Disusun Oleh :
12160086
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat B.A , 2002 )
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan.
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat
bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.(Stuart dan Sundeen, 2005)
Harga diri rendah adalah penilaian negative seseorang terhadap diri dan kemampuan yang
diekspresikan secara langsung dan tidak langsung (Bawlis,2002)
Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa harga diri rendah adalah sebagai perasaan
negative terhadap diri sendiri dalam kepercayaan diri yang gagal mencapai keinginan.
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri.
Harga diri adalah sifat yang diwariskan secara genetik. Pengaruh lingkungan sangat
penting dalam pengembangan harga diri. Faktor-faktor predisposisi dari pengalaman masa anak-
anak merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka
terhadap perlakuan dan respon orang tua. Penolakan orang tua menyebabkan anak memilki
ketidakpastian tentang dirinya dan hubungan dengan manusia lain. Anak merasa tidak dicintai
dan menjadi gagal mencintai dirinya dan orang lain.
Saat ia tumbuh lebih dewasa, anak tidak didorong untuk menjadi mandiri, berpikir untuk
dirinya sendiri, dan bertanggung jawab atas kebutuhan sendiri. Kontrol berlebihan dan rasa
memiliki yang berlebihan yang dilakukan oleh orang tua dapat menciptakan rasa tidak penting
dan kurangnya harga diri pada anak. Orangtua membuat anak-anak menjadi tidak masuk akal,
mengkritik keras, dan hukuman.
Tindakan orang tua yang berlebihan tersebut dapat menyebabkan frustasi awal, kalah, dan
rasa yang merusak dari ketidak mampuan dan rendah diri. Faktor lain dalam menciptakan
perasaan seperti itu mungkin putus asa, rendah diri, atau peniruan yang sangat jelas terlihat dari
saudara atau orangtua. Kegagalan dapat menghancurkan harga diri, dalam hal ini dia gagal dalam
dirinya sendiri, tidak menghasilkan rasa tidak berdaya, kegagalan yang mendalam sebagai bukti
pribadi yang tidak kompeten.
Ideal diri tidak realistik merupakan salah satu penyebab rendahnya harga diri.Individu
yang tidak mengerti maksud dan tujuan dalam hidup gagal untuk menerima tanggung jawab diri
sendiri dan gagal untuk mengembangkan potensi yang dimilki. Dia menolak dirinya bebas
berekspresi, termasuk kebenaran untuk kesalahan dan kegagalan, menjadi tidak sabaran, keras,
dan menuntut diri. Dia mengatur standar yang tidak dapat ditemukan. Kesadaran dan
pengamatan diri berpaling kepada penghinaan diri dan kekalahan diri. Hasil ini lebih lanjut
dalam hilangnya kepercayaan diri.
Intervensi orangtua terus-menerus dapat mengganggu pilihan remaja. Orang tua yang
selalu curiga pada anak menyebakan kurang percaya diri pada anak. Anak akan ragu apakah
yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah. Ini
juga dapat merendahkan pendapat anak dan mengarah pada keraguan, impulsif, dan bertindak
keluar dalam upaya untuk mencapai beberapa identitas. Teman sebayanya merupkan faktor lain
yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, diingikan, dan dimilki oleh
kelompoknya.
2. Faktor Presipitasi
a. Trauma
Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi dimana individu tidak
mampu menyesuaikan. Situasi dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Situasi dan
stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan operasi,
proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan
prosedur tindakan dan pengobatan.
b. Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam
peran.
- Transisi perkembangan
- Transisi situasi
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan. Transisi situasi merupakan bertambah atau
berkurangnya orang yang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian
orang yang berarti, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.
Transisi sehat sakit berkembang berubah dari tahap sehat ke tahap sakit. Beberapa stressor pada
tubuh dapat menyebabakan gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri.
Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri,
peran ,dan harga diri. Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis, sossiologis,
atau fisiologis, namun yang lebih penting adalah persepsi klien terhadap ancaman.
perilaku.
C. MANIFESTASI KLINIK
Menurut L. J Carpenito dan Keliat , perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara
lain :
Data Subjektif:
Merasionalisasi penolakan
Data Objektif:
Produktivitas menurun
Penyalahgunaan zat
Menurut Stuart (2005), berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang yaitu Faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukung harga diri rendah meliputi
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah peran gender, tuuntutan peran kerja,
dan harapan peran budaya. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
Sedangkan faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi trauma seperti penganiayaan
seksual dan psikologis atau menyaksika kejadian yang megancam kehidupan dan ketegangan
peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami
frustrasi.
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam
berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh
permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan
emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien
semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman
tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak
tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas
daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Semakin klien
menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan
orang lain.
Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri rendah yaitu mengkritik
diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan,gangguan dalam berhubungan, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan
pada orang lain, rasa bersalah, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis,
adanya keluhan fisik, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, menarik diri secara
realitas,penyalahgunaan zat dan menarik diri secara sosial.(Stuart & Sundeen, 1998, hal.
230).melihat tanda dan gejala diatas apabila tidak ditanggulangi secara intensif akan
menimbulkan distress spiritual, perubahan proses pikir (curiga), perubahan interaksi sosial
(menarik diri) dan resiko terjadi amuk.
E. PENATALAKSANAAN
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut :
Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.
Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif maupun
gejala negative skizofrenia.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep
dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan
kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone,
Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita
lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia
menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang
listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)
d. Therapy Modalitas
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005). Dari
empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu
dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi
persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan
aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
G. FOKUS INTERVENSI
Tgl No Dx Perncanaan
DX Keperawat
an Tujuan Kreteria evaluasi Intervensi
Pasien
Nama : Tn A
Umur : 28 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Penanggung jawab
Nama : Tn T
Umur : 53 Tahun
Pekerjaan : Wiraswata
B. ALASAN MASUK
Klien suka marah-marah, mudah tersinggung dan sering melamun sendiri.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya karena mengamuk di rumahnya
dan menjalani pengobatan di RS Banyumas dan keluar dari RS Banyumas klien melakukan
rawat jalan dan setelah beberapa bulan klien mengatakan putus obat dank lien mengamuk lagi di
rumah dan keluarga membawa klien ke rumah sakit jiwa Magelang.
b. Pengobatan sebelumnya
Pengobatan yang dilakukan klien sebelumnya adalah belum berhasil karena masih ada gejala
yang timbul.
c. Tumbuh Kembang
- Usia sekolah
klien mengatakan dulu waktu sekolah klien memang pendiam, tidak suka bergaul dengan
temannya. Tetapi klien mengatakan keluarga klien terutama ibunya sering memotivasi klien
untuk bergaul dengan temannya
Klien mengatakan saat remaja klien sudah memiliki pacar dan tidak pendiam lagi.
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu adiknya .
e. Factor Presipitasi
D. FISIK
a. Tanda vital
N: 86 x/mnt
RR: 22 x/mnt
b. Ukur
TB: 170 cm
BB: 64 kg
c. Keluhan Fisik
a. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Grs Pernikahan
: Grs Keturunan
: Tinggal Serumah
b. Konsep diri
Klien mengatakan tidak memiliki pandangan buruk terhadap tubuhnya,klien mengatakan merasa
bersyukur diberikan tubuh yang sehat dan tidak cacad.
- Identitas
Klien mengatakan dirinya adalah seorang laki-laki yang bernama Tn. A,belum mempunyai istri
dan belum juga mendapatkan kerja
- Peran
Klien mengatakan dirinya dirumah sebagai kakak dari tiga adiknya,selama dirawat di wisma
sadewa klien merasa tidak berguna karena tidak bisa membiayai adiknya sekolah dan merasa
kurang beruntung dan merasa kesepian.
- Ideal diri
Klien mengatakan ingin menjadi lebih baik dari sekarang dan ingin menjadi yang berguna bagi
semua orang dan mendapatkan kerja lagi
- Harga diri
Klien merasa tidak berguna, karena tidak bisa membiayai sekolah adiknya dan membanggakan
orang tuanya klien mengatakan merasa kurang beruntung dan malu dengan keadaannya
sekarang yang tidak bekerja,sehingga klien menyendiri dan tidak mau bergaul dengan temannya.
c. Hubungan Sosial
Orang yang berarti dalam hidup klien adalah ibunya. Jika ada masalah ibunya sebagai tepat
mencurahkan perasaanya . dan saat dirawat di rumah sakit jiwa klien mengatakan merasa sendiri
dan ingin diam saja tanpa mau berbagi masalah dengan orang lain.
Klien mengatakan tidak ada niat untuk berhubungan dengan orang lain dank lien mengatakan
lebih baik sendiri .Selama klien dirawat di Wisma Sadewa klien lebih bnayak menyendiri , jarang
berkomunikasi dengant eman-teman. Saat ada kegiatan klien mau bekerja dengan motivasi. Saat
di interaksi kontak mata klien kurang serta jawaban yang disampaikan klien simple dan pendek.
Klien mengatakan tidak ada keinginan dalam berhubungan dengan orang lain dank klien
mengatakan ingin sendiri saja.
d. Spiritual
- Kegiatan ibadah
F. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Klien tampak rapid an berpakaian sesuai dengan pakaian teman-temanya yang ada di
bangsal,baju di kancingkan, rambut disisir.
b. Pembicaraan
Klien kooperatif saat berkomunikasi , pembicaraan klien sesuai dengan topic yang di bicarakan
dan tidak ada inisisatif untuk bertanya kepada perawat.
c. Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, sering menyediri dan melamun , klien melakukan kegiatan jika di motivasi
perawat.
d. Alam perasaan
Klien mengatakan sedih , karena merasa tidak berguna bagi keluarganya dan kurang
bersemangat.
e. Afek klien
Afek klien yaitu afek datar, dimana saat diajak ngobrol klien tidak menunjukkan perubahan raut
muka atau ekspresi wajah.
Selama interaksi klien kooperatif, kurang konsentrasi dan kontak mata kurang sering berpaling
pandangan, sering menunduk ketika diajak ngobrol jawaban klien simple dan singkat
g. Persepsi; Halusinasi
Klien mengatakan dulu sempat klien mendengar bisikan-bisikan tapi saat klien dibawa ke Rsj
Magelang, klien mengatakan bisikan itu sudah hilang.
h. Isi pikir
Klien tidak mengalami fobia, pikiran magic atau depersonalisasi (perasaan asing terhdap diri
sendiri, orang lain dan lingkungan), klien tidak mengalami waham baik waham curiga,waham
agama, waham kebesaran, maupun waham somatic.
i. Proses pikir
j. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien adalah bingung, klien tidak disorientasi waktu, tempat maupun orang.
k. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, pendek, maupun saat ini, karena
klien mampu menjawab tentang pertanyaan hari ini , tanggal dan tahun dan klien mengingat
kegiatan yang dilakukan kemarin yaitu seperti senam,dan lain-lain.
Klien tidak mampu berkosentarasi secara penuh, karena klien terihat binggung dan sering
berpaling muka saat diajak berbicara, klien dapat berhitung dengan pertanyaan yang sederhana
seperti 2+3= 5 dan klien mampu menjawabnya.
Klien mampu BAB dan BAK pada tempatnya serta dapat membersihkan toilet dan
membersihkan diri saat BAB dan BAK
H. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping klien inefektif, selalu mengganggap diri tidak berguna, tidak berguna bagi
keluarga dan orang lain.
I. ASPEK MEDIS
Terapi Medis :
Indikasi: Management of manifestasi psikosis akut dan kronis, termasuk skizofrenia dan manik
negara
Kontra indikasi: Pada keadaan koma dan dalam kehadiran depresi SSP karena alkohol atau obat
depresan lainnya
Efek samping: Insomnia, reaksi depresif, dan beracun negara confusional adalah efek yang lebih
umum ditemui. Mengantuk, kelesuan, pingsan dan katalepsia, kebingungan, kegelisahan, agitasi,
gelisah, euforia, vertigo, kejang grand mal, dan eksaserbasi gejala psikotik
Kontra indikasi: --
Efek samping: Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, semas, konstipasi, retensi urin,
takikardi, dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit kepala.
J. ANALISA DATA
- Do :
- Klien terlihat menyendiri dan jarang
berkomunikasi dengan teman-temanya
sebangsal , dank lien hanya mau bekerja jika
dimotivasi perawat
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tgl No Dx Perncanaan
D Keperawatan
X Tujuan Kreteria evaluasi Intervensi
0
Keterangan:
M : mandiri
B : bantuan
P:
Ulangi intervensi SP 1
Bimbing klien untuk
melakukan kegiatan
sesuai jadwal
07.00à menyapu ruang
tidur
08.00àmenyapu ruang
makan
13.00à menyapu ruang
makan
O:
- Klien menyapu ruang
makan dan lantai ruang
tidur dengan benar dan
optimal. Klien mengepel
lantai ruang makan
dengan bantuian dan
kurang bersih
P:
A. Kesesuaian anatara kasus dengan teori baik data focus ,masalah keperawatan yang
muncul maupun implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnose keperawatan dan
mencari pemecahanya.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi juga di sesuaikan dengan kondisi
klien saat dikaji. Pada saat dilakukan pengkajian klien cukup terbuka dan sudah terjalin
hubungan saling percaya antara klien dengan penulis sehingga mempermudahkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Data yang di dapat pada saat pengkajian pada Tn A diperoleh
Tn A mengatakan tidak berguna karena tidak bisa membiayai adik-adiknya dan keluarganya,
klien mengatakan kurang beruntung dan malu dengan keadaannya yang tidak bekerja, klien
mengatakan tidak ada minat dalam berhubungan dengan orang lain, klien selalu menganggap diri
negative, tidak berguna bagi orang lain, kontak mata klien kurang, afek klien datar, klien
menyendiri, tidak mau bergaul, dengan teman-temannya, konsentrasi klien kurang.
Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi masalah yang
dihadapi oleh klien yang merupakan data fokus dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau
masalah keperawatan.
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat
bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri
Dari hasil evaluasi kemudahan yang ditemukan selama pemberian asuhan keperawatan
adalah pasien yang kooperatif dan mau mengikuti implementasi yang diberikan perawat dengan
penuh konsentrasi, kelemahan atau kesulitan dalam mengatasi diagnose keperawatan terutama
saat implementasi yaitu pasien harus dimotivasi untuk melakukan implementasi yang dianjurkan.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. KESIMPULAN
1. Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat
bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.
B. SARAN
Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam memberikan praktik asuhan
keperawatannya, serta pengetahuannya pada pasien dengan Harga Diri Rendah, sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi edukator bagi klien maupun
keluarganya.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa dengan adanya makalah ini dapat membantu dalam dalam
pembuatan asuhan keperawatan.
Bagi Dunia Keperawatan
Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus ditingkatkan kekurangannya sehingga dapat
menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan, serta dapat diaplikasikan untuk
mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. 2008. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis (terjemahan). EGC. Jakarta
Dalami,W. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Tiras Info Medika: Jakarta.
FKUI dan WHO. 2006. Modul Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. (MPKP Jiwa). FKUI&WHO
Mubarak, W. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. EGC.
Jakarta