Perbedaan Yayasan Koperasi Dan Perkumpul
Perbedaan Yayasan Koperasi Dan Perkumpul
I. Pendahuluan
Saat ini banyak bermunculan kegiatan-kegiatan hobby maupun alumni yang terbentuk menjadi
satu klub ataupun himpunan dan melakukan berbagai kegiatan yang sifatnya menyatukan
kesamaan serta kesejahteraan maupun kepentingan para anggotanya dengan tidak mencari
untung.
Perjalanan waktu kemudian mengantarkan klub dan himpunan ini ke suatu situasi dimana
mereka harus mulai membuka rekening bank untuk konsolidasi keuangan yang dihimpun dari
para anggota dan donatur kegiatan mereka. Disamping itu, juga muncul kebutuhan akan adanya
kejelasan status hukum dalam melakukan perikatan kepada pihak ketiga dan juga transparansi
pertanggung-jawaban hukum dan keuangan yang seringkali menjadi ganjalan dalam pergantian
kepengurusan mereka, yang diperlukan untuk tetap menjaga keutuhan dan kelangsungan
operasional kegiatan mereka tersebut.
Secara umum para penggiat ini kemudian menyimpulkan bahwa yang perlu mereka miliki saat
ini adalah suatu payung hukum yang mengakui mereka sebagai suatu subyek hukum, sehingga
kemudian mereka membutuhkan suatu bentuk badan hukum yang dapat menampung aspirasi
maupun operasional kegiatan mereka tanpa perlu terlibat dalam proses administrasi yang
terlampau ketat, tanpa harus mengabaikan sama sekali peraturan perundangan yang berlaku di
Republik Indonesia.
Pertanyaan berikutnya adalah badan hukumseperti apa yang akan mereka pilih? Kebanyakan
pilihan kemudian jatuh pada bentuk Yayasan, Koperasi dan Perkumpulan. Tulisan ini dibuat
untuk memberikan gambaran singkat mengenai tiga bentuk badan hukum tersebut sehingga
dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan pemilihannya.
Dalam bahasa Indonesia Badan Hukum diartikan sebagai organisasi atau perkumpulan yang
didirikan dengan akta yang otentik (dibuat dihadapan Notaris) dan dalam hukum diperlakukan
sebagai orang yang memiliki hak dan kewajiban atau disebut juga dengan subyek hukum.
Subyek (menyandang hak dan kewajiban) hukum dalam ilmu hukum ada dua yakni, orang
(natuurlijk persoon) dan badan hukum (recht persoon).
Sebagai subyek hukum, badan hukum juga memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan
hukum sebagaimana subyek hukum orang atau individu. Namun, oleh karena bentuk badan
hukum yang merupakan himpunan dari orang-orang, maka dalam pelaksanaan perbuatan hukum
tersebut, suatu badan hukum diwakili oleh pengurusnya.
Sebagai konsekuensinya, maka subyek hukum juga dapat dianggap bersalah melakukan
perbuatan melawan hukum. Dalam hukum perdata, perbuatan melawan hukum yang dilakukan
oleh badann hukum menjadi tanggung jawab badann hukum tersebut yang dalam
pelaksanaannya juga diwakili oleh pengurusnya.
Adapun bentuk Badan Hukum selain perorangan, Perseroan Terbatas (PT), Firma maupun
Comanditer Verschaap (CV) adalah:
II.1. Yayasan
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan (dari pendiri untuk
dipergunakan sebagai kekayaan awal Yayasan) dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan
Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk mencapai maksud dan tujuannya dengan cara
mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha dengan syarat bahwa:
usaha kegiatan badan usaha tersebut harus sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan
kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan/atau
peraturan perundangan yang berlaku ( dapat mencakup bidang-bidang hak asasi manusia,
kesenian, olah raga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan
dan ilmu pengetahuan ) ( pasal 8 UU16/2001);
jumlah penyertaan maksimum 25 % dari seluruh nilai kekayaan Yayasan;
Anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan dilarang merangkap sebagai anggota
Direksi dan anggota Dewan Komisaris atau Pengawas dari badan usaha tersebut.
Organ Yayasan tidak dapat diberikan gaji, upah atau honorarium, atau bentuk lain yang dapat
dinilai dengan uang. (Pasal 5 UU 28/2004)
Disamping larangan untuk memberikan upah, gaji atau honorarium, Yayasan juga dilarang untuk
membagikan hasil kegiatan usahanya kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas. (pasal 3 ayat 2
UU16/2001). Yang diperbolehkan hanya biaya seperti biaya perjalanan, biaya seminar, ongkos
penginapan, ongkos pemeliharaan/service kendaraan, dan lain lain yang dikeluarkan lebih dahulu
(ditalangi) oleh organ yayasan dapat minta ganti (reimburse) kepada Yayasan.
Yayasan dapat didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta
kekayaannya sebagai kekayaan awal yayasan, dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam
bahasa Indonesia. Disamping oleh orang masih hidup, maka yayasan dapat pula didirikan dengan
suatu wasiat (oleh orang telah meninggal) dengan akta terbuka (dibuat dihadapan Notaris).
Dalam pasal 6 PP 63/2008 ditentukan bahwa minimal kekayaan awal dari Yayasan yang harus
disediakan oleh pendiri Yayasan adalah sebagai berikut :
Jika Yayasan didirikan oleh Orang Indonesia ( perorangan atau badan hukum ) maka
harus dipisahkan dari harta kekayaan pribadi pendiri sebesar minimal Rp.10.000.000,
Jika Yayasan didirikan oleh Orang Asing atau Orang Asing bersama Orang Indonesia,
maka harus dipisahkan dari harta kekayaan pribadi pendiri sebesar minimal
Rp.100.000.000,-
Pendirian Yayasan maupun perubahan Anggaran Dasar Yayasan harus menggunakan akta
otentik dan dibuat dalam bahasa Indonesia ( pasal 9 ayat jo pasal 18 ayat 3 2 UU 16/2001 ).
Segenap perubahan data Yayasan dibawah ini wajib diberitahukan kepada Menteri (pasal 19 PP):
hal yang tidak boleh dirubah (maksud dan tujuan Yayasan)
hal yang boleh dirubah dengan mendapat persetujuan Menteri (nama dan kegiatan
Yayasan)
hal yang boleh dirubah cukup dengan diberitahukan kepada Menteri (subtansi Anggaran
Dasar selain yang disebutkan diatas termasuk perubahan tempat kedudukan Yayasan dan
Perubahan susunan Pengurus, Pembina, Pengawas)
Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha dengan mendirikan badan usaha (PT) dan/atau ikut
serta dalam badan usaha (PT) dengan ketentuan :
1. Penyertaan modal maksimal 25% dari aset yayasan
2. Kegiatan usaha (PT) yang didirikan yayasan sesuai dangan maksud dan tujuan yayasan
3. hasil kegiatan usaha tidak boleh di bagikan kepada organ yayasan
4. Organ yayasan tidak boleh merangkap sebagai direksi dan komisaris pada badan usaha
(PT) yang di dirikan.
5. Yayasan tidak mengenal pewarisan terkait asetnya
6. PNS Boleh ikut mendirikan yayasan
7. Yayasan dapat di dirikan oleh satu orang saja
II.2. Koperasi
Dalam Rapat Pembentukan akan dibahas mengenai Anggaran Dasar Koperasi yang memuat
antara lain (Pasal 5 Ayat 5) :
Nama dan tempat kedudukan
Pembuatan atau penyusunan akta pendirian koperasi tersebut dapat dibuat oleh para pendiri
(dalam hal di wilayah setempat tidak terdapat NPAK) atau dibuat oleh Notaris Pembuat Akta
Koperasi (Pasal 6 Ayat 1) dan diajukan kepada pejabat yang berwenang.
Apabila permohonan diterima maka pengesahan selambat lambatnya 3 (tiga) bulan sejak
berkas diterima lengkap (Pasal 9 Ayat 2). Jika permohonan ditolak maka Keputusan
penolakan dan alasannya disampaikan kembali kepada kuasa pendiri paling lama 3 (tiga)
bulan sejak permohonan diajukan (Pasal 12 Ayat 1).
Terhadap Penolakan, para pendiri dapat mengajukan permintaan ulang pengesahan akta
pendirian koperasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. Keputusan terhadap
permintaan ulang tersebut diberikan paling lambat 1 (satu) bulan (Pasal 12 Ayat 2).
II.3. Perkumpulan
Perkumpulan atau perhimpunan ini berasal dari kata ‘vereniging’ yang merupakan bahasa
Belanda. Dalam perkumpulan atau perhimpunan ini beberapa orang yang hendak mencapai suatu
tujuan dalam bidang non-ekonomis (tidak mencari keuntungan) bersepakat mengadakan suatu
kerja sama yang bentuk dan caranya diletakkan dalam apa yang dinamakan “anggaran dasar”
atau “reglemen” atau ”statuten”. Dalam Bahasa Indonesia kata perkumpulan sering juga disebut
dengan banyak nama, diantaranya: perkumpulan, perhimpunan, perikatan, ikatan, persatuan,
kesatuan, serikat dan lain-lain.
Perkumpulan ini sendiri ada dua macam yang memiliki dasar pengaturan yang berbeda, yaitu:
Perkumpulan sebagai badan hukum lahir setelah medapat pengakuan dari Kemenhukham.
Adapun isi dari akta perkumpulan harus memuat setidaknya:
1. nama dan tempat kedudukan
2. Maksud, tujuan dan kegiatan
3. Jangka waktu
4. Jumlah kekayaan
5. Keanggotaan
6. Hak dan kewajiban anggota, pengurus dan pengawas
III. Penutup
Dengan penjelasan singkat mengenai bentuk badan hukum diatas, diharapkan para klub maupun
himpunan yang ada dapat mempergunakan informasi ini sebagai salah satu pertimbangan
pembentukan badan hukum mereka.
Tentu saja setiap organisasi tersebut mempunyai karakter yang berbeda yang harus dikenali dan
dirumuskan terlebih dahulu oleh para pengurusnya untuk kemudian diajukan usulan badan
hukum yang akan disetujui secara AD-ART organisasi tersebut.