Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KORPRI
Jalan Kusuma Bangsa No. 1B RT. 18 Samarinda Telp. (0541) 732910

NIP 19520925
LAPORAN PERJALANAN DINAS

Kepada : Direktur RSUD Korpri Provinsi Kalimantan Timur


Dari : 1. Emai Nurgaimah, S.Kep
2. Siti Aminah, A.Md. Kep
3. dr. S.P. Dewi Wisnu Wardhani, M.AP
4. Rudi Fika
Perihal : Laporan Perjalanan Dinas
Tanggal : 29 Juli – 1 agustus 2019

I. Dasar Pelaksanaan

a. Surat Komisi Akreditasi Rumah Sakit No. 214/WS-KS/KARS/VI/2019


Perihal Workshop Para Pimpinan dan Pokja Akreditasi RS sebagai asesor internal RS
b. Surat Perintah Tugas Direktur RSUD KORPRI KALTIM No. 090.1/KEPEG/VII/2019

II. Maksud dan Tujuan Perjalanan Dinas

1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi tenaga kesehatan di Rumah Sakit,


terutama assesor internal tentang fungsi dan peran asesor internal rumah sakit dalam
Standar Nasional Rumah Sakit (SNARS) Edisi -1
2. Mempersiapkan rumah sakit dalam melaksanakan self assessment akreditasi
3. Mempersiapkan asesor internal dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai tim
telusur lapangan di rumah sakit dalam menunjang persiapan akreditasi di rumah sakit

III. Waktu dan Tempat Pelaksanaan :


Hari/Tanggal : Selasa-Rabu, 30-31 Juli 2019
Tempat : Harris Hotel & onvention Festival Citylink
Jalan Peta No.241 Suka Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung
Bandung-Jawa barat

IV. Hasil
Mengikuti ‘Workshop para pimpinan dan Pokja Akreditasi sebagai asesor internal rumah sakit
dalam SNARS Edisi-1 (MEDIS)”

1. Teknik telusur akses RS dan kontinuitas Pelayanan (ARK)


Pembicara : dr. Nico A. Lumenta, K. Nefro, MM, MH.Kes (komisi akreditasi Rumah sakit)

Rumah sakit seyogianya mempertimbangkan bahwa asuhan di rumah sakit merupakan


bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional pemberi
asuhan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud
dan tujuan adalah menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang sudah
tersedia di rumah sakit, mengoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan
pemulangan dan tindakan selanjutnya. Sebagai hasilnya adalah meningkatkan mutu asuhan
pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit.
Perlu informasi penting untuk membuat keputusan yang benar tentang:
- kebutuhan pasien yang dapat dilayani oleh rumah sakit;
- pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien;
- rujukan ke pelayanan lain baik di dalam maupun keluar rumah sakit;
- pemulangan pasien yang tepat dan aman ke rumah.

Enam Fokus area yang dijelaskan narasumber adalah:


a. Skrining untuk admisi ke RS
b. Admisi ke RS
c. Kesinambungan pelayanan
d. Pemulangan dari RS (discharge) dan tindak lanjut
e. Rujukan pasien
f. Transportasi

2. Teknik telusur Program Nasional (PONEK, HIV/AIDS & GERIATRI)


Pembicara : dr. Djoti Atmodjo, Spa., MARS

RS melaksanakan program PONEK 24 jam di RS beserta monitoring dan evaluasinya.


1. Ada regulasi RS tentang pelaksanaan PONEK 24 jam di RS dan ada rencana kegiatan
PONEK dalam perencanaan RS. (R)
2. Ada bukti keterlibatan pimpinan rumah sakit di dalam menyusun kegiatan PONEK.
(D,W)
3. Ada bukti upaya peningkatan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi
pelayanan obstetrik dan neonatus termasuk pelayanan kegawat daruratan (PONEK 24
Jam). (D,W)
4. Ada bukti pelaksanaan rujukan dalam rangka PONEK. (D,W) (lihat juga ARK.5 )
5. Ada bukti pelaksanaan sistem monitoring dan evaluasi program rumah sakit sayang
ibu dan bayi (RSSIB). (D,W)
6. Ada bukti pelaporan dan analisis yang meliputi 1 sampai dengan 4 di maksud dan
tujuan. (D,W)

Rumah sakit melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan


perundang-undangan
1. Adanya regulasi Rumah Sakit dan dukungan penuh manajemen dalam pelayanan
penanggulangan HIV/AIDS (R)
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana pelayanan penanggulangan
HIV/AIDS (D,W)
3. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan keseluruhan proses/mekanisme
dalam pelayanan penanggulangan HIV/AIDS termasuk pelaporannya. (D,W)
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim HIV/AIDS Rumah Sakit ( D,W )
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknis Tim HIV/AIDS
sesuai standar.(D,W)
6. Terlaksananya fungsi rujukan HIV/AIDS pada rumah sakit sesuai dengan kebijakan
yang berlaku (D)
7. Terlaksananya pelayanan VCT, ART, PMTCT, IO, ODHA dgn faktor risiko IDU,
penunjang sesuai dengan kebijakan ( D )

Rumah sakit menyediakan pelayanan geriatri rawat jalan, rawat inap akut dan rawat inap
kronis sesuai dengan tingkat jenis pelayanan.
1. Ada regulasi tentang penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit dan
terbentuknya tim terpadu geriatri sesuai dengan tingkat jenis layanan (R)
2. Berfungsinya tim terpadu geriatri sesuai tingkat jenis layanan. (D,W)
3. Terlaksananya proses pemantauan dan evaluasi kegiatan. (D,O,W)
4. Ada pelaporan penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit. (D,W)

3. Teknik Telusur Asesment Pasien (AP)


Pembicara : dr. Djoti Atmodjo, Spa., MARS

Tujuan asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang kebutuhan
asuhan, pengobatan pasien yang harus segera dilakukan dan pengobatan berkelanjutan
untuk emergensi, elektif atau pelayanan terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah.
Proses asesmen pasien adalah proses yang terus menerus dan dinamis yang digunakan pada
sebagian besar unit kerja rawat inap dan rawat jalan.
Asuhan pasien di rumah sakit diberikan dan dilaksanakan berdasarkan konsep Pelayanan
berfokus pada pasien (Patient/Person Centered Care). Pola ini dipayungi oleh konsep
WHO: Conceptual framework integrated peoplecentred health services. (WHO global
strategy on integrated people-centred health services 2016-2026, July 2015). Penerapan
konsep pelayanan berfokus pada pasien adalah dalam bentuk Asuhan Pasien Terintegrasi
yang bersifat integrasi horizontal dan vertikal dengan elemen:

 Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai ketua tim asuhan /Clinical Leader
 Profesional Pemberi Asuhan bekerja sebagai tim intra- dan inter-disiplin dengan
kolaborasi interprofesional, dibantu antara lain dengan Panduan Praktik Klinis (PPK),
Panduan Asuhan PPA lainnya, Alur Klinis/Clinical Pathway terintegrasi, Algoritme,
Protokol, Prosedur, Standing Order dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi)
 Manajer Pelayanan Pasien/ Case Manager
 Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga.

Asesmen pasien terdiri atas 3 proses utama dengan metode IAR:

 Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial, kultur, spiritual dan
riwayat kesehatan pasien (I – informasi dikumpulkan).
 Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan radiologi diagnostik
imajing untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien. (A – analisis
data dan informasi)
 Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
diidentifikasi. (R – rencana disusun).

Asesmen harus memperhatikan kondisi pasien, umur, kebutuhan kesehatan, dan


permintaan atau preferensinya. Kegiatan asesmen pasien dapat bervariasi sesuai dengan
tempat pelayanan. Asesmen ulang harus dilakukan selama asuhan, pengobatan dan
pelayanan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien. Asesmen ulang adalah penting untuk
memahami respons pasien terhadap pemberian asuhan, pengobatan dan pelayanan, serta
juga penting untuk menetapkan apakah keputusan asuhan memadai dan efektif. Proses-
proses ini paling efektif dilaksanakan bila berbagai profesional kesehatan yang
bertanggung jawab atas pasien bekerja sama.

4. Tehnik telusur pelayanan dan asuhan pasien (PAP)


Pembicara : dr. Nico A. Lumenta, K. Nefro, MM, MH.Kes

Tanggung jawab rumah sakit dan staf yang terpenting adalah memberikan asuhan dan
pelayanan pasien yang efektif dan aman. Hal ini membutuhkan komunikasi yg efektif,
kolaborasi, dan standardisasi proses untuk memastikan bahwa rencana, koordinasi, dan
implementasi asuhan mendukung serta merespons setiap kebutuhan unik pasien dan target.
Asuhan tersebut dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau rehabilitatif
termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi suportif, atau kombinasinya, yang
berdasar atas asesmen dan asesmen ulang pasien.

Area asuhan risiko tinggi (termasuk resusitasi, transfusi, transplantasi organ/jaringan) dan
asuhan untuk risiko tinggi atau kebutuhan populasi khusus yang membutuhkan perhatian
tambahan. Asuhan pasien dilakukan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) dengan
banyak disiplin dan staf klinis lain. Semua staf yg terlibat dalam asuhan pasien harus
memiliki peran yg jelas, ditentukan oleh kompetensi dan kewenangan, kredensial,
sertifikasi, hukum dan regulasi, keterampilan individu, pengetahuan, pengalaman, dan
kebijakan rumah sakit ,atau uraian tugas wewenang (UTW). Beberapa asuhan dapat
dilakukan oleh pasien/keluarganya atau pemberi asuhan terlatih (care giver). Pelaksanaan
asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan oleh semua profesional
pemberi asuhan (PPA) dapat dibantu oleh staf klinis lainnya.

Asuhan pasien terintegrasi dilaksanakan dengan beberapa elemen.

 Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai pimpinan klinis/ketua tim PPA
(clinical leader).
 PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional,
menggunakan alur klinis/clinical pathway, perencanaan pemulangan pasien
terintegrasi/integrated discharge planning.
 Manajer Pelayanan Pasien/Case Manager menjaga kesinambungan pelayanan.
 Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarga dalam asuhan bersama PPA
harus memastikan:
 asuhan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang unik berdasar atas
asesmen;
 rencana asuhan diberikan kepada tiap pasien;
 respons pasien terhadap asuhan dimonitor;
 rencana asuhan dimodifikasi bila perlu berdasar atas respons pasien
5. Tehnik telusur pelayanan anastesi dan bedah (PAB)
Pembicara : dr. Nico A. Lumenta, K. Nefro, MM, MH.Kes

Tindakan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yg kompleks dan sering
dilaksanakan di RS. Hal tsb memerlukan: 1) asesmen pasien yg lengkap dan menyeluruh,
2) perencanaan asuhan yg terintegrasi, 3) pemantauan yg terus menerus, 4) transfer ke
ruang perawatan berdasarkan kriteria tertentu, 5) rehabilitasi, 6) transfer ke ruangan
perawatan dan pemulangan.
Anestesi dan sedasi umumnya merupakan suatu rangkaian proses yg dimulai dari sedasi
minimal hingga anastesi penuh. Karena respons pasien dapat berubah-ubah sepanjang
berlangsungnya rangkaian tsb, maka penggunaan anestesi dan sedasi diatur secara terpadu.
Karena tindakan bedah juga merupakan tindakan yg berisiko tinggi, maka harus
direncanakan dan dilaksanakan secara hati-hati. Rencana prosedur operasi dan asuhan
pasca operasi dibuat berdasarkan asesmen dan didokumentasikan. Standar pelayanan
anestesi dan bedah berlaku di area manapun dalam RS yg menggunakan anestesi, sedasi
sedang dan dalam, dan juga pada tempat dilaksanakannya prosedur pembedahan dan
tindakan invasif lainnya yg membutuhkan persetujuan tertulis (informed consent) Area ini
meliputi ruang operasi RS, rawat sehari, klinik gigi, klinik rawat jalan, endoskopi,
radiologi, gawat darurat, perawatan intensif dan tempat lainnya

Demikian laporan perjalanan dinas ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya dan atas
perhatiannya diucapkan terima kasih.

Samarinda, 2 Agustus 2019

Yang Membuat Laporan,

1. Emai Nurgaimah, S. Kep :


NIP. 19690510 198801 2 003 ……………….................

2. Siti Aminah, A.Md.Kep :


NIP. 197501231999032005 ……………….................

3. dr. S.P. Dewi Wisnu Wardhani, M.AP :


NIP. 19750116 201001 2 004 ……………….................

Anda mungkin juga menyukai