Anda di halaman 1dari 12

POLTEKKES KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0

SEMARANG

PRINSIP KESELAMATAN DAN KEAMANAN


PEMBERIAN OBAT
(Dyah Wahyuningsih,SKep,Ners,Mkep)

A. PRINSIP PEMBERIAN OBAT


Akreditasi RS JCI 2012 , mensyaratkan prosedur verifikasi sebelum obat diberikan
pada pasien.Prosedur verifikasi itu disebut dengan prinsip “6 benar”
6 benar pemberian obat untuk menghindari Ketidaksesuaian obat
1. Benar Pasien:
 Gunakan minimal 2 identitas pasien.
 Cocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis.
 Anamnesis riwayat alergi.
 Anamnesis kehamilan/ menyusui.
 Anamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan buat daftar

obat-obat tersebut.
 Bandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang digunakan
pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian, kehilangan/
menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).
 Identifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan tinggi
dilakukan oleh dua orang yang kompeten double check.
2. Benar Obat
 Beri label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat, baskom obat),

dan larutan lain.


 Obat dan larutan lain di lokasi perioperatif atau ruang prosedur yang tidak
akan segera dipakai juga harus diberi label.
 Pemberian label di lokasi perioperatif atau ruang prosedur dilakukan setiap
kali obat atau larutan diambil dari kemasan asli ke tempat lainnya.
 Pada label, tuliskan nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas, pengenceran dan
volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak digunakan dalam 24
jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.
 Semua obat atau larutan diverifikasi oleh 2 orang secara verbal dan visual
jika orang yang menyiapkan obat bukan yang memberikannya ke pasien.
 Pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat disiapkan jika tidak
segera diberikan.
 Jangan memberi label pada syringes atau tempat kosong, sebelum obat
disiapkan/ diisi.
 Siapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya untuk satu
obat atau larutan pada satu saat.
1
POLTEKKES KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0
SEMARANG

 Buang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya.
 Buang semua tempat obat berlabel di lokasi steril segera setelah operasi atau
prosedur dilakukan (ini berarti tempat obat orisinal disimpan sampai tindakan
selesai).
 Saat pergantian tugas/ jaga, review semua obat dan larutan oleh petugas lama
dan petugas baru secara bersama.
 Ubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat.
 Kebenaran jenis obat yang perlu kewaspadaan tinggi di cek oleh dua orang
yang kompeten double check.
3. Benar Dosis
 Dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan tinggi,

dihitung & dicek oleh dua orang yang kompeten à double check.
 Jika ragu konsultasi ke dokter yang menulis resep.
 Berkonsentrasi penuh saat menyiapkan obat, dan hindari gangguan.
4. Benar Waktu
 Sesuai waktu yang ditentukan: sebelum makan, setelah makan, saat makan.
 Perhatikan waktu pemberian: 3 x sehari à tiap 8 jam, 2 x sehari à tiap 12

jam, Sehari sekali à tiap 24 jam, Selang sehari à tiap 48 jam


 Obat segera diberikan setelah diinstruksikan oleh dokter.
 Belum memasuki masa kadaluarsa obat.
5. Benar Cara/ Route Pemberian
 Cara pemberian obat harus sesuai dengan bentuk/ jenis sediaan obat: Slow-

Release tidak boleh digerus dan Enteric coated tidak boleh digerus.
 Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/ sirup.
 Pemberian antar obat sedapat mungkin berjarak.
 Jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
6. Benar Dokumentasi
 Setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat harus

didokumentasikan.
 Setiap dokumen klinik harus ada bukti nama dan tanda tangan/ paraf yang
melakukan.
 Setelah memberikan obat, langsung di paraf dan diberi nama siapa yang
memberikan obat tersebut.
 Setiap perubahan jenis/ dosis/ jadwal/ cara pemberian obat harus diberi nama
& paraf yang mengubahnya.
 Jika ada coretan yang harus dilakukan: buat hanya satu garis dan di paraf di
ujungnya: Contoh : Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd à Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
 Dokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek Samping Obat
(ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden + Formulir

2
POLTEKKES KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0
SEMARANG

Pelaporan Efek Samping Obat. Pelaporan Insiden dikirim ke Tim


Keselamatan Pasien di Unit Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek
Samping Obat dikirim ke Komite Farmasi dan Terapi.
 Dokumentasikan Kejadian Nyaris Cedera terkait pengobatan à Form
Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
 Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan à Form Pelaporan Insiden ke
Tim Keselamatan Pasien.
B. KESALAHAN PEMBERIAN OBAT
 Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan

yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesikesehatan,


pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991).
 Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor
lain yang sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada
waktu yang salah atau memberi obat yang benar pada rute yang salah, jika
terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera
menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat senior setelah
kesalahan itu diketahuinya.
 Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang
aman.Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian
obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas
atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan.Secara hukum
perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan
dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi
status kesehatan klien.Sekali obat telah diberikan, perawat bertanggung
jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat
seperti , Daftar Obat Indonesia (DOI), Physicians‘ Desk Reference (PDR),
dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus dimanfaatkan perawat
jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan,
kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang
merugikan dari pengobatan (Kee and Hayes, 1996).

3. FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


 Kurang menginterpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan.
 Perawat juga sering tidak bertanggung jawab untuk melakukan interpretasi

yang tepat terhadap orde obat yang diberikan. Saat orde obat yang dituliskan
3
POLTEKKES KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0
SEMARANG

tidak dapat dibaca,maka dapat terjadi kesalahan interpretasi terhadap order


obat yang akan diberikan.
 Kurang tepat dalam menghitung dosis obat yang akan diberikan.
 Dosis merupakan faktor penting, baik kekurangan atau kelebihan obat dapat
menyebabkan dan bisa membehayakan,sehingga perhitungan dosis yang
kurang tepat dapat membayakan klien.
 Kurang tepat mengetahui dan memahami prinsip enam benar.
 Dalam memberikan pengobatan,kita sebagai perawat sering melakukan
kesalahan yang fatal,hal tersebut bisa terjadi apabila kita kurang mengetahui
dan memahami prinsip enam benar yang tepat.

4. CARA MENCEGAH KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


 Baca label obat dengan teliti. Banyak produk tersedia dalam kotak,warna dan
bentuk yang sama.
 Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal.
Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial
dosis tunggal. Interprestasi yang salah terhadap program obat dapat
mengakibatkan pemberian dosis tinggi yang berlebihan.
 Waspada obat-obatan bernama sama. Banyak nama obat yang terdengar
sama(misalnya digoxin dan digitoxin).
 Cermati angka belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam jumlah yang
merupakan perkalian satu sama lain(contoh:tablet cumadin dalam tablet 2,5
dan 25mg).
 Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan. Kebanyakan
dosis di programkan secara bertahap supaya dokter dapat memantau efek
teraupetik dan responnya.
 Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim di
programkan,konsultasikan kepada sumbernya. Jika dokter tidak lazim dengan
obat tersebut maka resiko pemberian dosis yang tidak akurat menjadi lebih
besar.
 Jangan beri obat yang di programkan dengan nama pendek atau singkatan
yang tidak resmi.Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan
tidak resmi untuk obat yang sering di programkan.Apabila perawat atau ahli
farmasi tidak mengenal singkatan tersebut obat yang diberikan atau
dikeluarkan bisa salah.

4
POLTEKKES KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0
SEMARANG

 Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat di


baca.Apabila ragu tanya ke dokter kesempatan terjadinya interprestasi
kecuali,perawat mempertanyakan program obat yang sulit di baca.
 Kenali klien yang memiliki nama sama juga minta klien,menyebutkan nama
lengkapnya,cermati nama yang tertera pada tanda pengenalan.
 Sering kali satu atau dua klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip
label khusus pada buku,obat dapat memberi peringatan tentang peringatan
masalah yang potensial.
 Cermati ekuivalen.Saat tergesa-gesa salah baca ekuivalen mudah
terjadi.Contoh:di baca milligram padahal mililiter.

TUGAS : Lakukan analisis penerapan prinsip keamanan dan keselamatan


pemberian obat.

CONTOH STUDI KASUS


Kasus An. Az. di Rumah Sakit S umur 3 tahun pada tanggal 14 februari
2012, pasien di rawat di ruangan melati Rs. S padang dengan diagnosa
Demam kejang . Sesuai order dokter infus pasien harus diganti dengan
didrip obat penitoin namun perawat yang tidak mengikuti operan jaga
langsung mengganti infuse pasien tanpa melihat bahwa terapi pasien
tersebut infusnya harus didrip obat penitoin. Beberapa menit kemudian
pasien mengalami kejang-kejang, untung keluarga pasien cepat
melaporkan kejadian ini sehingga tidak menjadi tambah parah dan
infusnya langsung diganti dan ditambah penitoin.

5
POLTEKKES KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0
SEMARANG

C. MENGHITUNG DOSIS OBAT


Kebanyakan intruksi dan label obat ditulis dalam sitem pengukuran metrik.

Jika jumlah obat spesifik yang dibutuhkan sama dengan jumlah obat yang
tertera dalam label obat, tidak diperlukan perhitungan dosis obat, dan obat
dapat disiapkan dengan cara yang sederhana. Jika tidak sesuai gunakan
metoda rumus.
RUMUS UMUM

D = desired dose “dosis yang dinginkan ”(dosis yang dipesan, biasanya


dalam milligrams)
H = on-hand “dosis ditangan ” atau available dose” dosis yang tersedia”
(dosis yang tercantum dalam label kemasan biasanya ditulis dalam tablet,
kapsul, atau mililiter)
X = unknown (jumlah obat yang belum diketahui)
V = unit atau satuan (bisa dalam tablet,per mililiter atau cc, dll
A. CONTOH SEDIAAN TABLET
Sebagai contoh, jika kebutuhan dosis “ibuprofen 400 mg PO” dan di
kemasan obat tertulis “ibuprofen 400 mg pertablet” ini jelas berarti 1
tablet yang akan diberi. Tetapi bagaimana jika obat yang dibutuhkan
dengan dosis 400 mg, dan obat yang tersedia tablet dengan dosis 200
mg ? pertanyaannya adalah “berapa banyak 200 mg tablet yang
6
POLTEKKES KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0
SEMARANG

diberikan untuk memenuhi dosis 400 mg? Pada kasus ini dapat
dihitung mudah yaitu 2 tablet. Contoh tersebut merupakan contoh
sedrhana untuk mengilustrasikan perhitungan matematika pada obat.
Masalah tersebut dapat dipecahkan oleh beberapa metode.

Apa yang terjadi jika permintaan obat dan label obat ditulis dalam unit
(satuan) berbeda? Sebagai contoh, intruksi pemberian obat “Amoxicillin 0.5
g” dan pada label kemesan tertulis “amoxcilin 500 mg/ kapsul” untuk
menghitunh jumlah kapsul yang sesuai dengan kebutuhan dosis, langkah
pertama adalah merubah 0.5 g ke satuan miligram. Atau merubah 500 mg
ke satuan gram. Dosis yang dinginkan (yang diperintahkan) dan dosis yang
tersedia (atau yang tertulis dalam kemasan) harus dalam satuan ukur yang
sama.
Langkah 1: kita rubah dari gram (g) ke miligram (mg)->

Langkah 2: kita hitung menggunakan rumus.

7
POLTEKKES KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0
SEMARANG

B. CONTOH SEDIAAN CAIR


Cara dan rumus yang sama dapat digunakan untuk menghitung dosis obat
dalam bentuk kapsul atau cair. Contohnya sebagai berikut.

8
POLTEKKES KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0
SEMARANG

C. PERHITUNGAN DOSIS UNTUK ANAK


- Rumus Clarke
Berat anak ( kg )
----------------------- x dosis dewasa

- Rumus Young
Umur anak
---------------------- x dosis dewasa
Umur anak + 12
9
POLTEKKES KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0
SEMARANG

- Rumus Fried berd Usia anak


usia anak (dlm bulan)
---------------------------- x dosis dewasa
150 bulan
- Rumus luas permukaan Clarke
Luas permukaan anak (m2)
---------------------------------- x dosis dewasa
1,73

Contoh Soal :
1. Seorang anak mempunyai berat badan 26 kg dan tinggi badan 60 cm
mempunyai luas permukaan tubuh 0,3m2 brp dosis anak untuk
menyesuaikan dosis dewasa (misal : ampicilin 500 mg)

Jawab
0, 3
------------ x 500 mg = 86,7 mg = 87 mg
1,73

2. An. P umur 2 tahun membutuhkan paracetamol utk menurunkan


demamnya, BB anak 10 Kg. Dalam kemasan obat tercantum dosis anak
10mg/KgBB. Berapa mg PCT yang diberikan ke anak?
Jawab :
dosis anak (X) = 10mg/KgBB
maka dosis utk anak dg BB 10 Kg adalah 100 mg

D. Kalkulasi Kecepatan Infus


1 cc = 20 tetes makro
1 cc = 60 tetes mikro
- Rumus jumlah tetesan makro :
jumlah cairan x 20(faktor tetes)
---------------------------------
lama infus(jam) x 60

- Rumus Jumlah tetesan mikro :


Jumlah cairan x 60
-----------------------------------
Lama infus (jam) x 60

E. Rumus Menghitung Syringe Pump


10
POLTEKKES KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0
SEMARANG

Dosis diminta x BB x Jam (menit)


Jumlah Pengenceran
1 mg= 1000 mikrogram
Contoh:
1. Pasien Ny. P (48 tahun) memiliki BB= 80 kg, dengan diagnosa shock
hipovolemik membutuhkan terapi dobutamin 12,5 mikro gr/kg/mnt.
Berapa dosis yang diberikan jika 1 ampul dopamin mengandung 250
mg dan diencerkan 50 cc dalam hitungan menitnya
250000;250=1000mikro/cc

Dijawab pertahap
a. ampul adalah 250 mg maka diubah dulu sama menjadi sesuai kebutuhan
yaitu diubah ke mikro gram
250 mg= 250.000 mikro gram .................. (1)
Jika dioplos 50 cc, berapa 1 cc nya??
=250.000/50= 5.000 mikro gram/cc .................. (2)
b. Rumus dosis syringe pump!
Dosis x BB x jam (mnt)
Dari soal di satuan ada 12,5 mikro gr/kg/mnt.
Untuk menit 1 jam= 60 menit
= 12,5 x 80 x 60 .................................................... (3)
= 60.000 mikro/jam
c. Jadi kecepatan yang diberikan
=60.000/5.000= 12 cc/jam ................................................ (4)
2. Berikan vasokontriksi (non adrenalin) dengan dosis 0,1 mikro
gram/kgBB/mnt pada bapak Agus (56 tahun) dengan diagnosa Infark
Miokard Akut dengan BB=60 kg. Berapa dosis yang harus diberikan yang 1
ampul vasokontriksi mengandung 4mg/1cc jika diencerkan 40 cc?
a. 1 ampul mengandung 4 mg, dalam soal mikro gram jadi diubah
4mg= 4000 mikro gram per 1 ccnya .................... (1)
Diencerkan 40 cc jadi 4000/40= 100 .................... (2)
b. Dosis syringe pump
Dosis x BB x jam (mnt)
=0,1 x 60 x 60 = 360 ................................ (3)
c. Jadi kecepatan yang diberikan
360/100= 3.6 cc.................................... (4)

11
POLTEKKES KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-06/R0
SEMARANG

Purwokerto, 2018

Disiapkan Oleh Diperiksa Oleh Disahkan Oleh


Pengampu Perwakilan Jurusan Perwakilan Jurusan
Keperawatan Purwokerto Keperawatan Purwokerto

Dyah W,SKep,Ns,MKep Sugeng Riyadi,SKep,Ners,MSi Walin,SST. M.Kes


NIP. 197603311998032001 NIP.197011231998031004 NIP.196504231988032002

12

Anda mungkin juga menyukai