Anda di halaman 1dari 4

Tahapan audit menurut Arens :

 Perencanaan audit
 Pengumpulan dan evaluasi bukti
 Pelaporan dan tindak lanjut

Tahapan audit menurut Taylor dan glezen :

 Perencanaan audit
 Pemahaman dan pengujian pengendalian intern
 Pengujian substantive
 Pelaporan

Prosedur audit : metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk mengumpulkan
dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten.

Berikut ini adalah sepuluh jenis prosedur audit :

Prosedur analitis (analytical procedures)


Inspeksi (inspecting)
Konfirmasi (confirming)
Permintaan keterangan (inquiring)
Perhitungan (counting)
Penelusuran (tracing)
Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
Pengamatan (observing)
Pelaksanaan ulang (reperforming)
Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)

Prosedur analitis adalah evaluasi atas informasi keuangan yang dilakukan dengan
menganalisis hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan nonkeuangan. Prosedur
analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data
lain terlihat wajar berkaitan dengan ekspetasi auditor

Mengapa prosedur analitis diperlukan dalam tahap pengujian?

Karena sebagai pengujian substantif untuk mendukung saldo akun. Pengujian ini seringkali
dilakukan dalam hubungannya dengan prosedur audit lainnya. Sebagai contoh, bagian setiap
polis asuransi dibayar dimuka dapat dibandingkan dengan dengan polis yang sama untuk tahun
sebelumnya sebagai bagian dari pengujian atas asuransi dibayar dimuka.
Lima jenis prosedur analitis:

1. Data industri
2. Data periode sebelumnya yang serupa
3. Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien
4. Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor
5. Hasil yang digarapkan dengan menggunakan data non keuangan.

Mengapa seorang auditor memerlukan uji materialitas?

Karena, seorang auditor bertanggugjawab menentukan apakah laporan keuagan salah saji
secara material, auditor harus berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal
itu kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi. Jika klien menolak untuk mengoreksi
laporan keuangan itu, auditor harus mengeluarkan pendaat wajar dengan pengecualian, atau
pendapat tidak wajar, tergantung pada seberapa material salah saji tersebut.

Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas

Langkah 1 : menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan

Langkah 2 : menentukan materialitas kinerja

Langkah 3 : mengestimasi total salah saji dalam segmen

Langkah 4 : mengestimasi salah saji penggabungan

Langkah 5 : membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan


atau yang direvisi tentang materialitas

Tolak ukur dalam mengevaluasi materialitas :

Laba bersih sebelum pajak, penjualan bersih, laba kotor, set total aset. Tolok ukur lainnya
seperti aset lancar, total aset, kewajiba lancar, dan ekuitas pemilik

Resiko audit adalah : kemungkinan resiko salah saji bersifat material dan/atau penggelapan
(fraud) yang bisa lolos dari proses audit jika auditor tidak melakukan tugasnya dengan cermat.

Rumus resiko audit :

Detection risk = AAR : (IRxCR)

Keterangan :

PDR = resiko deteksi yang direncanakan (planned detection risk)

AAR = resiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)

IR = risiko inheren (inherent risk)

CR = risiko pengendalian (control risk)

Komponen pengendalian internal :

1. Lingkungan pengendalian
2. Penilaian resiko
3. Aktivitas pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan

Pengujian substantif atas transaksi

Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah semua tujuan
audit berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives) telah terpenuhi untuk
setiap kelas transaksi. Sebagai contoh auditor melakukan pengujian substantif atas transaksi
untuk menguji apakah transaksi yang dicatat benar-benar ada dan transaksi yang ada semua
telah dicatat.

Pengujian terinci atas saldo

Pengujian terinci atas saldo memusatkan perhatian atas saldo-saldo akhir buku besar untuk
laporan realisasi pendapatan dan belanja serta neraca. Contoh dari pengujian terinci atas saldo
termasuk konfirmasi untuk saldo piutang, pemeriksaan fisik persediaan, dan pemeriksaan
kontrak utang dengan pihak lain. Pengujian terinci atas saldo ini adalah penting karena bukti
biasanya diperoleh dari sumber yang independen sehingga dapat diandalkan.

Hampir sama halnya dengan pengujian atas transaksi, pengujian rincian saldo harus dilakukan
dengan memenuhi semua tujuan audit yang berkaitan dengan saldo bagi masing-masing akun
yang signifikan. Pengujian atas saldo akun juga sangat penting karena bukti-bukti biasanya
diperoleh dari sumber independen dengan tingkat keyakinan yang lebih tinggi.

Hubungan antar risiko


Hubungan antara material, bukti audit, dan risiko audit sebagai berikut :
1. Apabila auditor mempertahankan tingkat merialitas dikurangi auditor danrisiko
audit konstan maka harus menambah jumlah bukti audit yang akandikumpulkan.
Risiko audit individual = risiko pengendalian x risiko deteksi x risiko bawaan
2. A p a b i l a au d i to r m em p e r t ah a n k a n m e n g u r a n g i j u m la h b u k t i a u d i t
y a n g dikumpulkan dan tingkat materialitas konstan, maka risiko audit
menjadimeningkat.

3. Apabila auditor menginginkan mengurangi risiko audit, maka auditor dapatmenempuh


salah satu dari 3 (tiga) cara berikut ini :

a.Menambah sediki t jumlah bukti audit yang diserahkan dan ti ngkatmaterialitas


secara bersamaan.

b.Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, disisi lain tingkatmaterialitas


tetap dipertahankan.

c.Menambah tingkat materialitas, disisi lain mempertahankan jumlah buktiaudit yang


dikumpulkan.

Auditor mengakui, contohnya adanya ketidakpastian perihal bawaan dalam ketepatan


bahanbukti, ketidakpastian tentang apakah laporan keuangan telah disajikan dengan wajar
ketikaaudit telah diselesaikan, dan ketidakpastian dalam efektivitas pengendalian internal
klien.Model Risiko Audit dan PerencanaanAuditor menangani risiko terkait perencanaan
bukti audit pada umumnya denganmenggunakan model risiko audit. Untuk model ini
berasal dari literatur PSA 26 (SA 350)tentang pengujian sampel audit dan dalam PSA 25 (SA
312) tentang materialias dan risiko.
Pengendalian Internal Khusus Atas Teknologi Informasi

Pengendalian umum.Diterapkan pada semua aspek fungsi TI,termasuk administrasi TI,pemisahan


tugas TI,pengembangan sistem,keamanan fisik dan online atas akses ke perangkat keras,perangkat
lunak,dan data terkait backup dan perencanaan kontinjensi atas keadaan darurat yang tak terduga
serta pengendalian perangkat keras.

Pengendalian aplikasi.Berlaku bagi pemrosesan tranksaksi,seperti pengendalian atas pemrosesan


penjualan atau penerimaan kas.Auditor harus mengevaluasi pengendalian aplikasi untuk setiap kelas
transaksi atau akun dimana auditor berencana mengurangi risiko pengendalian yang
ditetapkan,karena pengendalian TI akan berbeda diantara kelas-kelas transaksi dan akun.

Anda mungkin juga menyukai