Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

DALAM MENDAPATKAN PENDIDIKAN


Guna Memenuhi Tugas Tata kuliah Kewarganegaraan
Dosen pengampu : Ajeng Sukmawati P, MH

DISUSUN OLEH :
GALANG NOVA PRATAMA (P1337420218107)
MIRZA TANSYA ARUM (P1337420218114)
ANANDA FARAHDILA (P1337420218120)
APRILIANA WAHYUNINGSIH (P1337420218128)
SEPTINA ISNA IFANDA (P1337420218132)
NOFITA SARI (P1337420218136)
TINGKAT 2C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelasaikan makalah Kewarganegaraan ini.

Makalah ini kami buat bertujuan untuk memjelaskan materi tentang


Implementasi Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Mendapatkan Pendidikan.
Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun masih bnyak
sekali kekurangan-kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu untuk
memperbaiki makalah ini kami mengharapkan saran dari teman-teman semua.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu kami yang
telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk
menyampaikan materi ini.

Purwokerto, 20 Agustus 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................... 4
C. TUJUAN PENULISAN ..................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP HAK DAN KEWAJIBAN ................................................ 6
B. IMPLEMENTASI HAK DAN KEWAJIBAN DALAM
MENDAPATKAN PENDIDIKAN ................................................... 9
C. LANDASAN HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN DALAM
MENDAPATKAN PENDIDIKAN ................................................. 11
BAB III STUDI KASUS .............................................................................. 14
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................................ 16
B. SARAN ............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semasa kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar, kita sudah
mengenal pelajaran mengenai hak dan kewajiban sebagai umat manusia
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pengenalan hak dan kewajiban bertujuan
agar kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik.
Sebagaimana dalam kegiatan sekolah kita berhak mendapatkan ilmu dari
guru yang memberi pelajaran dan kita sendiri mempunyai kewajiban untuk
belajar.
Hak dan kewajiban memiliki hubungan yang cukup erat dan tidak
dapat dipisahkan. Segala akibat yang ditimbulkan dari adanya hak
tentunya ada kewajiban, Untuk itu dalam menjalankan kehidupan sehari-
hari, antara hak dan kewajiban dapat dijalankan dengan imbang, karena
kalau tidak dijalankan dengan imbang maka akan menimbulkan
pertentangan.
Tiap manusia mempunyai Hak dan Kewajiban yang berbeda-beda
sesuai tanggung jawab atas hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat. Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban
tentunya kita harus mengetahui posisi sebagai warga negara Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ditujukan untuk meluruskan
permasalahan yang akan dibahas pada pembahasan dalam makalah.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah, sebagai
berikut :
1. Apa itu hak dan kewajiban ?
2. Impelentasi hak dan kewajiban warga negara dalam medapatkan
pendidikan

4
3. Landasan hukum mengenai hak dan kewajiban warga negara untuk
mendapatkan pendidikan

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ditujukan untuk:
1. Memahami pengertian hak dan kewajiban
2. Mengetahui implementasi hak dan kewajiban warga negara dalam
mendapatkan pendidikan
3. Mengetahui landasan hukum hak dan kewajiban warga negara dalam
mendapatkan pendidikan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Hak dan Kewajiban


1. Konsep Hak
Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang
yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa
Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik,
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah
ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Sedangkan
kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu
hal yang harus dilaksanakan). Di dalam perjalanan sejarah, tema hak
relatif lebih muda usianya dibandingkan dengan tema kewajiban,
walaupun sebelumnya telah lahir . Tema hak baru “lahir” secara formal.
Hak memiliki pegertian tentang suatu hal yang benar, milik,
kepunyaan, kewenangan, kekeuasaan untuk berbuat sesuatu, kekuasaan
yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesustu, derajat atau
martabat. Ada beberapa hak masyarakat Indinesia, diantaranya adalah :
a. Hak Legal dan Hak Moral
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu
bentuk. Hak legal ini lebik banyak berbicara tentang hukum atu sosial.
Hak moral adalah diadasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja.
Hak moral lebih bersifat soliderisasi atau individu.
b. Hak khusus dan Hak Hukum
Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa
manusia atau karena fungsi khusus yang dimilki orang satu terhadap
orang lain.
Hak Umum dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi tertentu,
melainkan semata-mata karena ia manusia. Hak ini dimilki oleh semua

6
manusia tanpa kecuali. Di dalam Negara kita Indonesia ini disebut dengan
“ hak asasi manusia”.
c. Hak Individual dan Hak Sosial
Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah hak yang
dimiliki individu-individu terhadap Negara. Negara tidak boleh
menghindari atau mengganggu individu dalam mewujudkan hak-hak yang
ia milki. Contoh: hak beragama, hak mengikuti hati nurani, hak
mengemukakan pendapat, perlu kita ingat hak-hak individual ini
semuanya termasuk yang tadi telah kita bahas hak-hak negativ.
Hak Sosial disini bukan hanya hak kepentingan terhadap Negara saja,
akan tetapi sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota-anggota
lain. Inilah yang disebut dengan hak sosial. Contoh: hak atas pekerjaan,
hak atas pendidikan, hak ata pelayanan kesehatan. Hak-hak ini bersifat
positif.
Contoh Hak Warga Negara Indonesia
a. Setiap warga berhak mendapatkan perlindungan hukum.
b. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak.
c. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum
dan di dalam pemerintahan.
d. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan
agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai.
e. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
f. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan
Indonesia atau NKRI dari serangan musuh.
g. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan
berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan
sesuai undang-undang yang berlaku.
2. Konsep kewajiban
Kewajiban adalah beban untuk memberikan sesuatu yang
semestinya dibiarkan atau diberikan oleh pihak tertentu, tidak dapat oleh

7
pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh
yang berkepentingan atau bisa juga diartikan sesuatu yang harus
dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Dari kewajiban inilah kita
bisa mendapatkan hak kita karena hak dan kewajiban memiliki hubungan
timbal balik.
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan
(sesuatu hal yang harus dilaksanakan). Ketika lahir, manusia secara hakiki
telah mempunyai hak dan kewajiban. Tiap manusia mempunyai hak dan
kewajiban yang berbeda, tergantung pada hal-hal tertentu misalnya,
jabatan atau kedudukan dalam masyarakat. K. Bertens dalam bukunya
yang berjudul Etika memaparkan bahwa dalam pemikiran Romawi Kuno,
kata ius-iurus (Latin: hak) hanya menunjukkan hukum dalam arti objektif.
Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan undang-undang, aturan-
aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat demi
kepentingan umum (hukum dalam arti Law, bukan right).
Kewajiban dibagi atas dua macam, yaitu kewajiban sempurna yang
selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban tidak sempurna
yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna
mempunyai dasar keadilan, sedangkan kewajiban tidak sempurna
berdasarkan moral.
Contoh kewajiban Warga Negara Indonesia :
1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam
membela, mempertahankan kedaulatan negara Indonesia dari serangan
musuh.
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar
negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan
dengan sebaik-baiknya.
4. Setiap negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala
hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia.

8
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk
membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke
arah yang lebih baik.
B. Implementasi Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam
Mendapatkan Pendidikan.
Pasal 31 Undang Undang Dasar 1945 dalam perubahannya yang
ke-empat mengenai pendidikan di indonesia, tertulis dan tercantum bahwa:
ayat 1 : Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan.
ayat 2 : Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
ayat 3 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang.
ayat 4 : Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja Negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
ayat 5 : Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Berdasarkan pasal tersebut diatas, terdapat hak yang harus diterima dan
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga negara Indonesia.
Adapun hak yang harus diterima oleh warga negara, yaitu
setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan tanpa
terkecuali. Sedangkan kewajiban secara umum bagi warga negara yaitu
melaksanakan wajib belajar 9 tahun sebagaimana yang tercantum dalam
UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

9
Terkait dengan hak dan kewajiban tersebut, implementasi
dari hak dan kewajiban warga negara dalam mendapatkan pendidikan,
yaitu :

Warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan dengan


prinsip-prinsip yakni Availability (Ketersediaan) Pendidikan, Accessibility
(Keterjangkauan) pendidikan, Acceptability (Keberterimaan) pendidikan,
Adaptability (Kebersesuaian) pendidikan. Pertama, keberadaan sarana
pendidikan yang baik dan memadai serta dapat diakses oleh semua
kelompok masyarakat, khususnya mereka yang tidak mampu. Kedua,
ketersediaan tenaga kependidikan yang profesional dan mampu
menjangkau daerah-daerah terpencil serta memiliki dedikasi terhadap
pendidikan dan kemanusiaan. Ketiga, tersedianya dan terjangkaunya
komoditi bidang pendidikan yang diperlukan khususnya bagi masyarakat
di perbtasan khususnya mereka yang tergolong sangat tidak mampu dan
Keempat, penyelenggaraan pemenuhan hak atas pendidikan dilakukan
secara berkesinambungan, adanya program yang memadukan antara upaya
peningkatan pendidikan, pencegahan anak putus sekolah, dan pembinaan
anak putus sekolah.

Kerangka hukum Hak Asasi Manusia (HAM) menempatkan negara


(state) merupakan aktor utama yang memegang kewajiban dan tanggung
jawab (duty holders) memenuhi HAM, sementara masyarakat merupakan
pemegang hak (rights holders). Masyarakat di perbatasan pada prinsipnya
memiliki hak menuntut pemenuhan HAM khususnya hak atas pendidikan
sebagaimana yang dimaksud diatas, karena negara berkewajiban
memenuhinya. Relasi keduanya dituangkan dalam sebuah bentuk kontrak
sosial bernama konstitusi, yang di Indonesia disebut UUD NRI 1945.
Pengelolaan wilayah perbatasan yang tidak disandarkan pada pemenuhan
hak pendidikan maka akan mengakibatkan mata rantai kemiskinan di
wilayah perbatasan yang tidak akan berujung. Anak-anak yang seharusnya
dijamin belajar minimal sampai pendidikan dasar sembilan tahun dari

10
kalangan miskin tidak bisa bersekolah karena tidak ada biaya, akses
sekolah yang sulit dan mereka harus bekerja membantu orangtua
memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pertama, peningkatan mutu pendidikan. Ini dapat dilakukan dengan


menyediakan pendidikan dasar gratis secara bertahap;
menjadikan pendidikan dasar berorientasi pada peningkatan kognitif,
afektif, dan psikomotorik lulusan; menghapuskan angka putus sekolah di
berbagai tingkatan pendidikan; dan realokasi fungsi sekolah yang tidak
sesuai peraturan (regrouping).
Kedua, masyarakat berkewajiban berpartisipasi dan transparansi.
Segala kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah harus didorong untuk
bersifat bottom up. Peran serta masyarakat secara luas, dalam pengelolaan
pendidikan dan kebijakan penyelenggaraan pendidikan, juga perlu
ditingkatkan. Selain
itu, juga termasuk transparansi dan pengawasan ketat yang melibatkan
stakeholders dan masyarakat umum terutama yang menyangkut alokasi
anggaran pendidikan, penentuan bantuan, dan kebijakan pendidikan.
Ketiga, peningkatan kualitas tenaga pendidik. Peningkatan kualitas
dilakukan dengan menjamin kepastian status hukum guru yang ada di
wilayah perbatasan melalui ikatan kontrak bagi guru swasta, menjamin
kepastian status pegawai negeri bagi yang ditugaskan pada sekolah swasta,
dan meningkatkan kualifikasi sumber daya pendidik.
Keempat, alokasi pendanaan. Alokasi pendanaan diprioritaskan
pada bantuan bagi peserta didik dari kalangan ekonomi lemah serta
pembagian Pendanaan Pendidikan secara merata dan proporsional. Selain
itu, meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengalokasian dana
pendidikan dalam bentuk alokasi bantuan fisik sekolah yang merata.
Kelima, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan guru, tunjangan profesi dan insentif rutin, yang merata dan
adil, sehingga tenaga pendidik dapat hidup secara layak. Melalaui

11
perolehan hak akan pendidikan, warga negara berkewajiban
mengembangkan ilmu pengetahuan dan memajukan pendidikan di
Indonesia.
C. Dasar Hukum
Masyarakat dan pemerintah suatu negara berupaya untuk
menjamin kelangsungan hidup serta kehidupan generasi penerusnya secara
berguna (berkaitan dengan kemampuan spiritual) dan bermakna (berkaitan
dengan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor). Generasi penerus
tersebut diharapkan akan mampu mengantisipasi hari depan mereka yang
senantiasa merubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya,
bangsa, negara, dan hubungan internasional.
Semua itu tidak lain dilalui melalui pendidikan baik itu formal
maupun non formal. Seperti yang tercantum dalam UUD 1945 persamaan
setiap hak warga negara untuk mendapatkan pengajaran dijamin
berdasarkan :
1. Pasal 28C ayat (1) yang berbunyi: Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia. Pernyataan ini sesuai dengan
salah satu tujuan negara kita sebagaimana yang diungkapkan dalam
pembukaan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Dalam mendapatkan pendidikan itu tidak hanya diperoleh oleh
orangorang yang normal saja, melainkan dapat diperoleh juga oleh
mereka yang fisik nya mempunyai kelebihan, seperti yang tertuang di
dalam UU HAM No. 39 pasal 54 yang berbunyi, setiap anak yang cacat
fisik dan/atau mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan,
pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin
kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaaan, meningkatkan
rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan
bermasayarakat, bangsa dan negara.

12
3. Sesuai dengan pernyataan di atas UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 5,
menegaskan tentang kesamaan kesempatan mengikuti pendidikan
dengan menyatakan bahwa (1) Setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; (2) Warga
negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus; (3) Warga
negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang
terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus; (4) Warga
negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus; (5) Setiap warga negara berhak
mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
4. Selain itu, UUSPN juga memperbesar kemungkinan bagi rakyat untuk
mengikuti pendidikan dasar dengan mewajibkan pendidikan pada
jenjang tersebut, sekaligus menggugah kesadaran masyarakat untuk
terlibat dalam pendidikan seperti tercantum dalam pasal 6 yang
berbunyi: 1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan
lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. (2) Setiap warga
negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan
pendidikan. Dalam pelaksanaannya, maka pelayanan pendidikan secara
adil dan merata bagi setiap warga negara kita dilaksanakan melalui
pendekatan sistem pendidikan persekolahan dan luar sekolah. Hal ini
dimaksudkan agar setiap warga negara yang tidak memiliki kesempatan
(keterbatasan jarak, waktu, dan usia) dan tidak mampu secara ekonomis
untuk mengikuti pendidikan jalur sekolah, mereka tetap mendapatkan
pelayanan hak pendidikannya, yang diberikan melalui jalur pendidikan
luar sekolah. Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu
satuan pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis
kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan
ekonomi, dan dengan tetap mengindahkan kekhususan satuan
pendidikan yang bersangkutan.

13
BAB III
STUDI KASUS

Kenyataannya, Indonesia yang memiliki banyak daerah pedalaman,tidak


semua dapat merasakan pendidikan. Hanya WNI yang berada daerah perkotaan
saja yang dapat menikmatinya. Ini bertentangan dengan pembukaan UUD 1945
dan UUD pasal 31 ayat 1- 2 . Kasus ini pernah terjadi pada 29 Agustus 2014,
Seribuan anak pedalaman yang berda di Kabupaten Aceh Utara putus sekolah.
Mereka putus sekolah karena beberapa factor, yaitu kesulitan pembiayaan,
lingkungan masyarakat dan kemudian jarak tempuh dari rumah ke sekolah
menjadi persolan. Salah satu hambatannya pula adalah suliatnya akses untuk
singgah ke tempat tinggal mereka dan sulitnya mereka untuk membuka diri
terhadap hal-hal yang baru atau modern karena sebagian besar mereka masih
menganut kepercayaan tradisi masing-masing.Soal biaya dan jarak. 2 hal tersebut
sangat mempengaruhi warga pedalaman tersebut. Sementara itu, untuk mereka
yang tidak mampu secara ekonomi akan memutuskan untuk tidak bersekolah
karena mereka lebih memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup dan mencari
makan daripada untuk bersekolah. Sebagai contoh, misal jarak sekolah dengan
ladang memiliki jarak yang sama jauhnya, namun bedanya kalau mereka sekolah
harus membayar, sedang berkerja di ladang mereka mendapat uang untuk
bertahan hidup. Lalu pendidikan yang berada di pedalaman juga jauh dari kualitas
mengajar yang baik. Apakah hal tersebut sudah sesuai dengan pasal 31 ayat (2)
yang menyatakan bahwa “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib untuk membiayainya”? Tentu anda sekalian dapat menilai
bahwa bentuk HAM tersebut sangat penting untuk dijamin perlindungan,
pemajuan, penegakan, dan pemenuhannya karena sesuai Pembukaan UUD 1945
dan pasal 31 ayat (1) maka akan terpenuhinya hak serta fasilitas yang memadai,
tidak hanya WNI yang berada dikota, namun di pedamalan pula. Pasal diatas
menjadi menjadi tanggung jawab negara untuk mencerdaskan bangsa tanpa
pandang bulu. Dengan adanya Pasal pasal 31 ayat (1) dan (2) tersebut diharapkan
tidak hanya WNI yang berada dikota saja yang pintar atau yang menikmati

14
bangku sekolah, namun WNI yang berada di pelosok sekalipun tetap
mendapatkan pendidikan dengan fasilitas yang layak dan memadai. Diringi
dengan dipermudahnya jalan untuk bersekolah. Solusi yang dapat berikan kepada
pemerintah adalah pemerintah sendiri paling tidak menganggarkan 15%- 20%
dana APBN untuk pendidikan. Hal itu tentu akan sangat membantu bagi kemajuan
pendidikan Indonesia. Tentu banyak sekolah yang bisa dibangun, diperbaiki dan
ditambah fasilitasnya di daerah pedalaman Indonesia. Sangat bermanfaat pula jika
anggaran tersebut dapat membatu relawan yang rela terjun ke pedalaman. Tentu
makin banyak WNI yang lebih cerdas di masa kedepannya. Tidak hanya
pemerintah, namun dari masyarakat kita sendiri perlu mendukung pendidikan
Indonesia.Agar tidak ada lagi rakyat Indonesia yang tidak bersekolah dan buta
huruf. Sehingga tercipta kaum-kaum penggerak perubahan yang akan membawa
Indonesia sendiri negara yang lebih maju

15
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Hakikatnya, setiap warga negara Indonesia memiliki hak dan
kewajiban dalam mendapatkan pendidikan. Adapun hak warga negara
dalam hal mendapatkan pendidikan secara garis besar yaitu berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya sebagaimana tertulis dalam pasal 28 C ayat 1.
Sedangkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga negara
Indonesia dalam rangka untuk mendapatkan pendidikan yaitu warga
negara harus bepartisipasi dalam program-program pemerintah yang
mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia, contohnya yaitu
melaksanakan wajib belajar 9 tahun sebagaimana yang tercantum dalam
UU nomor 20 tahun 2003. Meskipun seharusnya hak maupun kewajiban
tersebut seharusnya terpenuhi dan terlaksana, namun pada kenyataannya
hal tersebut belum sepenuhnya terwujud. Hal tersebut terjadi karena
banyaknya faktor yang mempengaruhi.
B. Saran
Sebagai seorang insan yang lahir dengan mempunyai hak, tentunya
juga akan diikuti dengan adanya kewajiban. Warga negara Indonesia
memiliki hak dan kewajiban yang telah tercantum rapi dalam dasar
konstitusional negara ini, yaitu UUD 1945. Salah satu diantara hak dan
kewajiban tersebut, yaitu hak dan kewajiban dalam memperoleh
pendidikan. Selayaknya hak adalah sesuatu yang semestinya kita peroleh.
Namun janganlah kita lupa bahwa kita juga mempunyai kewajiban yang
semestinya harus kita laksanakan. Melalui makalah ini, penulis berharap
pembaca semakin paham akan hak dan kewajibannya sebagai warga
negara dan selanjutnya mampu untuk melaksanakannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Hernandi. 2017. Tanggung Jawab Negara Dalam Pemenuhan Hak Atas
Pendidikan Menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Jurnal
Hukum POSITUM Vol. 1, No. 2, Juni 2017, Hal 218-243. Universitas
Padjajaran Bandung: Fakultas Hukum.

Indriyani, Dina. 2017. Hak Asasi Manusia dalam Memperoleh Pendidikan. Jurnal
Pendidikan Hukum, Politik, dan Kewarganegaraan FKI Vol 7, No 8
(2017). Universita Suryakancana.

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak


Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Kebijakan
Pemenuhan Hak Pendidikan Anak.
(http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2011/bn65-2011.pdf)

Zein, Yahya Ahmad, Aditia Syaprillah. 2016. Model Hukum Pemenuhan Hak
Atas Pendidikan Sebagai Hak Konstitusional Warga Negara di
Wilayah Perbatasan Kab. Nunukan Prov. Kalimantan Utara. Seminar
Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang Volume 2 Nomor 1
Tahun 2016, 167-194. Universitas Borneo Tarakan: Fakultas Hukum.

17

Anda mungkin juga menyukai