01 GDL Annaisnain 1325 1 Ktianna 7 PDF
01 GDL Annaisnain 1325 1 Ktianna 7 PDF
DISUSUN OLEH :
ANNA ISNAINI
P.12 007
SURAKARTA
2015
PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP
“TIUPAN LIDAH” TERHADAP STATUS OKSIGENASI
ANAK USIA PRASEKOLAH PADA ASUHAN
KEPERAWATAN An. Y DENGAN ASMA
DI RUANG MELATI 2 RSUD
Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
ANNA ISNAINI
P.12 007
SURAKARTA
2015
i
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk orang yang kusayangi
Ayah dan ibu ku tercinta yang tiada henti-hentinya memberi doa restu,
kasih sayang, perhatian dan dukungan untuk menjadikanku orang yang sukses.
Kedua saudaraku Toni Harmanto dan Iin Endarwati tersayang yang selalu memberikan
Sahabatku tercinta “Peni, Dwi linda, Iin rohana, Asti , Arlita, Garinda dan Iin Rosalinda”,
Bu Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep. terimakasih atas bimbingannya selama ini.
Almamaterku tercinta
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya, Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan baik, tepat pada waktunya dengan judul “Pemberian Terapi Aktivitas
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
terhormat :
1. Ibu Atiek Murharyati, S. Kep., Ns. M. Kep., selaku Ketua Program Studi D III
2. Ibu Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep., selaku Sekretaris Program Studi
ini.
vi
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
5. Semua dosen Program Studi D III Keperawatan dan Staf Perpustakaan STIKes
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................ 6
C. Manfaat Penulisan ...................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ............................................................................ 9
1. Asma .................................................................................... 9
2. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah ............... 23
3. Oksigenasi ............................................................................. 27
4. Konsep Bermain .................................................................... 30
B. Kerangka Teori .......................................................................... 37
C. Kerangka Konsep ....................................................................... 38
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset ................................................................. 39
B. Tempat dan Waktu ..................................................................... 39
C. Media dan Alat yang digunakan ................................................ 39
D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ........................ 40
E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset .............................. 41
viii
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ............................................................................ 43
B. Pengkajian .................................................................................. 43
C. Daftar Perumusan Masalah ........................................................ 49
D. Intervensi Keperawatan ............................................................. 51
E. Implementasi Keperawatan ........................................................ 52
F. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 56
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian .................................................................................. 59
B. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 65
C. Intervensi Keperawatan ............................................................. 69
D. Implementasi Keperawatan ........................................................ 72
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 77
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 80
B. Saran .......................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Jakarta.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, para ahli
penyumbatan saluran pernafasan yang disebabkan oleh alergi bulu, debu atau
tekanan psikologis dan asma bersifat menurun. Pada penderita asma yang
badan bagian atas anak akan menegang karena berusaha sekuat tenaga supaya
yaitu karena faktor ekstrinsik yang disebabkan karena adanya alergen seperti
serbuk sari, debu, polusi, bulu binatang, makanan dan alergi lain. Asma juga
dingin, infeksi traktus respiratorius, latihan berat, stres, dan faktor genetik.
asma akut. Keluhan utama pada pasien asma adalah nafas pendek, ekspirasi
dan tidak mampu beraktivitas. Penyakit asma bila tidak ditangani dengan
1
2
Penyakit asma banyak diderita oleh anak-anak khususnya anak di bawah usia
lima tahun. Asma menyebabkan kehilangan 16% hari sekolah pada anak-anak
(Rusmono, 2010).
besar penyebab kesakitan dan kematian, dengan jumlah penderita pada tahun
kejadian asma di Indonesia dan hampir seluruh dunia ini diduga berhubungan
pada tahun 2005 berjumlah 74.253 dan pada tahun 2006 berjumlah 78.411.
3
Surakarta berjumlah 2.126 dari berbagai pasien di rumah sakit Surakarta baik
kematian. Oleh sebab itu berbagai upaya harus dilakukan apabila tubuh
rumah sakit adalah distress pernafasan yang ditandai dengan nafas cepat,
dalam , retraksi dada, nafas cuping hidung dan disertai stridor (WHO, 2009).
sering dijumpai pada anak usia bayi sampai dengan usia prasekolah karena
pada usia tersebut reflek batuk masih lemah. Beberapa tindakan yang dapat
meliputi postural drainage, vibrasi dan perkusi (Potter & Perry, 2009). Oleh
tujuan perawatan asma adalah untuk menjaga agar asma tetap terkontrol yang
ditandai dengan penurunan gejala asma yang dirasakan atau bahkan tidak
mengontrol gejala yang timbul serta mengurangi keparahan gejala asma yang
dialami ketika terjadi serangan (Wong, 2008). Terapi non farmakologis yang
(Nugroho, 2012).
pasien asma adalah latihan Pursed Lips Breathing (PLB). Pursed Lips
sekret pada jalan nafas saat ekspirasi dan dapat menginduksi pola nafas
menjadi normal. Tehnik PLB hanya dapat digunakan pada anak yang sadar
5
dan dapat diajak bekerja sama. Usia prasekolah adalah kelompok usia yang
motoriknya yang sudah lebih berkembang dari anak usia toddler (Sutini,
2011).
pernapasan pada anak-anak yang masih kecil adalah meniup pluit atau
Alat yang digunakan untuk pemberian terapi PLB berupa mainan yang
breathing, yaitu anak bernafas dalam dan ekshalasi melalui mulut, dengan
terisi udara. Meniup dilakukan terus menerus sebanyak 30 kali dalam rentang
waktu 10-15 menit dan setiap tiupan di selingi dengan istirahat (nafas biasa).
Posisi anak saat bermain adalah duduk atau bersandar dengan posisi setengah
pada anak yang mengalami gangguan pernafasan, dimana prinsip PLB adalah
pada saluran nafas untuk mengevakuasi sekret yang ada pada jalan nafas
klien sesak nafas, nafas berbunyi ngik-ngik, dan batuk-batuk dahak susah
keluar. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis pada perawat dan tim
kesehatan lain yang ada di RSUD Dr. Moewardi, terapi aktivitas bermain
hasil penelitan tersebut serta hasil pengkajian yang dilakukan penulis maka,
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Moewardi Surakarta.
2. Tujuan khusus
C. Manfaat penelitian
datang.
3. Bagi penulis
4. Bagi pembaca
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Asma
a. Definisi
Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah
b. Etiologi
9
10
c. Klasifikasi asma
atau Arus Puncak Ekspirasi (APE) lebih dari 80% nilai terbaik dan
atau Arus Puncak Ekspirasi (APE) lebih dari 80% nilai terbaik dan
60% - 80% nilai prediksi atau Arus Puncak Ekspirasi (APE) 60% -
nilai prediksi atau arus puncak ekspirasi (APE) kurang dari 60%
d. Manifestasi klinis
1) Stadium dini
(2) Whezing
(g) Sianosis
(Padila, 2013)
e. Patofisiologi
f. Komplikasi
1) Bronkitis kronis
g. Pemeriksaan Penunjang
2) Foto rontgen
5) Pulse oximetry
h. Penatalaksanaan
bronkodilator.
pertumbuhan mikroorganisme.
1) Pengkajian keperawatan
kesehatan).
a) Identitas pasien/biodata
lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua.
b) Keluhan utama
punggung.
Riwayat asma atau alergi dan serangan asma yang lalu, alergi
e) Riwayat psokososial
17
perawatan sebelumnya.
2) Pemeriksaan Fisik
(e) Integumen
dangkal.
3) Diagnosa keperawatan
4) Intervensi Keperawatan
Intervensi :
bunyi paru-paru.
pernafasan.
(nebulizer).
besar.
Intervensi :
hipoksemia sistemik.
hipoksemia.
Intervensi :
22
dan tidur.
penyembuhan.
lembab.
Intervensi :
klien.
dibutuhkan klien.
memenuhi nutrisinya.
(Nurarif, 2013)
a. Pengertian
dari bayi (0-1 bulan), usia bermain/todler (1-2 tahun), usia prasekolah
(3-5 tahun), usia sekolah (6-11 tahun), usia remaja (12-18). Setiap
2014).
rata-rata adalah 6,25 sampai 7,5 cm per tahun dan tinggi rata-rata
anak usia 4 tahun adalah 101,25 cm. Pertambahan berat badan rata-
rata adalah 2,3 kg per tahun dan barat badan ratarata anak usia 4
2) Perkembangan Psikososial
3) Perkembangan Psikoseksual
4) Perkembangan Kognitif
2005).
5) Perkembangan moral
anak adalah apa yang ada pada orang lain, dan anak mengamati
3. Oksigenasi
a. Pengertian
Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapat oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat dipebaiki dan biasanya
produk sampah antara darah dan jaringan (Potter & Perry, 2006).
memperoleh oksigen (O2) untuk digunakan oleh sel tubuh dan untuk
jalan masuk dan keluar udara dari saluran pernafasan dan paru-paru,
respirasi eksternal adalah difusi O2 dan CO2 antara udara dalam paru
dan kapilar pulmonari, respirasi internal adalah difusi O2 dan CO2 antara
sel adarah dan sel-sel tubuh untuk produksi oksidasi berupa CO2 oleh
sel-sel tubuh.
29
1) Faktor fisiologis
hipoksia.
2) Faktor perkembangan
bagian bawah. Anak dengan usia yang lebih muda memiliki leher
nafas bagian atas anak lebih pendek dan sempit. Perbedaan ini
3) Faktor perilaku
4) Faktor lingkungan
dihasilkan.
tingkat usia.
Tabel 2.1
Dewasa 16-20
31
4. Konsep Bermain
a. Pengertian Bermain
juga merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain
2014).
b. Fungsi Bermain
orang lain.
verbal.
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai
lain.
b. Waktunya singkat
c. Mudah dilakukan.
d. Aman
g. Melibatkan keluarga.
kembang anak :
adanya reflex, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan
perkembangan.
34
semua alat permainan yang dapat didorong dan di tarik, berupa alat
e. Bermain Meniup
Tekanan yang tinggi dalam alveolus dan lobus dapat mengaktifkan silia
pada saluran nafas untuk mengevakuasi sekret keluar dari jalan nafas,
dalam rentang waktu 10-15 menit dan setiap tiupan di selingi dengan
36
istirahat (nafas biasa). Posisi anak saat bermain adalah duduk atau
bersandar dengan posisi setengah duduk diatas tempat tidur atau kursi
(Sutini, 2011).
1. Heart Rate (HR), rata-rata denyut jantung atau nadi yang dihitung
dalam 1 menit.
dalam 1 menit.
B. Kerangka Teori
1. Intermiten
2. Persisten ringan
Asma
3. Persisten sedang
4. Persisten berat
Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Pemberian obat
1. Faktor ekstrinsik (asma bronkodilator
b. Pemberian antibiotik
imunologik atau asma alergi)
2. Non Farmakologi
2. Faktor intrinsik (asma a. Menghindari anak dari
paparan alergen
imunologik atau asma non b. Meminimalkan kelelahan
c. Memberikan posisi yang
alergi) nyaman (semi fowler)
d. Pemberian terapi aktivitas
bermain meniup “tiupan
lidah”
Komplikasi :
1. Bronkitis kronis
pulmonate
(Somantri, 2009)
38
C. Kerangka Konsep
(Sutini, 2011)
39
BAB III
Subjek yang digunakan dalam aplikasi riset ini adalah An. Y usia
2. Waktu : Aplikasi riset ini dilakukan pada tanggal 9-11 Maret 2015.
kekuatan meniup.
Rate pada anak usia prasekolah, baik pada kelompok intervensi maupun
kelompok kontrol. Pulse oksimeter akan dipasang pada jari kaki atau
tangan.
39
40
D. Prosedur Tindakan
aplikasi riset tentang pengaruh terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”
sebagai berikut :
aplikasi penelitian.
oximeter.
diajarkan.
41
rentan waktu 10-15 menit diselingi nafas biasa dengan ritme yang teratur,
pasien.
12. Melakukan pengukuran kedua terhadap Respiratory rate, Heart Rate dan
E. Alat Ukur
1. Alat ukur yang digunakan dalam aplikasi riset ini adalah Heart Rate per
2. Frekuensi denyut jantung (Heart Rate) per menit pada bayi dan anak
3. Frekuensi pernapasan (Respiratory Rate) per menit pada bayi dan anak
Dewasa 16-20
LAPORAN KASUS
An. Y dengan Asma di Ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang
A. Identitas Klien
An. Y, umur 4 tahun, lahir pada tanggal 23 Januari 2010, alamat jebres, jenis
pasien adalah Tn. H, umur 29 tahun, pekerjaan montir, alamat jebres dan
B. Pengkajian
WIB di ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi. Keluhan utama yang dirasakan
klien adalah sesak nafas dan batuk-batuk dahak susah keluar. Riwayat
penyakit sekarang ibu klien mengatakan anaknya dibawa ke poli anak RSUD
43
44
Dr. Moewardi pada tanggal 8 Maret 2015 pada pukul 09.30 WIB karena
sesak nafas, nafas berbunyi ngik-ngik, dan batuk-batuk dahak susah keluar.
Keluhan batuk dirasakan klien sudah sejak 2 hari yang lalu dan hanya
diberikan sirup dari apotik tetapi tidak kunjung sembuh. Kemudian setelah
dari poli klien dibawa ke IGD untuk mendapatkan terapi nebulizer dan
nebulizer. Tetapi ± 1 jam setelah masuk rumah sakit klien sudah sampai
dirumah, klien kembali sesak nafas, nafas mengi dan batuk lagi. Kemudian
oleh keluarga anak kembali dibawa ke IGD RSUD Dr. Moewardi pada pukul
09.20 WIB dan oleh dokter disarankan untuk rawat inap. Hasil pemeriksaan
di IGD nadi 124 kali per menit, respirasi rate 55 kali per menit, tekanan
pernah dirawat dirumah sakit, An. Y juga pernah mengalami sakit demam
biasa, batuk, pilek, saat usia 1 tahun. An. Y tidak mempunyai riwayat alergi
imunisasi dasar lengkap yaitu BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis.
bersama kedua orang tuanya, dalam anggota keluarga ada yang mempunyai
45
riwayat asma yaitu ayahnya dan tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
Genogram :
An.y
Gambar 4.1
Genogram
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Meninggal
: Garis keturunan
saat ini adalah berat badan sekarang 13 kg, tinggi badan 105 cm, lingkar
Status nutrisi pasien sebelum sakit ibu klien mengatakan dalam satu
hari pasien makan 3x dengan menu nasi, sayur, lauk, dan buah. Makan habis
1 porsi tanpa ada keluhan sebelum dan sesudah makan serta minum susu, air
putih satu hari 7-8 gelas belimbing jumlahnya kurang lebih 1600-1800cc.
Saat sakit, ibu pasien mengatakan anknya sulit makan dan nafsu makan
A : 0,11 m
B : HB = 11,3 g/dl
Hematokrit = 46%
C : klien kurus, rambut hitam, turgor kulit sedang, mukosa bibir kering.
D : klien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk dan buah.
Makan hanya habis ½ porsi saja. minum susu, air putih dan teh hangat
Pola eliminasi BAB sebelum sakit ibu klien mengatakan BAB biasanya
berbau khas, tidak ada campuran darah. Saat sakit klien BAB 1 kali per 2 hari
darah. Pola eliminasi BAK sebelum sakit ibu klien mengatakan BAK ± 7– 9
47
kali sehari ( 1200 cc – 1600 cc ), warna kuning pekat, berbau amoniak. Saat
sakit klien BAK ± 6-8 kali sehari (1000 cc – 1400 cc) warna kuning, berbau
amoniak.
data yaitu : keadaan umum baik, kesadaran composmentis, GCS ( E:4, V:5,
M:6 ). Pemeriksaan tanda tanda vital tekanan darah 90/60 mmHg, suhu tubuh
38,70 C, nadi 126 kali per menit irama teratur, pernafasan 38 kali per menit
mesochepal, tidak ada penutupan garis sutura, kondisi rambut dan kulit
kepala bersih, rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih tidak ada ketombe.
Pemeriksaan mata didapatkan sklera tidak ikterik, simetris antara kanan dan
kiri, konjungtiva tidak anemis, reflek terhadap cahaya +/+, pupil isokor dan
kanan dan kiri, ketajaman pendengaran tidak ada gangguan, dan tidak
hidung dalam keadaan bersih, simetris, tidak ada polip, septum terletak di
tengah, tidak ada nafas cuping hidung. Pada leher bentuk normal, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada distensi vena leher, nadi karotis teraba
kuat, reflek menelan baik tidak ada gangguan, dan tidak ada kaku kuduk.
Warna bibir merah, keadaan bibir bersih, lidah bersih, mukosa bibir kering,
didapatkan hasil yaitu dada normal, simetris kanan dan kiri, tidak terlihat ada
luka atau jejas, tampak adanya penggunaan otot bantu pernafasan. Hasil
fremitus kanan dan kiri sama, ekspansi paru kanan dan kiri tidak sama. Hasil
bentuk dada terlihat simetris, ictus cordis tidak tampak dari luar. Pada
ekstermitas atas dan bawah kekuatan otot kanan dan kiri 5 yaitu kekuatan otot
penuh, terpasang infuse di tangan kiri, jumlah jari kanan dan kiri lengkap,
tidak ada cacat atau pun luka, Range Of Motion (ROM) kanan dan kiri aktif,
capillary refile kurang dari 2 detik, perabaan akral ekstremitas atas hangat
4,44 juta/ul (3,90-5,30). Index : MCV 81,8 fl (80,0-96,0), MCH 27,7 Pg (28-
33), MCHC 33,9 g/dl (33-36), RDW 11,8 % (11,6-14,6), MPV 7,6 fl (7,2-
ion 1,34, mukus 6,23 u/l (0,00-0,00), PH 7,418 mmol/L (7,350-7,450), PCO2
35,3 mmol/L (27-41), PAO2 81,6 mmHg (83-108), HCO3 222,9 mmol/L (21-
Terapi yang didapat pasien saat dirawat yaitu terapi intravena infus
berfungsi untuk mengatasi dan meringankan asma, asma bronkial dan depresi
pernafasan. Terapi nebulizer atrovent 10, barotec + nacl 0,9% 5cc/6 jam,
keluar. Data obyektif didapatkan hasil An. Y tampak lemah, terdengar suara
ronchi dilobus kanan atas, tampak adanya penggunaan otot bantu pernapasan,
respirasi 38 kali per menit, An. Y belum bisa mengeluarkan sekret, SaO2
98%.
subyektif klien mengatakan kadang masih sesak nafas. Data obyektif yang
otot bantu pernafasan, terdengar suara whezing, respirasi 38 kali per menit.
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Ditandai dengan data subyektif ibu klien mengatakan anaknya susah makan
dan nafsu makan menurun, sedangkan data obyektif didapatkan WHZ : -2,4
klien kurus, rambut berwarna hitam, turgor kulit sedang, mukosa bibir kering.
D : klien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk, buah dan minum air
D. Intervensi Keperawatan
selama 3 kali 24 jam diharapkan jalan nafas kembali paten dengan kriteria
hasil : tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, sekret bisa keluar, suara
paru bersih tidak ada ronchi, respirasi dalam batas normal (21-30 kali
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada An. Y kaji
memberikan minum air hangat terutama saat pagi hari, kolaborasi dengan
jam diharapkan pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil : tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan, suara paru bersih tidak ada whezing, klien
melaporkan sesak nafas sudah hilang, respirasi dalam batas normal (21-30
pada An. Y yaitu observasi adanya penggunaan otot bantu pernafasan dan
auskultasi bunyi paru-paru, berikan posisi semi fowler, ajarkan klien tekhnik
relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi O2.
52
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
kali 24 jam diharapkan intake nutrisi pada klien terpenuhi dengan kriteria
hasil : nafsu makan anak meningkat, turgor kulit elastis, BB kembali normal,
makan habis 1 porsi, klien tampak lebih segar, mukosa bibir lembab.
pantau intake nutrisi pada anak, berikan penjelasan pada keluarga tentang
makan yang disukai anak sedikit dan sajikan selagi hangat, kolaborasi dengan
E. Implementasi Keperawatan
yang berlebih, pada hari pertama tanggal 09 Maret 2015 jam 09.55 WIB
diperiksa, respon obyektif nafas cepat dan agak dalam, terdengar suara ronchi
dilobus kanan atas, nadi 124 kali per menit, respirasi 39 kali per menit. Jam
10.05 menganjurkan ibu untuk memberikan minum air hangat terutama saat
pagi hari dengan respon subyektif ibu klien mengatakan beredia memberikan
banyak minum air hangat, respon obyektif ibu tampak memahami saran yang
53
diberikan, anak diberikan minum air hangat. Jam 11.00 WIB memberikan
terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah” dengan respon subyektif ibu
klien mengatakan bersedia anaknya diberikan terapi dan anak mau diajak
bermain meniup “tiupan lidah”, respon obyektif klien tampak kooperatif dan
senang saat diajak bermain, klien meniup “tiupan lidah” sebanyak 30 kali
selama 30 menit.
Pada hari kedua tanggal 10 Maret 2015, jam 07.05 WIB berkolaborasi
kooperatif dan menghirup uap yang keluar dari masker. Jam 09.45 mengkaji
nafas agak dalam irama teratur, terdengar suara ronchi dilobus kanan atas,
nadi 116 kali per menit, respirasi 36 kali per menit. Jam 10.10 WIB
respon obyektif klien tampak senang saat diajak bermain, posisi klien duduk,
Pada hari ketiga tanggal 11 Maret 2015, jam 09.00 WIB memberikan
terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah” dengan respon subyektif klien
mengatakan mau diajak bermain meniup “tiupan lidah” lagi, respon obyektif
klien tampak rileks dan senang saat diajak bermain, posisi klien duduk, klien
meniup “tiupan lidah” sebanyak 30 kali selama 30 menit. Jam 09.20 mengkaji
54
nafas agak dalam irama teratur, suara paru vesikuler tidak ada suara
tambahan, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, respirasi 26 kali per
menit.
pada hari pertama tanggal 9 Maret 2015 pada jam 09.00 WIB mengobservasi
obyektif yaitu klien tampak kooperatif, tampak adanya pengguaan otot bantu
setengah duduk, respon obyektif posisi tidur klien semi fowler, klien tampak
lebih nyaman. Jam 12.30 WIB mengajarkan klien tekhnik relaksaai napas
relaksasi napas dalam, respon obyektif klien tampak kooperatif dan mencoba
Pada hari kedua tanggal 10 Maret 2015, jam 07.30 WIB mengukur
respon obyektif klien tampak lebih kooperatif, tekanan darah 90/60 mmHg,
nadi 131 per menit, respirasi 34 kali per menit dan suhu 36,90 C.
55
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, pada hari pertama tanggal 09 Maret 2015 jam 09.30 WIB memantau
intake nutrisi pada klien dengan respon subyektif ibu klien mengatakan tadi
pagi An. Y mau makan tapi hanya sedikit saja, respon obyektif klien tampak
lemas, mukosa bibir kering, makan hanya habis ½ porsi saja. Jam 09.45
berkolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diit yang tapat untuk klien
dengan respon obyektif ahli gizi memberikan diit yang sesuai untuk klien.
Tindakan pada diagnosa pertama dan kedua, jam 13.30 WIB mengukur tanda-
tanda vital dengan respon subyektif ibu klien mengatakan bersedia anaknya
diperiksa, respon obyektif klien lemas, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi
123kali per menit, respirasi 32 kali per menit dan suhu 37,20 C.
Pada hari kedua tanggal 10 Maret 2015, jam 08.00 WIB memberikan
penjelasan tentang pentingnya nutrisi bagi anak dengan respon subyektif ibu
paham dan mengerti serta menanyakan nutrisi apa saja yang baik untuk An.
Y. Jam 12.30 memantau intake nutrisi pada klien dengan respon subyektif ibu
klien mengatakan An. Y sudah mau makan agak banyak, respon obyektif
klien tampak lebih segar, mukosa bibir kering, makan habis ¾ porsi.
Pada hari ketiga tanggal 11 Maret 2015, jam 08.30 WIB memantau
intake nutrisi pada klien dengan respon subyektif ibu klien mengatakan nafsu
makan An. Y sudah meningkat dan makanya tadi pagi dihabiskan, respon
obyektif klien tampak lebih segar, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab,
56
makan sudah habis 1 porsi. Tindakan pada diagnosa pertama dan kedua, jam
mengatakan mau diperiksa, respon obyektif tekanan darah 90/60 mmHg, nadi
119 kali per menit, respirasi27 kali per menit dan suhu 36,90 C.
F. Evaluasi Keperawatan
yang berlebih, pada hari pertama tanggal 09 Maret 2015 jam 13.55 WIB
susah keluar, obyektif anak tampak lemah hanya berbaring ditempat tidur,
lobus kanan atas, respirasi 38 kali permenit, sekret bisa keluar hanya sedikit.
Evaluasi pada hari kedua tanggal 10 Maret 2015 jam 13.30 WIB respon
subyektif ibu klien mengatakan batuk sudah berkurang, dahak sudah bisa
keluar. Respon obyektif klien masih berbaring ditempat tidur, masih tampak
kanan atas, pernafasan 29 kali permenit, sekret sudah bisa keluar. Analisa
Evaluasi pada hari ketiga tanggal 11 Maret 2015 jam 11.30 WIB respon
subyektif klien mengatakan sudah tidak batuk dan ibu klien mengatakan
dahak sudah tidak ada. Respon obyektif klien tampak rileks, suara paru
vesikuler tidak ada ronci, respirasi 26 kali per menit. Analisa masalah teratasi.
dilakukan pada hari pertama tanggal 09 Maret 2015 jam 13.45 WIB hasil
kadang masih sesak nafas, klien hanya berbaring ditempat tidur, tampak
Pada hari kedua tanggal 10 Maret 2015, jam 13.40 WIB respon
subyektif klien mengatakan sudah tidak sesak nafas, obyektif klien tampak
lebih nyaman, suara whezing sudah tidak ada, masih tampak adanya
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, pada hari
58
pertama tanggal 09 Maret 2015 jam 14.10 WIB respon subyektif ibu klien
mengatakan An. Y masih sulit makan, nafsu makan menurun. Obyektif klien
tampak lemas, A : 0,11 m dengan BB sebelum sakit : 14kg dan selama sakit :
rambut berwarna hitam, turgor kulit sedang, mukosa bibir kering, D : klien
makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk, buah dan minum air putih serta
susu, makan habis ½ porsi saja. Analisa masalah belum teratasi. Planning
Evaluasi pada hari kedua tanggal 10 Maret 2015 jam 13.55 WIB respon
subyektif ibu klien mengatakan An. Y sudah mau makan agak banyak.
Respon obyektif A : 0,11 m dengan BB sebelum sakit : 14kg dan selama sakit
rambut berwarna hitam, turgor kulit elastis, mukosa bibir kering, D : klien
makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk, buah dan minum air putih serta
Evaluasi pada hari ketiga jam 11.40 WIB respon subyektif ibu klien
mengatakan nafsu makan An. Y sudah meningkat dan tadi pagi makan sudah
habis 1 porsi. Respon obyektif klien tampak lebih segar, A : 0,11 m dengan
kulit elastis, mukosa bibir lembab, D : klien makan nasi, sayur, lauk, buah
59
dan minum air putih serta susu, makan habis 1 porsi. Analisa masalah sudah
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang ”Pemberian terapi aktivitas
bermain meniup “tiupan lidah” terhadap status oksigenasi anak usia prasekolah
pada asuhan keperawatan An. Y dengan asma di Ruang Melati 2 RSUD Dr.
dalam bab ini membahas tentang adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara
A. Pengkajian
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
dapat dari klien (sumber data primer), data yang didapat dari orang lain (data
diagnostik, keluarga dan orang yang terdekat atau anggota tim kesehatan
klien adalah sesak nafas dan batuk-batuk dahak susah keluar. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa keluhan utama pada penderita
asma yaitu sesak nafas dan batuk kering (Suriadi & Yuliani, 2010).
60
61
poli anak RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 8 Maret 2015 pada pukul 09.30
WIB karena sesak nafas, nafas berbunyi ngik-ngik dan batuk-batuk dahak
susah keluar. Keluhan batuk dirasakan klien sudah sejak 2 hari yang lalu.
Kemudian setelah dari poli klien dibawa ke IGD untuk mendapatkan terapi
jam setelah masuk rumah sakit klien sudah sampai dirumah, klien kembali
sesak nafas, nafas mengi dan batuk lagi. Dalam teori menyebutkan penderita
kelainan bentuk dada yang dijumpai pada asma kronik, sesak nafas dan nafas
bunyi ngik-ngik (mengi). Batuk terjadi pada waktu malam menjelang pagi
menurun, bila salah satu atau kedua orangtua, kakek atau nenek anak
menderita asma maka bisa diturunkan pada anak (Riyadi & Sukarmin, 2013).
tinggal bersama kedua orang tuanya, dalam anggota keluarga ada yang
mempunyai riwayat asma yaitu ayahnya dan tidak ada yang mempunyai
koroner.
62
dahak susah keluar, nafas mengi. Pemeriksaan tanda tanda vital tekanan darah
90/60 mmHg, suhu tubuh 38,70 C, nadi 126 kali per menit irama teratur,
pernafasan 38 kali per menit irama teratur, SaO2 98%. Hal tersebut sesuai
dengan asma biasanya masih dalam batas normal 36-370 C (Riyadi &
Sukarmin, 2013).
didapatkan hasil yaitu dada normal, simetris kanan dan kiri, tidak terlihat ada
luka atau jejas, tampak ananya penggunaan otot bantu pernafasan. Hasil
fremitus kanan dan kiri sama, ekspansi paru kanan dan kiri tidak sama. Hasil
(mendengarkan) yaitu terdengar suara tambahan whezing dan juga suara ronci
di lobus kanan atas. Menurut Riyadi & Sukarmin (2013) pada pemeriksaan
fisik thoraks dan paru-paru, secara inspeksi : frekuensi irama, kedalaman dan
63
Palpasi : adanya nyeri tekan, masa, peningkatan vokal vremitus pada daerah
yang terkena. Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya
berlebih dan memenuhi bronkiolus yang menjadi bengkak. Akibat dari proses
tadi, penderita mengalami kesulitan bernafas atau sesak yang disertai batuk
dan mengi. Bentuk serangan akut asma dimulai dari batuk yang terus-
mengeluhkan sesak nafas, nafas mengi dan pernafasan 38 kali per menit.
nafas. Dipsnea fisiologis adalah nafas pendek yang diakibatkan latihan fisik
atau perasaan gembira. Dipsnea patologis adalah kondisi individu tidak bisa
fisik. Dipsnea dapat dikaitkan dengan tanda-tanda klinis seperti usaha nafas
yang berlebihan, penggunaan otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung dan
64
Perry, 2006).
Status nutrisi klien saat sakit, ibu pasien mengatakan anaknya sulit
hematokrit = 46%. C : klien kurus, rambut hitam, turgor kulit sedang, mukosa
bibir kering. D : klien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk dan
buah. Makan hanya habis ½ porsi saja. Minum susu, air putih dan teh hangat
berkaitan dengan nutrisi. Pengkajian nutrisi dinilai dari status gizi dimana
sign yaitu gejala klinis, Dietary history yaitu latar belakang diet (Siregar,
anoreksia (tidak nafsu makan) yaitu gangguan makanan yang dicirikan oleh
penyebab fisik yang jelas. Kebiasaan anak memilih makanan ringan atau
makanan yang berperasa kuat akan menyebabkan jumlah dan jenis makanan
65
33,9 g/dl (33-36), RDW 11,8 % (11,6-14,6), MPV 7,6 fl (7,2-11,1), PDW 15
mmol/L (27-41), PAO2 81,6 mmHg (83-108), HCO3 222,9 mmol/L (21-28),
kadar eosinofil darah. IgE total diperiksa hanya pada beberapa penderita
dilakukan pula dengan Radioallergent Test (RAST). Kadar IgE spesifik lebih
Terapi yang didapat pasien saat dirawat yaitu terapi intravena infus
terapi nebulizer atrovent 10, barotec + nacl 0,9% 5cc/6 jam. Ringer Laktat
berfungsi untuk mengatasi dan meringankan asma, asma bronkial dan depresi
pernafasan. Terapi nebulizer atrovent 10, barotec + naCl 0,9% 5cc/6 jam,
B. Diagnosa Keperawatan
jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang berlebih, karena pada
saat pengkajian didapatkan data subjektif yaitu ibu klien mengatakan anaknya
batuk-batuk dahak susah keluar. Data obyektif didapatkan hasil An. Y tampak
lemah, terdengar suara ronchi dilobus kanan atas, tampak adanya penggunaan
otot bantu pernafasan, respirasi 38 kali per menit, SaO2 98%, An. Y belum
2012). Hal ini sesuai dengan gejala yang terjadi pada klien yang memenuhi
keperawatan yang muncul pada pasien karena jalan nafas yang bersih
didapatkan hasil data subyektif klien mengatakan kadang masih sesak napas,
Hal ini terbukti pada seseorang yang kekurangan oksigen akan mengalami
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
mengatakan anaknya susah makan dan nafsu makan menurun, data obyektif
sebelum sakit : 14kg dan selama sakit : 13kg. B : hemoglobin 11,3 g/dl dan
mukosa bibir kering. D : klien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk,
buah dan minum air putih serta susu, makan habis ½ porsi saja. Kondisi
kurang dari kebutuhan tubuh yang disebabkan oleh intake yang tidak adekuat
muncul pada pasien asma selain yang sudah disebutkan diatas yaitu
pengkajian pada An. Y tidak ada keluhan dan data yang mendukung,
C. Intervensi Keperawatan
dengan efektif dan efisien (Rohmah & Walid, 2012). Rencana keperawatan
ini disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana
efektif, suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis, mampu mengeluarkan
mengaktifkan silia pada saluran nafas untuk mengevakuasi sekret yang ada
pada jalan nafas, anjurkan ibu untuk memberikan minum air hangat terutama
saat pagi hari rasional untuk membantu mengencerkan sekret yang tertahan
kembali efektif dengan kriteria hasil : tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan, suara paru bersih tidak ada whezing, klien melaporkan sesak
nafas sudah hilang, respirasi dalam batas normal (21-30 kali permenit)
(Nurarif, 2013).
memberikan ventilasi yang adekuat pada saat ekspirasi atau ispirasi sehingga
apabila pola nafas tidak segera ditangani akan menyebabkan dypsnea bahkan
untuk mengetahui adanya penarikan otot pernafasan dan suara tambahan pada
paru serta menurunkan kerja pernafasan, ajarkan klien tekhnik relaksasi nafas
dalam rasional agar nafas teratur dan mengurngi dipsnea, kolaborasi dengan
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, penulis
jam diharapkan intake nutrisi pada klien terpenuhi dengan kriteria hasil : tidak
ada tanda-tanda malnutrisi, nafsu makan anak meningkat, turgor kulit elastis,
BB kembali normal, makan habis 1 porsi, klien tampak lebih segar, mukosa
karena jika nutrisi klien buruk mengakibatkan asupan protein dan nutrient
pada klien, berikan penjelasan pada keluarga tentang pentingnya nutrisi pada
anak rasional agar keluarga mengetahui nutrisi apa saja yang dibutuhkan
klien, anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan yang disukai anak
sedikit dan sajikan selagi hangat rasional tindakan ini dapat meningkatkan
dengan ahli gizi untuk memberikan diit yang tepat untuk klien rasional agar
2013).
74
D. Implementasi Keperawatan
2012).
memberikan minum air hangat terutama saat pagi hari, berkolaborasi dengan
adanya takipnea, pernafasan dangkal dan suara tambahan pada paru terjadi
permainan atau aktivitas yang memerlukan inhalasi lambat dan dalam waktu
alveolus pada semua lobus dapat meningkat dan tekanan di dalamnya pun
mengaktifkan silia pada saluran nafas untuk mengevakuasi sekret keluar dari
jalan nafas, sehingga jalan nafas menjadi lebih efektif. Membersihkan sekret
dari jalan nafas berarti akan menurunkan tahanan jalan nafas dan
efektif. Terapi bermain ini dilakukan satu kali dalam sehari, sebelum
atau mencucu dan dikerutkan sehingga mainan yang tadinya tergulung setelah
dilakukan terus menerus sebanyak 30 kali dalam rentang waktu 10-15 menit
dan setiap tiupan di selingi dengan istirahat (nafas biasa). Posisi anak saat
bermain adalah duduk atau bersandar dengan posisi setengah duduk diatas
banyak minum air hangat terutama saat pagi hari, karena pemasukan cairan
bronkodilator (nebulizer) yang terdiri dari atrovent 10, barotec + nacl 0,9%
5cc/6 jam, hal ini dilakukan untuk membantu mengubah obat asma yang
berupa larutan menjadi uap yang dapat dihirup ke dalam paru-paru, sehingga
dengan asma (Sirait, 2012). Terapai nebulizer termasuk terapi inhalasi yang
adanya retraksi dinding dada karena penurunan ekspansi paru dan juga
Pemberian posisi semi fowler pada pasien asma dilakukan sebagai salah
posisi semi fowler diharapkan pasien merasa nyaman dan dapat mengurangi
kondisi sesak nafas pada pasien asma saat terjadi serangan (Safitri, 2011).
Batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki
trakea, dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan nafas (Potter &
Perry, 2009). Hal ini untuk membantu keluarnya sekresi (dahak), sehingga
sedikit dan sajikan selagi hangat, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat (Potter & Perry,
2006).
kebutuhan nutrisi pada anak dan dapat memberikan nutrisi yang mengandung
untuk memberikan makan yang disukai anak sedikit dan sajikan selagi
masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makan
dengan ahli gizi untuk memberikan diit yang tepat untuk klien, agar tim gizi
(Nurarif, 2013).
E. Evaluasi Keperawatan
kesehatan sekarang dan menyatakan efek dari tindakan yang diberikan pada
penulis sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu sesuai SOAP (Subjektif,
Objektif, Assement dan planning). Evaluasi dilakukan setiap hari selama tiga
Hasil evaluasi pada hari rabu 11 Maret 2015 pada diagnosa pertama,
jam 11.30 WIB respon subyektif klien mengatakan sudah tidak batuk dan ibu
klien mengatakan dahak sudah tidak ada. Respon obyektif klien tampak
rileks, suara paru vesikuler tidak ada ronci, respirasi 26 kali per menit.
sekret bisa keluar, suara paru bersih tidak ada ronchi, respirasi dalam batas
Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari rabu 11 Maret 2015, jam 13.45
WIB pada diagnosa kedua jam 13.40 WIB respon subyektif klien mengatakan
sudah tidak sesak nafas, obyektif klien tampak lebih nyaman, suara whezing
sudah tidak ada, masih tampak adanya penggunaan otot bantu pernafasan,
diharapkan sudah tercapai dan memenuhi kriteria hasil diantaranya, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan, suara paru bersih tidak ada whezing, klien
80
melaporkan sesak nafas sudah hilang, respirasi dalam batas normal (21-30
Evaluasi pada hari rabu 11 Maret 2015 pada diagnosa ketiga jam, 11.40
WIB respon subyektif ibu klien mengatakan nafsu makan An. Y sudah
meningkat dan tadi pagi makan sudah habis 1 porsi. Respon obyektif klien
kurus, rambut berwarna hitam, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, D :
klien makan nasi, sayur, lauk, buah dan minum air putih serta susu, makan
kulit elastis, BB kembali normal, makan habis 1 porsi, klien tampak lebih
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
yaitu ibu klien mengatakan anaknya batuk-batuk dahak susah keluar. Data
respirasi 38 kali per menit, An. Y belum bisa mengeluarkan sekret. Data
whezing, respirasi 38 kali per menit. data subyektif ibu klien mengatakan
anaknya susah makan dan nafsu makan menurun, sedangkan data obyektif
kulit sedang, mukosa bibir kering. D : klien makan 3 kali sehari dengan
nasi, sayur, lauk, buah dan minum air putih serta susu, makan habis ½
porsi saja.
81
82
2. Diagnosa Keperawatan
tidak adekuat.
3. Intervensi Keperawatan
“tiupan lidah”, anjurkan ibu untuk memberikan minum air hangat terutama
O2.
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat yaitu
pantau intake nutrisi pada anak, berikan penjelasan pada keluarga tentang
83
makan yang disukai anak sedikit dan sajikan selagi hangat, kolaborasi
dengan ahli gizi untuk memberikan diit yang tepat untuk klien.
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
jam pada hari Evaluasi pada hari rabu 11 Maret jam 11.30 WIB respon
subyektif klien mengatakan sudah tidak batuk dan ibu klien mengatakan
dahak sudah tidak ada. Respon obyektif klien tampak rileks, suara paru
vesikuler tidak ada ronci, respirasi 26 kali per menit. Analisa masalah
Pada diagnosa kedua, hari selasa 10 Maret 2015 jam 13.40 WIB
respon subyektif klien mengatakan sudah tidak sesak nafas, obyektif klien
tampak lebih nyaman, suara whezing sudah tidak ada, masih tampak
Pada diagnosa ketiga, hari rabu 11 Maret 2015 jam 11.40 WIB
meningkat dan tadi pagi makan sudah habis 1 porsi. Respon obyektif klien
klien kurus, rambut berwarna hitam, turgor kulit elastis, mukosa bibir
lembab, D : klien makan nasi, sayur, lauk, buah dan minum air putih serta
intervensi dihentikan.
6. Analisa pemberian terapi aktivitas bermain meniup tiupan lidah pada An.
menggunakan tekhnik pursed lip breathing, yaitu anak bernafas dalam dan
menerus sebanyak 30 kali dalam rentang waktu 10-15 menit dan setiap
tiupan di selingi dengan istirahat (nafas biasa). Posisi anak saat bermain
adalah duduk atau bersandar dengan posisi setengah duduk diatas tempat
B. Saran
antara lain :
85
3. Bagi Pendidikan
4. Bagi Penulis
Almeida, C. C. B., Ribeiro, J. D., Junior, A. A., & Zeferino, A. M. B. 2005. Effect
of expiratory flow increase. Physiotherapy research international. 10 (4) :
213-221
Asmadi. 2008. Prosedural keperawatan, konsep dan aplikasi KDM. Salemba
Medika. Jakarta
Herdman, T Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
EGC. Jakarta
Mubarak, W.I & Chayatin, N. 2007. Kebutuhn dasar manusia. EGC. Jakarta
Muscari, M.E. 2005. Advanced pediatric clinical assesment skils and procedure.
Lippincott. Philladelpia
Musliha. 2012. Keperawatan gawat darurat. Nuha Medika. Yogyakarta
Natalia, D. Saryono. 2007. Efektifitas pursed lips breathing. Jurnal ilmiah
kesehatan keperawatan, Volume 3
Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit Edisi 2. EGC. Jakarta
Nugroho, Sigit. 2012. Terapi pernafasan pada penderita asma.
http:digilib.unimus.ac.id/files/diskl/123/jtptunimus-gdl-nurarifing-6137-2-
babiik-r.pdf(anyar), di akses tanggal 19 Maret 2015
Nurarif A & Kusuma A. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Jilid 1. Media Action Publishing.
Yogyakarta
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik.
Salemba Medika. Jakarta
Ns. Andra, S. W. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Nuha Medika. Jogjakarta
Pratyahara, A. Dayu. 2011. Asma Pada Balita (Mengenal, Mengobati, dan
Mengendalikan Penyakit Asma Pada Anak Usia Balita). Buku Kita.
Jakarta
Pudiastuti, Ratna D. 2011. Waspada Penyakit pada Anak. Permata Putri Media.
Jakarta
Potter P.A & Perry A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. EGC. Jakarta
Ridha, H Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Riyadi S & Sukarmin. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Graha
Ilmu. Yogyakarta
Rohmah N & Walid S. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Ar-Ruzz
Media . Yogjakarta
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Salemba Medika. Jakarta
Suriadi & Yuliani R. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. CV Sugeng
Seto. Jakarta
Sutini, Titin. 2011. Pengaruh Aktivitas Bermain Meniup Tiupan Lidah Terhadap
Status Oksigenasi Pada Anak Usia Prasekolah Dengan Pneumonia di
Rumah Sakit Islam Jakarta. Program Megister Keperawatan. UI
WHO. 2009. Buku saku: Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO 2008.
Jakarta
Wijaya S & Putri M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Teori dan Contoh Askep.
Nuha Medika. Yogyakarta
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 5. EGC.
Jakarta