dan ijarah terhadap pekerjaan atau jasa (upah
mengupah).
a. Sewa menyewa
Dalam etimologi bahasa arab, pinjam meminjam dikenal dengan kata al-
ariyah yang memeiliki arti suatu yang dipinjamkan, pergi dan kembali, atau
beredar. Sedangkan dalam fikih muammalah, menurut syafi'iyah (Yusufin,
2018) mendefinisikan al-ariyah sebagai suatu kebolehan dalam mengambil
manfaat dari seseorang yang membebaskannya, apa yang mungkin untuk
dimanfaatkan, serta tetap zat barangnya supaya tetap dapat dikembalikan
kepada pemilik barangnya.
b. Al-Hadist
PEMBAHASAN
Dalam jual beli makanan secara online, penjual akan membuat akun atas nama
restoran tersebut melalui aplikasi pesan antar. Penjual akan mengunggah makanan
yang akan dijual kepada pembeli, penyediaan layanan aplikasi pemesanan makanan
oleh pihak penjual pada aplikasi pesan antar merupakan ijab dan
pengisian/pemesanan makanan yang telah diisi oleh pembeli merupakan qabul.
Penjual harus mencantumkan gambar, spesifikasi, dan harga barang yang dijual
secara jelas. Ijab dan qabul yang dilakukan antara penjual dan pembeli merupakan
akad jual beli.
Selain itu, Penjual wajib menjual makanan halal dan baik yang sesuai dengan
syariat islam. Makanan yang dijual pun harus memenuhi persyaratan sebagai objek
akad. Pada dasarnya, transaksi jual beli makanan secara berbasis digital, mayoritas
ulama menghalalkannya selama tidak ada unsur gharar atau ketidakjelasan, dengan
mencantumkan informasi produk/makanan yang tidak sesuai dan mempengaruhi
harga.
Dalam menelaah akad yang terjalin dalam jual beli makanan secara online,
tentunya harus mengetahui pihak-pihak yang terkait. Dalam jual beli online
setidaknya terdapat empat pihak yang terlibat dengan berbagai macam akad, yaitu:
1) Pembeli; 2) Penjual; 3) Penyedia layanan/pengemudi ojek/kurir; 4) Perusahaan
penyedia layanan. Akad-akad yang terjalin diantara pihak-pihak terkait, antara lain:
Go-Food merupakan produk yang dikeluarkan Go-Jek (PT Karya Anak Bangsa)
sebagai pelayanan pesan makanan online dari berbagai merchant. Gojek merintis
usahanya sejak tahun 2010 hingga saat ini sudah memiliki banyak jenis layanan,
termasuk Go-Food. Go-Food merupakan layanan pesan antar berbasis digital
terbesar di Indonesia yang paling banyak diminati masyarakat luas. Saat ini, Go-
Food sudah didominasi oleh industri makanan kecil dan menengah (UMKM).
Pengemudi
Ojek
Keterangan :
Garis Merah : Akad Sewa Menyewa
Garis Biru : Akad Jual Beli
Garis Kuning : Akad Wakalah dan
Akad Pinjam Meminjam
Perusahaan
(Go-Jek)
Pembeli Penjual
Akad yang terjalin dalam transaksi jual beli melalui aplikasi Go-Food juga
sudah sesuai dengan kaidah fikih muammalah, dimana masing-masing pihak
melakukan akad yang telah disepakati. Akan tetapi, dalam hadist yang diriwayatkan
oleh Bukhari mengemukakan laranagn penggabungan akad (al ‘uquud al
murakkabah) yang hukumnya haram.
Dalam hal ini, belum ada ijtima yang mengklarifikasi masalah penggabungan
akad yang ada pada layanan Go-Food. Namun, selain itu jual beli makanan melalui
aplikasi Go-Food sudah sesuai dengan ketentuan dalam Fikih Muammalah.
Grab merupakan salah satu platform O2O yang berpusat di Singapura dengan
menyediakan berbagai layanan on-demand. Salah satu layanan favorit di Grab
adalah Grab Food. Grab Food diluncurkan melihat peluang pasar industri makanan
di Indonesia yang sangat menguntungkan. Saat ini, Grab Food bersaing dengan
kompetitor besar lainnya di bidang layanan pesan antar makanan online, seperti Go-
Food.
Konsep layanan Grab Food hampir mirip dengan Go Food dimana Grab selaku
perusahaan menghubungkan ketiga pihak untuk melakukan transaksi, yaitu: pemeli,
penjual, dan pengemudi ojek. Ketiga pihak melakukan transaksi dan menjalin akad
masing-masing seperti halnya dalam aplikasi Go-Food.
Tahun 2018, Grab Food meluncurkan layanan terbaru yang dikenal dengan
nama GrabKitchen, dapur delivery-only. Grabkitchen merupakan penggabungan
penjual yang dilakukan oleh pihak perusahaan dalam satu titik/lokasi, sehingga
pembeli akan mendapatkan pelayanan yang terpusat dengan keunggulan lebih cepat
dan variatif.
Ditinjau melalui fikih muammalah, hal ini diperbolehkan bila tidak melanggar
rukun dan syarat akad maupun jual beli. Namun, hal ini dapat dikatakan haram jika
perusahaan memonopoli perdagangan yang merugikan penjual lainnya. Tentu,
sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk dapat bersaing secara sehat tanpa
merugikan pihak lainnya.
Platform layanan pesan antar berbasis online ini pada tahun 2012. Awalnya
Klik-Eat.com menjalankan bisnisnya secara online hingga saat ini sudah
meluncurkan aplikasi berbasis smartphone.
2 Kulineran
Platform pesan antar makanan ini berpusat di Yogyakarta yang telah bekerja
sama dengan lebih dari 150 restoran. Kulineran menyediakan lebih dari 6000
pilihan makanan yang dapat pembeli pilih. Tentunya, kulineran mempunyai
keunggulan terutama dalam menyediakan makanan khas Yogyakarta.
Konsep layanan pesan makanan ini lebih praktis dan sederhana. Dengan
mengusung konsep kekeluargaan. Pembeli dapat melakukan transaksi secara
cepat melalui telepon atau wbsite yang dikembangkan pihak Kulineran.
Rukun dan syarat jual beli pada platform Kulineran sudah sesuai aplikasi.
Sedangkan akad yang terjalin serupa denga Klik-Eat.com, dimana pihak
Kulineran menyediakan kurir sendiri yang berstatus sebagai pekerja.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1 Dalam transaksi jual beli makanan secara online, terdapat rukun dan syarat
yang harus dipenuhi. Rukun dan syarat akad maupun jual beli harus sah
secara syariat tanpa ada cacat hukum atau keraguan;
2 Konsep layanan pesan antar jual beli makanan dari beberapa platform yang
telah dikaji, umumnya terdapat dua bentuk, yaitu:
a. Kemitraan, merupakan bentuk layanan pesan antar dimana pihak kurir
merupakan mitra dari perusahaan pengembang aplikasi;
b. Layanan penuh, merupakan layanan pesan antar makanan dimana pihak
kurir merupakan pekerja yang disediakan perusahaan.
3 Secara rukun dan syarat akad maupun jual beli, transaksi jual beli makanan
secara online telah memenuhi kaidah dan ketentuan akad maupun jual beli
dalam fikih muammalah sehingga jual beli makanan secara online sah dan
diperbolehkan. Akan tetapi, terdapat penggabungan akad (al ‘uquud al
murakkabah) yang hukumnya haram.
B. Saran
Dalam sengketa halal atau haramnya layanan pesan antara berbasis digital
hendaknya harus dilakukan kajian yang lebih mendalam, terutama terkait masalah
penggabungan akad (al ‘uquud al murakkabah). Pihak penjual, pembeli, penyedia
layanan, maupun perusahaan hendaknya turut serta dalam memperhatikan
terjalinnya akad dan jual beli, baik dari sisi rukun maupun syarat sahnya agar jual
beli yang terjadi sesuai dengan kaidah fikih muammalah tanpa keraguan.
Sebagai negara yang mayoritas muslim, ijtima Majelis Ulama Indonesia sangat
diperlukan sebagai arahan dalam bermuammalah di era digital. Dengan demikian,
sebagai masyarakat muslim kita akan mampu bermuammalah sesuai syara’.
Azra, Azyumardi dkk. (2002). Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam RI.
Bashori, Ahmat. (2019). Analisis Hukum Islam Terhadap Akad Jual Beli
Melalui Aplikasi Go-Food di Kota Surabaya [Skripsi]. Surabaya: Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel. (Diakses tanggal 13 Januari 2020 Jam 11.00)
Rasit, Yuli Irawan. (2019). Akad dalam Transaksi pada Aplikasi Go-Food
di PT Gojek Indonesia Cabang Makassar dalam Perspektif Ekonomi Islam
[Skripsi]. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. (Diakses
tanggal 13 Januari 2020 Jam 10.00)
Salim, Munir. (2017). Jual Beli Secara Online Menurut Pandangan Hukum
Islam. Al-Daulah Vol. 6 No. 2, hal 371-386. (Diakses tanggal 13 Januari 2020 Jam
10.00)
Yusufin, Adelia Annisa. (2018). Transaksi Jual Beli Melalui Jasa Go-Food
Dalam Perspektif hukum Islam [Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung.
(Diakses tanggal 14 Januari 2020 Jam 08.00)