Khaleda Hadini KKW
Khaleda Hadini KKW
Khaleda Hadini
NIM. 161440025
DAFTAR ISI
BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu memiliki beberapa area produksi,
diantaranya Area Zamrud, Pusaka, Pedada dan West Area. Agar dapat memenuhi
Plant dengan 6 gas turbin yang kapasitas tiap turbinnya 6 MW di Pusaka Area. Bahan
bakar Power Plant disupply dari DC Kuat PT. Energy Mega Persada Tbk.(PT. EMP
Tbk), gas tersebut dikirimkan melalui pipa sepanjang 20,64 km dari PT. EMP Tbk,
dengan 0,22 km dari kurau area (Kondur PSA) ke garis pantai Buton, 5,9 km dari buton
ke Pusaka Area (pipa bawah laut), dan 14,52 km pipa dari laut ke Pusaka Area. Karena
gas yang dialirkan dari kondur ke pusaka area berpotensi terbentuknya kondensat,
maka dibutuhkan sebuah fasilitas untuk menghilangkan kondensat agar tidak terbawa
ke suction gas turbin. Oleh sebab itu dibuat sebuah fasilitas untuk penerimaan gas
untuk mengkondisikan agar supply gas untuk gas turbin sesuai dengan yang
dikehendaki (gas kering, tekanannya sekitar 275 Psi). Fasilitas tersebut adalah
Onshore Receiving Facilities (ORF). Namun, karena kurangnya pasokan gas dari PT.
EMP Tbk, gas turbin yang beroperasi sekarang hanya 2 gas turbin dan untuk
oleh gas. Level kondensat pada gas scrubber harus dijaga pada level 25%, level
kondensat tersebut harus tetap dijaga agar gas tidak terbawa bersama dengan
kondensat ke close drain drum ketika level kondensatnya terlalu rendah dari set point
1
dan agar kondensat tidak terbawa ke proses yang selanjutnya karena level kondensat
receiving facility mendasari penulis untuk menyusun Kertas Kerja Wajib yang
1.2 Tujuan
Dalam Kertas Kerja Wajib ini penulis akan membatasi ruang lingkup
pembahasan mengenai :
Metodologi penyusunan laporan yang digunakan dalam kerja praktek ini antara
lain adalah:
2
- Pengamatan, meliputi kunjungan langsung ke lokasi untuk melakukan
di bidang tersebut
- Penyusunan laporan, membuat hasil kesimpulan dari hasil analisa data yang
dilakukan.
BAB 2 : Orientasi umum berisi tentang sejarah singkat, visi, misi, nilai-nilai,
dan struktur organisasi Badan Operasi Bersama PT. Bumi Siak Pusako-
Pertamina Hulu.
parameter PID.
BAB 5 : Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penulisan
KKW.
3
II. ORIENTASI UMUM
konsorsium antara Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) melalui PT. Bumi Siak
Pusako dan Badan Usaha Milik Negara melalui Pertamina Hulu. Semua ini bermula
dari keinginan Pemerintah Daerah Siak Sri Indrapura yang ingin mengelola ladang
minyak yang berada di wilayah Kabupaten Siak Sri Indrapura yang semula dikelola
9 Agustus 2002, maka pihak Pemda Siak Sri Indrapura mengusulkan agar area Coastal
Plains Pekanbaru Blok Area (CPP Blok) dikelola oleh daerah Siak itu sendiri. Melalui
beberapa perundingan maka Area CPP Blok diserahkan kepada Pemda Siak Sri
Indrapura dengan bekerjasama dengan pihak Pertamina Hulu untuk mengelola dan
melanjutkan eksplorasi.
Daerah operasi blok CPP diresmikan pada tanggal 9 Agustus 2002 oleh Bupati
Siak Sri Indrapura. Kewenangan pengolahan blok ini diserahkan kepada BOB dari
pemerinahan dalam pengawasan usaha migas, selaku badan resmi pemerintahan dalam
ditandatangani perjanjian Product Sharing Contract For Oil (PSC) antara PT. Bumi
BOB PT. BSP – Pertamina Hulu memiliki daerah kerja seluas 9.135,06 km yang
4
meliputi 2 wilayah kerja yaitu:
1. East Area
Wilayah kerja di east area meliputi area Zamrud, Pedada, dan Pusaka:
a. Zamrud.
Luas daerah yang diolah kurang lebih 5655,2949 Ha dengan luas tanah
Luas wilayah kerja yang diolah kurang lebih 567,9841 Ha dengan luas
bangunan untuk pedada kurang lebih 7,6911 Ha dan luas bangunan untuk
5
Gambar 2. 2 Peta lokasi Pedada Area
c. West Area
Operasi Bersama PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu berada sekitar 100
km kearah Barat dari Pekanbaru. Tepatnya dapat dilihat pada peta geografi di
bawah ini.
6
2.3 Visi, Misi dan Nilai-Nilai Perusahaan
2.3.1 Visi
Diakui sebagai perusahaan kemitraan daerah yang berhasil dan dikagumi karena
2.3.2 Misi
Mencari dan mengembangkan sumber daya migas secara efektif dan efisien
denfan memperdayakan sumber daya daerah untuk menghasilkan nilai tambah bagi
2.3.3 Nilai-Nilai
sebagai rahmat, dinamis, berakhlak mulia, karyawan diakui sebgai mitra dan ramah
semuanya terpisah satu sama lainnya sehingga dapat mengerjakan tugasnya dengan
jelas. Dapat dilihat dari gambar 2.1 struktur organisasi dari BOB PT. Bumi siak Pusako
– Pertamina Hulu
7
GENERAL MANAGER
SENIOR OPERATION
MANAGER
INTERNAL EXTERNAL FINANCE & SUPPLY CHAIN INFORMATION HUMAN OPERATION OPERATION DRILING &
SPRM EXPLORATION EXPLOITATION QHSSE
AUDIT AFFAIR ECONOMIC MANAGEMENT & TECHNOLOGI RESOURCE PRODUCTION SUPORT WORK OVER
T&D
POWER PLANT
1. Operation Production
produksi, menyiapkan tenaga SDM yang handal, mensupervisi dan menyiapkan data,
membina dan menjaga hubungan baik dengan masyarakat setempat dan melindungi
alam sekitar daerah operasi, bekerjasama dengan fungsi terkait, agar target produksi
Mengelola kegiatan operasi drilling dan well services di area operasi perusahaan
8
3. Operation Support
Mendukung kegiatan produksi dan operasi agar tetap berjalan dengan baik.
Untuk memastikan bahwa listrik dari power plant dan chevron sampai pada
e. Power Plant
Menyediakan listrik untuk kegiatan produksi dan operasional BOB PT. BSP –
Pertamina Hulu.
4. Exploration
9
PT. BSP – Pertamuna Hulu menyadari bahwa dalam melaksanakan kegiatan mencari
dan mengembangkan sumber daya minyak dan gas bumi berpotensi untuk
sekitarnya.
10
III. TINJAUAN PUSTAKA
4 golongan, yaitu :
a. Sebagai alat ukur, yaitu untuk memonitor kondisi operasi, melalui pengukuran
b. Sebagai alat kontrol, yaitu untuk mengendalikan jalannya operasi agar variabel
c. Sebagai alat pengaman (safety), yaitu untuk mencegah kerusakan pada peralatan
d. Sebagai alat analisa, yaitu sebagai penganalisis produk apakah sudah sesuai
Dalam sistem kontrol sendiri, tujuan dari penerapan sistem instrumentasi dan
kontrol dalam industri minyak adalah agar proses berjalan dengan handal, aman, dan
11
3.2. Sistem Pengendalian Proses
(process variable) pada nilai tertentu (set point). Pada awalnya, suatu pengendalian
error. Dalam sistem pengendalian terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui :
2. Process Variable adalah besaran yang nilainya terukur dan dikendalikan. (1:1-15)
atau diubah – ubah besarnya agar process variable besarnya sama dengan set
point. (1:1-15)
5. Sensing Element adalah bagian paling ujung suau sistem pengukuran. (1:1-15)
6. Transmitter adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing element
7. Set Point adalah besarnya nilai process variable yang dikehendaki. Sebuah
controller akan selalu berusaha untuk menyamakan process variable dengan set
point. (1:1-16)
12
8. Measurement Variabel (Measured Variabel) adalah sinyal yang keluar dari
transmitter. (1:1-15)
9. Error adalah selisih antara set point dikurangi process variable. Error ini bisa
bernilai positif bisa juga bernilai negatif. Bila process variable lebih besar dari
set point maka errror akan bernilai positif, begitu juga sebaliknya. (1:1-16)
11. Final Control Element adalah alat yang akan mengerjakan hasil koreksi
instrumentasi yang digabung menjadi satu sistem. Elemen – elemen tersebut adalah :
a. Sensing Element
Sensing element adalah suatu alat yang pertama kali menerima suatu besaran phisis
b. Transmitter
sensing element, yang kemudian mengubahnya menjadi sinyal standar yang dapat
13
Sinyal standar electric : 4-20 mA atau 1-5 Volt DC
Control element merupakan elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap
berapa banyak koreksi yang dilakukan, dan mengeluarkan sinyal koreksi sesuai
Salah satu contoh final control element yang paling sering dijumpai adalah control
valve, seperti dapat kita lihat pada gambar 3.2. Elemen ini mengimplementasikan
keputusan yang diambil oleh controller. Control valve dapat dibedakan berdasarkan
aksinya, yaitu :
14
Air To Close (ATC) atau Fail Open
Control valve akan menutup apabila sinyal yang masuk ke actuator naik, dan
akan membuka jika sinyal yang masuk ke actuator turun. Control Valve akan terbuka
Control valve akan membuka apabila sinyal yang masuk ke actuator naik, dan
akan menutup jika sinyal yang masuk ke actuator turun. Control Valve akan tertutup
loop, salah satunya adalah sistem pengendalian closed loop (loop tertutup). Berikut
adalah sistem yang sinyal keluarannya berpengaruh secara langsung pada aksi
kontrolnya. Sinyal penggerak yang merupakan selisih antar sinyal masukan dan sinyal
15
umpan balik diberikan ke controller untuk memperkecil kesalahan dan membuat agar
dan perlahan).
GAS
SEPARATOR
KONDENSAT
Rangkaian Kontrol umpan balik atau feedback control adalah suatu sistem
pengontrolan dimana control action tergantung pada output proses. Tipe sistem
kontrol ini mengukur process variable pada output proses. Setiap terjadi perubahan
pengukuran pada outlet proses akibat adanya efek dari disturbances, maka sistem
(error). Jadi feedback control system akan bereaksi setelah efek dari gangguan terjadi
16
Gambar 3. 5 Block Diagram Sistem Kendali Umpan Balik
Besaran proses dinotasikan sebagai Gp(s) yang merupakan fungsi alih dari sistem
proses. Alat ukur H(s) merupakan gabungan dari sensor yang mengukur besaran
dengan transmmiter yang berfungsi mengirim sinyal hasil pengukuran yang ada di
lapangan (ym) ke controller yang berada diruang kendali. Selanjutnya controller Gc(s)
akan melakukan perhitungan terhadap nilai error E(s) sehingga menghasilkan sinyal
C(s) sebagai sinyal masukan untuk control valve. Maka dari itu besaran bukaan
contorol valve Gv(s) akan sesuai dengan nilai besaran sehingga nilainya dapat
Selain dalam bentuk block diagram sistem kendali proses pun dapat dinotasikan
17
3.2.3 Klasifikasi Respon Sistem
tekanan, level, aliran, konsentrasi dan sebagainya), kontrol proses industri dalam
banyak kasus umumnya akan menunjukan salah satu karakteristik dari dua model
1. Model proses self regulating: Model proses yang bersifat stabil. Untuk
ini dapat didekati oleh sebuah model matematis yang dikenal dengan nama
model FOPDT (First Order Plus Dead Time) yang hanya dicirikan oleh tiga
2. Model proses non self regulating: Model proses yang tidak stabil. Salah satu
yang sering dijumpai di industri adalah model IPDT (Integrating Plus Dead
Time) yang hanya dicirikan oleh dua buah parameter saja: Keterlambatan
Untuk kedua model proses tersebut, parameter kontrol PID yang optimal dapat dicari
Salah satu model Non Self Regulating yang umum dijumpai di industri adalah
model IPDT (Integrating Plus Dead Time). Proses dapat didekati oleh model
matematis IPDT jika untuk sebuah perubahan tangga input kontrol - CO pada keadaan
steady atau titik kesetimbangannya, output proses – PV tersebut akan terus menerus
membesar atau terus menerus mengecil tergantung dari sifat prosesnya itu sendiri
(apakah bersifat direct atau reverse). Gambar 3.6 dan 3.7 berikut berturut-turut
18
memperlihatkan tanggapan tipikal output model proses IPDT direct dan model proses
IPDT reverse terhadap perubahan input kontrol disekitar nilai kesetimbangannya. (2:20)
Gambar 3. 6 Relasi Input-Output untuk Model IPDT (jenis proses: Direct) (2:21)
Gambar 3. 7 Relasi Input-Output untuk Model IPDT (jenis proses: Reverse) (2:21)
Pada dasarnya dapat dicirikan hanya oleh dua parameter proses saja yaitu
19
Process transport delay (keterlambatan transportasi proses) - L:
(magnitude) sinyal kontroler. Jika keadaan awal proses telah berada dalam titik
praktis pada kenyataannya sangat sulit dicapai) maka berdasarkan grafik pada
(𝑃V1 − 𝑃𝑉0)⁄
∆𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 ∆𝑡
𝐾 ∗= =
∆𝐶𝑂 𝐶𝑂1 − 𝐶𝑂0
Untuk mengakomodasi perbedaan tanda dari gain statis proses yang dikontrol,
Modul PID komersil umumnya menyediakan dua mode aksi loop tertutup: Mode aksi
Reverse dan mode aksi Direct yang pemilihannya harus disesuaikan dengan sifat
proses yang akan dikontrol. Apabila mode yang dipilih tidak tepat maka proses
Jika gain statis proses K bernilai positif (proses direct) maka mode aksi kontroler
closed loop yang harus digunakan adalah mode reverse, sedangkan jika gain statis
proses K bernilai negative (proses reverse), mode aksi kontroler yang digunakan harus
20
mode direct. Secara fungsional prinsip kerja kedua mode aksi tersebut dapat
daerah posisi yang kontinu. Posisi tepatnya sebanding dengan besarnya kesalahan,
Kontroler ini memiliki output untuk koreksi yang proporsional terhadap error:
𝑚(𝑡) = 𝐾𝑐 𝜀(𝑡) + 𝑚𝑠
dengan:
ε(t) = error
21
ms = sinyal bias (sinyal aktuasi ketika error ε(t) = 0)
perubahan output.
sekitar setpoint bila proportional band-nya diset (tuning) pada nilai atau keadaan yang
tepat. Efek lain dari kontrol ini adalah adanya offset pada hasil pengontrolannya.
Offset ini terjadi akibat harga setpoint tidak dapat dicapai sesudah suatu perubahan
beban terjadi. Besarnya offset ini tergantung pada harga proportional band-nya.
Semakin besar harga proportional bandnya maka akan semakin besar offsetnya,
kemungkinan osilasi terjadi (peredaman osilasi kecil). Efek pemberian nilai PB pada
22
3.3.2 Proportional + Integral (PI Control)
dengan waktu dimana kesalahan tersebut terjadi, ini adalah bagian integral.
𝐾𝑐 𝑡
𝑚(𝑡) = 𝐾𝑐 ɛ(𝑡) + ∫ ɛ(𝑡)𝑑𝑡 + 𝑚𝑠
𝜏𝐼 0
dengan τI adalah konstanta integral time atau reset time dalam satuan menit.
Karakteristik penting pada controller jenis ini adalah konstanta waktu integral.
Konstanta ini merupakan parameter yang dapat diatur dan kadang-kadang mengacu
sebagai minutes per repeat. Tetapi didalam industri yang digunakan sebagai acuan
adalah kebalikan dari konstanta waktu yang dikenal sebagai reset rate.
Untuk mengerti cara kerja kontroler PI, misalkan terdapat perubahan error
sebagai fungsi step dengan besar ε. Pada awalnya, error = 0, karena itu output dari
kontroler adalah Kcε sebagai akibat kontribusi dari bagian integral adalah nol. Setelah
𝐾𝑐 𝑡𝐼 𝐾𝑐
∫ ɛ(𝑡)𝑑𝑡 = ɛ𝜏𝐼 = 𝐾𝑐 ɛ
𝜏𝐼 0 𝜏𝐼
Ini berarti aksi kontrol integral telah “mengulang” respon dari aksi kontrol
proporsional dengan pengulangan setiap periode Ti menit seperti pada gambar berikut.
23
Aksi kontrol integral menyebabkan output c(t) berubah selama error tidak sama
dengan nol. Oleh karena sifat inilah, kontroler yang demikian dapat menghilangkan
Efek dari penambahan Integral pada controller ini akan menghilangkan offset
yang terjadi akibat proportional control, karena adanya integral terhadap waktu. Jadi
offset akan terkoreksi dengan berjalannya waktu, artinya untuk menghasilkan respon
Efek lain dari penambahan integral adalah lebih lambatnya respon sistem,
selain itu pada sistem ini akan terjadi osilasi pada saat bagian integral menghilangkan
offset, serta timbulnya overshoot apabila ada perubahan beban. Respon untuk jenis
proportional +integral controller terhadap perubahan beban dapat dilihat pada gambar
Jenis PI controller ini dalam aplikasinya pada industri dapat menangani hampir
setiap situasi kontrol proses. Perubahan beban yang besar dan variasi yang besar pada
24
setpoint dapat dikontrol dengan baik tanpa osilasi yang berkepanjangan, tanpa offset
PI tidak lagi memadai, yaitu: proses dengan beban berubah dengan sangat cepat dan
proses yang memiliki kelambatan yang besar antara tindakan korektif dan hasil yang
posisi alat pengoreksi akhir (control valve) ditentukan oleh tiga hal:
dengan waktu dimana kesalahan tersebut terjadi, ini adalah bagian integral.
menyebabkan suatu aksi korektif yang lebih besar dari perubahan kesalahan.
𝐾𝑐 𝑡 𝑑ɛ
𝑚(𝑡) = 𝐾𝑐 𝜀(𝑡) + ∫ ɛ(𝑡)𝑑𝑡 + 𝐾𝑐 𝜏𝐷 + 𝑚𝑠
𝜏𝐼 0 𝑑𝑡
𝑑ɛ
time (konstanta waktu derivative). Dengan adanya bagian derivatif, , kontroler PID
𝑑𝑡
mengantisipasi apa yang akan terjadi pada error pada masa sesaat yang akan datang
25
dan kemudian melakukan aksi kontrol yang sebanding dengan kecepatan perubahan
error saat ini. Berdasarkan sifat ini, aksi kontrol derivatif kadang-kadang mengacu
Efek dari PID controller ini adalah bila pada proses kesalahannya sangat besar,
maka controller PI akan membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai setpoint-
nya, tetapi untuk controller PID akan mempercepat proses pencapaian setpoint
tersebut.
Rate time akan berpengaruh terhadap respon controller, rate time yang terlalu
Salah satu latar belakang penggunaan kontrol PID digunakan hampir pada setiap
industri yang bergerak dibidang proses adalah kesederhaan struktur kontrolnya. Selain
hanya memiliki tiga parameter kontrol yang perlu diatur atau dilakukan usaha tuning
26
(penalaan), pengaruh perubahan setiap parameter PID terhadap dinamika pengontrolan
secara intuitif mudah dipahami oleh operator. Tuning kontroler (penalaan) merupakan
suatu proses pengaturan nilai proportional band (PB) atau Kp, integral/reset time (Ti),
dan derivative/rate time (Td) pada nilai yang menghasilkan kinerja sistem
pengoperasian proses optimal. Kondisi optimal tuning dapat tercapai bila kinerja dari
sistem kontrol dapat stabil (tidak fluktuasi), tepat (steady state error), dan cepat
Berikut ini adalah penjelasan mengenai parameter unjuk kerja pada tabel 3.1:
Time Constant (𝜏) tanjakan adalah waktu yang diperlukan respon (deviasi output
Rise Time/Waktu tanjakan (Tr) adalah waktu yang diperlukan respon (deviasi
output variabel proses) untuk naik dari 10 sampai 90% harga akhirnya.
Overshoot (Cmax) adalah lonjakan maksimum yang dialami oleh respon proses.
Settling Time/Waktu penetapan (Ts) adalah waktu yang diperlukan respon untuk
Peak Time/Waktu puncak (Tp), adalah waktu yang diperlukan mencapai nilai
Overshoot.
27
Gambar 3. 12 Gambar Karakteristi Orde Tinggi Under Damped
dalam sistem sebanding dengan jumlah massa yang keluar dari sistem dan massa yang
terakumulasi dalam sistem itu sendiri. Hal ini juga berlaku untuk interstage receiver
yang mempunyai masukan berupa gas yang telah dikontakkan dengan condensate dan
keluarannya pada top vessel berupa wetgas dan pada bottom vessel berupa condensate.
model matematis proses level interstage receiver dapat dimodelkan sebagai berikut :
Laju akumlasi massa pada gas scrubber = laju massa input – laju masa output
𝑑𝐴ℎ
𝜌 = (𝜌𝑄𝑖𝑛) − (𝜌𝑄𝑜𝑢𝑡)
𝑑𝑡
28
Dimana:
Visual loop tuning digunakan untuk memperbaiki hasil respon loop yang tidak
stabil dan memiliki respon yang lambat tanpa aljabar. Visual Loop Tuning untuk Non-
5. Ulangi proses tersebut sampai mendapatkan satu siklus outpur proses yang
berayun.
29
4. Segera pindahkan kembali controller ke mode auto. Perhatikan respon proses
setpontnya sekitar setengah kali lebih cepat dari ketika terjadi perubahan
Gambar 3. 13 Grafik Respon Tuning untuk gain (P) dan seret effect (Im)
30
IV. PEMBAHASAN
Pada Onshore Receiving Fasility, gas akan masuk ke gas scrubber, di gas
scrubber terjadi pemisahan antara gas dengan kondensat, gas akan dialirkan ke gas
filter untuk menyaring impurities yang masih terikut dalam gas, sedangkan kondensat
dari gas scrubber akan dialirkan ke close drain drum. Setelah melalui gas filter, gas
akan dipanaskan pada gas heater agar gas menjadi kering dan untuk menaikkan fasa
gas sehingga gas turbin dapat bekerja dengan baik sesuai dengan spesifikasi gas turbin.
Kemudian gas akan memasuki meter skid untuk dihitung banyaknya gas yang akan
memasuki gas turbine. Sedangkan kondensat di close drain drum akan dipompakan ke
gas boot pada Gathering Station Pusaka. Sedangkan ketika ada maintenance
pembersihan pipa (pigging) dari pig launcher ke pig receiver, dari pig receiver
kondensat akan dialirkan ke K.O drum dulu kemudian ke close drain drum dan square
tank.
31
FLARE TIP PACKAGE
Legend:
KO DRUM
Gas Line
40-V-01
Condensate
Flare/Vent
KO DRUM PUMP
40-P-01A/B
TT TC
GAS FILTER
30-F-01A
GAS METERING
GAS TURBINE
SKID GENERATOR
PC GAS FILTER
30-F-01B 30-X-01A/B SDV
GAS SCRUBBER LC
SDV
30-V-01
From Kuat Gas
Metering Package BDV
VENT TO SAFE AREA
Gas Scrubber adalah salah satu tipe separator yang digunakan untuk
memisahkan zat padat tau cair dari gas. Penggunaannya biasanya dihubungkan dengan
dehydrator, extraction plants, instrumet, atau kompresor untuk proteksi dari cairan
yang terperangkap. Gas Scrubber biasanya beroperasi dengan tekanan tinggi, gas
Pada Onshore Receiving Fasility, gas untuk supply gas turbin di power plant dari
kondur akan masuk ke gas scrubber 30–V–01. Di dalam gas scrubber terdapat plat
yang hanya bisa melewatkan partikel dengan ukuran kurang dari 8 micron, jadi ketika
gas menghantam plat tersebut gas akan melewatinya dan menuju ke filter untuk
menghilangkan impurities yang masih terikut dalam gas sedangkan kondensat atau
partikel yang memiliki ukuran lebih besar dari 8 micron akan terjatuh dan terkumpul
32
dibagian bawah gas scrubber yang kemudian dialirkan ke close drain drum 40-V-02.
Liquid yang telah terkumpul di close drain drum selanjutnya dipompakan dengan
pompa close drain drum 40-V-02A/B ke gas boot pada gathering stasion pusaka.
33
Level transmitter 30-LT-V01-2 menggunakan prinsip kerja dengan mendeteksi
perbedaan tekanan fluida yang berada di dalam gas scrubber dengan diaphragm secara
dipasang langsung menyambung dengan flange 2” agar ketika ada scale di saluran
pengukurannya, level masih bisa terbaca karena masih ada ruang yang tersisa untuk
fluida yang diukur. Pressure fluida yang menekan diafragma, diafragma tersebut akan
perubahan jarak antara 2 plat kapasitor dalam sensor kapasitor dan menyebabkan
proses, nilai fungsi alih dari level transmitter ideal diasumsikan sama dengan 1 yang
𝐺𝑇 (𝑠) = 1
34
4.3.2 Level Indicator Controller LIC 30-V01-2
LIC 30-V01-2 berfungsi untuk mengkalkulasi nilai error yang dihasilkan dari
perbedaan nilai Proses Variabel (PV) yang terukur dengan Set Point (SP) dan memberi
sinyal koreksi berupa output Manipulated Variabel (MV) untuk menggerakkan control
valve. Berikut merupakan setting parameter nilai PID pada LIC 30-V01-2
Dari kedua data tersebut, fungsi alih dapat dituliskan sebagai berikut:
1
𝐺𝑐(𝑠) = 𝐾𝑝 (1 + + 𝑇𝑑𝑠) (4.2)
𝑇𝑖𝑠
1
𝐺𝑐(𝑠) = 3.5 (1 + + 0)
0.35𝑠
3.5
𝐺𝑐(𝑠) = 3.5 +
0.35𝑠
1.225𝑠 + 3.5
𝐺𝑐(𝑠) =
0.35𝑠
35
4.3.3 Control Valve LCV V01-1
valve akan membuka atau menutup sesuai dengan sinyal MV dari controller untuk
mengalirkan kondensat ke close drain drum. Control valve yang digunakan adalah tipe
Fail Close atau Air To Open sehingga ketika mendapatkan sinyal dari controller akan
membuka sedangkan ketika terjadi kegagalan sinyal control valve akan menutup.
adalah 4-20 mA kemudian akan dirubah ke sinyal pneumatik 3-15 psig, kemudian
positioner akan memberikan tekanan ke aktuator pada valve yang bukaannya sesuai
36
Air to Open Valve
Fail Action Close
Body Size 1 inch
Characteristic Equal Precentage
Body type Globe
Actuator type Spring diaphragm
Gain dari Level Control Valve 30-LCV-V01-2 merupakan hasil perkalian dari
117,4(𝑏𝑏𝑙/𝑑𝑎𝑦) − 0(𝑏𝑏𝑙/𝑑𝑎𝑦)
𝐺𝑣 =
15 − 3 (𝑃𝑠𝑖𝑔)
𝐺𝑣 = 9,783
(15 − 3) 𝑃𝑠𝑖𝑔
𝐺𝑖𝑝 =
(20 − 4)𝑚𝐴
𝐺𝑖𝑝 = 0.75
Karena control valve yang digunakan adalah jenis fail close atau air to open dan
memiliki characteristic equal presentage. Maka fungsi transfer untuk control valve
sebagai berikut:
37
𝐺𝑐𝑣
𝐺𝑐𝑣(𝑠) = (4.7)
𝜏𝑠 + 1
valve mencapai kondisi 63,2% dari bukaan penuhnya yaitu sebesar 2,45 detik. Karena
2,45 (4.8)
𝜏= = 0.025725
60
7,33725
𝐺𝑐𝑣(𝑠) =
0.025725𝑠 + 1
TO GAS FILTER
30-V-01
FROM PIPELINE
PIG RECEIVER LT LIC
VO1-2 VO1-2
TO CLOSE DRAIN
DRUM
FC
Sistem pengendalian level kondensat pada gas scrubber 30-V01-2 terdiri dari
sebuah single loop feedback control. Level kondensat pada gas scrubber 30-V01-2
harus dijaga pada level 25% agar gas tidak terbawa bersama dengan kondensat ke close
drain drum ketika level kondensatnya terlalu rendah dari set point dan agar kondensat
38
tidak terbawa ke proses yang selanjutnya karena level kondensat terlalu tinggi dari set
pointnya.
sebagai berikut:
Laju akumlasi massa pada gas scrubber = laju massa input – laju masa output
𝑑𝐴ℎ
𝜌 = (𝜌𝑄𝑖𝑛) − (𝜌𝑄𝑜𝑢𝑡) (4.9)
𝑑𝑡
dengan:
qin = perubahan laju aliran fluida input disekitar nilai nominalnya (m3/det)
ρ = densitas fluida(kg/m3)
Karena A dan ρ merupakan nilai yang konstan, maka dapat dituliskan dengan:
𝑑ℎ
𝜌𝐴 = 𝜌𝑄𝑖𝑛 − 𝜌𝑄𝑜𝑢𝑡
𝑑𝑡
Lalu ubah model matematika diatas ke model variabel dengan deviasi. Disini
terdapat 2 variabel pada proses. Jika Qout dianggap konstant, maka ketinggian
kondensat bergantung pada laju aliran yang masuk dan luas penampang dari gas
𝑑ℎ
𝐴 = 𝑄𝑖𝑛(𝑠)
𝑑𝑡
𝐴𝑠𝐻(𝑠) = 𝑄𝑖𝑛(𝑠)
39
Karena proses ini merupakan integrating proses dengan sifat reverse, yaitu jika
untuk sebuah perubahan tangga input kontrol naik pada keadaan steady atau titik
kesetimbangannya, output proses tersebut akan terus menerus mengecil seperti pada
gambar 3.7. Proses ini dapat disajikan dalam bentuk fungsi alihnya sebagai berikut:
𝑝𝑣(𝑠) 𝐾 ∗ −𝑠𝐿
𝐻(𝑠) = = 𝑒 (4.10)
𝑐𝑜(𝑠) 𝑠
Perlu diperhatikan bahwa model proses kontrol level ini gain integratifnya (𝐾 ∗ )
akan bernilai negatif (level fluida semakin menurun untuk bukaan control valve yang
semakin besar). Maka dapat diperoleh fungsi alih untuk proses ini sebagai berikut:
−𝑄𝑖𝑛(𝑠)
𝐻(𝑠) = (4.11)
𝐴𝑠
dengan:
diketahui:
Didapatkan:
−2,3
𝐺𝑝(𝑠) = 𝐻(𝑠) =
11.0491𝑠
Untuk melihat kondisi operasi di lapangan atau kondisi aktual dari kontrol level
pada gas scrubber 30-V-01 digunakan program Simulink Matlab sesuai dengan data
40
R(s)
C(s)
Dari diagram blok diatas diperoleh fungsi alih proses sebagai berikut:
𝐺𝑐 𝑥 𝐺𝑐𝑣 𝑥 𝐺𝑝
𝐶(𝑆) = 𝑅(𝑠)
1 + (𝐺𝑐 𝑥 𝐺𝑐𝑣 𝑥 𝐺𝑝 𝑥 𝐻)
𝐶(𝑠) 𝐺𝑐 𝑥 𝐺𝑐𝑣 𝑥 𝐺𝑝
=
𝑅(𝑠) 1 + (𝐺𝑐 𝑥 𝐺𝑐𝑣 𝑥 𝐺𝑝 𝑥 𝐻)
−20,6727𝑠 − 59,0648625
𝐶(𝑠) 0,0995877481𝑠 3 + 3,867185𝑠
=
𝑅(𝑠) 1 + ( −20,6727𝑠 − 59,0648625 𝑥 1)
0,0995877481𝑠 3 + 3,867185𝑠
−20,6727𝑠 − 59,0648625
𝐶(𝑠) 0,0995877481𝑠 3 + 3,867185𝑠
=
𝑅(𝑠) 0,0995877481𝑠 3 + 3,867185𝑠 − 20,6727𝑠 − 59,0648625
0,0995877481𝑠 3 + 3,867185𝑠
−20,6727𝑠 − 59,0648625
𝐶(𝑠) 0,0995877481𝑠 3 + 3,867185𝑠
=
𝑅(𝑠) 0,0995877481𝑠 3 − 16.805515𝑠 − 59,0648625
0,0995877481𝑠 3 + 3,867185𝑠
Dari perhitungan tersebut kita dapat melihat respon transien proses dengan
software Matlab dengan cara memberikan masukan unit step pada sistem tersebut.
41
Gambar 4. 8 Grafik Respon Proses dengan Simulink
Dari grafik respon proses yang disimulasikan dengan simulink Matlab dapat
diketahui bahwa respon sistem sangat cepat karena ketika sistem diberi input step
respon sistem menujukkan proses secara cepat berubah langsung mencapai nilai steady
statenya dengan waktu tanjakan (rise time) selama 13.695 detik, setting PID juga sudah
sangat bagus dapat dilihat dari grafik respon sistem yang overshootnya tidak terlalu
tinggi yaitu sebesar 1,017% pada 2.383 detik, dan settling time 2.010 detik.
42
V. KESIMPULAN
2. Pada gas scrubber terjadi pemisahan antara gas dan kondensatnya, kondensat
pada gas scrubber perlu dikendalikan karena ketika level kondensat yang berada
pada gas scrubber terlalu tinggi bisa berpotensi terikutnya kondensat ke proses
berikutnya yaitu gas filter dan ketika level kondensat terlalu rendah gas yang
masuk ke gas scrubber bisa ikut terbuang dengan kondensat ke close drain drum
3. Respon Transien sistem dari pengendalian level kondensat gas scrubber sudah
baik dapat dilihat dari grafik respon yang didapatkan dari hasil pemodelan dan
(rise time) selama 13.695 detik, overshoot 1,017% pada 2.383 detik, dan settling
43