Anda di halaman 1dari 12

Upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa tentu melibatkan beberapa faktor,

diantaranya adalah kurikulum dan metode pembelajaran yang merupakan


komponen vital yang dapat membuat proses pembelajaran berlangsung secara
efektif dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu ciri dari
pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya didasarkan pada teori
psikologi pembelajaran yang pada saat ini sedang populer dibicarakan oleh para
pakar pendidikan.

Banyak teori belajar yang telah diadopsi oleh ahli pendidikan untuk mendesain
pelaksanaan pembelajaran, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme yang
memandang bahwa tingkah laku merupakan objek penting dalam belajar seperti
yang dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yaitu Thonrdike, Ivan Pavlov
dan B.F.Skiner, juga teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Piaget,
Brunner, Gagne dll, yang menekankan pada aspek kognitif dengan
memperhatikan tahap perkembangan si pembelajar. Teori belajar kognitif telah
banyak dikembangkan oleh para ahli pendidikan untuk mendesain strategi,
model dan pendekatan pembelajaran.

Pada pelajaran matematika, teori belajar yang menekankan pada aspek kognitif
akhir-akhir ini sangat banyak dikembangkan seiring dengan munculnya
pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran, Seperti model pembelajaran
penemuan (discovery learning) yang dikembangkan oleh Brunner dimana Siswa
belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan
guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan
kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip untuk diri
mereka sendiri.
Begitu pentingnya pengetahuan teori belajar matematika dalam sistim
penyampaian materi di kelas, sehingga setiap metode pengajaran harus selalu
disesuaikan dengan teori belajar yang dikemukakan oleh ahli pendidikan. Tidak
hanya tingkat kedalaman konsep yang diberikan pada siswa tetapi harus
disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara penyampaian materi pun
demikian pula. Guru harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan
bagaimana pengajaran yang harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap yang
benar. Dalam tulisan ini akan dipaparkan satu satu aplikasi teori pembelajaran
kognitif yang dikembangkan oleh J. Brunner dalam pembelajaran matematika
tingkat SD

Teori Belajar Menurut J.Bruner


Bruner sebagai salah satu ahli psikologi dan pemikir mengembangkan sebuah
teori belajar yang berlandaskan pandangan konstruktivisme dan sangat
berkaitan dengan teori belajar kognitif. Teori kontrukstivis Brunner telah
dipengaruhi oleh penelitian-penelitian tentang teori kognitif yang dikemukakan
oleh Jean Piaget dan Lev Vigotsky sebelum, teori ini mempercayai bahwa
peserta didik dapat membangun atau mengkonstruksi konsep-konsep atau ide-
ide baru dari pengetahuan yang sudah dia miliki. Proses belajar menjadi sangat
aktif dan melibatkan transpormasi informasi, menurunkan makna dari
pengalaman, membentuk hipotesis dan mengambil keputusan. Dalam teori ini
peserta didik dianggap sebagai pencipta dan pemikir dengan menggunakan
informasi yang ada untuk menemukan konsep dan pengalaman baru dalam
belajar.

Dalam pengajaran disekolah, Brunner mengajukan bahwa dalam pembelajaran


hendaknya mencakup:

a) Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar.

b) Pensturkturasi pengetahuan untuk pemahaman optimal

Dalam penyajian materi ada 3 tahapan penting yang harus diperhatikan dalam
mengaplikasikan teori ini yaitu:

a) Tahapan Enaktif: Pengetahuan sebagian besar dalam bentuk respon


motorik, siswa dapat lebih baik menunjukkan pekerjaan pisik ketimbang
mendeskripsikan secara tepat tugas yang sama, dalam hal ini peserta masih
membutuhkan benda konkret dari sesuatu.
b) Tahapan Ikonik: Pengetahuan sebagian besar dibangun dari gambar-
gambar visual untuk membentuk informasi baru, cara penyajian ikonik
didasarkan atas pikiran internal, pengetahuan disajikan oleh sekumpulan
gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan
sepenuhnya konsep itu.
c) Tahapan simbolik: Pada tahap ini pengetahuan sudah di bangun dengan
menggunakan simbol-simbol matematika dan bahasa. Penyajian simbolik
dibuktikan oleh kemauan seseorang lebih memperhatikan preposisi/ pernyataan
daripada obyek-obyek yeng memberikan struktur hirarkis pada konsep-konsep
an kemungkinan alternative dalam suatu cara kombinatorial
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016/2017

TEORI AUSUBEL

PENDAHULUAN

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri manusia. Kegiatan belajar sangat dipengaruhi

bermacam-macam faktor.Metode dan strategi belajar sangat menentukan keberhasilan

pembelajaran.Keberhasilan siswa mencapai suatu tahap hasil belajar memungkinkannya untuk belajar lebih

lancar dalam mencapai tahap selanjutnya.Strategi pembelajaran tidak terlepas dari teori belajar yang dihasilkan

oleh pakar-pakar pendidikan.Teori belajar yang bersumber dari pakar pendidikan atau pakar psikologi

pendidikan banyak macamnya.Seperti teori pembelajaran David Ausubel.

PEMBAHASAN

1. Teori Belajar Ausubel

a. Belajar Menurut Ausebel

Ausubel mengklasifikasikan belajar kedalam dua demensi sebagai berikut:

1) Demensi-1, tentang cara penyajian informasi atau materi kepada siswa.Demensi ini meliputi belajar penerimaan

yang menyajikan informasi itu dalambentuk final dan belajar penemuan yang mengharuskan siswa

untukmenemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan.

2) Demensi-2, tentang cara siswa mengkaitkan materi yang diberikan denganstruktur kognitif yang telah

dimilikinya. Jika siswa dapat menghubungkan ataumengkaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah

dimilikinya makadikatakan terjadi belajar bermakna.Tetapi jika siswa menghafalkan informasibaru tanpa

menghubungkan pada konsep yang telah ada dalam strukturkognitifnya maka dikatakan terjadi belajar hafalan.
Kedua demensi ini merupakan suatu kontinum. Novak (dalam Dahar, 1988: 136)

memperlihatkan gambar sebagai berikut:

Menjelaskan hubungan antara konsep-

konsep Pengajaran Audio Tutorial Pen


Penyajian Melalui Ceramah atau Seb
Belajar Bermakna buku pelajaran Kegiatan di laboratorium sekolah prod

Menerapkan rumus-rumus untuk

Daftar Perkalian memecahkan masalah Pem


Belajar Hafalan Belajar Penerimaan Belajar Penemuan Terbimbing Bela

Sepanjang kontinum mendaftar terdapat dari kiri ke kanan berkurangnya belajarpenerimaan dan

bertambahnya belajar penemuan, sedangkan sepanjang kontinum vertical terdapat dari bawah ke atas

berkurangnya belajar hafalan dan bertambahnya belajar bermakna

Dari gambar diatas dapat dikatakan bahwa belajar penerimaan yang bermakna dapatdilakukan dengan

cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep, sedangkan belajar penemuan yang masih berupa hafalan

apabila belajar dilakukan dengan pemecahan masalah secara coba-coba. Belajar penemuan yang bermakna

hanyalah terjadi pada penelitian ilmiah.

Dalam teori belajar terdapat 2 aliran yaitu aliran psikologi tingkah laku dan aliran psikologi

kognitif.Teori Ausubel termasuk kedalam aliran psikologi tingkah laku.Teori ini terkenal dengan belajar

bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.

 Belajar Bermakna (Meaningfull Learning)

Belajar dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan

struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu dapat mengaitkan informasi barunya

dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Sehingga peserta didik menjadi kuat ingatannya dan transfer
belajarnya mudah dicapai. Struktur kognitif dapat berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun generalisasi yang

telah diperoleh atau bahkan dipahami sebelumnya oleh siswa.

 Belajar Menghafal (Rote Learning)

Bila struktur kognitif yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru tersebut

harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila seseorang memperoleh informasi baru dalam

dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahui sebelumnya.

Pada belajar menghafal, siswa menghafal materi yang sudah diterimanya, tetapi pada belajar bermakna

materi yang diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajar lebih dimengerti. Selanjutnya

bahwa Ausubel mengemukan bahwa metode ekspositori adalah metode mengajar yang baik dan bermakna.Hal

ini dikemukan berdasarkan hasil penelitiannya.Belajar menerima maupun menemukan sama-sama dapat berupa

belajar menghafal atau bermakna. Misalnya dalam mempelajari konsep Phytagoras tentang segitiga siku-siku,

mungkin bentuk akhir c2= b2+ a2 sudah disajikan, tetapi jika siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan

dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku akan lebih bermakna.

Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah

ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya.

Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori Belajar bermakna Ausuble ini

sangat dekat dengan Konstruktivesme.Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman,

fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dimilikinya.Keduanya menekankan

pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya

mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.


Empat Tipe Belajar Ausubel

1. Belajar dengan penemuan yang bermakna

Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik.Peserta didik itu kemudian

menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki.Misalnya peserta didik

diminta menemukan sifat-sifat suatu bujur sangkar.Dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki,

seperti sifat-sifat persegi panjang, peserta didik dapat menemukan sendiri sifat-sifat bujur sangkar tersebut.

2. Belajar dengan penemuan tidak bermakna


Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik, kemudian ia menghafalnya.

Misalnya, peserta didik menemukan sifat-sifat bujur sangkar tanpa bekal pengetahuan sifat-sifat geometri yang

berkaitan dengan segiempat dengan sifat-sifatnya, yaitu dengan penggaris dan jangka.Dengan alat-alat ini

diketemukan sifat-sifat bujur sangkar dan kemudian dihafalkan.

3. Belajar menerima yang bermakna

Informasi yang telah tersusun secara logis di sajikan kepada peserta didik dalam bentuk final/ akhir, peserta

didik kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya

peserta didik akan mempelajari akar-akar persamaan kuadrat. Pengajar mempersiapkan bahan-bahan yang akan

diberikan yang susunannya diatur sedemikian rupa sehingga materi persamaan kuadrat tersebut dengan mudah

tertanam ke dalam konsep persamaan yang sudah dimiliki peserta didik. Karena pengertian persamaan lebih

inklusif dari pada persamaan kuadrat, materi persamaan tersebut dapat dipelajari peserta didik secara bermakna.

4. Belajar menerima yang tidak bermakna

Dari setiap tipe bahan yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk final.Peserta didik tersebut

kemudian menghafalkannya.Bahan yang disajikan tadi tanpa memperhatikan pengetahuan yang dimiliki peserta

didik.

Prasyarat Belajar Bermakna

a. Kondisi dan sikap peserta didik terhadap tugas, hendaknya bersesuaian dengan intensi peserta didik.

Apabila peserta didik melaksanakan tugas dengan sikap bahwa ia ingin memahami bahan pelajaran dan

mengaplikasikan bahan baru serta menghubungkan bahan pelajaran yang terdahulu, dikatakan peserta didik itu

belajar bahan baru dengan cara yang bermakna. Sebaliknya bila peserta didik itu tidak berkehendak mengaitkan

bahan yang dipelajari dengan informasi yang dimiliki, maka belajar itu tidak bermakna. Demikianlah banyak

peserta didik yang tidak berusaha mengerti matematika, cenderung mengalami kegagalan dan akhirnya

membenci matematika.

b. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan struktur kognitif peserta didik sehingga

peserta didik tersebut dapat mengasimilasi bahan baru secara bermakna. Belajar bermakna pada tahap mula-
mula memberikan pengertian kepada bahan baru sehingga bahan baru itu akan terserap dan kemudian diingat

peserta didik. Ia tidak menghafal asosiasi stimulus-respon yang terpisah-pisah.

c. Tugas-tugas yang diberikan haruslah sesuai dengan tahap perkembangan intelektual peserta didik. Peserta didik

yang masih di dalam periode operasi konkrit, bila diberi bahan materi matematika yang abstrak tanpa contoh-

contoh konkrit dari materi tersebut, akan mengakibatkan peserta didik itu tidak mempunyai keinginan materi

tersebut secara bermakna. Dengan demikian peserta hanya menghafal pelajaran tadi tanpa pengertian sehingga

peserta didik mempelajari matematika dengan pernyataan- pernyataan herbal yang tidak cermat dan tepat.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang

ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat

struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam

struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi.

Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak

meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil,

meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.

Beberapa Prinsip dalam teori belajar Ausubel

1. Advance Organizer

Advance Organizer mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari dan mengingatkan siswa pada

materi sebelumnya yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Advance

Organizer dapat dianggap merupakan suatu pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru (Dahar,

1988: 144)

2. Diferensiasi Progresif

Selama belajar bermakna berlangsung perlu terjadi pengembangan konsep dari umum ke khusus.Dengan

strategi ini guru mengajarkan konsep mulai dari konsep yang paling inklusif, kemudian kurang inklusif dan

selanjutnya hal-hal yang khusus seperti contoh-contoh setiap konsep. Sehubungan dengan ini dikatakan

Sulaiman (1988:203) bahwa diferensiasi progresif adalah cara mengembangkan pokok bahasan melalui

penguraian bahan secara heirarkis sehingga setiap bagian dapat dipelajari secara terpisah dari satu kesatuan

yang besar

3. Belajar Superordinat
Belajar superordinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai

unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas. Dinyatakan Dahar, (1988:148) bahwa belajar superorninat tidak

dapat terjadi disekolah, sebab sebagian besar guru-guru dan buku-buku teks mulai dengan konsep-konsep yang

lebih inklusif

4. Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif)

Menurut Ausubel (Dahar, 1988: 148), selain urutan menurut diferensiasi progresif yang harus

diperhatikan dalam mengajar, juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan dengan

konsep-konsep yang superordinat. Guru harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru

dibandingkan dan dipertentangkan dengan artiarti sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep-konsep

yang tingkatannya lebih tinggi mengambil arti baru. Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran

hendaknya disusun sedemikian rupa hingga dapat digerakkan hierarki-heirarki konseptual ke atas dan ke bawah

selama informasi disajikan. Guru dapat mulai dengan konsepkonsep yang paling umum, tetapi perlu

diperlihatkan keterkaitan konsep-konsep subordinat dan kemudian bergerak kembali melalui contoh-contoh ke

arti-arti baru bagi konsep-konsep yang tingkatannya lebih tinggi

2. Cara Menerapkan Teori Belajar Ausubel

Untuk menerapkan teori belajar Ausubel, Dadang Sulaiman menyarankan agar menggunakan dua fase

yaitu fase perencanan dan fase pelaksanaan.Fase perencanaan terdiri dari menetapkan tujuan pembelajaran,

mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa, membuat struktur materi dan memformulasikan advance

organizer.Fase pelaksanakan terdiri dariAdvance organizer, diferensiasi progresif dan rekonsiliasi integrative.

a. Fase Perencanaan

1. Menetapkan Tujuan Pembelajaran

Tahapan pertama dalam kegiatan perencanaan adalah menetapkan tujuan pembelajaran. Model Ausubel

inidapat digunakan untuk mengajarkan hubungan antara konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi.

Sebagaimana dikatakan Sulaiman (1988: 199), bahwa model Ausubel tidak dirancang untuk mengajarkan

konsep atau generalisasi, melainkan untuk mengajarkan “Organized bodies of content”yang memuat bermacam

konsep dan generalisasi

2. Mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa


Model Ausubel ini meskipun dirancang untuk mengajarkan hubungan antar konsep-konsep dan

generalisasi-generalisasi dan tidak untuk mengajarkan bentuk materi pengajaran itu sendiri, tetapi cukup

fleksibel untuk dipakai mengajarkan konsep dan generalisasi, dengan syarat guru harus menyadari latar

belakang pengetahuan siswa. Efektivitas penggunaan model ini akan sangat tergantung pada sensitivitas guru

terhadap latar belakang pengetahuan siswa, pengalaman siswa dan struktur pengetahuan siswa. Latar belakang

pengetahuan siswa dapat diketahui melalui pretes, diskusi atau pertanyaan

3. Membuat struktur materi

Membuat struktur materi secara hierarkis merupakan salah satu pendukung untuk melakukan rekonsiliasi

integratif dari teori Ausubel

4. Memformulasikan Advance Organizer

Menurut Eggen(1979: 277), Advance organizer dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a) mengkaitkan

atau menghubungkan materi pelajaran dengan struktur pengetahuan siswa, b) mengorganisasikan materi yang

dipelajari siswa.

Terdapat tiga macam organizer, yaitu definisi konsep, generalisasi dan analogi

a. Definisi konsep dapat merupakan organizer materi yang bermakna, bila materi tersebut merupakan

bahan pengajaran baru atau tidak dikenal oleh siswa. Untuk kemudahan siswa, guru sebaiknya mengusahakan

agar definisi dibuat dalam terminalogi yang dikenal siswa.

b. Generalisasi berguna untuk meringkas sejumlah informasi

c. Analogi merupakan advance organizer yang paling efektif karena seringkali sesuai dengan latar

belakang siswa. Nilai analogi sebagai advance organizer tergantung pada dua factor yaitu(1)penguasaan atau

pengetahuan siswa terhadap analogi itu, (2) tingkat saling menunjang antara gagasan yangdiajarkan dengan

analogi yang digunakan. Dengan analogi, motif dan minat siswa lebih baik dibandingkan dengan generalisasi

dan definisi konsep

b. Fase Pelaksanaan

Setelah fase perencanaan, guru menyiapkan pelaksanaan dari model Ausubel ini.Untuk menjaga agar

siswa tidak pasif miaka guru harus dapat mempertahankan adanya interaksi dengan siswa melalui tanya jawab,

memberi contoh perbandingan dan sebaginya berkaitan dengan ide yang disampaikan saat itu. Guru hendaknya

mulai dengan advance organizer dan menggunakannya hingga akhir pelajaran sebagai pedoman untuk
mengembangkan bahan pengajaran. Langkah berikutnya adalah menguraikan pokok-pokok bahan menjadi

lebihterperinci melalui diferensiasi progresif.Setelah guru yakin bahwa siswa mengerti akan konsep yang

disajikan maka ada dua pilihan langkah berikutnya yaitu:1) menghubungkan atau membandingkan konsep-

konsep itu melalui rekonsiliasi integratif, atau 2) melanjutkan dengan difernsiasi progresif sehingga konsep

tersebut menjadi lebih luas,


Kelebihan dan Kelemahan Belajar Bermakna
Ada tiga kelebihan dari belajar bermakna yaitu :
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
2. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran
yang mirip.
3. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi
lupa.
Kelemahan Belajar Bermakna :
1. Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
2. Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal
yang lain yang sudah diketahuinya maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai
hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya.

3. Pendekatan dan Metode yang Dapat Digunakan

Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari hal yang umum menjadi kasus yang
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme.Ini
terdiri dari 2 macam pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi).Kedua pernyataan pendukung
silogisme disebut premis (hipotesis) yang dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor.Kesimpulan
diperoleh sebagai hasil penalaran deduktif berdasarkan macam premis itu.
Mengajarkan konsep dengan pendekatan deduktif dimulai dengan contoh-contoh yang dapat diberikan
oleh guru atau dicari oleh murid.Karena itu, guru harus dapat memperkirakan pendekatan mana sebaiknya yang
dipakai untuk mengajarkan bahan tertentu di suatu kelas.Ada baiknya, para guru matematika sewaktu-waktu
bertukar pendapat mengenai pendekatan yang lebih cocok dipakai untuk mengajarkan bahan tertentu di suatu
kelas berdasarkan pengalaman.Fakta yang diperoleh dari pengalaman merupakan salah suatu sumber
pengetahuan.

Metode Ekspositori
Metode Ekspositori pada mulanya dikenal sebagai metode pembelajaran yang berpusat di guru, siswa
tidak banyak aktif dalam interaksi antara guru dan murid. Kemudian Ekspositori berkembang menjadi suatu
cara pembelajaran dimana dominasi guru berkurang, siswa menjadi aktif sehingga pusat pembelajaran ada pada
siswa. Metode Ekspositori adalah metode terpadu terdiri dari metode informasi, metode demonstrasi, metode
tanya jawab, metode latihan dan pada akhir pelajaran diberikan tugas. Prosedur yang digunakan dalam
menerapkan metode ekspositori dalam pembelajaran matematika yaitu:
a. Guru memberikan informasi materi yang dibahas dengan metode ceramah, kemudian memberikan uraian dan
contoh soal yang dikerjakan di papan tulis secara interaktif dan komunikatif dengan metode demonstrasi.
Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dengan metode tanya jawab. Lalu
mereka mengerjakan soal yang diberikan guru sambil guru berkeliling memeriksa pekerjaan siswa. Salah
seorang ditugaskan mengerjakan soal di papan tulis.
b. Guru memberikan rangkuman yang bisa ditugaskan kepada siswa untuk membuat rangkumannya, atau guru
yang membuat rangkuman atau guru bersama-sama siswa membuat rangkuman.

Keunggulan:
A. Tepat untuk pemahaman konsep. Operasional, produseral, fakta, keterampilan.
B. Siswa aktif dan senang belakar matematika ketika latihan berkelompok mengerjakan soal yang diberikan
guru atau soal dari buku paket.
C. Guru termotivasi untuk aktif membimbing dalam latihan berkelompok.

Kelemahan:
A. Kecendrungan guru yang berperan dalam proses pembelajaran.
B. Siswa segan mengemukakan pendapat atau bertanya ketika selesai penyajian.
C. Siswa malu maju kemuka ketika diminta guru untuk menyelesaikan soal di papan tulis.

KESIMPULAN

Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian


banyaknya teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam
cooperative learning.Faktor-faktor utama yang mempengaruhi
belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif
yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu
bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.Teori Belajar
bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan
Konstruktivesme.Keduanya menekankan pentingnya pelajar
mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta
baru kedalam sistem pengertian yang telah
dipunyai.Keduanya menekankan pentingnya asimilasi
pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang
sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam
proses belajar itu siswa aktif.

Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna

kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang

relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, A., & Muhlisrarini. (2014). Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran


Matematika. Jakarta: Rajawali Press.
Amini, U. (2013, Agustus 11). Retrieved Agusutus 16, 2016, from Academia:
https://www.academia.edu/8176305/Teori_Kognitif_Menurut_David_Ausubel
ARIYANTO. (n.d.). PENERAPAN TEORI AUSUBEL PADA PEMBELAJARAN
POKOK BAHASAN., (pp. 55-64). Surakarta.
ainuri, M. (2013, Maret 15). Retrieved Agustus 16, 2016, from Academia:
https://www.academia.edu/7216172/Psikologi_Tingkah_Laku_VS_Psikologi_
Kognitif
MatchVirgo, L. (2012, Juni 19). Retrieved Agustus 16, 2016, from Academia:
https://www.academia.edu/16610474/Psikologi_Pembelajaran_Matematika

http://iramarion.blogspot.com/2017/01/makalah-belajar-dan-pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai