1. Definisi
Kode etik adalah norma norma yang harus di indahkan oleh setiap prefesi di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan di dalam hidupnya di masyarakat (Wahyuningsih 2008).
Kode Etik juga merupakan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman
berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai
atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional
Kode etik juga di artikan sebagai suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai nilai internal
dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pengetahuan yang komprehensif suatu profesi
yang memberikan tuntunan bagi anggota bidan dalam melaksanakan pengabdiannya.Profesi
adalah moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita cita dan nilai bersama.
2. Tujuan
a. Menjujung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini semua anggaota profesi kebidanan yang akan menjunjung tinngi martabatnya,oleh
karena itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan yang dapat
mencemarkan nama baik profesinya tersebut.
b. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Yang di maksud dengan kesejahteraan disini adalah kesejahteraan material dan spiritual dari
anggota profesi tersebut.Kode etik juga menciptakan peraturan peraturan yang di tujukan kepada
pembahasan tingkah laku yang tidak pantas di lakukan oleh seorang bidan.
c. Meningkatka pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini profesi dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
profesinya.Oleh karena itu dalam kode etiik merumuskan ketentuan ketentuan yang perlu
dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
d. Meningkatkan mutu profesi
Dengan adanya kode etik ini dapat memelihara dan meningkatkan mutu profesi dalam
menjalankan pengabdiannya.
e. Dimensi kode etik
1) Anggota profesi dan klien
2) Anggota profesi dan system
3) Anggota profesi dan profesi baru
4) Semua anggota profesi
f. Prinsip kode etik
1) Menghargai otonomi
2) Melakukan tindakan yang benar
3) Mencegah tindakan yang dapat merugikan
4) Memperlakukan manusia secara adil
5) Menjelaskan dengan benar
6) Menepati janji yang telah disepakati
7) Menjaga kerahasiaan
Bidan merupakan salah satu unsur tenaga medis yang berperan dalam mengurangi angka
kematian bayi dan ibu yang melahirkan, baik dalam proses persalinan maupun dalam
memberikan penyuluhan atau panduan bagi ibu hamil. Melihat besarnya peranan bidan tersebut,
maka haruslah ada pembatasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban dalam pelaksanaan tugas
dan kewenangan bidan tersebut. Maka, dibuatlah Kode Etik bidan, dimana kode etik tersebut
merupakan suatu pernyataan kemprehensif dan profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota
untuk melaksanakan praktek profesinya, baik yang berhubungan dengan klien sebagai individu,
keluarga, masyarakat, maupun terhadap teman sejawat, profesi dan diri sendiri, sebagai kontrol
kualitas dalam praktek kebidanan.
Kode Etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang
bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya dimasyarakat. Dalam
Rapat Kerja Nasional Ikatan Bidan Indonesia Tahun 1991 secara umum kode etik tersebut berisi
7 bab yang dapat dibedakan menjadi tujuh bagian, yaitu :
Menurut kode etik kebidanan,bidan tersebut juga melakukan penyimpangan kewajiban terhadap
tugasnya seharusnya setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan
kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau
rujukan.Bila di hubungkan dengan kasus dalam scenario bidan tersebut seharusnya melakukan
penapisan awal sebelum melakukan tindakan pertolongan persalinan,apakah pasien tersebut
mempunyai komplikasi atau penyulit di dalam persalinannya nanti misalnya hamil dengan bayi
besar. Maka dengan kita dapat mengenali penapisan awal dan di lakukan rujukan terencana
pasien akan menjalani persalinannya dengan aman di rumah sakit,sehingga kejadian rupture uteri
dapat di hindarkan.
Dalam organisasi Ikatan Bidan Indonesia mempunyai MPEB (Majelis Pertimbangan Etik
Bidan) yang merupakan badan perlindungan hukum terhadap para bidan sehubungan dengan
tuntutan dari pasien akibat pelayanan yang di berikan dan tidak melakukan indikasi
penyimpangan hukum.MPEB bertujuan mengupayakan peningkatan mutu pelayanan yang di
berikan oleh bidan dalam masyarakat sesuai dengan mengamalkan ketentuan ketentuan kode
etik Bidan Indonesia.
Kode etik merupan norma yang berlaku bagi anggota IBI dalam menjalankan praktek
profesi sebagai bidan yang telah di sepakati dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan
Indonesia.Keberadaan MPEB bertujuan untuk :
1. Meningkatkan citra Ikatan Bidan Indonesia dalam meningkatkan mutu pelayanan yang di
berikan bidan.
2. Terbentuknya lembaga yang akan menilai ada atau tidaknya pelanggaran terhadap kode etik
Bidan Indonesia.
3. Meningkatkan kepercayaan diri anggota IBI
4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bidan dalam memberikan pelayanan.
Tugas dan wewenang MPA dan MPEB adalah memberikan bimbingan pembinaan serta
pengawasan etik profesi meneliti dan menetukan ada atau terhadap kesalahan dan kelalaian bidan
dalam memberikan pelayanannya etika profesi ialah norma norma yang berlaku bagi bidan
dalam memberikan pelayanan profesinya seperti yang tercantum dalam kode etik bidan.
Bidan harus mengetahui dan menghormati norma norma yang hidup dalam masyarakat seperti :
1. Norma Agama
2. Norma Hukum
3. Norma Etik yaitu norma sopan santun,adat istiadat dan lain lain
Bidan harus sesuai dengan profesinya serta fungsinya untuk memberikan pelayanan
KIA/KB hubungan pribadi setiap bidan dengan pasiennya sangat erat,yang perlu di perhara dan
dibina sebaik mungkin,sehingga hubungan bidan dan masyarakat yang memerlukan jasa bidan
dapat berjalan dengan baik secara terus menerus.
D. Tinjauan Islam Terkait Malpraktik
Ayat Alqur’an terkait Malpraktik terdapat dalam QS. An-Nisa ayat 92 yang artinya :
“Dan barang siapa membunuh seseorang yang beriman karena tersalah (Hendaklah) dia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh) kecuali jika (keluarga terbunuh) membebaskan pembayaran”.
Para Fuqaha bersepakat apabila tabib atau dokter lalai (culpa) dalam tindakannya, maka
ia harus membayar diyat (Anita, 2009).
E. UU terkait Malpraktik
Undang-undang republic Indonesia nomor 36 tahun 2009 BAB VII Tentang Kesehatan Ibu,
Bayi, Anak, Remaja, Lanjut Usia, dan Penyandang Cacat Bagian ke satu : kesehatan ibu, bayi
dan anak
Pasal 126
(1) Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
(2) Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative.
(3) Pemerintah menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas, alat dan obat dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan ibu secara aman, bermutu dan terjangkau.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu diatur dengan peraturan pemerintah.
Tidak ada satu pun peraturan perundang-undangan di Indonesia yang secara langsung
menggunakan istilah malpraktek. Begitu juga dalam hukum kesehatan Indonesia yang berupa
UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan tidak menyebutkan secara resmi istilah malpraktek.
Tetapi hanya menyebutkan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesi yaitu yang
tercantum dalam Pasal 54 dan 55 UU Kesehatan.
Pasal 54:
(1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan
profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
(2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi dan tata kerja Majelis Disiplin Tenaga
Kesehatan ditetapkan dengan keputusan Presiden.
Pasal 55:
(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA