Makalah Mudharabah
Makalah Mudharabah
Tugas ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Desain Kontrak
Perjanjian Islam Jurusan Ekonomi Islam Kelompok 5
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Semester VI
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
RESTI YUSNI
01.16.3143
AIDHIL ADHA SYAM
01.16.3128
Dosen Pemandu:
BONE
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum.Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan kesejahteraan dan
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, Para sahabat dan semua pengikutnya yang setia
sepanjang zaman.
Dengan rasa syukur atas pertolongan Allah, kami dapat menyelesaikan Makalah
Mudharabah, yang kami susun ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Desain Kontrak
Perjanjian Islam. Informasi atau materi yang kami paparkan diperoleh dari berbagai sumber-
sumber yakni dari berbagai buku dan ditambah dari hasil penelitian dan analisis data.
Laporan ini hanya sebagian kecil dari beberapa laporan yang lainya.
Kami menyadari, kumpulan laporan yang kami susun masih jauh dari sempurna.
Sebagai manusia biasa, kami berusaha dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun, kami tidak luput dari segala kesalahan dan kekhilafan dalam menyusun laporan ini,
kami mohon maaf atas segala kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami
harapkan dari berbagai pihak yang membangun untuk pembelajaran selanjutnya.
Akhirnya, mengucapakan terima kasih kepada semua pihak, semoga laporan
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kami dan umumnya bagi semua pihak yang
berkepentingan serta akan sampai pada tujuannya.
Wassalamu alaikum.Wr.Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan …………………………………..……………….. 13
B. Saran …………………………………..……………….. 13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akad mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan yang disalurkan
oleh perbankan syari’ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No 21
Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah (selanjutnya disebut UUPS). Pasal 19 UUPS
menyebutkan, bahwa salah satu akad pembiayaan yang ada dalam perbankan syari’ah
adalah akad mudharabah. Selain itu bank Indonesia juga mengeluarkan Peraturan
Bank Indonesia (PBI) Nomor, 10/16/PBI/2008 Tentang Prinsip Syari’ah Dalam
Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank
Syari’ah, juga menyebutkan mudharabah adalah salah satu akad pembiayaan yang ada
didalam perbankan syari’ah.
Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik modal dengan pengelola modal,
dengan ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua belah pihak sesuai dengan
kesepakatan. Didalam pembiayaan mudharabah pemilik dana (Shahibul Maal)
membiayai sepenuhnya suatu usaha tertentu. Sedangkan nasabah bertindak sebagai
pengelola usaha (Mudharib). Pada prinsipnya akad mudharabah diperbolehkan dalam
agama Islam, karena untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seorang
yang pakar dalam mengelola uang. Dalam sejarah Islam banyak pemilik modal yang
tidak memiliki keahlian dalam mengelola uangnya. Sementara itu banyak pula para
pakar dalam perdagangan yang tidak memiliki modal untuk berdagang. Oleh karena
itu, atas dasar saling tolong menolong, Islam memberikan kesempatan untuk saling
berkerja sama antara pemilik modal dengan orang yang terampil dalam mengelola dan
memproduktifkan modal itu.
Akad mudharabah berbeda dengan akad pembiayaan yang ada pada perbankan
pada umumnya (perbankan konvensional). Perbankan konvensional pada umumya
menawarkan pembiayaan dengan menentukan suku bunga tertentu dan pengembalian
modal yang telah digunakan mudharib dalam jangka waktu tertentu. Namun Akad
mudharabah tidak menentukan suku bunga tertentu pada mudharib yang
menggunakan pembiayaan mudharabah, melainkan mewajibkan mudharib
memberikan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh mudharib. Pembiayaan
mudharabah pada dasarnya diperuntukan untuk jenis usaha tertentu atau bisnis
tertentu. Oleh karena itu, kami sebagai pemakalah akan mencoba membahas tentang
mudharabah ini serta permasalahan yang ada didalamnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Akad Mudharabah?
2. Apa saja jenis Akad Mudharabah?
3. Apa saja dasar hukum Akad Mudharabah?
4. Apa saja rukun ketentuan syariah Akad Mudharabah?
5. Kapan Akad Mudarabh berakhir?
6. Apa saja prinsip pembagian hasil usaha?
1
Hidayati Nasrah, Analisis Akad Mudharabah di Perbankan Syariah, Ed. 11, Vol. 1, 2015, h. 19-20.
Dari penjelasan di atas dengan diberikan kewenangan sepenuhnya
pengelolaan usaha pada pengelola dana, dapat dikatakan akad mudharabah
merupakan jenis investasi yang mempunyai resiko tinggi. Resiko terhadap
penggunaan modal mengenai kesesuaian penggunaannya dengan tujuan atau
ketetapan yang telah disepakati yaitu untuk memaksimalkan keuntungan
kedua belah pihak. Terlebih lagi informasi usaha dipegang oleh pengelola
dana pemilik dana hanya mengetaui informasi lagi informasi secara terbatas.
Sehingga sangat penting bagi pemilik dana untuk mencari pengelola dana
yang berakhlak mulia, dapat dipercaya, jujur, kompenten dan benar.2
Hikmah dari sistem mudharabah adalah dapat memberi keringanan kepada
manusia. Terkadang ada sebagian orang yang memiliki harga, tetapi tidak
mampu untuk membuatnya menjadi produktif. Terkadang pula, ada orang
yang tidak memiliki harta tetapi ia mempunyai kemampuan untuk
memproduktifkannya. Sehingga dengan akad mudharabah kedua belah pihak
dapat mengambil manfaat dari kerja sama yang terbentuk. Pemilik dana
mendapatkan manfaat dengan pengalaman pengelola dana, sedangkan
pengelola dana dapat memperoleh manfaat dengan harta sebagai modal.
Dengan demikian, dapat tercipta kerja sama antara modal dan kerja, sehingga
dapat tercipta kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
Agar tidak terjadi perselisihan di kemudian hari maka
akad/kontrak/perjanjian sebaiknya dituangkan secara tertulis dan dihadiri para
saksi. Dalam perjanjian harus mencakup berbagai aspek antara lain tujuan
mudharabah, nisbah pembagian keuntungan, periode pembagian keuntungan,
biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari pendapatan, ketentuan pengembalian
modal, hal-hal yang dianggap sebagai kelalaian pengelola dana dan
sebagainya. Sehingga apabila terjadi hal yang tidak diinginkan atau terjadi
persengketaan, kedua belah pihak dapat merujuk pada kontrak yang telah
disepakati bersama.3
Apabila terjadi perselisihan di antara dua belah pihak maka dapat
diselesaikan secara musyawarah oleh mereka berdua atau melalui badan
arbitrese syariah.
2
Hidayati Nasrah, Analisis Akad Mudharabah di Perbankan Syariah, Ed. 11, Vol. 1, 2015, h. 21-23.
3
Yadi Janwari, Fikih Lembaga Keuangan Syariah, (Cet I; Bandung; PT Remaja Rosdakarya; 2015), h.58-
59.
Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha
mudharabah diterima oleh pengelola dana (PSAK 105 par 16). Sedangkan
pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara bertahap bersamaan
dengan destribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah
berakhir, sesuai kesepakatan pemilikan dana dan pengelola dana.
Proyek Usaha
Fotocopy Laba
Laba
50%
50%
Hasil usaha:
4
Chairuman Pasaribun dan Suhrawardi K.Lubis, Perjanjian Dalam Islam, (Cet I; Jakarta; Sinar Grafika;
2004), h.61-62.
sebelum diangkat menjadi Rasul. Mudharabah telah dipraktikan secara luas oleh
orang-orang sebelum masa Islam dan beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW.
Jenis bisnis ini sangat bermanfaat dan sangat selaras dengan prinsip dasar ajaran
syariah, oleh karena itu masih tetap ada di dalam sistem Islam.
1. Al-Quran
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi
dan carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)
“.... Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya....” (QS 2:283)
2. As-Sunah
Dari Shalih bib Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: :”tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh muqaradhah
(mudharabah), dan mencampuradukan dengan tepung untuk keperluan
rumah bukan untuk dijual.”(HR. Ibnu Majah)
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah,
ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mngurangi lautan
dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika
persyaratan itu dilanggar, ia (pengelola dana) harus menanggung
resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan. Abbas didengar Rasulullah
SAW, beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dan Ibnu Abbas). 5
D. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah
Rukun Mudharabah ada empat, yaitu:
1. Pelaku terdiri atas : pemilik dana dan pengelola dana
2. Objek Mudharabah, berupa : modal dan kerja
3. Ijab Kabul/Serah Terima
4. Nisbah Keuntungan
5
Yadi Janwari, Fikih Lembaga Keuangan Syariah, (Cet I; Bandung; PT Remaja Rosdakarya; 2015), h.62-
63.
c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh
mengawasi.
2. Objek Mudharabah (Modal dan Kerja)
Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan dilakukannya akad
mudharabah.
a. Modal
1) Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai
sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
2) Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti
pemilik dana tidak memberikan kontribusi apapun padahal pengelola
dana harus bekerja.
3) Modal harus diketahui jelas jum;ahnya sehingga dapat dibedakan dari
keuntungan.
4) Pengelola dana tidak diperkenankan untuk mudharabahkan kembali
modal mudharabah, dan apabila terjadi maka dianggap terjadi
pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
5) Pengelola tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada
orang lain dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran
kecual atas seizin pemilik dana.
6) Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut
kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarangsecara
syariah.
b. Kerja
1) Kontribusi pengelolaan dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan,
selling skill, management skill, dan lain-lain
2) Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh
pemilik dana.
3) Pengelolaan dana harus menjalankan usaha sesuai syariah.
4) Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan,pengelolaan dana sudah menerima
modal dan sudah bekerja maka pengelola dan berhak mendapatkan
imbalan/ganti rugi/upah
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi salaing rida/rela diantara
pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal,tertulis,melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4.Nisbah Keuangan
Lamanya kerja sama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas,
tetapi semua pihak berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sama
dengan memberitahukan pihak lainnya. Namun, akad mudharabah dapat
berakhir karena hal-hal sebagai berikut :
Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan
karena yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk
kerugian (loss). Sehingga untuk pembahasan selanjutnya, akan digunakan
istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam undang-undang no 10
tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi antara
pemilik dana dan pengelola dana, tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik
dana.
6
M. Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, ( Cet. II; Jakarta; Gema Insani Press; 2001),
h.45.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan
pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola
dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
7
M. Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, ( Cet. II; Jakarta; Gema Insani Press; 2001),
h.48-49.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mudharabah berasal dari kata adhdharaby fil ardhi yaitu berpergian untuk
urusan dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata alqarrdhu yang bearati
potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan
memperoleh sebagian keuntungan.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antar pemilik dana
dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah
bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian
akan ditanggung oleh si pemilik dana.
Mudharabah memiliki 2 type, yaitu: Mudharabah Mutlaqah dimana shahibul
maal memberikan keleluasaan penuh kepada pengelola (mudharib) untuk
mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan
menguntungkan. Namun pengelola tetap bertanggung jawab untuk melakukan
pengelolaan sesuai dengan praktek kebiasaan usaha normal yang sehat (uruf), dan
Mudharabah Muqayyadah dimana pemilik dana menentukan syarat dan pembatasan
kepada pengelola dalam penggunaan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat,
jenis usaha dan sebagainya
B. Saran
Demikianlah makalah ini yang dapat saya buat, kami sebagai manusia biasa
tentu masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami
sangat berharap teman-teman terutama dari dosen pembimbing mata kuliah Statistik
Ekonomi dan Bisnis : Inferensial untuk memberi saran yang membangun.
DAFTAR RUJUKAN
Antonio, M. Syafii. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek. Cet. II; Jakarta: Gema Insani Press,
2001.
Janwari, Yadi. Fikih Lembaga Keuangan Syariah, Cet I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015.
Nasrah, Hidayati. Analisis Akad Mudharabah di Perbankan Syariah, Ed. 11, Vol. 1, 2015.
Pasaribun, Chairuman dan Suhrawardi K.Lubis. Perjanjian Dalam Islam, Cet I; Jakarta: