Media Animasi
Media Animasi
A. Latar Belakang
hampir semua aspek kehidupan manusia, yang membawa kita ke dalam era
persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan
global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya
intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini
peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya
dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Berdasarkan
tujuan pembangunan nasional yang ditetapkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Maka
pemerintah terus berupaya membangun pendidikan yang lebih berkualitas antara lain
melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan
sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta bagi guru dan
melibatkan dua pihak yaitu guru dan siswa dengan tujuan yang sama dalam rangka
kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti
proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik yang dalam hal
Guru memiliki berbagai peran dan fungsi dalam proses pembelajaran. Guru
situasi dan kondisi hidup dan tidak monoton supaya semangat belajar siswa dapat
meningkat. Sebagai mediator guru perlu bertindak sebagai media terhadap siswa
supaya hasil belajarnya dapat meningkat. Sebagai instuktur, guru perlu memberikan
perintah yang baik dan tepat dalam bentuk tugas–tugas kepada siswa supaya mereka
lebih aktif belajar. Sebagai manajer, guru perlu memiliki jiwa kepemimpinan yang
fungsinya dalam proses belajar mengajar sangat penting. Prestasi yang dicapai anak
didik tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan guru terhadap materi
pelajaran yang akan diajarkan, tetapi yang juga ikut menentukan adalah model
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran IPA Biologi belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dibuktikan
dengan masih rendahnya perolehan nilai siswa pada ujian akhir nasional. Berdasarkan
data yang diperoleh dari SMP Negeri 13 Makassar, persentase kelulusan siswa pada
tahun ajaran 2007/2008 adalah 40,96% dari 271 siswa yang mengikuti ujian nasional.
Masih rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan berbagai faktor yang terlibat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
darah. Dalam proses pembelajaran kadang-kadang siswa tidak mengerti apa yang
dijelaskan oleh guru dan ingin lebih mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam
Bagaimana peredaran darah dalam jantung? Atau bagaimana lintasan peredaran darah
pembelajaran untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dan menarik perhatian
siswa untuk belajar. Pemilihan media disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak
dan konsep yang akan diajarkan agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang
dengan demikian maka proses pembelajaran yang dilakukan harus lebih ditingkatkan.
langsung yang sering digunakan, yaitu suatu model pengajaran yang sebenarnya
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa. Karena dalam pembelajaran, peran
guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang
menarik bagi siswa. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan,
mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Tidak berarti bahwa
pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan
berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar
yang baik.
Keadaan kelas VIII3 yang umumnya selalu diajar dengan model pembelajaran
dalam kelas, siswa mengetahui apa yang dijelaskan oleh guru namun apabila keluar
dari proses belajar mengajar, kurang sekali pengetahuan yang diberikan oleh guru
yang membekas di benak mereka. Disamping hal tersebut, gangguan dalam kelas
ketika pembelajaran berlangsung besar, perhatian siswa juga rendah karena dalam
materi dari penjelasan guru juga disebabkan karena pelajaran biologi berada di akhir
jam pelajaran. Hal-hal tersebut di ataslah yang menyebabkan bila diberikan tes hasil
balajar oleh guru, hasilnya rendah. Dari ujian blok yang dilakukan pada semester I
tahun ajaran 2008/2009, sebanyak 54,29% dari 35 siswa yang memperoleh nilai
dalam kelas, serta perhatian siswa yang rendah karena mengantuk perlu segera
diatasi. Untuk masalah pelajaran biologi berada di akhir jam pelajaran yang
biologi ke jam pelajaran lain karena akan mengganggu jadwal pelajaran lain. Oleh
karena itu harus diberikan solusi terhadap masalah-masalah di atas. Salah satu solusi
digunakan dapat menarik siswa untuk semangat belajar. Media banyak macamnya,
salah satunya adalah media animasi, yang merupakan salah satu contoh pemanfaatan
semangat dan perhatian siswa untuk belajar, sehingga gangguan dalam kelas dapat
diminimalisir, demikian juga bagi siswa yang mengantuk, akan membuat mereka
menanamkan konsep dan pemaknaan yang sama dalam otak siswa dibandingkan
belajar yang menyenangkan dan menarik bagi siswa dan juga memperkuat motivasi,
dan juga untuk menanamkan pemahaman pada siswa tentang materi yang diajarkan.
Animasi yang pada dasarnya adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah
gerakan memiliki keunggulan dibanding media lain seperti gambar statis atau teks.
Animasi untuk menarik perhatian siswa dan memperkuat motivasi, biasanya berupa
tulisan atau gambar yang bergerak-gerak, animasi yang lucu, aneh yang sekiranya
akan menarik perhatian siswa. Keunggulan animasi dalam hal ini gambar yang
dan urutan kejadian. Animasi gambar dibuat dengan bantuan program macromedia
flash, tetapi dalam penelitian ini penulis mengambilnya dari internet. Sedangkan
animasi yang berupa kata atau tulisan yang bergerak dapat dibuat dengan bantuan
B. Rumusan Masalah
dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada peningkatan hasil belajar
biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang diajar dengan menggunakan
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP
Negeri 13 Makassar yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam model
pembelajaran langsung.
D. Manfaat Penelitian
2. Sebagai bahan informasi untuk para peneliti berikutnya yang ingin mengkaji
3. Sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam memilih media dan model
A. Tinjauan Pustaka
1. Media Animasi
media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke
media jika medium itu membawa pesan yang berisi tujuan pengajaran
media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan
minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan
media yang tepat akan menimbulkan semangat, gairah, dan mencegah kebosanan
siswa untuk belajar. 6. Kemudahan materi untuk dicerna dan lebih membekas,
rupa sehingga kelihatan menarik dan kelihatan lebih hidup. Menurut Utami
(2007), animasi adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Salah
kejadian secara sistematis dalam tiap waktu perubahan. Hal ini sangat membantu
memaparkan atau menampilkan satu urutan gambar yang berubah sedikit demi
sedikit pada kecepatan yang tinggi atau dapat disimpulkan animasi merupakan
Animasi merupakan salah satu media pembelajaran yang berbasis komputer yang
Utami (2007) menyatakan ada tiga jenis format animasi: pertama, Animasi
terlalu cepat, pengguna tidak memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan
detil tertentu karena tidak ada fasilitas untuk pause dan zoom in. Kedua, Animasi
dengan sistem kontrol, animasi ini dilengkapi dengan tombol kontrol, untuk
menyebabkan murid tidak tahu mana bagian yang penting dan harus diperhatikan
guna memahami materi dan yang tidak. Ketiga, Animasi manipulasi langsung
slider). Pengguna bebas untuk menentukan arah perhatian dan dapat diulang.
dapat memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek untuk dijelaskan dengan
hanya gambar dan kata-kata saja. Dengan kemampuan ini maka animasi dapat
digunakan untuk menjelaskan suatu materi yang secara nyata tidak dapat terlihat
oleh mata, dengan cara melakukan visualisasi maka materi yang dijelaskan dapat
tergambarkan.
contoh, selain berupa animasi statis auto-run atau diaktifkan melalui tombol, juga
berperan aktif dengan merubah nilai atau posisi bagian tertentu dari animasi
mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik.
media yang lain. 3. Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu
teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun
demonstrasi.
khusus. Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit untuk dirubah jika
untuk ditambahkan. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa jika
tidak penting.
jenis ini biasanya berupa tulisan atau gambar yang bergerak-gerak, animasi yang
lucu, aneh yang sekiranya akan menarik perhatian siswa. Animasi ini biasanya
tidak ada hubungan dengan materi yang akan diberikan kepada murid. Fungsi
yang kedua adalah sebagai sarana untuk memberikan pemahaman kepada murid
atas materi yang akan diberikan (Utami, 2007). Animasi teks (tulisan) merupakan
efek animasi dan mempercantik tampilan paket bahan ajar multimedia yang akan
control dan kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen digunakan media animasi
berupa tes tertulis untuk melihat pengaruh penggunaan media terhadap hasil
belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis deskriptif,
nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen adalah 83,0 sedangkan
pada kelas kontrol sebesar 66,4. Jadi ada pengaruh penggunaan media animasi
Negeri Model Makassar, dimana hasil belajar siswa kelas eksperimen yang
kontrol.
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap (Trianto, 2007). Menghafal hukum
atau rumus tertentu dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam merupakan contoh
tergantung pada konteks situasi, kondisi atau kebutuhan siswa. Demikian juga
siswa sebagai subyek didik. Memang dalam model ini peran guru lebih menonjol
berpusat pada guru (teacher centered), guru menjadi sumber dan pemberi
terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa
humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar yang efektif. Pada pengajaran
langsung terdapat lima fase yang sangat penting, seperti ditunjukkan pada tabel 1.
menghasilkan hasil belajar (Sardiman, 2007). Menurut Jenkins dan Unwin dalam
Uno (2007), hasil akhir dari belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang
apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai akhir dari kegiatan belajarnya.
prestasi, hasil diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai dari yang telah
dilakukan atau dikerjakan sebelumnya. Selain itu hasil dapat pula diartikan
sebagai sesuatu yang diperoleh dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka, nilai yang diberikan oleh guru
Hasil belajar adalah prestasi yang dicapai murid dalam bidang studi
Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah
penguasaan pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang berwujud skor dari
hasil tes yang digunakan sebagai pengukur keberhasilan. Hasil belajar juga
sekolah. Dengan hasil belajar yang diperoleh, guru akan mengetahui apakah
metode serta media yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar
siswa memperoleh angka jelek pada penelitian yang diadakan, mungkin hal ini
Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari
belajar yaitu intern dan ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah
mempengaruhi hasil belajar ada 2, yaitu: 1. faktor yang berasal dari dalam diri
siswa yang meliputi motivasi dan harapan untuk berhasil, intelegensi dan
pada usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh hasil belajar. Usaha adalah
usaha yang dilakukan siswa. Jadi, semakin besar motivasi dan keinginan siswa
untuk berhasil dalam belajar maka semakin besar pula usaha yang dilakukan
B. Kerangka Berpikir
bangsa, dimana guru memegang peranan penting di dalam upaya pencapaian cita-
cita itu. Oleh karena itu, sangat diharapkan usaha dan kerja keras dari guru untuk
dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari
pembelajaran biologi tidak lepas dari usaha guru dalam meningkatkan aktivitas,
minat dan perhatian siswa dalam belajar. OIeh karena itu selain metode mengajar
juga diperlukan adanya media pembelajaran yang tepat agar materi yang
audio, media audio-visual maupun media cetak. Contoh yang termasuk media
visual yaitu, transpransi, animasi, film bisu, charta, grafik maupun foto. Dalam
penelitian ini digunakan media animasi. Animasi merupakan media yang dapat
keunggulan dapat menjelaskan alur atau proses yang rumit serta memiliki
tampilan yang menarik namun salah satu kelemahannya adalah materi yang ada di
dalam animasi sulit untuk dapat dirubah atau ditambah jika sewaktu-waktu
terdapat kesalahan atau kekurangan. Animasi yang digunakan pada penelitian ini
adalah gambar yang bergerak dan kata (tulisan) bergerak yang ada hubungannya
dengan materi yang diberikan ditayangkan dalam bentuk slide Microsoft power
perhatiannya terfokus pada materi. Dengan demikian, maka dapat siswa lebih
A. Jenis Penelitian
Research) yang dilaksanakan dalam siklus berulang, dimana setiap siklus terdiri atas
1. Faktor hasil, yaitu akan diselidiki hasil belajar pada setiap akhir siklus. Hasil
belajar adalah nilai yang didapatkan oleh siswa melalui tes hasil belajar biologi
dalam bantuk pilihan ganda berjumlah 35 soal yang diberikan setelah mengikuti
sistem pernapasan manusia pada siklus I dan sistem peredaran darah manusia
2. Media Animasi, yaitu suatu media yang mengarah kepada suatu proses yang
menjadikan suatu objek baik berupa gambar maupun tulisan atau informasi yang
ada hubungannya dengan materi sistem pernapasan manusia pada siklus I dan
materi sistem peredaran darah manusia pada siklus II, agar kelihatan hidup atau
bergerak yang memerlukan program khusus (software) dalam bentuk program
macromedia flah (untuk gambar yang bergerak) dan microsoft power point (untuk
tulisan yang bergerak), yang ditayangkan dengan bantuan LCD dan dioperasikan
terdiri atas 2 siklus ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008, semester ganjil
tahun ajaran 2008/2009 hingga Februari 2009, semester genap tahun ajaran
2008/2009.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13
Makassar yang terdaftar pada tahun ajaran 2008/2009, dengan jumlah siswa 32 orang
yang terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan, dan usia rata-rata 14
tahun.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui 2 siklus berulang dan setiap siklus terdiri
atas empat langkah yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi. Gambaran tentang pelaksanaan penelitian yang terdiri dari 2 siklus, dapat
I. SIKLUS I
pelajaran (2 x 40 menit). Secara rinci prosedur pelaksanaan penelitian pada siklus ini
a) Perencanaan Tindakan
1. Melakukan observasi ke sekolah dan wawancara dengan guru mata pelajaran
yang ditemukan.
point.
10. Menyusun kelompok kerja siswa yang terdiri atas 4 sampai 5 orang dalam
satu kelompok.
11. Menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Dalam hal ini laptop
dan LCD.
12. Membuat tabel analisis penyusunan soal untuk untuk menyusun soal evaluasi
pokok bahasan sistem pernapasan pada manusia dalam bentuk pilihan ganda.
14. Membuat alat evaluasi berupa tes hasil belajar beserta dengan kunci jawaban,
b) Pelaksanaan Tindakan
1. Kegiatan Awal
4) Memberi hubungan antara pelajaran yang lalu dengan materi yang akan
dipelajari
5) Menampilkan tujuan pembelajaran yang akan di capai di layar dengan
bantuan LCD
2. Kegiatan Inti
3) Memotivasi siswa agar bekerja sama dengan baik, lalu membagikan LKS
dalam LKS.
3. Kegiatan Akhir
dipelajari.
dilakukan pada tahap ini adalah mengamati aktivitas siswa melalui lembar
empat diberikan evaluasi berupa tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa pada materi sistem pernapasan manusia. Data hasil observasi
d) Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Hasil yang diperoleh pada tahap
observasi dikumpulkan, demikian pula hasil tes belajar siswa. Hasil refleksi
merupakan gabungan dari hasil tes, lembar observasi, tanggapan dari guru, dan
Hal ini disebabkan, karena tidak bisa menerima siswa yang menjadi anggota
memilih temannya yang lebih dekat. Ada beberapa siswa di dalam satu
b. Gambar tentang materi dalam LKS sedikit dan kurang efektifnya penggunaan
LKS sebagai sarana belajar. Ini terlihat dari jawaban siswa pada tes siklus I,
dimana beberapa item soal yang diujikan diangkat dari soal pada LKS dan
c. Siswa masih tidak disiplin dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari sejumlah
dekatnya dan bekerjasama pada saat pelaksanaan tes siklus I, hal ini
disebabkan karena siswa tersebut tidak percaya diri dalam menjawab soal-soal
yang diberikan. Selain itu, siswa juga selalu mengharapkan remedial untuk
f. Dari tes hasil belajar yang diperoleh pada siklus I persentase siswa yang
Hasil refleksi siklus pertama inilah yang dijadikan acuan penulis untuk
merencanakan siklus kedua, sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya
sesuai dengan yang diharapkan dan hendaknya lebih baik dari siklus sebelumnya.
II. SIKLUS II
jam pelajaran (2 x 40 menit). Tahapan dalam siklus ini, pada prinsipnya sama dengan
siklus I.
a) Perencanaan Tindakan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan untuk memasuki
dengan materi sistem peredaran darah manusia. Dalam RPP dari yang semula
peredaran darah manusia yang diajarkan pada tiap pertemuan. Pada LKS ini,
soal ditambah.
macromedia flash (dari internet) dan dalam bentuk slide Microsoft power
point.
dari hasil pengamatan siswa kurang bisa bekerja sama karena tidak cocok
dengan anggota kelompoknya serta siswa sendiri yang meminta untuk
7. Menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Dalam hal ini laptop
dan LCD.
8. Membuat tabel analisis penyusunan soal untuk untuk menyusun soal evaluasi
pokok bahasan sistem peredaran darah pada manusia dalam bentuk pilihan
ganda.
10. Membuat alat evaluasi berupa tes hasil belajar beserta dengan kunci jawaban,
b) Pelaksanaan Tindakan
1. Kegiatan Awal
dipelajari
2. Kegiatan Inti
1) Menyajikan informasi (pelajaran) tahap demi tahap kepada siswa sesuai
3) Memotivasi siswa agar bekerja sama dengan baik, lalu membagikan LKS
dalam LKS.
3. Kegiatan Akhir
dipelajari.
pembelajaran, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan siklus I
agar tidak terulang atau bahkan memberikan hasil lebih jelek, yaitu pada saat
pembelajaran berlangsung maka pintu kelas ditutup untuk mencegah siswa keluar
masuk dan agar perhatian siswa tidak terpecah ke arah luar kelas, memberi motivasi
kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS, untuk
siswa yang mengerjakan pelajaran lain maka langsung ditegur ataupun menjawab
pertanyaan, begitupula untuk siswa yang selalu membuat keributan langsung ditegur
dan dikeluarkan dari kelas selama 5 menit untuk menyadari bahwa yang
dilakukannya itu salah. Senantiasa mengingatkan siswa untuk lebih berani dan tidak
pertanyaan manakala ada materi yang belum dimengerti demikian juga halnya dalam
Dan dalam pembelajaran pada saat pembahasan LKS, seorang siswa diminta untuk
Pada prinsipnya tahap observasi pada siklus II ini sama dengan observasi
perubahan yang terjadi pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pada akhir
siklus II, yaitu akhir pembelajaran pertemuan ke empat diberikan evaluasi berupa tes
hasil belajar untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada materi sistem
peredaran darah manusia. Data hasil observasi dan data hasil belajar dikumpulkan
d) Refleksi
Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dan evaluasi yang dikumpulkan
kemudian dianalisis begitu pula hasil evaluasinya dari siklus II. Ini sebagai perbaikan
memberikan dampak yang positif terhadap aktivitas siswa, secara umum hasilnya
semakin sesuai dengan yang diharapkan. Kelompok yang terbentuk berdasarkan
pilihan siswa sendiri telah menunjukkan bahwa kerja sama anggotanya semakin
meningkat, mereka saling membagi tugas untuk mencari jawaban pertanyaan LKS
dan juga kelihatan bahwa sudah mulai mucul rasa ingin tahu pada diri siswa
mengenai materi yang dibahas. Pada saat pembahasan LKS, siswa berlomba
mengacungkan tangan untuk menjawab. Selain itu perhatian dan motivasi siswa
semakin meningkat, hal ini menandakan bahwa ada kesungguhan siswa untuk belajar.
Jumlah siswa yang bertanya maupun yang menjawab atau memberikan tanggapan
meningkat. Gangguan dalam kelas, dalam hal ini mengganggu teman (ribut), belajar
pelajaran lain dan keluar masuk kelas menunjukkan penurunan persentase bahkan ada
yang mencapai 0%. Dalam tes akhir siklus II, siswa bersemangat mengerjakan soal,
tidak lagi mengharap dari teman ataupun mengharap akan ada remedial karena
mereka sudah terlatih mengerjakan soal-soal pada akhir setiap pertemuan. Dan untuk
hasil tes siswa, persentase siswa yang dinyatakan tuntas adalah 90,625%, yang sudah
F. Instrumen Penelitian
1. Tes hasil belajar yang diberikan disetiap akhir siklus, berupa tes berbentuk pilihan
buku paket atau materi, belajar pelajaran lain, mengganggu teman (ribut), dan
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif.
siswa yang diperoleh dari pemberian tes hasil belajar pada akhir setiap siklus.
Nilai hasil belajar diperoleh dengan terlebih dahulu menghitung jumlah skor
jawaban yang benar dari keseluruhan item soal yang diujikan. Setiap item soal
yang dijawab benar diberi skor 1, sedangkan yang salah atau tidak menjawab,
Interval Kualifikasi
65 - 74 Baik
55 - 64 Cukup
0 - 54 Kurang
Sedangkan data kuantitatif yang berupa hasil belajar siswa, dari jumlah skor
menentukan nilai hasil belajar yang diperoleh dengan mengubahnya menjadi nilai
hasil belajar biologi yang dioperoleh siswa. Hasil belajar kemudian dibandingkan
66-79 Baik
56-65 Cukup
40-55 Kurang
≤ 39 Gagal
I. Indikator Keberhasilan
digunakan nilai ketercapaian yaitu 75% dari jumlah siswa mencapai batas nilai
ketuntasan belajar yaitu 65. Digunakan nilai ketuntasan belajar 65 karena disesuaikan
A. Hasil Penelitian
I. Siklus I
a. Hasil Belajar
Data nilai hasil tes siklus I yang menggambarkan hasil belajar biologi siswa
kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada konsep sistem pernapasan manusia dengan
distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP
Tabel 4. Distribusi dan persentase jumlah siswa dalam setiap kategori hasil belajar
biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada materi sistem
pernapasan manusia
Persentase
Kategori Interval Nilai Jumlah Siswa
(%)
Baik Sekali 80 - 100 9 29,03
Baik 66 – 79 10 32,26
Cukup 56 – 65 9 29,03
Kurang 40 – 55 3 9,68
Gagal ≤ 39 0 0
Jumlah 31 100
manusia, menunjukan bahwa dari 31 siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar
yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung pada
siklus I terlihat bahwa 29,03% atau sebanyak 9 orang siswa yang memperoleh nilai
sangat baik yakni pada interval 80 sampai 100; 32,26% atau sebanyak 10 orang
siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik yakni pada interval 66 sampai 79;
29,03% atau sebanyak 9 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori cukup
yakni pada interval 56 sampai 65 dan 9,68% atau sebanyak 3 orang siswa yang
memperoleh nilai pada kategori kurang yakni pada interval 40 sampai 55.
Tabel 5. Jumlah Siswa, Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, dan Rata-Rata Nilai Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII3 SMP negeri 13 Makassar
Uraian Skor
Jumlah Siswa 31
Nilai Tertinggi 85,71
Nilai Terendah 51,43
Rata-rata 70,32
Standar Deviasi 10,32
Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa
kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang mengikuti pembelajaran IPA Biologi pada
materi sistem pernapasan manusia yang diajar dengan menggunakan media animasi
dalam pembelajaran langsung adalah 85,71; nilai terendah 51,40; nilai rata-rata siswa
Untuk ketuntasan belajar biologi dapat dilihat berdasarkan daya serap siswa.
persentase ketuntasan belajar biologi pada siklus I dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Deskriptif ketuntasan belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13
Makassar pada siklus I
Kategori Skor Jumlah Persentase (%)
Siswa
Tidak tuntas 0 - 64 9 29,04
Tuntas 65 - 100 22 70,96
Jumlah 31 100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 31 siswa kelas VIII3 SMP
persentase 29,04% masuk dalam kategori tidak tuntas dan 22 siswa dengan persentase
b. Aktivitas Siswa
siswa yang diamati selama proses belajar sebanyak 10 komponen. Aktivitas siswa
c. Refleksi Siklus I
yang menjadi bahan refleksi untuk dapat melanjutkan penelitian ke siklus II. Hasil
refleksi tersebut adalah interaksi diantara siswa dalam kelompok kurang dalam
mengerjakan LKS. Hal ini disebabkan, karena siswa yang tidak bisa menerima siswa
belajar cenderung memilih temannya yang lebih dekat. Ada beberapa siswa di dalam
belajar. Ini terlihat dari jawaban siswa pada tes siklus I, dimana beberapa item soal
yang diujikan diangkat dari soal pada LKS dan kebanyakan siswa menjawab salah.
Siswa masih tidak disiplin dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari sejumlah siswa
pada saat pelajaran berlangsung masih ada yang belajar/mengerjakan pelajaran lain,
keluar masuk kelas dan mengganggu temannya dan adanya siswa yang berjalan-jalan
di dalam kelas. Dalam hal menjawab pertanyaan ataupun bertanya, jumlahnya masih
kurang karena siswa malu untuk bicara atau mengeluarkan komentar maupun
pertanyaan karena akan ditertawakan oleh temannya yang lain. Kebanyakan siswa
selalu menunggu jawaban dari teman yang berada di dekatnya dan bekerjasama pada
saat pelaksanaan tes siklus I, hal ini disebabkan karena siswa tersebut tidak percaya
diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Selain itu, siswa juga selalu
mengharapkan remedial untuk perbaikan nilai, sehingga saat pelaksanaan tes, siswa
tidak bersungguh-sungguh dalam menjawab soal tersebut. Dari tes hasil belajar yang
diperoleh pada siklus I persentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 70,96%,
II. Siklus II
a. Hasil Belajar
Data nilai hasil tes siklus II yang menggambarkan hasil belajar biologi siswa
kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada konsep sistem peredaran darah manusia
dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung dapat dilihat pada
lampiran 14. Apabila nilai hasil belajar biologi tersebut dikelompokkan ke dalam 5
kategori sesuai pedoman pengkategorian dari Arikunto (2005), maka diperoleh
distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP
Tabel 8. Distribusi dan persentase jumlah siswa dalam setiap kategori hasil belajar
biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada materi sistem
peredaran darah manusia (siklus II)
Persentase
Kategori Interval Nilai Jumlah Siswa
(%)
Baik Sekali 80 - 100 17 53,125
Baik 66 – 79 7 21,875
Cukup 56 – 65 8 25,00
Kurang 40 – 55 0 0
Gagal 30 – 39 0 0
Jumlah 32 100
Tabel 8 menunjukkan nilai keseluruhan yang diperoleh siswa, jika
persentase serta kategori hasil belajar IPA Biologi pada materi sistem peredaran darah
manusia, menunjukan bahwa dari 35 siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar
yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung pada
siklus II terlihat bahwa 53,125% atau sebanyak 17 orang siswa yang memperoleh
nilai sangat baik yakni pada interval 80 sampai 100; 21,875% atau sebanyak 7 orang
siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik yakni pada interval 66 sampai 79;
25% atau sebanyak 8 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori cukup yakni
kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang mengikuti pembelajaran IPA Biologi pada
materi sistem peredaran darah manusia yang diajar dengan menggunakan media
animasi dalam pembelajaran langsung adalah 94,29; nilai terendah 60,00; nilai rata-
rata siswa yaitu sebesar 76,34, dan standar deviasi sebesar 8,746.
Untuk ketuntasan belajar biologi dapat dilihat berdasarkan daya serap siswa.
Apabila daya serap siswa terhadap materi sistem peredaran darah manusia
dikelompokkan ke dalam kategori tuntas dan tidak tuntas, maka diperoleh distribusi,
frekuensi dan persentase ketuntasan belajar biologi pada siklus I dapat dilihat pada
tabel 10 berikut.
Tabel 10. Deskriptif ketuntasan belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13
Makassar pada siklus II
Kategori Skor Jumlah Persentase (%)
Siswa
Tidak tuntas 0 - 64 3 9,375
Tuntas 65 - 100 29 90,625
Jumlah 32 100
Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa dari 32 siswa kelas VIII3 SMP
Negeri 13 Makassar, setelah pemberian tes siklus II, sebanyak 3 siswa dengan
persentase 9,375% masuk dalam kategori tidak tuntas dan 29 siswa dengan persentase
siswa yang diamati selama proses belajar sebanyak 10 komponen. Aktivitas siswa
Tabel 11. Hasil observasi aktivitas siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada
siklus II
I II III IV
N Aktivitas yang Ju Ju Ju Ju
P P P
O Diamati ml ml ml ml P (%)
(%) (%) (%)
ah ah ah ah
Mendengarkan
1 28 87,50 28 87,50 27 84,38 32 100
penjelasan Guru
2 Bertanya 5 15,63 6 18,75 6 18,75 4 12,50
Menjawab/menanggapi
3 3 9,38 6 18,75 5 15,63 7 18,75
pertanyaan
4 Menulis materi penting 26 81,25 25 78,13 26 81,25 32 100
Meminta bimbingan
5 dalam menyelesaikan 7 18,75 2 6,25 4 12,50 1 3,13
LKS
Bekerjasama dalam
6 28 87,50 27 84,38 26 81,25 32 100
Kelompok
Membaca buku
7 24 75,00 25 78,13 25 78,13 32 100
paket/materi
8 Belajar pelajaran lain 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Mengganggu teman 2 6,25 0 0 1 3,13 0 0
10 Keluar masuk kelas 0 0 0 0 0 0 0 0
memberikan dampak yang positif terhadap aktivitas siswa, secara umum hasilnya
meningkat, mereka saling membagi tugas untuk mencari jawaban pertanyaan LKS
dan juga kelihatan bahwa sudah mulai mucul rasa ingin tahu pada diri siswa
mengenai materi yang dibahas. Pada saat pembahasan LKS, siswa berlomba
mengacungkan tangan untuk menjawab. Selain itu perhatian dan motivasi siswa
semakin meningkat, hal ini menandakan bahwa ada kesungguhan siswa untuk belajar.
Jumlah siswa yang bertanya maupun yang menjawab atau memberikan tanggapan
meningkat. Gangguan dalam kelas, dalam hal ini mengganggu teman (ribut), belajar
pelajaran lain dan keluar masuk kelas menunjukkan penurunan persentase bahkan ada
yang mencapai 0%. Dalam tes akhir siklus II, siswa bersemangat mengerjakan soal,
tidak lagi mengharap dari teman ataupun mengharap akan ada remedial karena
mereka sudah terlatih mengerjakan soal-soal pada akhir setiap pertemuan dan
penelitian ini tidak menekankan remedial. Dan untuk hasil tes siswa, persentase siswa
yang dinyatakan lulus adalah 90,625%, yang sudah memenuhi standar ketercapaian
(indikator keberhasilan).
a. Hasil Belajar
Siklus I Siklus II
Kategori Skor
Jumlah % Jumlah %
Tidak tuntas 0 - 64 9 29,04 3 9,375
Tuntas 65 – 100 22 70,96 29 90,625
Jumlah 31 100 32 100
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas pada siklus I
adalah 22 orang atau 70,96% dan pada Siklus II menjadi 29 orang atau 90,625%.
Siswa yang tuntas meningkat 19,667%. Sedangkan untuk siswa yang tidak tuntas dari
9 orang atau 29,04% pada siklus I menjadi 3 orang atau 9,375%. Perbedaan jumlah
siswa pada siklus I dan siklus II disebabkan siswa sakit saat pemberian tes siklus I.
Gambar 2. Kurva perbandingan jumlah siswa pada setiap kategori hasil belajar siswa
siklus I dan siklus II
b. Aktivitas Belajar Siswa
Perbandingan rata-rata aktivitas siswa yang diamati pada siklus I dan siklus II
Siklus I Siklus II
NO Aktivitas yang Diamati
P (%) Kategori P (%) Kategori
Baik Baik
1 Mendengarkan penjelasan Guru 75,00 89,84
Sekali Sekali
2 Bertanya 3,91 Kurang 16,40 Kurang
Menjawab/menanggapi
3 9,38 Kurang 16,40 Kurang
pertanyaan
Baik
4 Menulis materi penting 59,38 Cukup 85,16
Sekali
Meminta bimbingan dalam
5 34,375 Kurang 10,94 Kurang
menyelesaikan LKS
Baik
6 Bekerjasama dalam kelompok 65,63 Baik 88,28
Sekali
Baik
7 Membaca buku paket/materi 40,63 Kurang 82,81
Sekali
8 Belajar pelajaran lain 7,03 Kurang 0 Kurang
9 Mengganggu teman 11,72 Kurang 2,34 Kurang
10 Keluar masuk kelas 9,38 Kurang 0 Kurang
siswa yang terjadi pada siklus I dan siklus II. Aktivitas siswa rata-rata mengalami
peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II. Aktivitas siswa yang diamati pada
komponen yang mengalami penurunan. Antara lain, siswa yang meminta bimbingan
dalam menyelesaikan LKS yaitu dengan persentase dari 34,375% di siklus I menjadi
10,94% di siklus II; siswa yang belajar pelajaran lain yaitu dengan persentase dari
7,03% di siklus I menjadi 0% di siklus II; siswa yang mengganggu teman dari
11,72% pada siklus I menjadi 2,34% pada siklus II; dan siswa yang keluar masuk
kelas dari 9,38% pada siklus I menjadi 0% pada siklus II. Sedangkan komponen
aktivitas yang mengalami peningkatan yaitu, siswa yang mendengarkan penjelasan
guru pada saat memberikan materi maupun arahan-arahan dari 75,00% pada siklus I
meningkat menjadi 89,84%; komponen berikutnya adalah siswa yang bertanya pada
siklus I 3,91% menjadi 16,40%; siswa yang menjawab pertanyaan atau memberi
tanggapan adalah 9,28% di siklus I menjadi 16,40% di siklus II; kerjasama dalam
menjadi 88,28% di siklus II; dan siswa yang membaca buku/materi pada saat
pembelajaran maupun dalam kegiatan kerja kelompok untuk mencari jawaban LKS
adalah 40,63% pada siklus I meningkat menjadi 82,81% pada siklus II; siswa yang
menulis materi pelajaran yang diberikan dari 59,38% pada siklus I menjadi 85,16%
bentuk ceramah tanpa media, siswa tertarik memperhatikan gerakan animasi dalam
ceramah saja. Selain itu, komponen aktivitas siswa yangbersifat negatif menurun.
Siswa menjadi tertarik dengan animasi yang diberikan sehingga perhatiannya hanya
B. Pembahasan
belajar siswa kelas VIII3 yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam
model pembelajaran langsung. Pernyataan ini didukung oleh hasil analisis data secara
deskriptif yang dapat dilihat pada tabel 3, hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP
Negeri 13 Makassar unruk siklus I berada pada kategori baik, dengan melihat bahwa
jumlah siswa tertinggi setelah pengelompokan hasil belajar berada pada interval 66 –
79 (baik) sebanyak 10 orang atau 32,26%. Sedangkan pada siklus II jumlah siswa
terbanyak berada pada kategori baik sekali dengan jumlah siswa 17 orang atau
53,125%.
Hasil belajar siklus I menunjukkan nilai tertinggi 85,71, nilai terendah 51,43,
rata-rata 70,32, serta standar deviasinya 10,32. Sedangkan untuk siklus II, nilai
tertinggi 94,29, nilai terendah 60,00, rata-rata 76,34 dan standar deviasi 8,764.
belajar, maka baik untuk siklus I maupun siklus II berada pada kategori baik. Bisa
dikatakan tidak meningkat, tetapi bila dilihat lagi terjadi peningkatan nilai rata-rata
sebesar 6,02 dari siklus I ke siklus II, jadi dapat dikatakan meningkat. Tiro (2004)
mengatakan bahwa, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari (1) peningkatan nilai
rata-rata, (2) perubahan bentuk distribusi dari miring positif menjadi miring negati,
yang mengikuti tes siklus I, sebanyak 9 siswa atau 29,04% yang termasuk kategori
tidak tuntas dengan rentang skor 0 hingga 64,00. Siswa yang termasuk dalam kategori
tuntas dengan rentang skor 65,00 hingga 100 sebanyak 22 siswa atau 70,96 %.
Sedangkan pada siklus II dari 32 siswa yang mengikuti tes evaluasi, sebanyak 3 siswa
yang termasuk kategori tidak tuntas atau sebesar 9,375%. Siswa yang termasuk dalam
kategori tuntas sebanyak 29 siswa atau sebesar 90,625%. Meningkatnya hasil belajar
sehingga siswa lebih bersemangat dan bergairah dalam menerima pelajaran. Dimana
animasi mampu mengarahkan kepada sesuatu proses yang yang menjadikan suatu
objek agar kelihatan hidup atau memberi gambaran bergerak kepada sesuatu yang
pada dasarnya statik, sehingga mampu mengantar imajinasi siswa kepada suatu
tidak luput dari aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Menurut Hamalik (2003),
aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru
berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju kea rah
tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai organisator belajar bagi
siswa yang potensial itu, sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Aktivitas dan semangat siswa dalam belajar mengalami peningkatan dari tiap
siklus, serta perilaku negatif yang sering diperlihatkan siswa dalam proses
pembelajaran juga mengalami penurunan dari tiap siklus. Hal ini dapat dilihat dengan
membandingkan rata-rata hasil observasi antara siklus I dan siklus II. Aktivitas yang
mengalami peningkatan yaitu siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada saat
memberikan materi maupun arahan-arahan dari 75,00% dengan ketegori baik sekali
pada siklus I meningkat menjadi 89,84% dan kategori baik sekali; komponen
berikutnya adalah siswa yang bertanya pada siklus I 3,91% dengan kategori kurang
menjadi 16,40% (kurang); siswa yang menjawab pertanyaan atau memberi tanggapan
adalah 9,28% (kurang) di siklus I menjadi 16,40% (kurang) di siklus II; kerjasama
dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS dengan persentase dari 65,63% dengan
kategori baik di siklus I menjadi kategori baik sekali dengan persentase 88,28% di
siklus II; dan siswa yang membaca buku/materi pada saat pembelajaran maupun
dalam kegiatan kerja kelompok untuk mencari jawaban LKS adalah 40,63% (cukup)
pada siklus I meningkat menjadi 82,81% dengan kategori baik sekali pada siklus II;
siswa yang menulis materi pelajaran yang diberikan dari ketegori cukup dengan
persentase 59,38% pada siklus I menjadi 85,16% pada kategori baik sekali pada
siklus II. Terjadi peningkatan kategori untuk 3 aktivitas, yaitu menulis materi penting
dari cukup menjadi baik sekali, bekerjasama dalam kelompok dari kategori baik
menjadi baik sekali, dan membaca buku paket/materi dari kategori kurang menjadi
baik sekali. Sedangkan untuk aktivitas lain yang mengalami peningkatan dari siklus I
Secara umum peningkatan ini terjadi karena adanya media pendidikan yang
berupa media animasi sehingga siswa mulai termotivasi untuk belajar, muncul rasa
ingin tahu mengenai materi yang dibahas oleh guru dan timbulnya rasa percaya diri
pada siswa. Sesuai dengan pernyataan Sardiman (2008) bahwa penggunaan media
pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif anak didik. Dalam
hal ini media pendidikan berguna untuk (a) menimbulkan kegairahan belajar, (b)
memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan
dan kenyataan, dan (c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
siswa yang meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKS yaitu dengan persentase
dari 34,375% (kurang) di siklus I menjadi 10,94% (kurang) di siklus II; siswa yang
belajar pelajaran lain yaitu dengan persentase dari 7,03% dengan kategori kurang di
teman dari 11,72% (kurang) pada siklus I menjadi 2,34% (kurang) pada siklus II; dan
siswa yang keluar masuk kelas dari 9,38% (kurang) pada siklus I menjadi 0% pada
siklus II dengan kategori kurang. Terlihat bahwa semua aktivitas yang mengalami
penurunan berada dalam ketegori yang sama baik pada siklus I maupun siklus II yaitu
kurang, tetapi bila dilihat persentasenya maka terlihat menurun dari semula. Jumlah
sebelum siswa mengerjakan, terlebih dahulu guru memberi penjelasan atau petunjuk
untuk mengerjakannya, serta siswa yang tidak mengerti bertanya pada temannya yang
telah mengerti.
prosedur untuk mengurangi tingkah laku siswa yang tidak diinginkan dalam
(extinction), (c) pemuasan yang sempurna terhadap suatu keinginan, (d) mengubah
yang bersifat negatif karena siswa semakin sadar akan pentingnya belajar. Siswa akan
merasa malu di dalam kelas apabila pada saat ribut, langsung ditegur oleh guru,
diminta untuk menjawab pertanyaan tetapi tidak bisa dijawabnya, bahkan di minta
untuk keluar kelas. Atau bila berjalan dalam kelas kemudian guru mengabaikan
tingkah laku siswa yang mengacau, memberi hukuman padanya, sementara siswa
yang memperhatikan dan tidak membuat keributan dalam kelas diberikan pujian.
Sehingga siswa yang membuat keributan merasa malu atas pujian pada siswa yang
Meningkat atau menurunnya aktivitas siswa itu tidak lain dari hasil refleksi
yang dilakukan pada akhir siklus I dimana dari beberapa catatan yang dijadikan
sebagai bahan refleksi dari siklus I itu kemudian diambil sebagai bentuk
penanggulangan masalah yang terjadi yang kemudian diterapkan pada siklus II.
Adapun hasil refleksi dari siklus I ini adalah interaksi diantara siswa dalam kelompok
kurang dalam mengerjakan LKS. Hal ini disebabkan, karena siswa yang tidak bisa
membentuk kelompok belajar cenderung memilih temannya yang lebih dekat. Ada
beberapa siswa di dalam satu kelompok yang tidak aktif bekerjasama menyelesaikan
Gambar tentang materi dalam LKS sedikit dan kurang efektifnya penggunaan LKS
sebagai sarana belajar. Ini terlihat dari jawaban siswa pada tes siklus I, dimana
beberapa item soal yang diujikan diangkat dari soal pada LKS dan kebanyakan siswa
menjawab salah. Siswa masih tidak disiplin dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari
sejumlah siswa pada saat pelajaran berlangsung masih ada yang belajar/mengerjakan
pelajaran lain, keluar masuk kelas dan mengganggu temannya dan adanya siswa yang
jumlahnya masih kurang karena siswa malu untuk bicara atau mengeluarkan
komentar maupun pertanyaan karena akan ditertawakan oleh temannya yang lain.
Kebanyakan siswa selalu menunggu jawaban dari teman yang berada di dekatnya dan
bekerjasama pada saat pelaksanaan tes siklus I, hal ini disebabkan karena siswa
tersebut tidak percaya diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Selain itu,
siswa juga selalu mengharapkan remedial untuk perbaikan nilai, sehingga saat
tuntas sebesar 70,96%, masih rendah dari indikator keberhasilan penelitian yaitu
75%.
kegiatan siklus II. Perencanaan dan tindakan yang dilakukan pada siklus II sebagai
berikut, agar dalam kelompok tidak hanya didominasi oleh satu orang bekerja saja
maka dibentuk ulang kelompok kerja, dimana siswa sendiri memilih anggota
lebih bersahabat. Dan pada saat akan mengerjakan LKS, siswa diberi motivasi untuk
bekerjasama dalam kelompok. Untuk menarik perhatian siswa pada LKS atau
siklus II siswa sudah mulai berkonsentrasi dengan materi pelajaran sehingga hal ini
pembelajaran, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan siklus I
agar tidak terulang atau bahkan memberikan hasil lebih jelek, yaitu pada saat
pembelajaran berlangsung maka pintu kelas ditutup untuk mencegah siswa keluar
masuk dan agar perhatian siswa tidak terpecah ke arah luar kelas, memberi motivasi
kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS, untuk
siswa yang mengerjakan pelajaran lain maka langsung ditegur ataupun menjawab
pertanyaan, begitupula untuk siswa yang selalu membuat keributan langsung ditegur
dan dikeluarkan dari kelas selama 5 menit untuk menyadari bahwa yang
dilakukannya itu salah. Senantiasa mengingatkan siswa untuk lebih berani dan tidak
pertanyaan manakala ada materi yang belum dimengerti demikian juga halnya dalam
Media animasi untuk siklus II bukan hanya dijalankan dan dijelaskan oleh
pengajar, tetapi juga melibatkan siswa. Dalam pembelajaran pada saat pembahasan
LKS, seorang siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dalam LKS dan
belajar, dan pada saat pembahasan LKS banyak siswa yang mengacungkan tangannya
untuk menjawab, ataupun pada saat guru meminta seorang siswa menjelaskan materi
dengan bantuan animasi. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini juga terjadi,
karena peneliti menginformasikan bahwa akan selalu diadakan kuis pada setiap akhir
Hasil belajar yang meningkat, karena aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar juga meningkat. Dalam arti bahwa adanya peningkatan aktivitas yang
keseriusan siswa untuk berubah atau belajar. Menurut Hamalik (2003), tujuan belajar
adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
sikap baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Dan belajar adalah suatu
perkembangan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru
Menurut Haling (2004), motivasi merupakan daya penggerak dalam diri siswa yang
memberikan semangat atau dorongan dalam melakukan suatu kegiatan. Cara untuk
menggerakkan motivasi belajar siswa adalah memberi angka, pujian, hadiah, kerja
langsung memperlihatkan aktivitas belajar yang tinggi. Pernyataan ini dipertegas oleh
Harun dan Zaidatun (2004), bahwa kelebihan media animasi apabila digunakan dalam
secara visual dan dinamik. 2) Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar
dengan mudah. Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik
dibanding penggunaan media yang lain. Pelajar juga mampu memberi ingatan yang
lebih lama kepada media yang bersifat dinamik dibanding media yang bersifat statik.
secara maya. Ini utamanya untuk keadaan dimana perkiraan sebenarnya sukar atau
tidak dapat disediakan, membahayakan ataupun mungkin melibatkan biaya yang
merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan. 5) Persembahan secara visual dan
dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses
penerapan konsep atau pun demonstrasi. Maka media animasi sangatlah efektif untuk
Penelitian yang dilakukan hanya sampai siklus II dan tidak dilanjutkan lagi
karena sesuai dengan standar ketuntasan peneliti bahwa penelitian dikatakan berhasil
apabila 75% dari siswa dalam kelas sudah mencapai nilai standar yaitu 65. Disamping
itu ada juga namanya ketuntasan kelas, suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila
80% dari jumlah siswa dinyatakan tuntas. Mengenai kapan penelitian dihentikan
diteliti telah menunjukkan keberhasilan siklus, yaitu apabila apa yang direncanakan
sudah berjalan sebagaimana diharapkan, dan data yang ditampilkan dalam kelas
sudah jenuh, dalam arti tidak ada data baru yang ditampilkan dan dapat diamati, serta
dihentikan. Jadi banyaknya siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung pada
meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP negeri 13 Makassar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar, dari
B. Saran
media animasi pada pembelajaran langsung. Hal ini akan meningkatkan motivasi
dan keingintahuan siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat maksimal.
2. Media animasi dan lembar kerja siswa yang telah dibuat perlu terus
Djamarah, BS dan A. Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Saktiyono. 2008. IPA Biologi SMP dan MTS Kelas VIII. Jakarta: ESIS.
Tim penyusun. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.