Bab 1-4
Bab 1-4
PENDAHULUAN
mengaku tidak bisa melakukan pekerjaan seperti sediakala karena merasa sering
kelelahan sehingga hanya bisa menghabiskan waktu dirumah saja. Selain itu
mereka juga tidak bisa menafkahi keluarga sehingga merasa dirinya sudah tidak
berarti lagi. Kualitas hidup yang buruk maka akan berdampak dengan tingkat
percaya diri penderita dengan lingkungan sekitar. Hal ini yang membuat
karena untuk memberikan motivasi kepada penderita gagal ginjal kronik bahwa
dirinya tidak harus depresi dengan kondisi yang dialami, tetapi mereka harus bisa
2013).
peningkatan menjadi urutan ke 18 pada tahun 2010. Lebih dari 2 juta penduduk di
dunia mendapatkan perawatan dengan dialisis atau transplantasi ginjal dan hanya
Organization (WHO, 2012) bahwa terjadi peningkatan pasien gagal ginjal kronik
dari tahun ke tahun, dimana terdapat lebih dari 500 juta orang mengalami
1
2
penyakit gagal ginjal pada seluruh populasi di dunia sampai sekarang. Pada tahun
2012 di Amerika terdapat 26 juta orang dewasa mengalami gagal ginjal kronik
12,5 % dari jumlah total penduduk Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal.
Prevalensi pasien gagal ginjal kronik sebanyak 0,1%-0,5% pada seluruh populasi
ginjal kronik. Di RSUD Dokter Soedarso Pontianak dari 49 penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa yaitu hanya 9 orang yang memiliki kualitas
hidup baik. Jadi sisanya yaitu sebanyak 40 penderita memiliki kualitas hidup yang
kurang baik. Pada bulan mei sampai juni tahun 2019 di Ruang Hemodialisa
RSUD dr. R. Koesma Tuban untuk reguler ada sejumlah 151 penderita gagal
ginjal kronik. Jumlah tersebut belum termasuk penderita yang memutuskan untuk
tidak melanjutkan hemodialisa lagi dan ada juga penderita yang harus melakukan
ginjal kronik. Hal ini menunjukan bahwa penderita gagal ginjal kronik di
Hemodialisa menjalani terapi selama dua kali dalam seminggu. Dalam satu hari
satu bulan ada 79 penderita yang menjalani hemodialisa dari bulan mei sampai
juni. Gambaran kualitas hidup dari penderita gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa ada yang berbeda satu sama lain. Sebagian besar penderita gagal
ginjal kronik adalah laki-laki, mereka merasa tidak puas dengan kondisi kesehatan
3
yang mereka rasakan saat ini. Hal ini ditandai dengan tidak banyak aktivitas yang
akibat dari kondisi ini. Dengan segala kondisi kesehatan yang dirasakan dan
ditambah lagi mereka adalah kepala rumah tangga sudah jelas tidak bisa
penderita gagal ginjal kronik seperti IMT, lama menjalani hemodialisa, kondisi
komorbid dan penatalaksanaan medis. Menurut penelitian dari Wan Gisca Ayu
IMT kurang dari 23. Menurut Jadeja dan Vijay (2012) dalam Indian Journal of
pasien hemodialisa salah satunya adalah IMT kurang dari 23. Dalam hal ini
menunjukkan bahwa IMT menempati posisi yang paling tinggi. Asupan energi
dan protein berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup penderita gagal
kronik yang mengalami malnutrisi. Penderita gagal ginjal kronik yang mengalami
malnutrisi secara gizi tampak kurang, hal ini dapat mempengaruhi sistem imun,
yang dapat menekan nafsu makan. Malnutrisi ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu, asupan nutrisi yang dibatasi, terjadinya peningkatan hormon leptin yang
menghambat nafsu makan, pengambilan sampel darah yang berulang, dan proses
dari dialisis itu sendiri. Salah satu faktor yang menyebabkan malnutrisi ada
asupan nutrisi yang dibatasi. Penderita yang mengalami gagal ginjal kronik sudah
pasti harus membatasi setiap asupan yang masuk agar tidak memberatkan fungsi
dari organ ginjal. Dari berbagai faktor malnutrisi memiliki banyak sekali dampak
yang terjadi seperti, dapat menyebabkan penderita gagal ginjal kronik mengalami
gejala seperti lelah dan malaise, sakit kepala, kehilangan berat badan, kelemahan
otot, infeksi berulang, penyembuhan luka yang lambat, serta gangguan tulang
yang bisa mempengaruhi dari kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik
tersebut.
dilakukan dengan cara yaitu, mengontrol berat badan untuk mendukung proses
terapi yang berlangsung betul-betul adekuat agar tidak banyak toksik uremi yang
terkumpul dan protein serta glukosa dan vitamin tidak terbuang, memenuhi
asupan makanan yang cukup seperti protein dalam tubuh yang didapat dari telur,
daging, ayam, ikan, susu untuk menjaga status gizi yanng baik.
hubungan IMT dengan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik di Ruang
dengan penyakit kronik seperti gagal ginjal. Beberapa penderita gagal ginjal
kronik mengaku tidak bisa melakukan pekerjaan seperti sediakala karena merasa
5
sering kelelahan sehingga hanya bisa menghabiskan waktu dirumah saja. Selain
itu penderita juga tidak bisa menafkahi keluarga sehingga merasa dirinya sudah
fungsi ginjal. Prevalensi pasien gagal ginjal kronik sebanyak 0,1%-0,5% pada
klien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa yaitu hanya 9 orang yang
memiliki kualitas hidup baik. Jadi sisanya yaitu sebanyak 40 klien memiliki
kualitas hidup yang kurang baik. Di Ruang Hemodialisa RSUD dr. R. Koesma
Tuban pada bulan mei sampai juni tahun 2019 sejumlah 151 penderita gagal ginjal
selama dua kali dalam seminggu. Dalam satu hari ada sejumlah 30 penderita gagal
ginjal kronik yang melakukan hemodialisa, kemudian untuk rata-rata dalam satu
bulan ada 75 klien dari bulan mei sampai juni. Sebagian besar penderita gagal
ginjal kronik merasa tidak puas dengan kesahatan yang mereka alami. Hal ini
ditandai dengan tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan bahkan harus berhenti
ginjal kronik. Kualitas hidup yang kurang baik disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu salah satunya adalah IMT yang kurang baik. IMT yang kurang baik ditandai
dengan adanya malnutrisi. Hal ini disebabkan oleh asupan nutrisi yang dibatasi,
pengambilan sampel darah yang berulang, dan proses dari dialisis itu sendiri.
Kondisi inilah yang menyebabkan timbulnya gejala seperti lelah dan malaise,
penyembuhan luka yang lambat, serta gangguan tulang yang bisa mempengaruhi
dari kualitas hidup klien tersebut. Untuk memperbaiki kualitas hidup penderita
gagal ginjal kronik dapat dilakukan dengan mengontrol berat badan dan
Apakah ada hubungan indeks massa tubuh dengan kualitas hidup penderita
1.4 Tujuan
penderita gagal ginjal kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr. R. Koesma Tuban.
1.5 Manfaat
dengan hubungan indeks massa tubuh dengan kualitas hidup penderita gagal
1. Bagi penulis
2. Bagi pembaca
Tabel 1.1 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kualitas Hidup Penderita
Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa RSUD dr. R. Koesma Tuban
Tahun 2019.
Metode
No. Judul Penulis Tahun Penelitian/
Pendekatan
1. Faktor-Faktor yang Handi Rustandi, 2018 Deskriptif dengan
Mempengaruhi Kualitas Hengky Tranado, Cross Sectional
Hidup Pasien Chronic Tinalia Pransasti
Kidney Disease (CKD)
yang Menjalani
Hemodialisa di Ruang
Hemodialisa.
2. Analisa Faktor-Faktor yang Deddy Sepadha Putra 2015 Deskriptif
Mempengaruhi Kualitas Segala Analitik dengan
Hidup Pasien Gagal Ginjal Cross Sectional
Kronik yang Menjalani
Hemodialisa di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan
3. Status Gizi pada Pasien Karsa S. Lajuck, 2016 Analitik
Penyakit Ginjal Kronik Emma S. Moeis, Observasional
Stadium 5 yang Menjalani Maarthen C. P. dengan Croos
Hemodialisis Adekuat dan Wongkar Sectional
Tidak Adekuat
4. Hubungan Indeks Massa Zulkarnain 2017 Survey Analitik
Tubuh (IMT) dengan dengan Croos
Kejadian Carpal Tunnel Sectional
Syndrome (CTS) pada
Penderita CTS di Rs.
Universitas Hasanuddin
dan RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar
Periode 2014-2017
5. Hubungan Adekuasi Dewantari EO, Taruna 2014 Analitik
Hemodialisis dengan A, Angraini DI, Observasional
Asupan Makan dan Dilangga P. dengan Croos
Indeks Massa Tubuh Sectional
Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani
Hemodialisis di RSUD
Abdul Moeloek Bandar
Lampung
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
di depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar transversus abdominis, kuadratus
lumborum, dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh
bantalan lemak yang tebal. Kelenjar adrenal terletak di atas kutub masing-masing
ginjal. Ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung di sebelah posterior
dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga, sedangkan di anterior
dilindungi oleh bantalan usus yang tebal. Bila ginjal mengalami cedera, maka
hampir selalu terjadi akibat kekuatan yang mengenai iga kedua belas, yang
berputar ke dalam dan menjepit ginjal diantara iga itu sendiri dengan korpus
vertebra lumbalis.
ginjal dengan sendirinya sukar untuk diraba dan juga sulit dicapai sewaktu
pembedahan. Ginjal kiri yang berukuran normal, biasanya tidak teraba pada waktu
pemeriksaan fisik karena dua pertiga atas permukaan anterior ginjal tertutup oleh
limpa. Namun, kutub bawah ginjal kanan yang berukuran normal, dapat diraba
secara bimanual. Kedua ginjal yanng membesar secara mencolok atau tergeser
dari tempatnya dapat diketahui dengan palpasi, walaupun hal ini lebih mudah
9
10
hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 (1 inci), dan beratnya
sekitar 150 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh.
pasangannya) yang lebih dari 1,5 cm (0,6 inci) atau perubahan bentuk merupakan
tanda yang penting karena sebagian manifestasi penyakit ginjal adalah perubahan
struktur.
Permukaan anterio dan posterior kutub atas dan bawah serta tepi lateral
adanya hilus. Beberapa struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui hilus
adalah arteria dan vena renalis, saraf, pembuluh limfatik, dan ureter. Ginjal
diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis mengkilat, yang berikatan longgar dengan
jaringan dibawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal.
korteks di bagian luar dan medula di bagian dalam. Medula terbagi-bagi menjadi
baji segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut diselingi oleh bagian
Papila (apeks) dari tiap piramid membentuk duktus papilaris Bellini yang
terbentuk dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul. Setiap
duktus papilaris masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk
seperti cawan yang disebut kaliks minnor (L. Calix, cawan). Beberapa kaliks
11
selama bahan pembentukan urine tersebut mengalir melalui tubulus dan duktus
Belini, masuk kaliks minor, kaliks mayor, pelvis ginjal, dan akhirnya
lumbalis II. Aorta terletak di sebelah kiri garis tengah sehingga arteria renalis
kanan lebih panjag dari arteria renalis kiri. Setiap arteria renalis bercabang
cava inferior yang terletak di sebelah kanan dari garis tengah. Akibatnya vena
renalis kiri kira-kira dua kali lebih panjang dari vena renalis kanan. Gambaran
anatomis ini menyebabkan beberapa ahli bedah transplantasi biasanya lebih suka
memilih ginjal kiri donor yang kemudian diputar dan ditempatkan pada pelvis
kanan resipien. Ada sedikit kesulitan bila arteria renalis pendek dan
12
harus lebih panjang, karena ditanamkan langsung ke dalam vena iliaka eksterna.
peritubular. Sirkulasi ginjal tidak seperti biasa yang terbagi menjadi dua bantalan
kapiler yang terpisah, tapi bantalan glomerulus dan bantalan kapiler peritubular
Tekanan dalam bantalan kapiler yang pertama (tempat terjadi filtrasi) adalah lebih
mmHg) dan menyerupai kapiler di tempat lain dalam tubuh. Darah yang
Ginjal diperfusi oleh sekitar 1.200 ml darah per menit-suatu volume yang
sama dengan 20% sampai 25% curah jantung (5.000 ml per menit). Kenyataan ini
memang sangat menakjubkan, kalau kita pertimbangkan bahwa berat kedua ginjal
kurang dari 1% dari berat seluruh tubuh. Lebih dari 90% darah yang masuk ke
Sifat khusus aliran darah ginjal yang lain adalah autoregulasi aliran darah
glomerulus tetan konstan. Fungsi ini afektif pada tekanan arteria antar 80 sampai
ekskresi zat terlarut dan air. Tetapi dalam kondisi-kondisi tertentu autoregulasi ini
mengalihkan darah dari ginjal ke jantung, otak, atau otot rangka dengan
Ginjal mendapatkan darah dari banyak arteria atau vena. Anomali arteria
renalis jauh lebih sering ditemukan daripada kelainan vena. Kenyataannya sekitar
25% dari populasi atau lebih memiliki lebih dari satu arteria renalis yang
kecil-kecil dari aorta dan menyuplai kutub-kutub ginjal. Arteriogram suplai darah
karena variasi seperti ini secraa teknis dapat menyulitkan ahli bedah.
2.2.1 Pengertian
Penyakit gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif
uremia (Smeltzer & Bare, 2008) dalam Supriadi, Dedi, dkk (2018).
2.2.2 Klasifikasi
didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar
diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG
2.2.3 Etiologi
kronik, akan tetapi, apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan
mengakibatkan gagal ginjal kronik bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan diluar
2) Dyslipidemia.
3) SLE.
5) Preeklamsi.
6) Obat-obatan.
2.2.4 Patofisiologi
Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronik dimulai pada fase awal
masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi
ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik
mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi
Seiring dengan makin banyak nefron yang mati, maka nefron yang tersisa
menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak
dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan
parut dan aliran darah ginjal akan berkurang. Pelepasan renin akan meningkat
Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar terjadi
dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai respon dari kerusakan
nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun drastis dengan manifestasi
sehingga akan terjadi sindrom uremia yang memberikan banyak manifestasi pada
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan
koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum
kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi peubahan biokimia dan
kalium, klorida).
18
2.2.6 Komplikasi
sebagai berikut :
mortalitas.
2.2.7 Penatalaksanaan
menunjang penyakit ginjal tahap akhir dan yang faktor penunjang yang dapat
asam urat, dan asam organik. Masukan protein yang diperbolehkan harus
tinggi kandungan biologisnya : produk yang berasal dari susu, telur, dan
daging.
urine 24 jam.
makanan.
otot.
antihipertensif.
10. Atasi asidosis metabolik jika perlu dengan suplemen natrium bikarbonat
atau dialisis.
20
sesuai kebutuhan.
12. Amati terhadap tanda dini abnormalitas neurologis (misal berkedut, sakit
13. Lindungi terhadap cidera dengan memberikan bantalan pada pagar tempat
tidur.
14. Catat awitan, tipe, durasi, dan efek umum kejang pada pasien, segera
beritahu dokter.
Dialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara
pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen
lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua teknik utama yang
digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi
solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan
menyebabkan aliran yang besar dari plasma (dengan perbandingan sedikit larutan)
telah menjadi metode yang dominan dalam pengobatan gagal ginjal akut dan
penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan
jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan antar arteri dan vena
2.3.2 Indikasi
Tidak ada petunjuk yang jelas berdasarkan kadar kreatinin darah untuk
sudah tidak sanggup lagi bekerja purna waktu, mendeirta neuropati perifer atau
jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria, 4 mg/100 ml pada wanita
dan glomerulo filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit. Penderita tidak boleh
dibiarkan terus menerus berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan
Secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15
ml/menit, LFG kurang dari 10 ml/menit dengan gejala uremia/ malnutrisi dan
LFG kurang dari 5 ml/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis.
Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila
serum 8-10 mg/dL. Pasien yang terdapat gejala-gejala uremia secara mental dapat
relatif dari hemodialisa adalah azotemia simtosis berupa ensefalopati, dan toksin
terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik, tidak
ginjal.
lain.
antikoagulasi sistemik. Darah dan dialisat dialirkan pada sisi yang berlawanan
dialisat, karakteristik dan ukuran membran dalam alat dialisa, dan kecepatan
aliran darah dan larutan yang mempengaruhi pemindahan larutan. Dalam proses
hemodialisa diperlukan suatu mesin hemodiaisa dan suatu saringan sebagai ginjal
tiruan yang disebut dializer, yang digunakan untuk menyaring dan membersihkan
darah dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan
tempat suplai dari darah yang akan masuk ke dalam mesin hemodialisa.
semipermeabel yang terdiri dari dua bagian, bagian untuk darah dan bagian lain
untuk dialisat. Darah mengalir dari yang berlawanan dengan arah darah ataupun
dalam arah yang sama dengan arah aliran darah. Dializer merupakan sebuah
hollow fiber atau capillary dializer yang terdiri dari ribuan serabut kapiler halus
24
yang tersusun pararel. Darah mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung kecil
ini, dan cairan dialisat membasahi bagian luarnya. Dializer ini sangat kecil dan
kompak karena memiliki permukaan yang luas akibat adanya banyak tabung
kapiler. Selama hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter
semipermeabel (dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan dialirkan
darah dan ruangan yang lain dialirkan dialisat, sehinggga keduanya terjadi difusi.
dalam tubuh melalui arterio venosa shunt (AV-shunt). Suatu sistem dialisa terdiri
dari dua sirkuit, satu untuk darah dan satu lagi untuk cairan dialisa. Darah
mengalir dari pasien melalui tabung plastik (jalur arteri/ blood line), melalui
dializer hollow fiber dan kembali ke pasien melalui jalur vena. Cairan dialisa
membentuk saluran kedua. Air kran difiltrasi dan dihangatkan sampai sesuai
pompa pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak cairan dialisa. Dialisat
resistensi terhadap aliran vena, atau dengan menimbulkan efek vakum dalam
25
Sirkuit darah pada sistem dialisa dilengkapi dengan larutan garam atau NaCl
mungkin cukup untuk mengalirkan darah melalui sirkuit ekstarkorporeal (di luar
tubuh), atau mungkin juga memerlukan pompa darah untuk membantu aliran
dengan quick blood (QB) (sekitar 200 sampai 400 ml/menit) merupakan aliran
kecepatan yang baik. Heparin secara terus-menerus dimasukkan pada jalur arteri
melalui infus lambat untuk mencegah pembekuan darah. Perangkap bekuan darah
atau gelembung udara dalam jalur vena akan menghalangi udara atau bekuan
darah kembal ke dalam aliran darah pasien. Untuk menjamin keamanan pasien,
Sedangkan menurut Corwin (2000) hemodialisa memerlukan waktu 3-5 jam dan
dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 2-3 hari diantara hemodialisa,
keseimbangan garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut
berperan menyababkan :
1. Anemia
2. Hipotensi
3. Aritmia
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang curang
serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang
5. Hipoksemia
6. Perdarahan
7. Gangguan pencernaan
Gangguan urologi yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
sakit kepala.
individu untuk mendapatkan hidup yang normal terkait dengan persepsi secara
individu mengenai tujuan, harapan, standar dan perhatian secara spesifik terhadap
kehidupan yang dialami dengan dipengaruhi oleh nilai dan budaya pada
kesehatan yang mengukur kepuasan pasien dan manfaat fisiologis. Suatu konsep
total kesehatan manusia menggabungkan keduanya yakni faktor fisik dan mental
(Nursalam, 2013).
hidup yaitu objektif dan subjektif. Kualitas hidup digambarkan dalam rentang dari
Kualitas hidup dari dimensi subjektif didasarkan pada respon psikologis individu
terhadap kepuasan dan kebahagiaan hidup. Jadi kualitas hidup subjektif adalah
sebagai persepsi individu tentang bagaimana suatu hidup yang baik dirasakan oleh
Menurut (WHO, 1996) dalam (Tinuk, 2015) ada empat domain yang
4) Mobilitas
7) Kapasitas kerja
29
2. Domain psikologis
2) Perasaan negative
3) Perasaan positif
4) Penghargaan diri
1) Hubungan pribadi
2) Dukungan sosial
3) Aktivitas seksual
4. Domain lingkungan
4) Lingkungan rumah
7) Lingkungan fisik (polusi atau kebisingan atau lalu lintas atau iklim)
8) Transportasi
yang berskala luas. Cara-cara tersebut akan digunakan dengan skala cukup besar
30
dalam uji klinis, dalam menetapkan nilai di berbagai bidang, dan alam
membandingkan hasil yang diperoleh dari field center yang berbeda. Penelitian
yang tidak bias digunakan dalam penelitian situs tunggal (single site) (Sartorius
dan Helmchen, 1981). Sebagai contoh, studi banding dalam dua atau lebih Negara
menyediakan ulangan berganda secara simultan dari temuan yang didapat, yang
misalnya melalui paliasi, yang menjadi efektif dan murah. Bersama dengan
dan akan membuat sebuah aspek penting dari audit rutin kesehatan dan pelayanan
kualitas hidup yang dilakukan, bisa memastikan bahwa data yang dihasilkan oleh
kerja yang melibatkan asesmen WHOQOL akan benar-benar sensitif bagi setting
mereka.
Domain skor berskalakan kearah yang positif (yaitu skor yang lebih tinggi
menunjukkan kualitas hidup lebih tinggi). Biasanya seperti cakupan index antara
Semua skala dan faktor tunggal diukur dalam rentang skor 0-100. Nilai
skala yang tinggi mewakili tingkat respon yang lebih tinggi. Jadi nilai tinggi untuk
mewakili skala fungsional tinggi atau tingkat kesehatan yang lebih baik, nilai
yang tinggi untuk status kesehatan umum atau QOL menunjukkn QOL yang
symtomatology atau masalah. Dengan menggunakan teknik Tem Trade Off (TTO)
dimana 0 menunjukkan kematian dan 100 menujukkan lebih buruk dari mati.
Rating scale (RS) mengukur QOL dengan cara yang sangat mudah, Rating
scale (RS) menanyakan QOL, secara langsung sebagai sebuah titik dari 0 yang
berhubungan dengan kematian dan kurang dari 100, yang berhubungan dengan
Gizi berasal dari bahasa arab “Al Gizzai” yang artinya makanan. Jadi kata
gizi artinya makanan. Ilmmu gizi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
makanan dengan keseharian. Dikatakan gizi seorang baik, jika kesehatan seorang
rinci makanan yang kita makan memiliki 3 kelompok besar didasarkan kegunaan
pokok yakni :
3. Mengatur pekerjaan fisiologi atau kelakuan tubuh yang disebut faal tubuh,
seperti halnya darah yang keluar karena luka, harus berhenti dan membeku
Yang dimaksud dengan kebutuhan zat gizi bagi tubuh adalah jumlah zat
gizi yang harus diperoleh tubuh manusia setiap hari untuk memelihara
34
akan zat gizi juga dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
1. Umur, sampai batas tertentu, kebutuhan zat gizi makin besar apabila umur
tertentu. Kemudian makin tua, mulai dari umur tertentu itu tubuh tidak
2. Jenis kelamin, pada umumnya kebutuhan zat gizi pada laki-laki lebih besar
sama. Hal ini disebabkan kebanyakan laku-laki bergerak dan bekerja lebih
lebih banyak.
3. Tinggi dan berat badan, makin tinggi atau makin besar berat badan
dibutuhkan lebih banyak zat gizi. Sebaliknya orang pendek dan kurus
membutuhkan zat gizi lebih sedikit zat gizi dibanding orang tinggi dan
gemuk.
35
tenaga, karena itu orang yang bekerja berat membutuhkan zat gizi lebih
banyak zat gizi daripada yang berdiam didaerah panas. Untuk mengatasi
tubuh yang lebih besar. Hal ini berarti perlu dibakar lebih banyak zat gizi,
6. Keadaan tertentu, pada waktu hamil, menyusui atau baru sembuh dari sakit
7. Faktor lain, banyak lagi faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan zat
gizi, misalnya jenis bahan makanan, ada bahan makanan yang bermutu
rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi
Berat badan
IMT =
Tinggi badan (m)²
36
dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang
dewasa berumur di atas 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, dan
remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak dapat
diterapkan dalam keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, asites, dan
sebagai berikut:
tubuh.
2. Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan
3. Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah
Kekurangan IMT:
presentase lemak tubuh mereka dalam kadar yang rendah. Sedangkan dala
pengukuran berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai IMT
2. Pada anak-anak : tidak akurat karena jumlah lemak tubuh akan berubah
Jumlah lemak tubuh pada laki-laki dan perempuan juga berbeda selama
berat badan berdasarkan nilai persentil yang dibedakan atas jenis kelamin
dan usia.
berat badan dan Imt yang melebihi 27,5 berada dalam kategori obesitas
Teori kualitas hidup yanng dikembangkan oleh Wilson dan Cleary (1995)
Teori ini terdiri dari 5 determinan yaitu faktor biologis, status gejala, status
Variabel biologis dan fisiologis ditujukan pada gangguan dalam fungsi sel,
gejala sebagai hasil dari hubungan yang kompleks diantara sejumlah variabel
biologis dan fisiologis, dan pengalaman individu tentang gejala yang dialami.
dari status fungsional yaitu domain fisik (kekuatan, istirahat, tidur & nafsu
makan); sosial (hubungan dengan keluarga dan teman atau tetangga; peran (peran
keyakinan)
subjektif dari semua komponen yang telah diuraikan sebelumnya. Persepsi tentang
Faktor yang
Mempengaruhi
Kualitas Hidup
- Lama menjalani
hemodialisa
- Kondisi komorbid
- Penatalaksanaan
medis
- Indeks Massa Tubuh Malnutrisi - Lelah dan malaise
- Sakit kepala
- Kehilangan berat
badan
- Kelemahan otot
- Infeksi berulang
- Penyembuhan luka
lambat
- Gangguan tulang
Kualitas Hidup
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
39
40
salah satu dari faktor yang akan diteliti. Untuk mengukur IMT sangat bergantung
oleh berat badan dan tinggi badan dari penderita gagal ginjal kronik. Selanjutnya
pada penderita gagal ginjal kronik yang memiliki berat badan kurang untuk
kategori dalam IMT akan masuk dalam kategori berat badan kurang atau dibawah
dari 18,5. Berat badan kurang tersebut yang akan mempengaruhi terjadinya
malnutrisi. Malnutrisi sendiri bisa terjadi pada penderita gagal ginjal kronik ketika
tidak mendapatkan asupan yang cukup sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi
hal ini juga bergantung pada kerja ginjal yang harus dibatasi ketika asupan yang
masuk berlebihan juga tidak baik untuk kondisi ginjal tersebut. Kemudian
berbagai gangguan yang disebabkan seperti diantaranya lelah dan malaise, sakit
luka yang lambat, serta gangguan tulang. Dari berbagai gangguan gejala yang
H1 : Ada hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan kualitas hidup klien
METODOLOGI PENELITIAN
peneliti akan mengkaji hubungan IMT dengan kualitas hidup penderita gagal
ginjal kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr. R. Koesma Tuban. Peneliti dapat
ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dari penelitian ini adalah penderita gagal
ginjal kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr. R. Koesma Tuban yang berjumlah
sebagai subyek penelitian melalui sampling. Sampel yang dipakai pada penelitian
ini yaitu penderita gagal ginjal kronik yang berada di Ruang Hemodialisa RSUD.
1. Kriteria Inklusi
41
42
3) Pasien kooperatif
2. Kriteria Eksklusi
Besar sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh dari populasi (Nursalam, 2013). Penelitian ini besar
sampel yang diambil sesuai dengan kriteria inklusi yang dikehendaki oleh peneliti
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
Besar sampel :
N
n=
1 + N(𝑑)²
30
=
1 + 30(0,05)²
43
30
=
1 + 30(0,0025)
30
=
1,075
= 27,9
Dibulatkan menjadi: 28
yaitu setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilihh atau
random sampling yaitu teknik pemilihan sampel dengan cara mengambil nomor
dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal
Populasi
Seluruh penderita gagal ginjal kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr. R. Koesma
Tuban dalam satu hari pada bulan September Tahun 2019 berjumlah 30 orang
Teknik Sampling
Systematic Random Sampling
Sampel
Pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 28 responden
Analisa Data
Spearman rho
Penyajian Data
Kesimpulan
Ada hubungan atau tidak
lain (Nursalam, 2013). Variabel indepeden dalam penelitian ini adalah Indeks
oleh variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini
dari suatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2013). Penelitian ini akan
sosial :
Hubungan
pribadi, dukungan
sosial, aktivitas
sosial.
4) Domain
lingkungan :
Sumber daya
keuangan,
kebebasan,
keamanan dan
kenyamanan fisik,
kesehatan dan
kepedulian sosial,
lingkungan
rumah, peluang
untuk
memperoleh
informasi dan
keterampilan
baru, lingkungan
fisik, transportasi.
1. Kuesioner WHOQOL-BREF
(4) Mobilitas
2) Domain psikologis
4) Domain lingkungan
(7) Lingkungan fisik (polusi atau kebisingan atau lalu lintas atau
iklim)
(8) Transportasi
49
1) IMT (BB+TB)
ginjal kronik banyak yang kurang baik. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Oktober 2019.
50
hemodialisa responden yang akan diteliti adalah responden yang melewati fase
awal saat pemasangan alat hemodialisa selama 1 jam, jika pasien sudah dalam
keadaan tenang baru dilakukan penelitian dan membina hubungan saling percaya,
menandatangani surat pernyataan awal jika calon responden setuju untuk menjadi
hidup untuk diisi oleh responden. Responden adalah penderita gagal ginjal kronik
yang memenuhi kriteria inklusi. Setelah kuesioner diisi semua oleh responden
tinggi badan dan berat badannya terlebih dahulu untuk didata peneliti dan
dianalisa.
ditabulasi serta memberikan kode, memilih atau mengelompokan data sesuai jenis
data meliputi:
1. Editing
2. Coding
Memberikan kode pada data dengan merubah kata-kata menjadi angka, hal
1) Kurus : Kode 1
2) Normal : Kode 2
4) Obesitas : Kode 4
52
3. Scoring
4) Obesitas : (≥27)
4. Tabulating
lebih lanjut.
5. Uji Statistik
Dalam penelitian ini menggunakan uji spearman rho dengan excel. Setelah
variabel tersebut.
53
agar subjek mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi
responden. Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti
dan memenuhi kriterian inklusi. