Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu
wilayah kerja. Sebagai penyelenggara upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, perlu ditunjang pelayanan kefarmasian yang bermutu.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan
dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana
prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
informasi obat dan pencatatan/penyimpanan)dengan memanfaatkan tenaga,
dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu diperlukan suatu
Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk menjamin penyelenggaraan pelayanan
kefarmasian yang berkualitas.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum :
Sebagai acuan pelayanan kefarmasian yang bermutu di UPTD Puskesmas
Wates.
2. Tujuan Khusus :
- Sebagai acuan bagi tenaga farmasi untuk melaksanakan pelayanan
kefarmasian di UPTD Puskesmas Wates.
- Sebagai acuan UPTD Puskesmas Wates dalam melakukan pembinaan
pelayanan kefarmasian di jejaring UPTD Puskesmas Wates.

C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman adalah tenaga farmasi yang ada di Puskesmas yaitu
Apoteker dan Tenaga Tehnis Kefarmasian serta tenaga lain yang diberi
kewenangan untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian.
D. Ruang Lingkup Pedoman
Pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas Wates meliputi 2 (dua) kegiatan
yaitu :
1. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) meli
2. Pelayanan Farmasi Klinis

E. Batasan Operasional
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.
Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, dan Analis Farmasi.
BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal dilaksanakan
oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat
dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan. Adapun kualifikasi
tenaga kefarmasian di Puskesmas adalah sebagai berikut :
NO JABATAN PENDIDIKAN KUALIFIKASI LAIN
1 Apoteker S1 Farmasi, Apoteker  Memiliki STR dan Surat
Ijin Praktek Apoteker
 Mengikuti pelatihan
pelayanan kefarmasian di
Puskesmas
 Mampu menyediakan dan
memberikan pelayanan
kefarmasian yang
bermutu
 Mampu mengambil
keputusan secara
professional
 Mampu berkomunikasi
baik dengan pasien
maupun profesi kesehatan
lain
 Selalu meningkatkan
pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku
untuk meningkatkan
kompetensinya
2 Tenaga Tehnis Minimal D3 Farmasi  Memiliki STR dan Surat
Kefarmasian Ijin Praktek TTK
(TTK)  Mengikuti pelatihan
pelayanan kefarmasian di
Puskesmas
 Mampu mendukung dan
membantu Apoteker
dalam menyediakan
pelayanan kefarmasian
B. Distribusi Ketenagaan
Pola penaturan ketenagaan berdasarkan tanggung jawab dan tugasnya yaitu
sebagai berikut:
NO JABATAN DAN JUMLAH JENIS RATIO
TUGAS KETENAGAAN PETUGAS:PASIEN
1 Apoteker 1 PNS 1:50
penganggung jawab
pelayanan,
perencanaan dan
administrasi,
pelayanan
kefarmasian,
koordinator
pelayanaan farmasi
2 Tenaga Tehnis 1 PNS 1:50
Kefarmasian (TTK)
pelaksana
pelayanan,
pengelolaan
perbekalan farmasi,
administrasi

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelayanan obat di UPTD Puskesmas Wates sesuai jam kerja yaitu :
1. Pelayanan obat kepada pasien oleh tenaga farmasi :
Senin-Kamis : Pukul 07.30 - 12.00 WIB
Jumat dan Sabtu : Pukul 07.30 - 10.30 WIB
2. Pelayanan obat setelah itu dilakukan oleh tenaga yang diberi kewenangan
menyediakan obat.
Adapun jadwal kegiatan pelayanan kefarmasian dalam satu tahun adalah
sebagai berikut:
No Kegiatan Bulan Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pengelolaan Sediaan
Farmasi dan BMHP
a. Perencanaan
 Perencanaan tahunan X
 Perencanaan tribulan X X X X
 Perencanaan bulanan X X X X X X X X X X X X

b. Permintaan
 Permintaan tribulan X X X X
 Permintaan bulanan X X X X X X X X X X X X
c. Penerimaan X X X X X X X X X X X X

d. Penyimpanan X X X X X X X X X X X X

e. Pendistribusian X X X X X X X X X X X X

f. Pemusnahan dan X
penarikan
g. Pengendalian X X X X X X X X X X X X

h. Administrasi X X X X X X X X X X X X
(Pencatatan dan
Pelaporan)
i. Pemantauan X X X X X X X X X X X X
Pengelolaan
Perbekalan Farmasi
j. Evaluasi Pengelolaan X X X X
Perbekalan Farmasi
2. Pelayanan Farmasi
Klinis
a. Pengkajian dan X X X X X X X X X X X X
pelayanan resep
b. Pelayanan Informasi X X X X X X X X X X X X
Obat (PIO)
c. Konseling X X X X X X X X X X X X

d. Visite Pasien X X X X X X X X X X X X

e. Monitoring Efek X X X X X X X X X X X X
Samping Obat
f. Pemantauan Terapi X X X X X X X X X X X X
Obat
g. Evaluasi Penggunaan X
Obat

BAB III STANDAR FASILITAS

Keterangan:
A. Denah Ruang
1. Meja Kerja TTK
Denah Ruangan Farmasi UPTD Puskesmas Wates adalah sebagai berikut
2. Penerimaan :
dan Penyerahan
Resep
1 2 3 3. Meja Kerja Apoteker
4. Komputer dan Printer
5. Lemari Arsip
4 6. Lemari Penyimpnan Obat
7. Meja dan Rak Peracikan Obat
8. Lemari Narkotik Psikotropik
9. Lemari Pendingin
10. Lemari Penyimpanan Obat
5
7
6

8 9 10

Ruangan yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di


Puskesmas antara lain :
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set
meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. Ruang
penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat
oleh pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas
meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan
disediakan peralatan peracikan, air minum (air mineral) untuk pengencer,
sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin, termometer ruangan,
blanko salinan resep, etiket dan label Obat, buku catatan pelayanan resep,
buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya.
Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup.
Jika memungkinkan disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai
kebutuhan.
3. Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, buku pencatatan
penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
4. Ruang Konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling,
buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi Obat, formulir catatan
pengobatan pasien, dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set
komputer, jika memungkinkan.
5. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang
cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari
Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan
khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus,
pengukur suhu, dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan
Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan
ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
menyimpan dokumen dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai
hukum, aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
Istilah ‘ruang’ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud ‘ruangan’ secara fisik,
namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap fungsi
tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat
digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang
jelas antar fungsi.

B. Standar Fasilitas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 standar fasilitas di
Ruang Farmasi adalah sebagai berikut:
No Fasilitas Jumlah
A Set Farmasi
1 Analitical Balance (Timbangan Mikro) 1 buah
2 Batang Pengaduk 1 buah
3 Corong 1 buah
4 Cawan Penguap Porselen (d.5-15cm) 1 buah
5 Gelas Pengukur 10mL, 100mL dan 250mL 1 buah
6 Gelas Piala 100mL, 500mL dan 1L 1 buah
7 Higrometer 1 buah
8 Mortir (d. 5-10cm dan d.10-15cm) + stamper 1 buah
9 Pipet Berskala 1 buah
10 Spatel logam 1 buah
11 Shaker 1 buah
12 Termometer skala 100 1 buah
B Bahan Habis Pakai
13 Etiket 1 buah
14 Kertas Perkamen 1 buah
15 Wadah Pengemas dan Pembungkus untuk Penyerahan 1 buah
Obat
C Perlengkapan
16 Alat Pemanas yang Sesuai 1 buah
17 Botol Obat dan Labelnya 1 buah
18 Lemari pendingin 1 buah
19 Lemari dan Rak untuk Menyimpan Obat 1 buah
20 Lemari untuk Penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan 1 buah
Bahan Obat Berbahaya Lainnya
21 Rak tempat pengeringan alat 1 buah
D Meubelair
22 Kursi Kerja 2
23 Lemari arsip 1 buah
24 Meja Tulis ½ biro 1 buah
E Pencatatan dan Pelaporan
25 Blanko LPLPO 1
26 Blanko Kartu Stok Obat 1
27 Blanko Copy resep 1
28 Buku Penerimaan 1
29 Buku Pengiriman 1
30 Buku Pengeluaran Obat Bebas, Bebas Terbatas dan 1
Keras
31 Buku Pencatatan Narkotika dan Psikotropika 1
32 Form Laporan Narkotika dan Psikotropika 1
33 Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai kebutuhan Sesuai
pelayanan yang diberikan kebutuhan
F Sarana lain yang diperlukan Sesuai
kebutuhan
34 Etalase Kaca 1 buah
35 Rak Gudang Obat 4 buah
36 Pengeras suara/mesin pemanggil pasien 1 buah
37 Termohigrometer 2 buah

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN


A. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan pelayanan kefarmasian di Puskesmas yaitu :
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta
pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan
ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi
manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
2. Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
 Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
 Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
 Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
 Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka
meningkatkan penggunaan Obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
i. Pengkajian dan pelayanan Resep
ii. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
iii. Konseling
iv. Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
v. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
vi. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
vii. Evaluasi Penggunaan Obat

B. Metode
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
i. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dalam
rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk
mendapatkan:
1. perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang mendekati kebutuhan
2. meningkatkan penggunaan Obat secara rasional
3. meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
dilaksanakan setiap periode. Proses seleksi mempertimbangkan pola penyakit,
pola konsumsi Sediaan Farmasi periode sebelumnya, data mutasi Sediaan
Farmasi, dan rencana pengembangan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi harus melibatkan
tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan,
dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
ii. Permintaan
Permintaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan
yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
secara periodik.
iii. Penerimaan
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai dari Balai Pengelolaan Farmasi dan Alat Kesehatan
(BPFAK) Kabupaten atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai
dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Sediaan
Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang
diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan
mutu.
iv. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan
Farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di
puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
 bentuk dan jenis sediaan
 kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan Farmasi,
seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban
 mudah atau tidaknya meledak/terbakar
 narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
 tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
v. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas
2. Puskesmas Pembantu
3. Puskesmas Keliling
4. Posyandu
5. Polindes
6. Ponkesdes
vi. Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan BMHP yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
1. produk tidak memenuhi persyaratan mutu
2. telah kadaluwarsa
3. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan
4. dicabut izin edarnya.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM. Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
vii. Pengendalian
Pengendalian adalah kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga
tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit
pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
1. Pengendalian persediaan
2. Pengendalian penggunaan
3. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
viii. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan meliputi seluruh rangkaian kegiatan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit
pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
3. Sumber data untuk pembuatan laporan
ix. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi pengelolaandilakukan secara periodik dengan tujuan
untuk:
1. mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga
kualitas maupun pemerataan pelayanan
2. memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai
3. memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

