Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN

Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali
seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu
± 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-
minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
(F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281)

KLASIFIKASI
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 –
8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah
baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan.

PERUBAHAN PSIKOLOGIS DALAM MASA NIFAS


Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
1) Fase taking in
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada saat itu
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering
berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
2) Fase taking hold
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu
memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3) Fase letting go
fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada
kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby
blues.
GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung
30 hari. Depresi post partum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Depresi post
partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan , mudah
marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido. Tingkat keparahan depresi post partum
bevariasi. Keadaan ekstrim yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang
berlangsung sangat cepat pada masa awal post partum, yang disebut dengan “ baby blues/
maternity blues”. Gangguan post partum yang paling berat disebut “psikosis/psikosa post partum
atau melankolia”. Diantara dua keadaan ekstrim tersebut terdapat keadaan yang mempunyai
tingkat keparahan sedang yaitu “depressi post partum/neurosa post partum” . (Regina , 2011)

A. BABY BLUES
Post partum blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan
kecemasan,labilitas persaan dan depresi pada ibu .
Diperkirakan hampir 50-70% seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami baby blues
atau post natal syndrome yang terjadi pada hari ke-4 -10 pasca persalinan.
1. Gejala-gejala
Adapun gejalanya yaitu Reaksi depressi / sedih/ disporia. Sering menangis ,mudah
tersinggung,cemas,labilitas perasaan,cenderung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan
gangguan nafsu makan,kelelahan,mudah sedih,cepat marah,mood mudah berubah,cepat menjadi
sedih dan cepat menjadi gembira. Perasaan terjebak,marah kepada pasangan dan bayinya,perasaan
bersalah,dan sangat pelupa.
2. Faktor – Faktor Penyebab
Factor yang menyebabkan terjadinya post partum blues bisa terjadi dari dalam dan luar
individu,misalnya: ibu belum siap mengahadapi persalinan; adanya perubahan hormone
progesterone yang ketika masa kehamilan meningkat kemudian turun secara tiba-tiba pasca
persalinan, payudara membengkak dan menyebabkan rasa sakit atau jahitan yang belum sembuh;
ketidak nyamanan fisik yang di alami wanita menimbulkan gangguan pada emosional seperti
payudara bengkak dan nyeri jahitan, rasa mulas; Ketidak mampuan beradaptasi terhadap
perubahan fisik dan emosional yang kompleks; Faktor umum dan paritas;pengalaman dalam
proses persalinan dan kehamilan.
Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan,status
perkawinan,kehamilan yang tidak di inginkan,riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya,social
ekonomi.
Kecukupan dukungan dari lingkungan (suami,keluarga dan teman) apabila suami mendukung
kehmilan ini,aapakah suami mengerti persaan istri, keluarga dan teman memberikan dukungan
fisik dan moril .
Strees dalam keluarga misalnya: factor ekonomi memburuk ,persoalan dengan suami,problem
dengan mertua stress yang di alami wanita itu sendiri misalnya ASI tidak keluar , frustasi karena
bayi tidak mau tidur.
Kelelahan pasca persalinan, perubahan yang pernah di alami oleh ibu,rasa memiliki bayi yang
terlalu dalam sehingga timbul rasa takut kehilangan bayinya; problem anak, setelah kelahiran
bayi,kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak sebelumnya sehingga hal tersebut cukup
mengganggu emosional.
3. Penanganan
Penanganan gangguan mental pasca persalinan pada prinsipnya tdak berbeda dengan
penanganan gangguan mental pada momen-momen lainnya. Para ibu yang mengalami post partum
blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan
psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga di penuhi.
Cara untuk mengatasinya,antara lain : komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang
ingin di ungkapkan ; bicarakan rasa cemas yang di alami ;bersikap tulus ikhlas dlam menerima
aktifitas dan peran baru setelah melahirkan ; bersikap fleksible dan tidak terlalu perfectsionis
mengurs bayi dan rumah tangga ; belajar tenang dan menarik nafas panjang meditasi ; kebutuhan
istrahat yang cukup ,tidurlah ketika bayi sedng tidur ; berolhraga ringan ;bergabung dengan
kelompok ibu-ibu baru ; dukungan tenaga kesehatan ; dukungan suami ,keluaraga ,teman, teman
sesama ibu,konsultasikan pada dokter atau orang yang professional agar dapat meminimalisir
factor risiko lainnya dan melakukan pengwasan .

4. Klasifikasi
1) Ringan : post partum blues atau sering juga maternity blues atau sindroma ibu baru di
mengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak pada minggu pertama
setelah persalinan ditandai dengan gejala2 : Reaksi depresi /sedih/disporia; sering menagis,mudah
tersinggung,cemas,labilitas perasaan
2) Berat : Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresi non piskotik pada kehamilan namun
umumnya trejadi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah kelahiran
Gejala-gejala depresi berat : perubahan pada mood ;gangguan pada pola tidur ,perubahan
mental dan libido, dapat pula muncul pobia, ketakutan akan penyakit diri sendiri atau
bayinya,depresi berat akan memiliki resiko tinggi pada wanita atau keluarga yang pernah
mengalami kelainan psikiatrik atau pernah mengalami menstrual sindrom .kemungkinan rekuren
pada kehamilan berikunya.
Penatalaksanaan depresi berat : dukungan keluarga dan sekitar ; terapi psikologis dari
psikiater dan psikolog ; kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti depresan ( hati- hati
pemberian depresan pada wanita hamil dan menyusui ) ; pasien dengan percobaan bunuh diri
sebaiknya jangan di tinggal sendirian dirumah jika di perlukan lakukan perawatan di RS ; tidak di
anjurkan untuk rooming in atau rawat gabung dengan bayinya .

5. Pencegahan terjadinya post partum blues


1) Persiapan diri yang baik ,artinya persiapan diri yang baik pada saat kehamilan sangat di
perlukan sehingga saat kelahiran memiliki kepercayaan diri yang baik dan mengurangi resiko
terjadinya depresi post partum .kegiatan yang dapat ibu lakukan adalah banyak membaca artikel
atau buku yang ada kairannya dengan kelahiran ,mengikuti kelas prenatal, bergabung dengan
kelompok senam hamil . ibu dapat memperoleh banyak informasi yang diperlukan sehingga pada
saat kelahiran ibu sudah siap dan hal traumatis yang mungkin mengejutkan dapat di hindari.
2) Olahraga dan nutrisi yang cukup , dengan olah raga dapat menjaga kondisi dan stamina
sehingga dapat membuat keadaan emosi juga lebih baik. Nutrisi yang baik asupan makanan
maupun minum sangat penting pada periode post partum
3) Support mental dan lingkungan sekitar ,,dukungan ini tidak hanya dari suami tapi dari
keluarga ,teman,dan lingkungan sekitar .
4) Ungkapkan apa yang dirasakan ,ibu post partum jangan memendam perasaan sendiri .jika
mempunyai masalah harus segera dibicarakan baik dengan suami maupun orang terdekat .
5) Mencari informasi tentang depresi post partum ,informasi tentang depresi post partum yang
kita berikan akan sangat bermanfaat sehingga ibu mengetahui factor –faktor pemicu sehingga
dapat mengantisifikasi atau mencari bantuan jika mengahdapi kondisi tersebut…
6) Melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak ,membersihkan rumah dan pekerjaan
rumah tangga lain dapat membantu melupakan gejolak emosi yang timbul pada periode post
partum.

B. DEPRESI POST PARTUM


Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu baru akan
merasa benar-benar tidak berdya dan merasa serba kurang mampu,tertindih oleh beban terhadap
tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan untuk
menghilangakan perasaan itu.Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih
dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di
samping itu,ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai
seorang ibu.
Jadi pada dasarnya depresi menyerang siapa aja,tetapi terutama orang-orang usia tengan baya (usia
35-50 tahun) .Misalnya gagalnya mencapai sasaran-sasaran yang telah di rencanakan anak-anak
mulai meningalkan rumah dan lain-lain,semua ini bisa menyebabkan depresi.Menurut catatan
psikiater orang-prang yang menikah lebih banyak mengalami depresi dari pada yang yang tidak
menikah.Para ahli mengatakan hal ini di sebabkan oleh konflik-konflik interpersonal yang timbul
dalam relasi yang dekat didalam perkawinan.
Di samping itu perempuan dua kali lebih banya di diagnosa sebagai memngalami depresi dari pada
laki-laki penyeba masie belum di ketahui dengan pasti.Apakah mungkin karena bedanya biologis
karena wanita lebih mudah menyatakan perasaanya atau karena perempuan lebih banyak
mengalami stress sosial karena tidak berhasil memenuhi keinginan mereka di masyarakat.

1. Predisposisi
Faktor terjadinya depresi post partum diantaranya adalah ada di dalam keluara penderita penyakit
mental ; kurangnya dukungan sosial dan dukungan keluarga serta teman; kekhawatiran akan bayi
yang sebetulnya sehat;kesulitan selama persalinan dan melahirkan;merasa terasing dan tidak
mampu; masalah/perselisihan perkawinan atau keuangan;kehamilan yang tidak di inginkan.

2. Etiologi
Penyebab kesedihan atau depresi atau sehabias melahirkan tidak jelas.Penurunan tingakt hormon
yang tiba-tiba,terutama sekali estrogen dan progesteron dapat berperan. Depresi yang hadir
sebelum kehamilan lebih mungkin berkembang ke dalam depresi post partum wanita yang telah
memiliki depresi sebelum hamil harus memberitahukan kepada dokter atau bidan mengenal hal
tersebut selama kehamilam. Depresi juga merupakan sebuah penyakit yang berlangsung di dalam
sebuah keluarga.Kadangkalah tidak jelas penyebab dari depresi itu sendiri.
Faktor penyebab depresi post partum di sebabkan oleh 4 faktor yaitu sebagai berikut :
1) Faktor kostitusional: ganguan post partum berkaitan dengan status paritas riwayat obstetri
pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta ada komplikasi dari kehamilan dan
persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara.Primipara lebih umum
menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi,kalau
dulu hanya memikirkn diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi
bingung sementara bayinya harus tetap di rawat.
2) Faktor fisik: Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya ganguan mental
slama 2 minggu pertama menunjukan bahwa faktor fisik di hubungkan dengan kelahiran pertama
merupakan faktor penting.Perubahan hormon scara drastis setelah melahirkan dan periode laten
selama 2 hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada
keseimbangan.Kadang-kadang progesteron naik dan estrogen menurun secara cepat setelah
melahirkan merupakan penyebab yang sudah pasti.
3) Faktor psikologis: Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan
menjadi dua induvidu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian pesikologis induvidu.
Klaus dan kennel mengindikasikan pentingnya cinta dan penangulangan masa peralihan ini untuk
memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
4) Faktor sosial : Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering
menimbulkan depresi pada ibu-ibu selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.

3. Klasifikasi
Ada 3 tipe depresi post partum diantaranya yaitu :
1) Depresi ringan (Kemurungan): inilah tipe depresi yang paling umum.Biasanya singkat dan
tidak terlalu mengangu-mengangu kegiatan-kegiatan normal.
2) Depresi sedang/moderat(perasaan tak berpengharapan: Geja;anya hampir sama dengan
depresi ringan tetapi lebih kuat dan lebih lama berakhir.
3) Depresi berat (terpisah dari realita): Kehilangan interesdari dunia luar dan perubahan tingkah
laku yang serrius dan berkepanjangan merupakan karakteristiknya.

4. Karakteristik
Karakteristik depresi post partum diantaranya :
1) Mimpi buruk,kebiasaanya terjadi sewaktu tidur karena mimpi yang menakutkan individu itu
sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia.
2) Insomnia,timbul sebagain gejala suatu ganguan lain seperti kecemasan dan depresi ganguan
emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia.
3) Phobia,rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat di
hilangakan atau ditekan oleh pasien,biarpun di ketahuinya irasional adanya.
4) Meningkatkan sensifitas,periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri
dan pembiasaan diri.
5) Perubahan mood,menyatakan bahwa depresi post partum muncul dengan gejala-gejala
sebagai berikut : kurang nafsu makan,sedih,murung,perasaan tidak berharga,mudah
marah,kelelahan ,insomnia,enorexia,merasa tergangun dengan perubahan fisik,sulit konsentrasi
melukai diri,,anhedonia,menyalahkan diri,lemah dalam kehendak dan dll.
5. Pencegahan depresi post partum
Pencegahan terbaik adalah denga mengurangi faktor resiko terjadinnya ganguan psikologis pada
ibu hamil dan ibu pasca persalinan (post partum).Hal-hal yang dapat di lakukan untuk mengurangi
faktor resiko yaitu:
1) Pemberian dukungan dari pasangan, keluarga, lingkungan,maupun profesional selama
kehamilan, persalinan dan pasca persalinan dapat mencegah depresi
2) Mencari tahu tentang ganguan psikologis yang mungkin terjadi pada ibu hamil yang bru saja
melahirkan sehingga jika terjadi gejala dapat di kenali dan di tangani segera
3) Konsumsi makanan sehat,istirahat cukup dan olaraga minimal 15 menit perhari dapat
menjaga suasana hati tetap baik.
4) Mencegah pengambilan keputusan yang berat selama kehamilan,
5) Mempersiapkan diri secara mental dengan membaca buku atau artikel tentang kehamilan
dan persalinan serta mendengarkan pengalaman wanita lain yang pernah melahirkan dapat
mermbantu menguranggi ketakutan.
6) Menyiapkan seseorang untuk membantu keperluan sehari-hari(memasak membersihkan
rumah,belanja dll).

C. PSIKOSA POST PARTUM


Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi
dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca
persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun
emosional ( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara
emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu,
sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
Psikosa postpartum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah
melahirkan.Psikosa terbagi dalam dua golongan besar, yaitu :
1. Psikosa fungsional
Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan,
disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh
perkembangan atau pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang.
2. Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-sebab dari suatu
psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa seseorang.
1. Faktor resiko
1) Riwayat psikosis, gangguan bipolar (GB) atau skizofrenia
2) Riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar, atau skizofrenia
3) Berulang pada 20 – 50 % kasus.
4) Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifatepisodik dan ditandai oleh
gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat berlangsung
seumur hidup
5) Skizofrenia : gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi
kerja, dan perawatan diri.
6) Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi,
delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada
7) Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan
perawatan diri yang buruk.

Wanita dengan riwayat pribadi psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki peningkatan
risiko mengembangkan psikosis postpartum. Demikian juga, wanita yang memiliki riwayat
keluarga psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki kesempatan lebih besar untuk
mengembangkan gangguan tersebut. Additonally, wanita yang telah memiliki insiden masa lalu
postpartum psikosis adalah antara 20% dan 50% lebih mungkin mengalami lagi dalam masa
kehamilan.

2. Etiologi
1) Faktor sosial kultural ( dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik )
2) Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi )
3) Faktor psikososial ( adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat mengalami
depresi, penyakit mental, problem emosional dll )
4) Faktor keturunan
5) Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
6) Perubahan hormonal yang cepat.
7) Masalah medis dalam kehamilan ( pre-eklampsia, DM ).
8) Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain yang
mengakibatkan kurangnya dukungan.
9) Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
10) Merasa terisolasi.
11) Kelemahan, gangguan tidur ( imsomnia ), ketakutan terhadap suatu masalah, ketakutan akan
melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.

Disamping itu, disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik
lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk
terkena post partum psikosa.

3. Epidemiologi
Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Gejala psikosis post partum muncul
pada hari sampai 4-6 minggu post partum

4. Patofisiologi
Kesehatan jiwa wanita sangat mempengaruhi kesehatan wanita. Pada usia produktif gangguan
kesehatan wanita sering berhubungan dengan perannya sebagai istri, ibu dan pekerja, kondisi
kesehatan fisik terutama kondisi bagian tubuh yang menjadi simbol kewanitaan, penganiayaan
fisik dan mental. Proses berduka, kemurungan dan psikosa pasca melahirkan, serta bunuh diri yang
merupaka reaksi negatif dari ganggguan terhadap kesehatan jiwa.
Penelitian psikodinamik menunjukkan, pada gangguan psikiatrik pasca persalinan terdapat konflik
antar ibu dengan perannya sebagai ibu yang harus mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya
dan hubungan dengan suaminya. Konflik ini mempunyai peranan dalam menentukan identitas
dirinya sebagai ibu yang tidak dapat berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu menemukan
jati dirinya, dan merupakan hambatan dini hubungan timbal balik antara ibu dan anak.
Gangguan psikoatrik yang terjadi pada masa pascapersalinan bukan suatu sindrom psikiatrik yang
baru, tapi merupakan gangguan yang biasa didapat, antara lain postpartum blues, depresi
postpartum dan psikosis postpartum. Gangguan ini dapat terjadi mulai sejak hari pertama sampai
4-6 minggu pasca melahirkan. Bahkan marce sosiety mengemukakan psikosa ini dapat terjadi
sampai 1 tahun setelah melahirkan.
Gejala yang dapat timbul pada masa ini sangat berat, berbahaya dan merupakan kondisi darurat
sebab penderita dapat membahayakan diri sendiri dan mengganggu lingkungannya,seperti
tindakan bunuh diri dan membunuh bayinya. Gangguan nonpsikotik pada periode pascapersalinan
cukup tinggi, penelitian menunjukkan 20-40% wanita hamil mengalami gangguan emosional atau
disfungsi kognitif, ataupun keduanya. Angka kejadian psikosis pascapersalinan adalah 1-2 per
1000 kelahiran dari seluruh wanita pascapersalinan.Umumnya gangguan psikiatrik pasca
melahirkan timbul setelah hari ke 3 pasca persalinan.

5. Tanda dan Gejala


Gejala awal :
1. Perasaan sedih, kecewa dan putus asa
2. Sulit tidur atau imsomnia
3. Sering menangis
4. Gelisah, cemas dan iritable yang berlebihan
5. Merasa Letih dan lelah
6. Semangat menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan
7. Mudah tersinggung / labil
8. Sakit kepala
9. Peningkatan ataupun penurunan berat badan secara tiba-tiba
10. Memperlihatkan penurunan minat pada bayinya
11. Menolak makan dan minum
Gejala lanjutan :
1. Curiga berlebihan
2. Kebingungan
3. Sulit konsentrasi
4. Bicara meracau atau inkoheren
5. Irasional
6. Pikiran obsesif ( pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang )
7. Agresif
8. Impulsif ( bertindak diluar kesadaran )
Walaupun banyak wanita pasca melahirkan mengalami depresi postpartum tapi tidak semuanya
berlanjut menjadi psikosa postpartum. Tapi setiap psikosa postpartum pasti di awali oleh depresi
pospartum dan bisa sampai melukai diri sendiri bahkan membunuh anak-anaknya.
Gejala yang sering terjadi adalah:
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Gangguan saat tidur
4. Obsesi mengenai bayi

6. Gejala Klinik
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi
ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat
dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering
mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.
7. Penanganan
Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosis pospartum ini adalah kombinasi antara
psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan medikasi seperti antidepresan, jika tidak memungkinkan
untuk ibu dirawat dirumah sebaiknya ibu dirawat dirumah sakit. Libatkan anggota keluarga dalam
penanganan terutama suami sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu
terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan ibu.
8. Pencegahan
Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas dari ancaman depresi dan psikosa
postpartum, yaitu :
1) Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa pospartum, sehingga ibu dan
keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan
yang tepat.
2) Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang
cukup. Keduanya penting dalam periode pospartum.
3) Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan peregangan selama 15 menit
dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai
emosional yang berlebihan.
4) Beritahukan perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan mengekspresikan yang ibu inginkan dan
butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika mempunyai masalah, segera beritahukan kepada orang yang
dipercaya ataupun orang yang terdekat.
5) Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan dan pospartum sangat penting,
yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu berada disamping ibu setiap ada kesulitan.
6) Persiapan diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas hamil, baca buku-buku yang
dibutuhkan.
7) Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu melupakan golakan perasaan yang
terjadi selama periode pospartum. Kondisi anda yang belum stabil, bisa ibu curahka dengan
memasak atau membersihkan rumah.
8) Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga ibu dapat mengatasi rasa
frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu
merasa lebih baik dari setelahnya.

Penatalaksanaan
Postpartum kejiwaan dianggap menjadi darurat kesehatan mental. Oleh karena itu memerlukan
perhatian segera. Hal ini dikarenkan wanita yang menderita penyakit kejiwaan tidak selalu mampu
atau bersedia untuk berbicara dengan seseorang tentang disorder-nya, mereka kadang-kadang
membutuhkan pasangan atau anggota keluarga yang lain untuk membantu mereka mendapatkan
penanganan medis yang mereka butuhkan. Kondisi ini biasanya diatasi dengan pemberian obat,
biasanya obat antipsikosis dan terkadang obat antidepresan dan/ atau antiansietas.
Banyak wanita yang juga dapat merasakan manfaat dari konseling dan dukungan psikologis
kelompok. Dengan perawatan dengan baik, sebagian besar perempuan dapat pilih dari kekacauan.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih
memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa
kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1. Beristirahat cukup
2. Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3. Bergabung dengan orang-orang yang baru
4. Bersikap fleksible
5. Berbagi cerita dengan orang terdekat
6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Tatalaksana juga dapat berupa :
Penilaian psikiatrik (termasuk risiko bunuh diri dan risiko terhadap bayi). Perawatan di unit
psikiatri (jika mungkin ke unit spesialis ibu dan bayi). Obat antidepresan oral, neuroleptika
(gunakan secara hati – hati jika menyusui).
Pengobatan
Jika diperkirakan menimbulkan ancaman bagi diri sendiri atau orang lain :
1. dirawat di rumah sakit.
2. Obat2 : anti psikotik, antidepressan dan anti ansietas.

l. Komplikasi
1. Bunuh diri
2. Penelantaran anak
3. Pengasuhan yang tidak sesuai
4. Berpikir untuk menyakiti
5. Pembunuhan bayi

n. prognosis
Prognosis jangka pendek baik. 20% mengalami psikosis masa nifas yang berulang. 50 %
mengalami episode psikosis berulang
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM MASA NIFAS
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran
dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain:
A. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan
ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
B. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
C. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
D. Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak
dan mampu melakukan kegiatan administrasi
E. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
F. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan
kebersihan yang aman
G. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
H. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses adapatasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan,menjelang proses kehamilan maupun
setelah persalinan. Pada periode tersebut kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman
yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka
untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung
jawab ibu mulai bertambah
Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post
partum psikosa.
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti
sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah
persalinan.
Depresi post partum adalah tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu bru akan
merasa benar-benar tidak berdya dan merasa serba kurang mampu,tertindih oleh beban terhadap
tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan untuk
menghilangakan perasaan itu.Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih
dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di
samping itu,ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai
seorang ibu.
Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi
dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca
persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun
emosional ( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara
emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu,
sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
B. Saran
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan
kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Petugas – petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam
bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalaM
menangani gangguan – gangguan psikologis pada ibu dalam masa nifas
DAFTAR PUSTAKA

http://vitachuaby.blogspot.com/2011/02/makalah-nifas.html
http://merpatigosong.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://upeeknouvelz.blogspot.com/2009/11/kebutuhan-kebersihan-diri-masa-nifas.ht
http://asuhankebidanan.net/2011/asuhan-kebidanan-ibu-postpartum-di-rumah/

Anda mungkin juga menyukai