Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL

SEMESTER GANJIL 2016 - 2017

IODOFORM

Hari / Jam Praktikum : Selasa / 07:00 - 10:00


Tanggal Praktikum : 2 November 2016
Kelompok : A3
Asisten : 1. Theresia Ratnadewi
2. Tanti Juwita

Yolanda Pertiwi
260110160018

LABORATORIUM KIMIA MEDISINAL


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
HALOGENASI

I. TUJUAN
1.1 Megenal proses halogenasi (iodisasi)
1.2 Memahami cara rekristalisasi dengan pelarut tunggal

II. PRINSIP
2.1 Iodoform
Iodoform adalah senyawa organo iodine dengan rumus CHI3 yang
berwarna kuning pucat, kristal, mudah menguap, berbau menembus dan
mirip kloroform (Irwandi, 2014).
2.2 Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Lachman, 1994).
2.3 Iodisasi
Reaksi suatu senyawa yang mengandung ion I- dengan suatu garam
sehingga terbentuk garam beriodium (Steven, 2001).
2.4 Titik Leleh
Titik leleh adalah suhu dimana suatu senyawa mulai beralih dari
fasa padatan menjadi cairan bahkan kesemuanya menjadi cair sempurna
(Winarto, 2013).
2.5 Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat dari pengotornya
dengan cara mengkristalkan zat tersebut setelah dilarutkan dengan
prinsip perbedaan kelarutan antar zat yang akan dimurnikan zat
pengotornya (Underwood dan Day, 1996).
III. REAKSI

(Raksohadiprojo, 1976)

IV. TEORI DASAR

Iodoform adalah suatu senyawa yang banyak digunakan dalam


bidang farmasi, iodoform(salah satu zat berkhasiat terkenal) merupakan
antiseptik yang sangat efektif untuk kulit utuh,maka sebagai tinktur lod
banyak digunakan sebelum injeksi. Efek sampingnya warna cokelatnyadan
kadang terjadi dermatitis (elergi kulit), hampir semua kuman patogen
termasuk fungsi danvirus dimatikan oleh Iodium .Begitu pula spora,
walaupun diperlukan waktu lebih lama. Dalamsintesis Iodoform adalah
pembuatan senyawa iodoform dari iodium dengan penambahan
asetonsebagai pereaksi dan natrium hidroksida untuk mempercepat reaksi
(Pramita, 2013).

Iodoform sering disebut juga tri iodomethana yaitu haloform


padat berbau manis, atsiri, berwarna kuning. Senyawa ini dibuat melalui
reaksi haloform. Reaksi haloform adalah reaksi untuk membuat haloform
dari metil keton. Contohnya yaitu pembentukan kloroform dari propanon
menggunakan Na.klorat (I) untuk bubuk pemutih (Daintith, 1994).

Yodida merupakan obat tertua yang digunakan untuk pengobatan


hipertiroidisme sebelum ditemukan berbagai macam antitiroid. Meskipun
iodide dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk biosintesis hormone tiroid,
dalam jumlah yang berlebihan yodida dapat menyebabkan goiter dan
hipertiroidisme pada orang sehat (Achmad, 2001).

Di alam, iodine terdapat dalam bentuk senyawa – senyawa yang


banyak tersebar di dalam air laut, tanah dan batuan. Selain itu iodine juga
terdapat dalamjaringan tubuh organisme laut (misalnya dalam ganggang
laut) dan dalam garam Chilli yang mengandung 0,2 5 natrium iodat
(NaIO3)(Sunardi, 2006).

Keton tersubstitusi kemudian bereaksi menghasilkan kloroform


(trikloromethana). Halogenasi adalah reaksi kimia untuk memasukkan
atom halogen ke dalam senyawa. Reaksi halogenasi dapat terjadi melalui
reaksi langsung dengan halogen. Ini terjadi dengan alkana yang reaksinya
melibatkan radikal bebas, memerlukan suhu yang tinggi, radiasi ultra violet
atau inisiator kimia. Contohnya adalah:

C2H6 + Br2 → C2H5Br + HBr.

Halogenasi senyawa aromatik menghasilkan substitusi


elektrofilik, menggunakan katalis aluminium klorida:

C6H6 + Cl2 C6H5Cl + HCl

(Daintith, 1994).

Reaksi haloform adalah senyawa keton yang memiliki gugus metil


keton dapat mengalami halogenasi dalam suatu basa (katalisator). Metil
keton memiliki 3 proton- mengalami halogenasi 3 kali yang menghasilkan
asam karboksilat. Pergantian αproton yang cepat akan memberikan ion
karboksilat dan haloform (CHCl3), fluoroform (CHF3), bromoform
(CHBr3), dan iodoform (CHI3) (Sastrohamidjojo, 2011).

Iodoform terbuat dari bubuk dengan Kristal heksagonal berwarna


kuning, sedikit larut dengan air (1:10.000), larut dengan alkohol (1:60), dan
larut dengan eter (1:75) (Wibowo, 2009).
Saat metil-keton bertemu dengan halogen dalam keadaan basa,
reaksi yang terjadi, aseton sebagai sampel yang diamati. Reaksi ini dikenal
sebaai reaksi haloform karena satu dari produk adalah haloform
(trihalometana) (Ege, 1984).

Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disentesis berda


sarkan reaksi halogenasi(halogenais pada dasarnya ialah reaksi substansi /
Penggantian karena atom halogenmenggantikan posisi hidrogen dalam
struktur), dengan bahan dasar Iodium yang direaksikandengan aseton yang
menggunakan bantuan natrium hidroksida sebagai katalisator.
Iodoformmerupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan dalam bidang
farmasi sebagai desinfoktandan antiseptik. Antiseptik merupakan zat yang
bekerja bakteoriostatik, biasanya dipakai padainfeksi bakteri pada kulit
mukosa dan melawan bakteri pada luka sedangkan desinfektanmerupakan
zat yang bekerja bakterisid, digunakan untuk membebaskan ruang dan
pakaian darimikroba. Iodoform kadang-kadang sebagai antiseptik dan
desinfakten dibidang kedokteran gigi(Vogel, 1985)

Secara umum, keton dinamakan dengan tatanama IUPAC dengan


menggantikan sufiks-a pada alkana induk dengan-on. Untuk keton yang
umumnya dijumpai, nama-nama tradisionaldigunakan, seperti pada aseton
dan benzofenon, nama-nama ini dianggap sebagai nama IUPACyang
dipertahankan walaupun beberapa buku kimia menggunakan nama
propanon. Okso adalahtatanama IUPAC resmi untuk gugus fungsi keton.
Namun prefiks lainnya juga digunakan dalam berbeagai buku dan jurna.
Gugus karbonil bersifat polar, sehingga mengakibatkan senyawa
keton polar. Gugus karbonil akan berinteraksi dengan air melalui ikatan
hidrogen, sehingga keton larutdalam air. Ia merupakan akseptor ikatan
hidrogen, dan bukannya donor, sehingga ia tidak akanmembentuk ikatan
hidrogen dengan dirinya sendiri. Hal ini membuat keton lebih
mudahmenguap daripada alkohol dan asam karboksilat. Keasaman.
Hidrogen-α keton lebih asam (pKa≈ 20) daripada hidrogen alkana biasa
(pKa ≈ 50). Hal ini disebabkan oleh stabilisasi resonansiion enolat yang
terbentuk ketika berdisosiasi. Keasaman relatif hidrogen-α sangatlah
penting dalam reaksi enolisasi keton dan senyawa karbonil lainnya (Hart,
2003).

Pengeringan udara (temperature lingkungan). Sebagai endapan


dapat dikeringkansecukupnya untuk penentuan analitik tanpa harus melalui
temperature yang tinggi. Misalnya,MgNH4PO4.6H2O kadang-kadang
dikeringkan dengan mencuci menggunakan suatu campuranalcohol dan
eter dan menyaring air dari endapan selama beberapa menit. Namun,
prosedur ininormalnya tidak disarankan karena bahaya dari penghilangan
air yang tidak tuntas dengan pencucian (Underwood dan Day, 1996)

V. ALAT & BAHAN


5.1 Alat
5.1.1 Batang Pengaduk
5.1.2 Cawan Petri
5.1.3 Corong Buchner
5.1.4 Corong Panas
5.1.5 Corong Saring
5.1.6 Erlenmeyer
5.1.7 Gelas Piala
5.1.8 Gelas Ukur
5.1.9 Kaca Arloji
5.1.10 Kertas Lakmus
5.1.11 Kertas Perkamen
5.1.12 Kertas Saring
5.1.13 Oven
5.1.14 Penangas Air
5.1.15 Pipet Tetes
5.1.16 Plastik Wrap
5.1.17 Spatula
5.1.18 Timbangan analitik
5.2 Bahan
5.2.1 Air Suling
5.2.2 Aseton
5.2.3 Etanol
5.2.4 Iodium
5.2.5 Larutan NaOH 2N
5.3 Gambar Alat

VI. a. Batang b. Cawan petri c. Corong buchner

pengaduk
d. Corong panas e. Corong saring f. Erlenmeyer

g. Gelas piala h. Gelas ukur i. Kaca arloji

j. Kertas lakmus k. Kertas perkamen l. Kertas saring

m. Oven n. Penangas air o. Pipet tetes


p. Plastik wrap q. Spatula r. Timbangan
analitik

VII. PROSEDUR
7.1 Pembuatan NaOH
Padatan NaOH dimasukkan kedalam kaca arloji dan ditimbang
dengan menggunakan timbangan analitik sebanyak 24 gram. Karena
NaOH bersifar higroskopis, kaca arloji di tutup dengan menggunakan
plastik wrap. Air dipanaskan untuk melarutkan NaOH sebanyak 300
mL. Setelah panas dinginkan air sambil ditutup dengan menggunakan
plastik wrap. Setelah air didinginkan, plastik wrap dibuka dan NaOH
dimasukkan sebanyak 24 gram ke dalam beaker glass. Kocok sampai
tercampur rata.
7.2 Iodisasi
Ke dalam labu erlenmeyer 200 mL di tambahkan 5 gram aseton
dan 5 ml air suling, lalu dikocok. Setelah aseton bercampur dengan air
suling. Lalu dimasukkan 5 gram iodium kedalam labu erlenmeyer
tersebut, kocok sampai iodium larut di dalam larutan. Lalu larutan
NaOH 2 N dimasukkan ke dalam erlenmeyer sedikit demi sedikit
sampai larutan berwarna coklat muda. Lalu penambahan NaOH
dilakukan dengan menggunakan pipet tetes. Aquadest sebanyak 125 mL
dimasukkan 125 mL ke dalam erlenmeyer. Lalu endapan kuning yang
terbentuk di saring dengan menggunakan corong buchner yang dilapisi
kertas saring. Endapan dicuci dalam corong buchner dengan
penambahan aquadest sampai endapan bebas NaOH.
7.3 Rekristalisasi
Endapan kuning bebas NaOH dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer yang baru. Lalu dituangkan etanol melalui corong kaca
kedalamnya. Campuran etanol dan iodoform tersebut dihangatkan di
atas penangas air sambil dikocok dan ditutup dengan plastik wrap. Hasil
endapan tersebut di saring dengan menggunakan corong kaca yang
dilapisi kertas saring. Filtrat di dinginkan ±15 menit. Aquadest 12,5 mL
ditambahkan, lalu diaduk. Lalu disaring dengan menggunakan corong
buchner. Akan didapatkan endapan iodoform yang kemudian dicuci
dengan menggunakan alkohol. Lalu kristal yang sudah dicuci tersebut
ditaburkan pada kertas saring, lalu di oven selama ±4 jam.

VIII. DATA PENGAMATAN

No Perlakuan Hasil
1 Menimbang NaOH Didapatkan NaOH
sebanyak 24 gram dengan sebanyak 24 gram
menggunakan kaca arloji
lalu ditutup dengan plastik
wrap
2 Panaskan air untuk Didapatkan air bebas CO2
melarutkan NaOH,
sebanyak 300 mL, setelah
panas, dinginkan air sambil
ditutup dengan
menggunakan plastik wrap

3 setelah air menjadi dingin, NaOH sebanyak 24 gram


buka plastik wrap dan larut dalam air
masukkan NaOH sebanyak
24 gram ke dalam beaker
glass. Kocok sampai
larutan tercampur rata

Pembuatan NaOH
Iodisasi

No Perlakuan Hasil
1 Memasukkan 6,32 mL Larutan sebanyak 11,3
aseton dan 5 mL aquadest gram dari campuran aseton
ke dalam erlenmeyer dan aquadest dalam
erlenmeyer
2 menambahkan 5 gram larutan coklat tua dengan
iodium ke dalam beberapa iodium yang
erlenmeyer, kocok tidak larut
3 Memasukkan larutan Larutan kuning-orange
NaOH 2 N ke erlenmeyer dengan endapan kuning
sedikit demi sedikit (jika yang menggumpal
warnanya sudah menjadi
coklat muda, penambahan
NaOH dilakukan dengan
menggunakan pipet tetes)

4 Mengukur pH larutan Didapatkan pH sebesar 12


5 Memasukkan 125 mL Larutan kuning - orange
aquadest ke dalam dengan endapan kuning
erlenmeyer yang menggumpal
6 menyaring endapan kuning tersaring endapan kuning
dengan corong buchner dalam corong buchner
7 mencuci endapan dalam Didapatkan endapan kuning
corong buchner dengan dari iodoform dengan
penambahan aquadest iodoform yang bebas
sampai endapan bebas NaOH+A2:C8
NaOH

Rekristalisasi

No Perlakuan Hasil
1 Memasukkan endapan Didapatkan endapan dalam
kuning ke dalam erlenmeyer
erlenmeyer baru
2 Menuang etanol melalui Didapatkan campuran etanol dan
corong kaca ke dalam endapan yang tidak larut
erlenmeyer
3 Menghangatkan campuran Terdapat larutan orange, yang
etanol dan iodoform sambil merupakan endapan yang larut
mengocok di atas penangas dalam etanol
air
4 Menyaring endapan Didapat larutan orange dengan
menggunakan corong kaca endapan kuning pucat
yang dilapisi kertas saring
5 Mendinginkan filtrat 15 Didapatkan larutan & endapan
menit yang dingin
6 Menambahkan 12,5 mL Endapan semakin banyak
aquadest, aduk
7 Menyaring larutan dengan Kristal iodoform
corong buchner
8 Mencuci kristal dengan Kristal murni iodoform
alkohol
9 Menaburkan kristal pada Didapat kristal iodoform
kertas saring, lalu di oven sebanyak 0,1 gram
10 Menghitung % rendamen Didapatkan % rendamen CHI3 =
dan berat tetes 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑜𝑑𝑜𝑓𝑜𝑟𝑚 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙
𝑥 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑜𝑑𝑜𝑓𝑜𝑟𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
0,1
𝑥100% = 3,92 %
2,55

IX. PERHITUNGAN
1. Pembuatan NaOH 2. Pembuatan Aseton
𝑔𝑟 1000 𝑚
𝑁= 𝑥 𝑥 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 ρ=
𝑀𝑟 𝑣 𝑣
𝑔𝑟 1000 5
2= 𝑥 𝑥1 0,791 =
40 300 𝑣
v = 6,32 𝑚𝐿
𝑔𝑟 = 24 𝑔𝑟𝑎𝑚
3. Perhitungan Berat Iodoform
Ρaseton = 0,79 gr/mL 1
Mol CHI3 = 3 𝑥 0,019 =
BM = 58
0,0065
BM I2 = 253,808
BM Iodoform = 393,7
Berat Teoritis = mol CHI3 x BM
= 0,0065 x 393,7
5
Mol I2 = 253,8 = 0,019 = 2,55 gram

X. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, yaitu tentang halogenasi bertujuan untuk
mengetahui bagaimana cara proses halogenasi, dikhususkan dalam proses
iodisasi serta memahami cara rekristalisasi dengan pelarut tunggal, yaitu
menggunakan pelarut etanol. Dilakukan pula proses pembuatan iodoform
dengan menggunakan senyawa aseton. Iodoform adalah suatu senyawa
kimia organik yang dapat disintesis berdasarkan reaksi halogenasi, dengan
bahan dasar iodium yang direaksikan dengan aseton dan menggunakan
bantuan NaOH. Prinsip dari reaksi pembentukan iodoform adalah
berdasarkan reaksi halogenasi yaitu dimulai dengan pembentukan atom
radikal bebas dari halogen.
Iodoform merupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan
dalam bidang farmasi, iodoform(salah satu zat berkhasiat terkenal)
merupakan antiseptik yang sangat efektif untuk kulit utuh,maka sebagai
tinktur lod banyak digunakan sebelum injeksi. Selain itu iodoform juga
digunakan sebagai desinfektan yang bekerja sebagai
bkteriostatik, biasanya dipakai pada infeksi bakteri pada kulit, mukosa dan
melawan bakteri pada luka.Sedangkan desinfektan merupakan zat yang
bekerja bakterisid, digunakan untuk membebaskanruang dan pakaian dari
mikroba. Iodoform kadang-kadang sebagai antiseptik dan desinfektan
di bidang kedokteran gigi. (Pramita, 2013). Reaksi halogenasi adalah reaksi
yang terjadi pengikatan satu atau lebih atom halogen (F, Cl. Br, I)
pada senyawa organik.
Pada percobaan ini digunakan alat-alat, yaitu : batang pengaduk
berfungsi untuk mencampurkan larutan agar tercampur rata, cawan petri
digunakan sebagai penempatan kristal iodoform sebelum masuk oven. Lalu
digunakan juga corong buchner karena corong buchner memiliki pori yang
lebih rapat dari pada corong jenis lain sehingga kristal iodoform dapat
dipisahkan. Digunakan juga corong panas karen corong tersebut tahan panas
dan dapat mencegah kristalisasi kembali. Selain itu, digunakan jga pipa
kapiler untuk menotolkan kristal ke cawan petri.
Selain itu digunakan juga bahan yang mempunyai perannya
masing-masing dalam percobaan ini, yaitu : aseton dan air suling sebagai
pelarut, karena iodium tidak larut air tetapi larut dalam larutan organik. Lalu
NaOH berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi yang terjadi
dalam reaksi halogenasi dan juga untuk membuat larutan menjadi suasana
basa. Lalu iodium sebagai sampel yang diuji, dan terakhir larutan etanol
digunakan untuk menyeterilkan kristal iodoform.
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran
atau pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan
kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur
atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian
larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya.
Tujuan dari rekristalisasi adalah untuk memurnikan suatu zat.
Untuk prosedur dalam percobaan kali ini pertama-tama
memasukkan 5 gram aseton dan 5 mL air suling. Setelah aseton dan air
suling tercampur rata, ditambahkan 5 gram iodium ke dalam larutan tersebut,
lalu kocok sampai iodium larut. Fungsi dari aseton dan air suling
dimasukkan terlebih dulu ke dalam erlenmeyer adalah agar iodium dapat
larut, karena iodium tidak dapat larut dalam air, namun larut dalam pelarut
organik. Lalu setelah iodium larut dalam larutan tersebut, ditambahkan
larutan NaOH 2 N sedikit demi sedikit sembari erlenmeyer dikocok sampai
larutan berwarna coklat muda. Jika larutan sudah berwarna coklat muda,
penambahan NaOH dilakukan dengan menggunakan pipet tetes. Hasil dari
penambahan NaOH ini didapatkan endapan iodium berwarna kuning yang
menggumpal. Hal ini dikarenakan pada percobaan kali ini NaOH yang
ditambahkan adalah larutan NaOH dengan suhu panas sehingga endapan
yang terbentuk tidak terurai dan menggumpal, karena iodium sangat sensitif
dengan suhu panas, sehingga hasil yang didapat adalah endapan kuning yang
menggumpal. Lalu ditambahkan 125 mL air ke dalam erlenmeyer, hal ini
berfungsi untuk menurunkan kelarutan sehingga endapan iodoform tidak
larut kembali dalam erlenmeyer. Setelah itu, endapan yang terbentuk
disaring dengan menggunakan corong buchner yang dilapisi kertas saring,
agar didapatkan endapan iodoform terpisah dari larutannya dengan jumlah
yang maksimal. Endapan iodoform lalu dicuci dengan air sampai endapan
bebas dari NaOH, karena jika masih ada sisa NaOH dalam endapan tersebut
akan mengganggu dalam proses rekristalisasi yang menyebabkan
penguraian kristal pada saat penambahan alkohol.
Setelah selesai dilakukan proses iodisasi, maka dilakukan proses
rekristalisasi, untuk memastikan kembali kemurnian dari zat yang sudah
dikristalisasi. Pertama-tama, ditambahkan etanol kedalam erlenmeyer yang
sudah berisi endapan kuning iodoform. Fungsi dari etanol ini adalah untuk
melarutkan zat pengotor hasil dari proses kristalisasi. Lalu larutan kuning
iodoform tersebut dipanaskan dalam penangas air agar membantu dalam
kelarutan dari endapan iodoform. Dan disaringlah endapan tersebut agar zat
pengotor dari endapan tersebut yang membuat endapan tersebut menjadi
tidak murni itu dapat larut. Penyaringan endapan iodoform ini dilakukan
dengan menggunakan corong panas, karena corong panas dapat mencegah
endapan iodoform untuk melakukan kristalisasi kembali sebelum sampai di
dalam erlenmeyer. Lalu endapan itu dicuci dengan menggunakan alkohol
dingin, hal ini berfungsi agar endapan tersebut dapat larut kembali, hal ini
juga agar didapat kemurnia yang lebih maksimal lagi dari kristal tersebut.
Lalu pada tahap terakhir adalah dengan memasukkan endapan iodoform ke
dalam oven yang mempunyai titik leleh sebesar 120oC. Proses peng-ovenan
ini dilakukan selama 4 jam, dan diperoleh hasil yaitu kristal iodoform kering
sebanyak 0,1 gram.
Cara yang paling baik untuk mengambil kertas saring dari corong
buchner aalah dengan memasang corong tersebut secara terbalik diatas
kertas saring bersih dan meniupnya perlahan-lahan melalui ujung corong.
Corong buchner ini digunakan karena dapat memisahkan antara kristal dan
pelarut dengan hasil yang maksimal karena densitasnya yang tinggi. Lalu
ujung corong tersebut harus dicuci terlebih dahulu supaya tidak ada bahan
kimia yang masuk ke mulut. Kristal-kristal yang tertinggal di corong diambil
dengan spatula, kemudia kristal-kristal tersebut dikeringkan.
Reaksi yang terjadi pada proses ini melibatkan reaksi SN 1.
Mekanisme SN1 dalah proses dua tahap. Pada tahap pertama, ikatan antara
karbon dengan gugus pergi putus.

Gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, dan


terbentuklah ion karbonium. Pada tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium
bergabung dengan nukleofil membentuk produk.
Pada mekanisme SN1, substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi
1 digunakan sebab pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang
terlibat, yaitu substrat. Tahap ini sama sekali tidak melibatkan nukleofil.
Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui
mekanisme SN 1 :
1. Kecapatan reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi
nukleofil. Tahap penentu kecepatan reaksi adalah tahap
pertama di mana nukleofil tidak terlibat.
2. Jika karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi
menyebabkan hilangnya aktivitas optik karena terjadi
rasemik. Pada ion karbonium, hanya tiga gugus yang terikat
pada karbon posiif. Karena itu, karbon positif mempunyai
hibridisasi sp 2 dan berbentuk planar. Jadi nukleofil
mempunyai dua arah penyerangan, yaitu dari depan dan dari
belakang.
3. Pada reaksi SN 1 juga terenbetuk spesies antarmediet, adalah
ion karbonium dengan geometrik planar sehingga air
mempunyai peluang menyerang dari dua sisi (depan dan
belakang) dengan peluang yang sama menghasilkan adalah
campuran rasemik. Spesies antarmediet yang dihasilkan tidak
terlalu stabil.
Pada tahap awal dalam mekanisme SN1 adalah tahap
pembentukan ion, sehingga mekanisme ini dapat berlangsung lebih baik
dalam pelarut polar.
Dari praktikum sintesis iodoform ini setelah dikeringkan maka
dapatkan berat kristal kering setelah dimurnikan adalah 0,1 gram. Sehingga
didapatkan rendemen dari sintesis iodoform ini sebesar 3,92%. Dari hasil
rendemen ini, hasilnya kurang dari 75 %, jadi dapat dikatakan iodoform yang
dihasilkan kurang murni, mungkin masih ada zat pengotornya.

XI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
titik lebut iodoform dapat dicari dari pH dan berat dari rekristal iodoform.
Rekristalisasi dari iodoform dapat dilarutkan dengan menggunakan larutan
NaOH sebagai katalisator.
XII. DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung : PT.Citra


Aditya Bakti.

Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kmia. Jakarta : Erlangga.


Ege, S. 1994. Organic Chemistry, 3rd edition. Lexington : DC Health and
Company.
Hart, H. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Irwandi, D. 2014.Experient’s of Organic Chemical. Jakarta : UIN Press.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Indrustri. Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi.
Jakarta: UI Press.

Pramita, P. 2013. Sintesis Iodoform. Tersedia di


http://www.scribd.com/doc/129548108/SintesisIodoform [Diaks
es pada tanggal 19 November 2016].
Raksohadiprojo, S. 1976. Kuliah dan Praktikum Kimia Farmasi
Preparatif. Yogyakarta : UGM Press.
Sastrohamidjojo, H. 2011. Kimia Organik Dasar. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Stevens, M.P. 2001. Kimia Polimer. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Sunardi., 2006. 116 UNSUR KIMIA, Deskripsi dan Pemanfaatannya.
Bandung : Penerbit Yrama Widya.

Underwood, A.L., dan Day, A.R. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Kelima. Jakarta : Erlangga.

Vogel.1985.Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.Jakarta :


PT. Kalman Media Pusaka.

Wibowo, Y., I. 2009. Campuran Kalsium Hidroksida-Iodoform Sebagai


Bahan Pengisi Saluran Akar untuk Perawatan Saluran Akar Gigi
Desidui. Jurnal Majalah Ilmu Kedokteran Gigi, Vol. 11, No. 1.

Winarto, Dwi. 2013. Cara Menentukan Titik Leleh. Tersedia (online) di


http://www.ilmukimia.org/2013/04/cara-menentukan-titik-
leleh.html [Diakses pada tanggal 20 November 2016].
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai