Anda di halaman 1dari 10

Sekilas Yayasan, Koperasi dan Perkumpulan

Sentot E Baskoro, S.Math., MM, MH.

I. Pendahuluan

Saat ini banyak bermunculan kegiatan-kegiatan hobby maupun alumni yang terbentuk menjadi
satu klub ataupun himpunan dan melakukan berbagai kegiatan yang sifatnya menyatukan
kesamaan serta kesejahteraan maupun kepentingan para anggotanya dengan tidak mencari
untung.

Perjalanan waktu kemudian mengantarkan klub dan himpunan ini ke suatu situasi dimana
mereka harus mulai membuka rekening bank untuk konsolidasi keuangan yang dihimpun dari
para anggota dan donatur kegiatan mereka. Disamping itu, juga muncul kebutuhan akan adanya
kejelasan status hukum dalam melakukan perikatan kepada pihak ketiga dan juga transparansi
pertanggung-jawaban hukum dan keuangan yang seringkali menjadi ganjalan dalam pergantian
kepengurusan mereka, yang diperlukan untuk tetap menjaga keutuhan dan kelangsungan
operasional kegiatan mereka tersebut.

Secara umum para penggiat ini kemudian menyimpulkan bahwa yang perlu mereka miliki saat
ini adalah suatu payung hukum yang mengakui mereka sebagai suatu subyek hukum, sehingga
kemudian mereka membutuhkan suatu bentuk badan hukum yang dapat menampung aspirasi
maupun operasional kegiatan mereka tanpa perlu terlibat dalam proses administrasi yang
terlampau ketat, tanpa harus mengabaikan sama sekali peraturan perundangan yang berlaku di
Republik Indonesia.

Pertanyaan berikutnya adalah badan hukumseperti apa yang akan mereka pilih? Kebanyakan
pilihan kemudian jatuh pada bentuk Yayasan, Koperasi dan Perkumpulan. Tulisan ini dibuat
untuk memberikan gambaran singkat mengenai tiga bentuk badan hukum tersebut sehingga
dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan pemilihannya.

Sentot Baskoro 2013 Hal. 1


Secara khusus tulisan ini dipersembahkan kepada Pengurus Pusat IKA ITS dan segenap
organisasi afiliasinya yang sedang tumbuh berkembang dan secara konsisten berusaha lebih baik
dalam memberikan pelayanan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.

II. Badan Hukum

Dalam bahasa Indonesia Badan Hukum diartikan sebagai organisasi atau perkumpulan yang
didirikan dengan akta yang otentik (dibuat dihadapan Notaris) dan dalam hukum diperlakukan
sebagai orang yang memiliki hak dan kewajiban atau disebut juga dengan subyek hukum.
Subyek (menyandang hak dan kewajiban) hukum dalam ilmu hukum ada dua yakni, orang
(natuurlijk persoon) dan badan hukum (recht persoon).

Sebagai subyek hukum, badan hukum juga memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan
hukum sebagaimana subyek hukum orang atau individu. Namun, oleh karena bentuk badan
hukum yang merupakan himpunan dari orang-orang, maka dalam pelaksanaan perbuatan hukum
tersebut, suatu badan hukum diwakili oleh pengurusnya.

Sebagai konsekuensinya, maka subyek hukum juga dapat dianggap bersalah melakukan
perbuatan melawan hukum. Dalam hukum perdata, perbuatan melawan hukum yang dilakukan
oleh badann hukum menjadi tanggung jawab badann hukum tersebut yang dalam
pelaksanaannya juga diwakili oleh pengurusnya.

Adapun bentuk Badan Hukum selain perorangan, Perseroan Terbatas (PT), Firma maupun
Comanditer Verschaap (CV) adalah:

II.1. Yayasan

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan (dari pendiri untuk
dipergunakan sebagai kekayaan awal Yayasan) dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan

Sentot Baskoro 2013 Hal. 2


tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota (Pasal 1
ayat 1 UU no. 21 tahun 2004 tentang Yayasan).

Peraturan perundangan yang berlaku:


 UU RI No. 16/2001 tentang Yayasan.
 UU RI No. 28/2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang
Yayasan
 PP RI No. 63/2008 tentang Pelaksanaan Undang-undang tentang Yayasan
Organ Yayasan terdiri dari Pembina (hampir setara dengan Pemegang Saham pada PT),
Pengurus (setara dengan Direksi PT) dan Pengawas (setara dengan Komisaris PT).

II.1.1. Kegiatan usaha Yayasan

Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk mencapai maksud dan tujuannya dengan cara
mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha dengan syarat bahwa:
 usaha kegiatan badan usaha tersebut harus sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan
 kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan/atau
peraturan perundangan yang berlaku ( dapat mencakup bidang-bidang hak asasi manusia,
kesenian, olah raga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan
dan ilmu pengetahuan ) ( pasal 8 UU16/2001);
 jumlah penyertaan maksimum 25 % dari seluruh nilai kekayaan Yayasan;
 Anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan dilarang merangkap sebagai anggota
Direksi dan anggota Dewan Komisaris atau Pengawas dari badan usaha tersebut.

II.1.2. Gaji, Upah atau Honor Organ Yayasan

Organ Yayasan tidak dapat diberikan gaji, upah atau honorarium, atau bentuk lain yang dapat
dinilai dengan uang. (Pasal 5 UU 28/2004)

Sentot Baskoro 2013 Hal. 3


Khusus mengenai Pengurus dapat diadakan pengaturan pengecualiannya dalam Anggaran Dasar
Yayasan, yaitu Pengurus dapat diberi gaji, upah atau honorarium dengan syarat bahwa Anggota
Pengurus tersebut:
 bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina atau Pengawas;
 melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh.

Disamping larangan untuk memberikan upah, gaji atau honorarium, Yayasan juga dilarang untuk
membagikan hasil kegiatan usahanya kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas. (pasal 3 ayat 2
UU16/2001). Yang diperbolehkan hanya biaya seperti biaya perjalanan, biaya seminar, ongkos
penginapan, ongkos pemeliharaan/service kendaraan, dan lain lain yang dikeluarkan lebih dahulu
(ditalangi) oleh organ yayasan dapat minta ganti (reimburse) kepada Yayasan.

II.1.3. Pendiri Yayasan

Yayasan dapat didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta
kekayaannya sebagai kekayaan awal yayasan, dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam
bahasa Indonesia. Disamping oleh orang masih hidup, maka yayasan dapat pula didirikan dengan
suatu wasiat (oleh orang telah meninggal) dengan akta terbuka (dibuat dihadapan Notaris).

II.1.4. Kekayaan Awal Yayasan

Dalam pasal 6 PP 63/2008 ditentukan bahwa minimal kekayaan awal dari Yayasan yang harus
disediakan oleh pendiri Yayasan adalah sebagai berikut :
 Jika Yayasan didirikan oleh Orang Indonesia ( perorangan atau badan hukum ) maka
harus dipisahkan dari harta kekayaan pribadi pendiri sebesar minimal Rp.10.000.000,
 Jika Yayasan didirikan oleh Orang Asing atau Orang Asing bersama Orang Indonesia,
maka harus dipisahkan dari harta kekayaan pribadi pendiri sebesar minimal
Rp.100.000.000,-

Sentot Baskoro 2013 Hal. 4


II.1.5. Perubahan Anggaran dasar dan Perubahan Data Yayasan

Pendirian Yayasan maupun perubahan Anggaran Dasar Yayasan harus menggunakan akta
otentik dan dibuat dalam bahasa Indonesia ( pasal 9 ayat jo pasal 18 ayat 3 2 UU 16/2001 ).
Segenap perubahan data Yayasan dibawah ini wajib diberitahukan kepada Menteri (pasal 19 PP):
 hal yang tidak boleh dirubah (maksud dan tujuan Yayasan)
 hal yang boleh dirubah dengan mendapat persetujuan Menteri (nama dan kegiatan
Yayasan)
 hal yang boleh dirubah cukup dengan diberitahukan kepada Menteri (subtansi Anggaran
Dasar selain yang disebutkan diatas termasuk perubahan tempat kedudukan Yayasan dan
Perubahan susunan Pengurus, Pembina, Pengawas)

II.1.6. Kegiatan Usaha Yayasan

Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha dengan mendirikan badan usaha (PT) dan/atau ikut
serta dalam badan usaha (PT) dengan ketentuan :
1. Penyertaan modal maksimal 25% dari aset yayasan
2. Kegiatan usaha (PT) yang didirikan yayasan sesuai dangan maksud dan tujuan yayasan
3. hasil kegiatan usaha tidak boleh di bagikan kepada organ yayasan
4. Organ yayasan tidak boleh merangkap sebagai direksi dan komisaris pada badan usaha
(PT) yang di dirikan.
5. Yayasan tidak mengenal pewarisan terkait asetnya
6. PNS Boleh ikut mendirikan yayasan
7. Yayasan dapat di dirikan oleh satu orang saja

II.2. Koperasi

Dasar Hukum Koperasi antara lain :


 Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Sentot Baskoro 2013 Hal. 5


 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
 Peraturan Menteri Nomor 01 Tahun 2006 yaitu tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembentukan, Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

Koperasi sebaiknya dibentuk oleh sekelompok orang/anggota masyarakat yang mempunyai


kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama dan didahului dengan penyuluhan tentang
perkoperasian agar kelompok masyarakat yang ingin mendirikan koperasi tersebut memahami
mengenai perkoperasian, sehingga anggota koperasi nantinya benar-benar memahami nilai
dan prinsip koperasi dan paham akan hak dan kewajibannya sebagai anggota koperasi (Pasal
3 dan Pasal 4)

Proses pendirian koperasi dimulai dengan pelaksanaan Rapat Pembentukan Koperasi


dimana untuk Koperasi Primer sekurang-kurangnya dihadiri oleh 20 orang anggota pendiri,
sedangkan untuk Koperasi Sekunder sekurang-kurangnya dihadiri oleh 3 (tiga) koperasi
melalui wakil-wakilnya (Pasal 5 Ayat 1)

Rapat pembentukan koperasi tersebut dihadiri oleh Pejabat Dinas/Instansi/Badan Yang


Membidangi Koperasi setempat sesuai domisili anggota (Pasal 5 Ayat 3), dimana kehadiran
pejabat tersebut bertujuan antara lain untuk : memberi arahan berkenaan dengan
pembentukan koperasi, melihat proses pelaksanaan rapat pembentukan, sebagai narasumber
apabila ada pertanyaan berkaitan dengan perkoperasian dan untuk meneliti isi konsep
anggaran dasar yang dibuat oleh para pendiri sebelum di”akta”kan oleh Notaris Pembuat Akta
Koperasi setempat. Selain itu apabila memungkinkan rapat pembentukan tersebut juga dapat
dihadiri oleh Notaris Pembuat Akta Koperasi (NPAK) yaitu Notaris yang ditetapkan
melalui Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM untuk membantu
membuat/menyusun akta pendirian, perubahan anggaran dasar dan pembubaran koperasi.

Dalam Rapat Pembentukan akan dibahas mengenai Anggaran Dasar Koperasi yang memuat
antara lain (Pasal 5 Ayat 5) :
 Nama dan tempat kedudukan

Sentot Baskoro 2013 Hal. 6


 Maksud dan tujuan
 Jenis koperasi dan Bidang usaha
 Keanggotaan
 Rapat Anggota
 Pengurus, Pengawas dan Pengelola
 Permodalan, jangka waktu dan Sisa Hasil Usaha.

Pembuatan atau penyusunan akta pendirian koperasi tersebut dapat dibuat oleh para pendiri
(dalam hal di wilayah setempat tidak terdapat NPAK) atau dibuat oleh Notaris Pembuat Akta
Koperasi (Pasal 6 Ayat 1) dan diajukan kepada pejabat yang berwenang.

Apabila permohonan diterima maka pengesahan selambat lambatnya 3 (tiga) bulan sejak
berkas diterima lengkap (Pasal 9 Ayat 2). Jika permohonan ditolak maka Keputusan
penolakan dan alasannya disampaikan kembali kepada kuasa pendiri paling lama 3 (tiga)
bulan sejak permohonan diajukan (Pasal 12 Ayat 1).

Terhadap Penolakan, para pendiri dapat mengajukan permintaan ulang pengesahan akta
pendirian koperasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. Keputusan terhadap
permintaan ulang tersebut diberikan paling lambat 1 (satu) bulan (Pasal 12 Ayat 2).

II.3. Perkumpulan

Perkumpulan atau perhimpunan ini berasal dari kata ‘vereniging’ yang merupakan bahasa
Belanda. Dalam perkumpulan atau perhimpunan ini beberapa orang yang hendak mencapai suatu
tujuan dalam bidang non-ekonomis (tidak mencari keuntungan) bersepakat mengadakan suatu
kerja sama yang bentuk dan caranya diletakkan dalam apa yang dinamakan “anggaran dasar”
atau “reglemen” atau ”statuten”. Dalam Bahasa Indonesia kata perkumpulan sering juga disebut
dengan banyak nama, diantaranya: perkumpulan, perhimpunan, perikatan, ikatan, persatuan,
kesatuan, serikat dan lain-lain.

Perkumpulan ini sendiri ada dua macam yang memiliki dasar pengaturan yang berbeda, yaitu:

Sentot Baskoro 2013 Hal. 7


a. Perkumpulan biasa (tidak berbadan hukum) yang merupakan organisasi massa dan tidak
berbadan hukum, tunduk pada UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan
(“UU Ormas”). Perkumpulan ini pendiriannya cukup dengan akta notaris saja, dan kemudian
didaftarkan ke Kementerian Dalam Negeri.
b. Perkumpulan yang berbadan hukum, perkumpulan seperti ini didirikan dengan akta notaris,
dan kemudian disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM. Dasar hukum untuk pendiriannya,
yang merujuk pada:
i) Staatsblad No. 1870 No. 64,
ii) Staatsblad 1939 No. 570 mengenai Perkumpulan Indonesia (Inlandsche Vereniging)
("Stb. 1939-570") yang pada awalnya hanya berlaku untuk daerah Jawa Madura saja.
Kemudian, berdasarkan Staatsblad 1942 No. 13 jo No. 14 ("Stb. 1942-13 jo 14")
ketentuan Staatsblad 1939 No. 570 diberlakukan untuk seluruh wilayah Indonesia.
iii) Tunduk pd KUHPer Buku III Bab IX pasal 1653-1655
iv) Untuk Perkumpulan yang bersifat Organisasi Kemasyarakatan, digunakan PP No. 18
Tahun 1986 tentang Pelaksanaan UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi
Kemasyarakatan

Ciri utama dari perkumpulan ini adalah:


1. Tidak perlu ada kekayaan awal, kekayaan perkumpulan di dapat dari iuran anggota
2. Organ terdiri dari Rapat umum anggota, pengurus dan pengawas
3. Mempunyai anggota
4. Tidak wajib namun dapat badan hukum.

Perkumpulan sebagai badan hukum lahir setelah medapat pengakuan dari Kemenhukham.
Adapun isi dari akta perkumpulan harus memuat setidaknya:
1. nama dan tempat kedudukan
2. Maksud, tujuan dan kegiatan
3. Jangka waktu
4. Jumlah kekayaan
5. Keanggotaan
6. Hak dan kewajiban anggota, pengurus dan pengawas

Sentot Baskoro 2013 Hal. 8


7. Tata-cara pengangkatan, pemberhentian, penggantian anggota, pengurus dan pengawas
8. Penetapan tempat dan tata-cara penyelenggaraan rapat perkumpulan dan rapat pengurus
9. Kewenangan tertinggi pada rapat umum anggota, bukan organ lain
10. Pembubaran, penggabungan korum ¾ rapat umum anggota dan penggunaan sisa
kekayaan hasil likuidasi
11. Perubahan anggaran dasar korum 2/3 Rapat umum anggota
12. Susunan nama anggota, pengurus, pengawas

Pertimbangan utama pemilihan bentuk badan hukum Perkumpulan adalah:


1. Diakui sebagai badan (subyek) hukum yang bertindak untuk dan atas nama dirinya
sendiri sehingga dapat melakukan perikatan perdata dengan pihak ketiga (subyek hukum
lainnya).
2. Bersifat lebih demokratis karena berbasiskan keanggotaan dan tidak mengenal
kepemilikan sebagaimana kecenderungan yang terjadi pada Koperasi, Yayasan dan
Perseroan Terbatas.
3. Lebih mudah untuk mengadaptasi praktek-praktek penyelenggaraan organisasi yang baik
(GCG) terutama pada pengelolaan dan pencatatan jumlah kekayaan organisasi.
4. Sumber pendanaan selain dari iuran anggota adalah sumbangan maupun hibah dari
anggota maupun pihak ketiga. Dalam hal ini Perkumpulan dapat menjalankan usaha
secara investatif dengan cara kepemilikan saham maupun aset tidak bergerak (properti).

Kekurangan badan hukum Perkumpulan adalah:


1. Organisasi bersifat lebih formil dikarenakan adanya kewajiban pencatatan keanggotaan
dan iuran anggota.
2. Harus mengikuti praktek penyelenggaraan organisasi yang baik (GCG) seperti pelaporan
keuangan yang berdampak pada pengelolaan dan pencatatan jumlah kekayaan organisasi.
3. Sewaktu-waktu dapat berubah pengaturannya tatkala RUU Perkumpulan sudah disahkan
oleh DPR RI.
4. Perkumpulan tidak dapat membuka rekening bank atas nama Perkumpulan itu sendiri,
kecuali jika perkumpulan tersebut sudah berbadan hukum. Biasanya dilakukan
pembukaan rekening bersama (joint account) antara 2 pengurus atau dengan rekening

Sentot Baskoro 2013 Hal. 9


alias seperti Sentot Baskoro. Ikatan Alumni Hongwilaheng. Itu pun tidak otomatis tutup
atau berpindah ke pengurus baru tanpa inisiatif dari pemilik rekening yang bersangkutan.

III. Penutup

Dengan penjelasan singkat mengenai bentuk badan hukum diatas, diharapkan para klub maupun
himpunan yang ada dapat mempergunakan informasi ini sebagai salah satu pertimbangan
pembentukan badan hukum mereka.

Tentu saja setiap organisasi tersebut mempunyai karakter yang berbeda yang harus dikenali dan
dirumuskan terlebih dahulu oleh para pengurusnya untuk kemudian diajukan usulan badan
hukum yang akan disetujui secara AD-ART organisasi tersebut.

Sentot Baskoro 2013 Hal. 10

Anda mungkin juga menyukai