2. Pelayanan Farmasi klinis


i. Pengkajian dan pelayanan Resep
Pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan. Pelayanan resep meliputi kegiatan penyiapan (dispensing), penyerahan,
dan pemberian informasi obat dengan tujuan:
1. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
2. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.
ii. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) bertujuan untuk:
1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
iii. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah
memberikan pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga
pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan
dan penggunaan Obat.
iv. Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan visite pasien antara lain:
1. Memeriksa Obat pasien.
2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien
3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan
Obat.
4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam
terapi pasien.
v. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan monitoring efek samping Obat adalah:
1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
vi. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping. Tujuan pemantauan terapi obat adalah:
1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
2. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.

vii. Evaluasi Penggunaan Obat


Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara terstruktur
dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan evaluasi penggunaan obat adalah:
1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.

C. Langkah Kegiatan
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
i. Perencanaan
a. Perencanaan tahunan
- Menghitung pola konsumsi obat periode sebelumnya
- Mempertimbangkan pola penyakit
- Mempertimbangkan rencana pengembangan
- Menghitung rata rata pemakaian obat
- Menyesuaiakan pada anggaran yang tersedia
- Memperhitungkan waktu kekosongan obat dan buffer stok
- Mengirim usulan perencanaan kebutuhan satu tahun ke Dinas
Kesehatan Kabupaten
- Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara
berjenjang (bottom up)
b. Perencanaan tribulan
- Menghitung kebutuhan obat untuk 3 bulan beserta buffernya
- Mengurangi kebutuhan obat 3 bulan dengan stok yang tersedia
c. Perencanaan bulanan
- Mengecek jumlah sisa stok bulan berjalan
- Menghitung kebutuhan obat dalam satu bulan
- Mengkompilasi sisa stok dengan kebutuhan obat dalam satu bulan untuk
menentukan jumlah perencanaan bulanan
ii. Permintaan
a. Permintaan tribulan
- Mencatat perencanaan tribulan di Lembar Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
- Mengirim LPLPO rangkap 2 ke UPT BFAK Kabupaten
b. Permintaan bulanan
- Mencatat permintaan bulanan di form bon obat
- Mengirim form bon obat ke UPT BPFAK Kabupaten

iii.Penerimaan
- Menghitung jumlah Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima
sesuai dengan permintaan dalam dokumen LPLPO
- Memastikan bentuk sediaan yang diterima sesuai dengan permintaan
dalam LPLPO
- Memastikan tanggal kadaluarsa Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
yang diterima masih sesuai dengan periode pengelolaan di puskesmas
ditambah satu bulan.
- Semua kegiatan disaksikan oleh petugas dari puskesmas dan petugas
UPT BPFAK, bila semua sudah sesuai, proses serah terima Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dilakukan.
iv.Penyimpanan
- Mencatat penerimaan obat dan BMHP di buku penerimaan barang dan
kartu stok masing-masing.
- Mencatat tanggal penerimaan, jumlah penerimaan, dan tanggal
kadaluarsa.
- Menyimpan obat di gudang obat puskesmas berdasarkan:
 Sumber Dana
 Kombinasi metode FIFO dan FEFO, dimana obat –obat dengan masa
kadaluarsa lebih cepat diletakkan paling depan, obat dengan masa
kadaluarsa lebih panjang diletakkan paling belakang.
 Alfabet, dan bentuk sediaan
 Suhu penyimpanan, untuk obat-obat yang membutuhkan suhu
penyimpanan lebih rendah, disimpan didalam kulkas
 Jenis Obat, Narkotika dan Psikotopika membutuhkan tempat
penyimpanan khusus, sesuai persyaratan.
v. Pendistribusian
- Petugas sub unit layanan atau jejaring menulis permintaan obat di
Laporan Penggunaan Obat (LPO)
- Mengecek permintaan sub unit atau jejaring dengan ketersediaan untuk
menentukan jenis dan jumlah
- Menyiapkan obat dan BMHP
- Mencatat pengeluaran/distribusi Obat dan BMHP di Buku Pengeluaran
dan Kartu Stok
vi. Pemusnahan dan Penarikan
Langkah kegiatan pemusnahan:
- membuat daftar Sediaan Farmasi dan BMHP yang akan dimusnahkan
- menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
- mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait
- menyiapkan tempat pemusnahan
- melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku
Langkah kegiatan penarikan :
- membuat daftar sediaan farmasi dan BMHP yang ditarik
- mengkarantina sediaan sediaan dan BMHP yang ditarik
- mengembalikan sediaan farmasi dan BMHP kepada distributor
vii.Pengendalian
- Melakukan perencanaan pengadaan obat setiap tahun dengan
perhitungan yang tepat dengan mempertimbangkan pola konsumsi dan
pola penyakit periode sebelumnya
- Mencatat sisa stok obat periode sebelumnya
- Mencatat penerimaan obat
- Mencatat jumlah persediaan obat
- Mencatat pemakaian obat setiap bulan
- Mencatat pengeluaran obat karena kadaluarsa atau rusak
- Menentukan stok optimum, untuk mengendalikan jumlah permintaan
yang akan mempengaruhi persediaan
viii. Pencatatan dan Pelaporan
- Mencatat sediaan farmasi dan BMHP yang diterima di Buku Regsiter,
Kartu Stok, dan LPLPO
- Mencatat sediaan farmasi yang dikeluarkan/didistribusikan di Buku
Pengeluaran dan Kartu Stok
- Mencatat pemakaian obat berdasarkan resep setiap hari pada buku lidi
harian
- Mencatat pemakaian obat setiap bulan pada rekap pemakaian obat
- Sub unit layanan dan jejaring Puskesmas mencatat penerimaan dan
penggunaan di LPO
- Merekap pemakaian obat dan BMHP unit pelayanan obat puskesmas,
sub unit yang ada di puskesmas dan jejaring Puskesmas.
- Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat (LPLPO) puskesmas
- Mengarsipkan semua pencatatan dengan rapi
ix. Pemantauan dan Evaluasi
- Pemantauan ketersediaan obat dan BMHP
- Pemantauan kedaluwarsa obat dan BMHP
- Pemantauan peresepan terhadap formularium
- Evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium
- Evaluasi kesesuaian obat terhadap formularium

2. Pelayanan Farmasi Klinik


i. Pengkajian dan pelayanan Resep
Langkah kegiatan pengkajian resep yaitu dengan mengecek kelengkapan
resep baik secara administrative, persyaratan farmasetik dan persyaratan
klinis. Persyaratan administratif meliputi :
- Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
- Nama, dan paraf dokter.
- Tanggal resep.
- Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi :
- Bentuk dan kekuatan sediaan.
- Dosis dan jumlah Obat.
- Stabilitas dan ketersediaan.
- Aturan dan cara penggunaan.
- Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
- Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
- Duplikasi pengobatan.
- Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
- Kontra indikasi.
- Efek adiktif.
Kegiatan pelayanan resep dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat,
memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi
yang memadai disertai pendokumentasian.
ii. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat meliputi :
- Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro
aktif dan pasif.
- Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
- Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
- Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta masyarakat.
- Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
- Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:


- Sumber informasi Obat.
- Tempat.
- Tenaga.
- Perlengkapan.
iii. Konseling
Langkah kegiatan konseling yaitu :
- Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
- Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
- Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat.
- Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan
Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kriteria pasien:
a. Pasien rujukan dokter.
b. Pasien dengan penyakit kronis.
c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
d. Pasien geriatrik.
e. Pasien pediatrik.
f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
2. Sarana dan prasarana:
a. Ruangan khusus.
b. Kartu pasien/catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat
risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan
sosial, karateristik Obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan
Obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang
bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan
tercapainya keberhasilan terapi Obat.
iv. Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan
dokumentasi dan rekomendasi.
Kegiatan visite mandiri:
a. Untuk Pasien Baru
1) Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan.
2) Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal
pemberian Obat.
3) Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah,
mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan
pengobatan pasien.
4) Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah
terkait Obat yang mungkin terjadi.
b. Untuk pasien lama dengan instruksi baru
1) Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.
2) Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian Obat.
c. Untuk semua pasien
1) Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.
2) Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah
dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:
- Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan
pegobatan pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.
- Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau
keluarga pasien terutama tentang Obat.
- Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.
- Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti
Obat yang dihentikan, Obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.
b. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.
c. Memahami teknik edukasi.
d. Mencatat perkembangan pasien.
v. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kegiatan meliputi:
- Menganalisis laporan efek samping Obat
- Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping Obat
- Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
- Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

vi. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Kegiatan meliputi :
- Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
- Membuat catatan awal.
- Memperkenalkan diri pada pasien.
- Memberikan penjelasan pada pasien.
- Mengambil data yang dibutuhkan.
- Melakukan evaluasi.
- Memberikan rekomendasi
vii. Evaluasi Penggunaan Obat
Kegiatan evaluasi penggunaan obat antara lain:
- Mendata obat yang terdapat di Puskesmas
- Mengevaluasi gambaran penggunaan obat
- Menganalisa hasil evaluasi penggunaan obat
BAB V LOGISTIK
A. Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

NO NAMA SATUAN KEMASAN

Sediaan Farmasi
1 Albendasol Tablet 400 mg Tablet
2 Alopurinol Tablet 100 mg Tablet
3 Alprazolam 0.5 mg Tablet
4 Ambroxol sirup 15 mg/ml Botol
5 Ambroxol Tablet 30 mg Tablet
6 Aminofilin Tablet 200 mg Tablet
7 Aminofilin Injeksi 24 mg/ml - 10 ML Ampul
8 Amitriptilin HCL Tablet Salut 25 mg Tablet
9 Amlodipin tablet 5 mg Tablet
10 Amlodipin tablet 10 mg Tablet
11 Amoksisilin Sirup Kering 125 mg/5 ml Botol
12 Amoksisilin Kapsul 500 mg Tablet
13 Ampisillin Serbuk Injeksi i.m/i.v 1000 mg/ml Vial
14 Antasida DOEN Tablet Kombinasi : Tablet
Antasida DOEN II suspensi,kombinasi: Aluminium Botol
15 Hidroksida 200 mg
Magnesium Hidroksida 200 mg
16 Anti Bakteri DOEN, Salep Kombinasi Tube
Antihemoroid DOEN Kombinasi:Bismut subgalat Suppositoria
17
150mg + Heksaklrorofen 2,5 mg
18 Aqua Proinjeksi Steril, Bebas Pirogen Vial
19 Asam Askorbat ( Vit C ) Tablet 50 mg Tablet
20 Asam Mefenamat Tablet 500 mg Tablet
21 Asam Traneksamat Tablet Tablet
22 Asetosal Tablet 100 mg Tablet
23 Asiklovir Tablet 400 mg Tablet
24 Asiklovir Tablet 200 mg Tablet
25 Asiklovir Krim 5 % Tube
26 Atropin Sulfat Injeksi 0,25 mg/ml - 1 ml Ampul
27 Attapulgite Pektin Tablet
28 Azitromisin 500 mg Tablet
Besi (II) Sulfat 200 mg + Asam Folat 0,25 mg tablet Tablet
29
(tablet tambah darah kombinasi)
30 Betahistin Mesilat Tablet 6 mg Tablet
31 Betametason Krim 0,1 % Tube
32 Bromheksin Tablet 8 mg Tablet
33 Cetirizin sirup 5 mg/5 ml Botol
34 Cetirizine tablet 10 mg Tablet
35 Deksametason Inj.5 mg/ml - 1 ml Ampul
36 Deksametason Tablet 0,5 mg Tablet
37 Diazepam Inj. 5 mg/ml - 2 ml Ampul
38 Diazepam Rectal 10 mg Suppositoria
39 Diazepam Tablet 5 mg Tablet
40 Difenhidramin HCL Inj. 10 mg/ml - 1 ml Ampul
41 Digoksin Tablet 0,25 mg Tablet
42 Dimenhidrinat Tablet Tablet
43 Domperidon Suspensi 5 mg/ 5 ml Botol
44 Domperidon Tablet 10 mg Tablet
Echinacea purpurea 250mg, Zinc picolinate 10 mg Kaplet
45
tablet
46 Ecolab Aquagel Sterile Jely 82 gr Tube
47 Epinefrin HCL/Bitartrat ( Adrenalin ) Inj. 0,1 % -1 ml Ampul
48 Etakridin ( Rivanol ) Larutan 0,1 % Botol
49 Evafirenz 600 mg Tablet
50 Fenitoin Natrium Kapsul 100 mg Kapsul
51 Fenobarbital Injeksi 50 mg/ml - 2 ml Ampul
52 Fenobarbital Tablet 30 mg Tablet
53 Fenol Gliserol Tetes Telinga 10 % Botol
54 Fitomenadion ( Vit. K 1 ) Inj. 2 mg/ml - 1 ml Ampul
55 Fitomenadion ( Vit. K ) Tablet Salut 10 mg Tablet
56 Furosemid Tablet 40 mg Tablet
57 Furosemid Injeksi i.v / i.m 10 mg/ml Ampul
58 Garam Oralit 200 ml Air Sachet
59 Gentamisin Salep Kulit 0,1 % Tube
60 Gentian Violet Larutan 1 % Botol
61 Glibenklamid Tablet 5 mg Tablet
62 Glimepirid 1 mg Tablet
63 Glimepirid 2 mg Tablet
64 Gliseril Guayakolat Tablet 100 mg Tablet
65 Glukosa Larutan Infus 5 % Steril (Produk lokal) Botol
66 Glukosa Larutan Infus 10 % Steril (Produk lokal) Botol
67 Glukosa Larutan Infus 40 % Steril (Produk lokal) Botol
68 Griseofulvin Tablet 125 mg, Micronized Tablet
69 Haloperidol Tablet 0,5 mg Tablet
70 Haloperidol Tablet 1,5 mg Tablet
71 Haloperidol Tablet 2 mg Tablet
72 Haloperidol Tablet 5 mg Tablet
73 Hidroklorotiazid ( HCT ) Tablet 25 mg Tablet
74 Hidrokortison Krim 2,5 % Tube
75 Ibuprofen suspensi 100 mg/5 ml Botol
76 Ibuprofen Tablet 400 mg Tablet
77 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg Tablet
78 Kalsium Glukonas injeksi Ampul
79 Kalsium Laktat ( Kalk ) Tablet 500 mg Tablet
80 Kaolin Pektin Sirup Botol
81 Kaptopril Tablet 12,5 mg Tablet
82 Kaptopril Tablet 25 mg Tablet
83 Kaptopril Tablet 50 mg Tablet
84 Karbamazepin Tablet 200 mg Tablet
85 Ketokonazol Tablet 200 mg Tablet
86 Ketokonazol Krim 2% Tube
87 Ketorolak Injeksi 10 mg Ampul
88 Klindamisin Kapsul 300 mg Kapsul
89 Kloramfenikol Tetes Mata 0,5 % Botol
90 Kloramfenikol Salep Mata 1 % Tube
91 Kloramfenikol Tetes Telinga 3 % Botol
92 Klorfeniramin Maleat ( CTM ) Tablet 4 mg Tablet
93 Klorpromazin HCL Tablet Salut 100 mg Tablet
94 Kodein HCl Tablet 10 mg Tablet
95 Kotrimoksasol Suspensi Botol
96 Kotrimoksasol Dewasa Tablet Tablet
97 Kotrimoksazol Forte Tablet Tablet
98 Lamivude 150 mg /Hiviral Tablet
99 Lidokain Kompositum Injeksi Ampul
100 Lidokain Hcl Injeksi 2 % Ampul
101 Lorazepam 2 mg Tablet
102 Magnesium Sulfat Injeksi ( IV ) 20 % - 25 ml Vial
103 Magnesium Sulfat Injeksi ( IV ) 40 % - 25 ml Vial
104 Metil Ergometrin Maleat Tablet Salut 0,125 mg Tablet
105 Metil Ergometrin Maleat Inj. 0,200 mg - 1 ml Ampul
106 Metilprednisolon Tablet 4 mg Tablet
107 Metformin HCl Tablet 500 mg Tablet
108 Metoklopramide Injeksi 10 mg/2 ml Ampul
109 Metronidasol Tablet 500 mg Tablet
110 Mikonazol Krim/Salep 2 % Tube
111 Multivitamin Sirup Botol
112 Multivitamin tablet (Pehavral) Tablet
113 Natrium Diklofenak Tablet 50 mg Tablet
114 Natrium Klorida Larutan Infus 0,9 % Steril Botol
115 Nevirapine (NVP) 200 mg Tablet
116 Nifedipin Tablet 10 mg Tablet
117 Nistatin 100.000 IU/G Tablet Vaginal Tablet
118 Obat Antituberkulosis Kategori 1 Paket
119 Obat Antituberkulosis Kategori 2 Paket
120 Obat Antituberkulosis Kategori Anak Paket
121 Obat Antituberkulosis Kombipak Kat. I Paket
122 Obat Batuk Hitam ( O.B.H ) Cairan Botol
123 Obat Flu Kombinasi (Bronchifar) Tablet
Obat Batuk Flu Sirup minimal mengandung : Botol
124 Dextromethorphane Hbr 7,5 mg, Difenhidramin,
Fenilefrin 5 mg
125 Oksitetrasiklin HCL Salep 3 % Tube
126 Oksitetrasiklin HCL Salep Mata Tube
127 Oksitosin Injeksi 10 IU/ml - 1 ml Ampul
128 Omeprazol Kapsul 20 mg Kapsul
129 Parasetamol Drop Botol
130 Parasetamol Sirup 120 mg/5 ml Botol
131 Parasetamol Tablet 500 mg Tablet
132 Piridoksin HCL Tablet 10 mg Tablet
133 Prednison Tablet 5 mg Tablet
134 Ranitidin Tablet 150 mg Tablet
135 Ranitidin Injeksi 25 mg/ml Ampul
136 Retinol ( Vitamin A ) Kapsul 100.000 IU Kapsul
137 Retinol ( Vitamin A ) Kapsul 200.000 IU Kapsul
138 Ringer Laktat Larutan Infus Steril Botol
139 Risperidone Tablet 2 mg Tablet
140 Salbutamol Tablet 4 mg Tablet
Salep 2 - 4 Kombinasi : Asam Salisilat 2 % +
141 Pot
Belerang Endap 4 %
142 Salisil Bedak 2 % Kotak
143 Sefadroxil Sirup Kering 125 mg/ml Botol
144 Sefadroxil Kapsul 500 mg Tablet
145 Sefotaksim Injeksi 1 g Vial
146 Sianokobalamin (Vit.B12) Tablet 50 mcg Tablet
147 Simvastatin Tablet 10 mg Tablet
148 Siprofloksasin Tablet 500 mg Tablet
149 Tenofovir 300 mg Tablet
Tenovir 300 mg + Lamivudine 300 mg + Evafiren
150 Tablet
600 mg (Triple FDC)
151 Tiamfenikol Kapsul 500 mg Kapsul
152 Tiamfenikol sirup kering 125 mg / 5 ml Botol
153 Tiamin HCL Mononitrat ( Vit B 1 ) Tablet 50 mg Tablet
154 Trifluoroperazin Tablet 5 mg Tablet
155 Triheksifenidil Tablet 2 mg Tablet
156 Vitamin B Komplek Tablet Tablet
157 Yodium Povidon Larutan 10 % 30 ml Botol
158 Yodium Povidon Larutan 10 % 60 ml Botol
159 Yodium Povidon Larutan 10 % 300 ml Botol
160 Yodium Povidon Larutan 10 % 1000 ml Botol
161 Zidofudine 300 mg+ lamivudin 150 mg Tablet
162 ZDV+3TC+NVP Ped (Triple FDC Anak) Tablet
163 Zinc Tablet 20 mg Tablet
Bahan Medis Habis Pakai 0
1 Alat Suntik Sekali Pakai 1 ml Pcs
2 Alat Suntik Sekali Pakai 3 ml Pcs
3 Alat Suntik Sekali Pakai 5 ml Pcs
4 Alkohol 95% Botol
5 Alkohol Gel (Aseptik Gel) 500 ml Botol
6 Blood Lancet Pcs
7 Blood Transfusion set Pcs
8 Catgut / Benang Bedah No. 3/0 dengan jarum bedah Pcs
9 Dresing penutup luka berperekat 5cm x 5m Rol
10 Etanol (Alkohol 70%) Botol
11 Infusion Set Anak Pcs
12 Infusion Set Dewasa Pcs
Jarum Infus (i.v. Catheter) Dewasa No 16 (Polywin
13 Pcs
IV Cannula 16G)
14 Jarum Infus (i.v. Catheter) Dewasa No 18 Pcs
15 Jarum Infus (i.v. Catheter) Dewasa No 20 Pcs
16 Jarum Infus (i.v. Catheter) Dewasa No 22 Pcs
17 Jarum Infus (i.v. Catheter) Anak No 24 Pcs
18 Jarum Infus (i.v. Catheter) Anak No 26 Pcs
19 Kapas Pembalut / Absorben 250 gram Bungkus
20 Kasa Kompres 40/40 Steril Bungkus
21 Kasa Hidrofil Steril uk. 16x16 (isi 16 lembar) Rol/Kotak
22 Kasa Pembalut Hidrofil 4 m x 3 cm Rol
23 Kasa Pembalut Hidrofil 4 m x 5 cm Rol
24 Kasa Pembalut Hidrofil 4 m x 10 cm Rol
25 Kasa Pembalut Hidrofil 4 m x 15 cm Rol
26 Kasa Hidrofil uk. 36 m x 80 cm Rol
27 Kateter (Folley / Urine) No. 10 Pcs
28 Kateter (Folley / Urine) No. 16 Pcs
29 Kateter (Folley / Urine) No. 18 Pcs
30 Klem tali pusat Pcs
31 Lisol Botol
32 Masker Ties on Pcs
33 Masker Ear Loop Pcs
34 Mess / Pisau scalpel no 11 Pcs
35 Plester 5 yards x 2 inch Rol
36 Sarung Tangan Karet Sekali Pakai S Pcs
37 Sarung Tangan Karet Sekali Pakai M Pcs
38 Sarung Tangan Karet Sekali Pakai L Pcs
39 Silk / Benang Sutra no. 3/0 dengan Jarum Bedah Pcs
40 Silk Black no. 3/0 DS 16 MM Sachet
41 Urine Bag Pcs
42 Under Pad 60x90 Steril Pcs
43 Wing Needle No. 25 G Pcs

B. Sarana dan Prasarana


No Fasilitas Jumlah
A Set Farmasi
1 Higrometer 1 buah
2 Mortir (d. 5-10cm dan d.10-15cm) + stamper 1 buah
3 Shaker 1 buah
4 Termometer skala 100 1 buah
B Bahan Habis Pakai
5 Etiket Secukupnya
6 Kertas Perkamen Secukupnya
7 Wadah Pengemas dan Pembungkus untuk Penyerahan Secukupnya
Obat
C Perlengkapan
8 Alat Pemanas yang Sesuai 1 buah
9 Lemari pendingin 1 buah
10 Lemari dan Rak untuk Menyimpan Obat 2 buah dan 1 buah
11 Lemari untuk Penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan 1 buah
Bahan Obat Berbahaya Lainnya
D Meubelair
12 Kursi Kerja 2
13 Lemari arsip 1 buah
14 Meja Tulis ½ biro 1 buah
E Pencatatan dan Pelaporan
15 Blanko LPLPO Secukupnya
16 Blanko Kartu Stok Obat Secukupnya
17 Blanko Copy resep Secukupnya
18 Buku Penerimaan 1
19 Buku Pengeluaran Obat Bebas, Bebas Terbatas dan 1
Keras
20 Buku Pencatatan Narkotika dan Psikotropika 1
21 Form Laporan Narkotika dan Psikotropika Secukupnya
22 Form Laporan Monitoring Efek Samping Obat Secukupnya
23 Form Catatan Pengobatan Pasien Secukupnya
24 Form Pelayanan Informasi Obat Secukupnya
25 Form Cheklist Pelayanan Informasi Obat Secukupnya
26 Form Insiden KTD, KPC, KNC Secukupnya
F Sarana lain yang diperlukan Sesuai kebutuhan
27 Etalase Kaca 1 buah
28 Rak Gudang Obat 4 buah
29 Pengeras suara/mesin pemanggil pasien 1 buah
30 Termohigrometer 2 buah
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Keselamatan sasaran kegiatan / program merupakan sasaran keselamatan pasien yang


diselenggarakan dalam suatu pelayanan. Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang
membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut Insiden, adalah setiap kejadian yang
tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
yang dapat dicegah pada pasien.
Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi: Kondisi Potensial Cedera (KPC), Kejadian
Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
Kondisi Potensial Cedera (KPC) merupakan kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) merupakan terjadinya insiden yang belum sampai terpapar
ke pasien.
Kejadian Tidak Cedera (KTC) merupakan insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak timbul cedera.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan Insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien.
Kejadian sentinel sebagaimana merupakan suatu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang
mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau cedera berat yang temporer dan
membutuhkan intervensi untuk mempetahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang
tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien.
Sasaran keselamatan pasien di Puskesmas yaitu :
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif.
3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai.
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada
pasienyang benar.
5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan.
6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.
Sasaran keselamatan kegiatan / program yang terdapat dalam pelayanan farmasi yaitu :
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. Meningkatkan keamanan obat-obataan yang harus diwaspadai
1. Mengidentifikasi Pasien dengan Benar
Mengidentifikasi pasien dengan benar bertujuan untuk memastikan pasien mendapatkan
pelayanan atau pengobatan yang tepat dan sesuai. Identifikasi pasien di Puskesmas
dilakukan ketika pemberian obat, pengambilan darah/spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis, dan saat memberikan pengobatan atau tindakan lain. Identifikasi pasien sedikitnya
melalui dua informasi seperti nama pasien (dengan dua nama pasien), nomor identifikasi
menggunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien) dengan bar-
code, atau cara lain. Identifikasi pasien sehubungan pelayanan farmasi dilakukan pada
saat :
- Menerima resep memastikan pasien menerima resep sesuai identitasnya
- Penyediaan obat dilakukan pengecekan ulang kesesuaian obat dengan resep dan
etiket
- Memberikan obat pasien menerima obat yang tepat
2. Meningkatkan keamanan obat-obataan yang harus diwaspadai
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang
persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian
sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome) demikian pula obat-obat yang tampak mirip/ucapan mirip
(Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/ LASA).
Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan sedemikian rupa untuk obat-obatan yang
perlu diwaspadai seperti:
- Mengidentifikasi obat high alert dan LASA di Puskesmas
- Memberi label obat high alert dan LASA
- Obat high alert diletakan di tempat/lemari penyimpanan tersendiri
- Penyimpanan obat LASA di beri jeda dengan obat lain
- Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan
secara klinis
- Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi label yang
jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted)

Pelaporan insiden yang terjadi terkait pelayanan farmasi dilakukan dengan cara mengisi
form insiden kemudian melaporkan kepada Tim Keselamatan Puskesmas (KPP) untuk
kemudian dilakukan analisa serta tindak lanjut sebagai bahan pembelajaran agar insiden
yang sama tidak terulang lagi.
BAB VII KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas adalah segala kegiatan yang
menjamin dan melindungi sumber daya manusia di Puskesmas, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan Puskesmas agar sehat,
selamat, dan bebas dari gangguan kesehatan dan pengaruh buruk yang diakibatkan dari
pekerjaan, lingkungan, dan aktivitas kerja. Sebagai upaya untuk mendukung program
keselamatan kerja dalam pelayanan farmasi antara lain :
- Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker
- Penggunaan peralatan untuk pelayanan farmasi sesuai prosedur
- Penerapan posisi pelayanan dan duduk yang ergonomi untuk menghindari cidera ringan
- Pengelolaan kebersihan ruangan
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu dan kualitas merupakan suatu program yang bersifat obyektif dan
berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat
memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standart klinis yang bermutu.
Pengendalian mutu pelayanan farmasi melalui monitoring indikator mutu dan dievaluasi
secara periodik.
Indikator mutu pelayanan farmasi berdasarkan indikator kinerja dan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) antara lain :
NO INDIKATOR TARGET
Indikator Penilaian Kinerja Farmasi
1. Kesesuaian item obat yang tersedia dalam Fornas 80%

2. Ketersediaan obat dan vaksin terhadap 20 item obat indikator 85%

3. Penggunaan antibiotika pada penatalaksanaan ISPA non ≤ 20%


pneumonia

4. Penggunaan antibiotika pada penatalaksanaan kasus diare non ≤ 8%


spesifik

5. Penggunaan Injeksi pada myalgia ≤ 1%

6. Rerata item obat yang diresepkan ≤ 2,6

7. Penggunaan Obat Rasional (POR) 68%

Indikator SPM
1. Pemberi pelayanan farmasi sesuai standar 100%

2. Fasilitas dan peralatan pelayanan farmasi sesuai standar 100%

3. Ketersediaan formularium puskesmas 100%

4. Waktu Tunggu Pelayanan obat jadi ≤ 10 menit

5. Waktu Tunggu Pelayanan obat racikan ≤ 15 menit

6. Tidak adanya kejadian salah pemberian obat 100%


7. Kepuasan Pelanggan ≥ 70%

Dari beberapa indikator mutu pelayanan farmasi ditentukan indikator prioritas yang
disesusaikan dengan sumber daya yang ada dan dilakukan pemantauan untuk hasilnya di
laporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.

BAB IX PENUTUP
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas sebagai acuan pelaksanaan Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
disesuaikan dengan sumber daya, sarana, dan prasarana yang tersedia. Untuk mendukung
pelayanan kefarmasian Puskesmas ini diperlukan komitmen dan kerja sama semua
penyedia layanan dan semua pihak yang terkait. Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien
dan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra Puskesmas dan kepuasan
pasien atau masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
2. Kementrian Kesehatan Indonesia, 2017, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
3. Kementrian Kesehatan Indonesia, 2018, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 52 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2006, Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai