Makalah Teori Brunner Ausubel
Makalah Teori Brunner Ausubel
Banyak teori belajar yang telah diadopsi oleh ahli pendidikan untuk mendesain
pelaksanaan pembelajaran, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme yang
memandang bahwa tingkah laku merupakan objek penting dalam belajar seperti
yang dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yaitu Thonrdike, Ivan Pavlov
dan B.F.Skiner, juga teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Piaget,
Brunner, Gagne dll, yang menekankan pada aspek kognitif dengan
memperhatikan tahap perkembangan si pembelajar. Teori belajar kognitif telah
banyak dikembangkan oleh para ahli pendidikan untuk mendesain strategi,
model dan pendekatan pembelajaran.
Pada pelajaran matematika, teori belajar yang menekankan pada aspek kognitif
akhir-akhir ini sangat banyak dikembangkan seiring dengan munculnya
pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran, Seperti model pembelajaran
penemuan (discovery learning) yang dikembangkan oleh Brunner dimana Siswa
belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan
guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan
kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip untuk diri
mereka sendiri.
Begitu pentingnya pengetahuan teori belajar matematika dalam sistim
penyampaian materi di kelas, sehingga setiap metode pengajaran harus selalu
disesuaikan dengan teori belajar yang dikemukakan oleh ahli pendidikan. Tidak
hanya tingkat kedalaman konsep yang diberikan pada siswa tetapi harus
disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara penyampaian materi pun
demikian pula. Guru harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan
bagaimana pengajaran yang harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap yang
benar. Dalam tulisan ini akan dipaparkan satu satu aplikasi teori pembelajaran
kognitif yang dikembangkan oleh J. Brunner dalam pembelajaran matematika
tingkat SD
Dalam penyajian materi ada 3 tahapan penting yang harus diperhatikan dalam
mengaplikasikan teori ini yaitu:
TEORI AUSUBEL
PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri manusia. Kegiatan belajar sangat dipengaruhi
pembelajaran.Keberhasilan siswa mencapai suatu tahap hasil belajar memungkinkannya untuk belajar lebih
lancar dalam mencapai tahap selanjutnya.Strategi pembelajaran tidak terlepas dari teori belajar yang dihasilkan
oleh pakar-pakar pendidikan.Teori belajar yang bersumber dari pakar pendidikan atau pakar psikologi
PEMBAHASAN
1) Demensi-1, tentang cara penyajian informasi atau materi kepada siswa.Demensi ini meliputi belajar penerimaan
yang menyajikan informasi itu dalambentuk final dan belajar penemuan yang mengharuskan siswa
2) Demensi-2, tentang cara siswa mengkaitkan materi yang diberikan denganstruktur kognitif yang telah
dimilikinya. Jika siswa dapat menghubungkan ataumengkaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah
dimilikinya makadikatakan terjadi belajar bermakna.Tetapi jika siswa menghafalkan informasibaru tanpa
menghubungkan pada konsep yang telah ada dalam strukturkognitifnya maka dikatakan terjadi belajar hafalan.
Kedua demensi ini merupakan suatu kontinum. Novak (dalam Dahar, 1988: 136)
Sepanjang kontinum mendaftar terdapat dari kiri ke kanan berkurangnya belajarpenerimaan dan
bertambahnya belajar penemuan, sedangkan sepanjang kontinum vertical terdapat dari bawah ke atas
Dari gambar diatas dapat dikatakan bahwa belajar penerimaan yang bermakna dapatdilakukan dengan
cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep, sedangkan belajar penemuan yang masih berupa hafalan
apabila belajar dilakukan dengan pemecahan masalah secara coba-coba. Belajar penemuan yang bermakna
Dalam teori belajar terdapat 2 aliran yaitu aliran psikologi tingkah laku dan aliran psikologi
kognitif.Teori Ausubel termasuk kedalam aliran psikologi tingkah laku.Teori ini terkenal dengan belajar
Belajar dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan
struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu dapat mengaitkan informasi barunya
dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Sehingga peserta didik menjadi kuat ingatannya dan transfer
belajarnya mudah dicapai. Struktur kognitif dapat berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun generalisasi yang
Bila struktur kognitif yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru tersebut
harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila seseorang memperoleh informasi baru dalam
dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahui sebelumnya.
Pada belajar menghafal, siswa menghafal materi yang sudah diterimanya, tetapi pada belajar bermakna
materi yang diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajar lebih dimengerti. Selanjutnya
bahwa Ausubel mengemukan bahwa metode ekspositori adalah metode mengajar yang baik dan bermakna.Hal
ini dikemukan berdasarkan hasil penelitiannya.Belajar menerima maupun menemukan sama-sama dapat berupa
belajar menghafal atau bermakna. Misalnya dalam mempelajari konsep Phytagoras tentang segitiga siku-siku,
mungkin bentuk akhir c2= b2+ a2 sudah disajikan, tetapi jika siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan
Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah
ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya.
Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori Belajar bermakna Ausuble ini
fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dimilikinya.Keduanya menekankan
pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik.Peserta didik itu kemudian
menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki.Misalnya peserta didik
diminta menemukan sifat-sifat suatu bujur sangkar.Dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki,
seperti sifat-sifat persegi panjang, peserta didik dapat menemukan sendiri sifat-sifat bujur sangkar tersebut.
Misalnya, peserta didik menemukan sifat-sifat bujur sangkar tanpa bekal pengetahuan sifat-sifat geometri yang
berkaitan dengan segiempat dengan sifat-sifatnya, yaitu dengan penggaris dan jangka.Dengan alat-alat ini
Informasi yang telah tersusun secara logis di sajikan kepada peserta didik dalam bentuk final/ akhir, peserta
didik kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya
peserta didik akan mempelajari akar-akar persamaan kuadrat. Pengajar mempersiapkan bahan-bahan yang akan
diberikan yang susunannya diatur sedemikian rupa sehingga materi persamaan kuadrat tersebut dengan mudah
tertanam ke dalam konsep persamaan yang sudah dimiliki peserta didik. Karena pengertian persamaan lebih
inklusif dari pada persamaan kuadrat, materi persamaan tersebut dapat dipelajari peserta didik secara bermakna.
Dari setiap tipe bahan yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk final.Peserta didik tersebut
kemudian menghafalkannya.Bahan yang disajikan tadi tanpa memperhatikan pengetahuan yang dimiliki peserta
didik.
a. Kondisi dan sikap peserta didik terhadap tugas, hendaknya bersesuaian dengan intensi peserta didik.
Apabila peserta didik melaksanakan tugas dengan sikap bahwa ia ingin memahami bahan pelajaran dan
mengaplikasikan bahan baru serta menghubungkan bahan pelajaran yang terdahulu, dikatakan peserta didik itu
belajar bahan baru dengan cara yang bermakna. Sebaliknya bila peserta didik itu tidak berkehendak mengaitkan
bahan yang dipelajari dengan informasi yang dimiliki, maka belajar itu tidak bermakna. Demikianlah banyak
peserta didik yang tidak berusaha mengerti matematika, cenderung mengalami kegagalan dan akhirnya
membenci matematika.
b. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan struktur kognitif peserta didik sehingga
peserta didik tersebut dapat mengasimilasi bahan baru secara bermakna. Belajar bermakna pada tahap mula-
mula memberikan pengertian kepada bahan baru sehingga bahan baru itu akan terserap dan kemudian diingat
c. Tugas-tugas yang diberikan haruslah sesuai dengan tahap perkembangan intelektual peserta didik. Peserta didik
yang masih di dalam periode operasi konkrit, bila diberi bahan materi matematika yang abstrak tanpa contoh-
contoh konkrit dari materi tersebut, akan mengakibatkan peserta didik itu tidak mempunyai keinginan materi
tersebut secara bermakna. Dengan demikian peserta hanya menghafal pelajaran tadi tanpa pengertian sehingga
peserta didik mempelajari matematika dengan pernyataan- pernyataan herbal yang tidak cermat dan tepat.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang
ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat
struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam
struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi.
Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak
meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil,
meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.
1. Advance Organizer
Advance Organizer mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari dan mengingatkan siswa pada
materi sebelumnya yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Advance
Organizer dapat dianggap merupakan suatu pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru (Dahar,
1988: 144)
2. Diferensiasi Progresif
Selama belajar bermakna berlangsung perlu terjadi pengembangan konsep dari umum ke khusus.Dengan
strategi ini guru mengajarkan konsep mulai dari konsep yang paling inklusif, kemudian kurang inklusif dan
selanjutnya hal-hal yang khusus seperti contoh-contoh setiap konsep. Sehubungan dengan ini dikatakan
Sulaiman (1988:203) bahwa diferensiasi progresif adalah cara mengembangkan pokok bahasan melalui
penguraian bahan secara heirarkis sehingga setiap bagian dapat dipelajari secara terpisah dari satu kesatuan
yang besar
3. Belajar Superordinat
Belajar superordinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai
unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas. Dinyatakan Dahar, (1988:148) bahwa belajar superorninat tidak
dapat terjadi disekolah, sebab sebagian besar guru-guru dan buku-buku teks mulai dengan konsep-konsep yang
lebih inklusif
Menurut Ausubel (Dahar, 1988: 148), selain urutan menurut diferensiasi progresif yang harus
diperhatikan dalam mengajar, juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan dengan
konsep-konsep yang superordinat. Guru harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru
dibandingkan dan dipertentangkan dengan artiarti sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep-konsep
yang tingkatannya lebih tinggi mengambil arti baru. Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran
hendaknya disusun sedemikian rupa hingga dapat digerakkan hierarki-heirarki konseptual ke atas dan ke bawah
selama informasi disajikan. Guru dapat mulai dengan konsepkonsep yang paling umum, tetapi perlu
diperlihatkan keterkaitan konsep-konsep subordinat dan kemudian bergerak kembali melalui contoh-contoh ke
Untuk menerapkan teori belajar Ausubel, Dadang Sulaiman menyarankan agar menggunakan dua fase
yaitu fase perencanan dan fase pelaksanaan.Fase perencanaan terdiri dari menetapkan tujuan pembelajaran,
mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa, membuat struktur materi dan memformulasikan advance
organizer.Fase pelaksanakan terdiri dariAdvance organizer, diferensiasi progresif dan rekonsiliasi integrative.
a. Fase Perencanaan
Tahapan pertama dalam kegiatan perencanaan adalah menetapkan tujuan pembelajaran. Model Ausubel
Sebagaimana dikatakan Sulaiman (1988: 199), bahwa model Ausubel tidak dirancang untuk mengajarkan
konsep atau generalisasi, melainkan untuk mengajarkan “Organized bodies of content”yang memuat bermacam
generalisasi-generalisasi dan tidak untuk mengajarkan bentuk materi pengajaran itu sendiri, tetapi cukup
fleksibel untuk dipakai mengajarkan konsep dan generalisasi, dengan syarat guru harus menyadari latar
belakang pengetahuan siswa. Efektivitas penggunaan model ini akan sangat tergantung pada sensitivitas guru
terhadap latar belakang pengetahuan siswa, pengalaman siswa dan struktur pengetahuan siswa. Latar belakang
Membuat struktur materi secara hierarkis merupakan salah satu pendukung untuk melakukan rekonsiliasi
Menurut Eggen(1979: 277), Advance organizer dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a) mengkaitkan
atau menghubungkan materi pelajaran dengan struktur pengetahuan siswa, b) mengorganisasikan materi yang
dipelajari siswa.
Terdapat tiga macam organizer, yaitu definisi konsep, generalisasi dan analogi
a. Definisi konsep dapat merupakan organizer materi yang bermakna, bila materi tersebut merupakan
bahan pengajaran baru atau tidak dikenal oleh siswa. Untuk kemudahan siswa, guru sebaiknya mengusahakan
c. Analogi merupakan advance organizer yang paling efektif karena seringkali sesuai dengan latar
belakang siswa. Nilai analogi sebagai advance organizer tergantung pada dua factor yaitu(1)penguasaan atau
pengetahuan siswa terhadap analogi itu, (2) tingkat saling menunjang antara gagasan yangdiajarkan dengan
analogi yang digunakan. Dengan analogi, motif dan minat siswa lebih baik dibandingkan dengan generalisasi
b. Fase Pelaksanaan
Setelah fase perencanaan, guru menyiapkan pelaksanaan dari model Ausubel ini.Untuk menjaga agar
siswa tidak pasif miaka guru harus dapat mempertahankan adanya interaksi dengan siswa melalui tanya jawab,
memberi contoh perbandingan dan sebaginya berkaitan dengan ide yang disampaikan saat itu. Guru hendaknya
mulai dengan advance organizer dan menggunakannya hingga akhir pelajaran sebagai pedoman untuk
mengembangkan bahan pengajaran. Langkah berikutnya adalah menguraikan pokok-pokok bahan menjadi
lebihterperinci melalui diferensiasi progresif.Setelah guru yakin bahwa siswa mengerti akan konsep yang
disajikan maka ada dua pilihan langkah berikutnya yaitu:1) menghubungkan atau membandingkan konsep-
konsep itu melalui rekonsiliasi integratif, atau 2) melanjutkan dengan difernsiasi progresif sehingga konsep
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari hal yang umum menjadi kasus yang
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme.Ini
terdiri dari 2 macam pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi).Kedua pernyataan pendukung
silogisme disebut premis (hipotesis) yang dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor.Kesimpulan
diperoleh sebagai hasil penalaran deduktif berdasarkan macam premis itu.
Mengajarkan konsep dengan pendekatan deduktif dimulai dengan contoh-contoh yang dapat diberikan
oleh guru atau dicari oleh murid.Karena itu, guru harus dapat memperkirakan pendekatan mana sebaiknya yang
dipakai untuk mengajarkan bahan tertentu di suatu kelas.Ada baiknya, para guru matematika sewaktu-waktu
bertukar pendapat mengenai pendekatan yang lebih cocok dipakai untuk mengajarkan bahan tertentu di suatu
kelas berdasarkan pengalaman.Fakta yang diperoleh dari pengalaman merupakan salah suatu sumber
pengetahuan.
Metode Ekspositori
Metode Ekspositori pada mulanya dikenal sebagai metode pembelajaran yang berpusat di guru, siswa
tidak banyak aktif dalam interaksi antara guru dan murid. Kemudian Ekspositori berkembang menjadi suatu
cara pembelajaran dimana dominasi guru berkurang, siswa menjadi aktif sehingga pusat pembelajaran ada pada
siswa. Metode Ekspositori adalah metode terpadu terdiri dari metode informasi, metode demonstrasi, metode
tanya jawab, metode latihan dan pada akhir pelajaran diberikan tugas. Prosedur yang digunakan dalam
menerapkan metode ekspositori dalam pembelajaran matematika yaitu:
a. Guru memberikan informasi materi yang dibahas dengan metode ceramah, kemudian memberikan uraian dan
contoh soal yang dikerjakan di papan tulis secara interaktif dan komunikatif dengan metode demonstrasi.
Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dengan metode tanya jawab. Lalu
mereka mengerjakan soal yang diberikan guru sambil guru berkeliling memeriksa pekerjaan siswa. Salah
seorang ditugaskan mengerjakan soal di papan tulis.
b. Guru memberikan rangkuman yang bisa ditugaskan kepada siswa untuk membuat rangkumannya, atau guru
yang membuat rangkuman atau guru bersama-sama siswa membuat rangkuman.
Keunggulan:
A. Tepat untuk pemahaman konsep. Operasional, produseral, fakta, keterampilan.
B. Siswa aktif dan senang belakar matematika ketika latihan berkelompok mengerjakan soal yang diberikan
guru atau soal dari buku paket.
C. Guru termotivasi untuk aktif membimbing dalam latihan berkelompok.
Kelemahan:
A. Kecendrungan guru yang berperan dalam proses pembelajaran.
B. Siswa segan mengemukakan pendapat atau bertanya ketika selesai penyajian.
C. Siswa malu maju kemuka ketika diminta guru untuk menyelesaikan soal di papan tulis.
KESIMPULAN
Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna
kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang
DAFTAR PUSTAKA
http://iramarion.blogspot.com/2017/01/makalah-belajar-dan-pembelajaran.html