Di Susun Oleh :
Rahmat Inggi
(16917220)
Sebelum ke contoh kasus terlebih dahulu saya akan menjelaskan Role Of Evidence tentang
Open dan close System dan relayed by digital device yang bersumber dari buku Angus
McKenzie Marchall yang berjudul Digital Corensics, Digital Evidence in Crimina l
Invesigation. Dalam buku tersebut agus marshall mengatakan bahwa digital device terbagi
menjadi dua macam yaitu Closed Systems dan Open Systems.
a. Closed System
Closed system adalah sebuah system yang tidak pernah terkoneksi dengan internet.
Dengan tidak terkoneksinya dengan internet yang berarti bahwa system tersebut
terisolasi sehingga system itu ebih mudah untuk dikontrol. Setiap system yang tertutup
dapat mebuat jaringan sendiri dan saling terkoneksi satu sama lain. System yang
tertutup terbentuk dari beberapa system yang saling terhubung namun tidak terkonek si
dengan internet.
b. Open System
Open system adalah kebalikan dari Closed system. Jika di closed system semua system
nya tidak pernah terkoneksi dengan internet. Maka open system semua systemnya
terkoneksi dengan internet baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak peduli
seberapa besar atau kecil jaringan system yang ada yang penting telah terkoneksi
dengan internet maka system tersebut dapat dikatakan open system.
Menurut Angus McKenzie Marshal melalui bukunya yang berjudul Digital Forensic, Digita l
Evidence in criminal Investigation peran digital device terbagi atas 5 yaitu :
1. Witnes
Witnes/Saksi merupakan pengamat pasif dalam sebuah kejadian. Witness tidak
memiliki kontak langsun dengan pihat yang terlibat dalam sebuah kasus. Tetapi witness
bias menggambarkan aktivitas, kondisi lingkungan, dan pihak-pihak yang terlibat
dalam kasus tersebut.
Witness dalam konsep digital merupakan system yang dapat mengamati kasus yang
berkaitan dengan kejadian yang sedang diinvestigasi. Sebagai contoh CCTV dalam
sebuah kasus. CCTV tersebut menjadi saksi yang merekam kejadian yang sedang
berlangsung CCTV akan erekam kejadian kedalam harddisk. Namau tidak semua saksi
adalah murni saksi. Diantara saksi tersebut mungin memiliki keterlibatan dalam
aktivitas atau kasus yang terjadi.
2. Tools
Sebuah tool dalam konteks ini merupakan sesuatu yang mempermudah kejadian
tersebut, tetapi bukan yang utamanya. Tools tersebut dapat berupa software, sebuah
device atau perangkat jadingan yang lengkap.
3. Accomplice
Accomplice merupakan sesuatu yang mempunyai peran yang sangat penting dalam
menentukan keberhasislan suatu aktivitas. Tanpanya aktivitas tersebut tidak akan
terjadi. Sistem digital tidak dapat membedakan mana yang baik buruk dan juga tidak
mengerti akan hokum. Baik buruknya system digital ditentukan oeh pengguna nya.
Namu, system digital dapat berperan sebagai accomplice ketika terlibat kontak
langsung dengan pelaku.
Apabila pelaku menemukan sebuah celah atau kelemahan pada sebuah system, maka
pelaku dapat memanfaatkan celah tersebut untuk ditanamkan malware seperti virus,
Trojan dan sebagainya pada system tersebut. Yang akan membuat system terinfeks i
malware, tentunya hal ini akan menjadi accomplice si pelaku untuk melakukan
kejahatan.
4. Victim
Victim atau korban merupakan target dari serangan. Dalam konteks system digita l,
jarang ditemukan kondisi dimana system adalah murni target dari serangan. Serangan
yang terjadi pada system biasanya digunakan sebagai alat untuk menyerang organisas i
atau individu yang berkaitan dengan system. Dalam perakteknya, harus diteliti lebih
lanjut lagi untu melihat apakah victim ini dapat menjadi accomplice atau tidak
5. Guardian
Guardian merupakan pelindung dari serangan. Sebuah kejahatan hanya akan terjadi
tanpa adanya penjagaan yang baik dari system. Semakin baik perlindungan didalam
system maka semakin sulit pelaku untuk memberikan serangan.
2.2 Contoh Kasus CyberCrime
Berikut ini beberapa contoh kasus pengungkapan CyberCrime yang menginformas ika n
jenis barang bukti yang disita dalam kasus tersebut dan analisa menggunakan Konsep The
Role Play of Digital Evidence terhadap barang bukti yang di sita tersebut.
Barang bukti lain yang disita berupa "hardisk" eksternal denga memori 1 terra, modem
wifi, USB on the go, paspor dan visa terduga pelaku, pinset, obeng dan kunci L.
"Barang bukti dan terduga pelaku sudah diamankan di Mapolres Lombok Barat,"
ujarnya.
Modus dugaan pembobolan mesin ATM Bank Mandiri dan Bank BNI di Gili Air, kata
dia, yakni pelaku memasang "skimmer" (alat pembaca untuk merekam kartu) dan
memasang kamera tersembunyi untuk mengetahui PIN ATM korban.
Alat penyadap tersebut dipasang di mesin target (ATM Bank Mandiri dan Bank BNI)
di kawasan wisata Gili Air.
Pelaku mulai aksi pencurian data nasabah dengan memasang alat "skimmer dan spy
cam" pada mulut "entry" tombol ATM.
Melalui alat "spy cam", pelaku menduplikasi data nomor pada kartu ATM dan pin
korban menggunakan kartu magnet, kemudian terbentuklah kartu ATM baru seperti
milik korban.
"Kasus ini masuk dalam kategori tindak pidana cyber crime dan melanggar Pasal 47
sub 45 Undang-Undang RI Nomor 11/2008 tentang ITE jo Pasal 55 KUH Pidana,"
katanya.
Kasus penangkapan pelaku pembobolan mesin ATM di kawasan wisata tiga gili di
Kabupaten Lombok Utara, sudah yang kedua kalinya.
Sebelumnya, Polres Lombok Barat berhasil menangkap dua warga Turki berinisial AZ
dan VI yang diduga akan membobol mesin ATM di kawasan wisata Gili Trawangan,
Kabupaten Lombok Utara pada Juni 2016.
Bukti Digital
Telephone Gengam
Rangkaian Modul Prangkat Elektronik
Harddisk 1 Tera
USB on the go
Kasubdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Edy Suwandono
mengatakan mereka meretas surel PT H dan PT A sehingga surel tersebut seolah- olah
milik PT Dongan Kreasi Indonesia (DKI) yang melakukan bisnis rambut palsu.
PT DKI selama ini memang melakukan hubungan bisnis dengan beberapa perusahaan
di Amerika Serikat, termasuk PT H dan PT A. Komunikasi untuk pemesanan dilakukan
melalui surel. Setelah mendapatkan pesanan, PT DKI kemudian mengirimkan rambut
palsu.
"Suatu ketika PT DKI menanyakan pembayaran terhadap barang yang sudah dikirim.
Namun, rekan bisnisnya di Amerika Serikat menyatakan bahwa pembayaran barang
pesanan sudah dikirim ke rekening sesuai dengan permintaan melalui surel. Setelah
ditelusuri, ternyata rekening tersebut bukan milik PT DKI," tutur Edy.
Ternyata, melalui surel milik PT H dan PT A yang sudah diretas menjadi seolah- olah
milik PT DKI, para pelaku menyuruh rekan bisnis perusahaan tersebut untuk
mentransfer ke rekening lain dengan alasan ada perubahan nomor rekening.
Polisi juga mengamankan barang bukti berupa satu bendel rekening koran, empat
lembar foto kopi bilyet giro, satu lembar kartu nama PT MS, dua lembar perjanjian
kerja sama, satu bendel proposal, satu buah buku rekening, dua buah kartu ATM, satu
buah key Internet banking, tiga unit ponsel, satu buah KTP, dan uang Rp154.060.000.
"Para pelaku akan dijerat menggunakan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan, Pasal 263
KUHP tentang Pemalsuan, Pasal 3, 4 dan 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang serta Pasal 82
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang transfer dana juncto Pasal 55 KUHP,"
kata Edy.
Bukti Digital
Rekenin Koran
Key Internet Banking
Ponsel
"Informasi awal, para Penyidik Subdit 3 Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim
Polri sekitar pukul 19.30 WIB telah menangkap para pelaku penipuanonline WN
China," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Ronny F Sompie dalam pesan
singkatnya, di Jakarta, Kamis (28/11) malam.
Ronny mengatakan tempat kejadian perkara (TKP) berada di Jalan Puspita Loka F2 no
12 B BSD City, Tangerang Selatan dengan tersangka 48 orang warga negara asing yang
terdiri dari 16 perempuan dan 32 orang laki-laki. Selain itu, menurut dia dalam
penangkapan itu juga diamankan tiga orang warga negara Indonesia.
"Barang bukti (yang diamankan), yaitu laptop, telepon wireless, konektor, modem, dan
paspor," ujarnya.
Selain itu menurut Ronny, tim penyidik juga sedang menggerebek TKP di Apartemen
Mediterania di jalan Rajawali Selatan 4 nomor 1 Kemayoran. Menurut dia, informa s i
lebih lanjut akan segera dilengkapi terkait penggerebekan di lokasi kedua.
Bukti Digital
Leptop
Telepon Wreless
Konektor
Modem
5. Unit Cyber Crime Polda Jatim ringkus pengunggah video porno anak
http://www.antaranews.com/berita/498786/unit-cyber-crime-polda-jatim-ringkus-
pengunggah- video-porno-anak
Surabaya (ANTARA NEWS) - Unit "Cyber Crime" Direktorat Reserse Krimina l
Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jawa Timur meringkus tersangka pengunggah file berisi
video porno anak-anak, MSA (19), warga Trenggalek.
"Tersangka ditangkap di Trenggalek, tapi TKP (tempat kejadian perkara) video porno
anak-anak itu di suatu lokasi di Madiun," kata Direskrimsus Polda Jatim Kombes Pol
Muhammad Nur Rohman di Balai Wartawan, Mapolda Jatim, Jumat.
Didampingi Kabid Humas Polda Jatim AKBP RP Argo Yuwono SIK MSi, ia
menjelaskan modus yang dilakukan tersangka dengan memiliki akun facebook dan
"link blog" yang mendapatkan file video porno itu dari group facebook dalam
jaringannya.
"Motif tersangka yang bekerja di warnet dan baru saja diterima mendaftar PTN itu
untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, karena dengan mengunggah dalam group
facebook akan mendapatkan uang dolar," katanya.
Apalagi, tersangka mendapatkan like (dalam group facebook) hingga 900 kali, sehingga
ratingnya akan tinggi dan keuntungannya juga akan semakin meningkat, meski file
yang diunggah itu tergolong lama (2012), tapi motifnya adalah ekonomi (uang).
"Kami masih mengembangkan kasusnya dengan orang yang pertama kali mengungga h
dalam grup facebook itu. Awalnya, kami mendapatkan laporan dari staf KPA Jatim
tentang file berisi video anak-anak yang berusia 6-7 tahun tapi bertindak asusila, "
katanya.
Meski masih dikembangkan, tersangka MSA akan dijerat dengan Pasal 27 ayat 1 dan
Pasal 45 ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
dengan ancaman hukuman enam tahun penjara dan denda Rp1 miliar.
Barang bukti yang disita polisi adalah satu unit handphone (alat pembuat video porno),
satu unit flashdisk, satu unit CPU, dan "print out" blog yang berisi link porno.
Dalam barang bukti rekaman video bermuatan porno itu terlihat ada "sutradara" yang
memaksa dua anak-anak berusia 6-7 tahun (seorang anak laki-laki dan seorang anak
perempuan) untuk melakukan perbuatan asusila, lalu orang itu merekam dengan HP.
"Itu (sutradara) masih didalami, karena kasus itu memang sedang dikembangk a n, "
katanya. Secara terpisah, MSA ketika dikonfirmasi mengaku dirinya hanya iseng saat
menjadi penjaga warnet.
"Iseng saja, kok, saya mendapat kiriman dari teman, lalu saya unggah," katanya,
singkat.
Bukti Digital
Handphone
Flashdisk
CPU
Print out Link Situs Porno
LT menjadi penyedia yang memiliki piranti penyimpang (hard disk) berisi puluha n
film, kata Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Polisi Putut Eko Bayuseno, di
Jakarta, Kamis. "Tersangka menjual DVD film porno secara online seharga Rp100.000
per keping," katanya.
Kepala Subdirektorat Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro
Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi Audie Latuheru, mengemukakan bahwa pelaku
sudah beroperasi selama setahun.
Audie mengungkapkan, tersangka menyediakan film dewasa aktor barat dan Asia di
Internet, kemudian mengunduh dalam bentuk DVD. "Pelaku mengirimkan pesanan
melalui jasa pengiriman," ujar Audie.
Selain itu, polisi menyita lima dus berisi DVD film porno, empat dus DVD kosong, tiga
unit komputer (CPU)O, satu dus berisi resi paket pengiriman jasa, satu modem, dua
buku tabungan, dan satu hard disk eksternal.
Pelaku diancam Pasal 4 ayat 1 juncto Pasal 29 dan Pasal 7 juncto Pasal 33 Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi dengan ancaman hukuma n
maksimal 12 tahun penjara.
Bukti Digital
DVD Film Porno
Komputer
Modem
Harddisk Eksternal
Berdasarkan data Polda Metro Jaya, kejahatan lewat internet yang dilaporkan ke Subdit
Cyber Crime mencapai 601 kasus pada 2013 atau sekitar 50 kasus per bulan. ”Untuk
saat ini, kami bisa menerima sekitar 70 kasus per bulan,” kata Duha.
Kasus yang beberapa waktu terakhir diungkap jajaran Polda Metro Jaya di antaranya
penipuan yang dilakukan warga Nigeria dibantu warga Indonesia terhadap PT AP dan
PT BE. Pelaku mencegat percakapan e-mail dua perusahaan yang tengah bertransaksi.
Pelaku DS, warga Nigeria yang masih buron, memalsukan e-mail kedua perusahaan itu.
Kedua perusahaan itu merasa tengah berkomunikasi dengan mitranya, padahal dengan
tersangka sehingga mereka bersedia saat diminta mentransfer uang senilai miliara n
rupiah.
Kasus lain adalah ditangkapnya warga Nigeria, AO alias Az, oleh jajaran Resmob
Direktorat Reserse Kriminal Umum karena menipu perusahaan di Rusia, Ghips
Biruinta, hingga senilai Rp 3,7 miliar. Pelaku mengirim e-mail seolah-olah dari Top
Glove, perusahaan Malaysia yang bekerja sama dengan perusahaan Ghips, meminta
pembayaran atas transaksi sejumlah barang. Pelaku bekerja sama dengan warga
Indonesia yang berperan menampung uang hasil penipuan.
Selain penipuan lewat e-mail, kasus yang ditangani Polda di antaranya penipuan di
media sosial, pornografi anak, hingga pencurian data. Duha mengimbau pengguna
internet untuk lebih hati-hati dan waspada. ”Pastikan jika bertransaksi lewat e-mail agar
mengecek atau mengonfirmasi. Jika membeli barang online, beli dari perusahaan yang
sudah terkenal atau familier. Agar lebih pasti, lakukan transaksi COD (cash on
delivery),” katanya. (RAY)
Bukti Digital
Alat Sniffing
E-Mail
Komputer
Peran Dari Bukti Digital
Alat Sniffing berperan sebagai Tool (Alat) bantu yang mempermudah proses
aktivitas, baik berupa software ataupun hadware.
E-mail berperan sebagai Witnes (Saksi), knapa saksi karena dengan e-mail
mereka melakukan transaksi sehingga segala aktivitasnya terekam di
dalamnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selanjutnya dalam hal Digital Device terbagi atas 2 macam yaitu Closed Sistem
(Device atau peralatan yang tidak terhubung dengan dunia luar atau internet) dan Open
Sistem (Perangkat yang terhubung dengan akses internet) selain itu juga peran digital
device terbagi atas 5 bagian yaitu Witness,Tools,Acomplice,Viktim dan guardiam.
REFERENSI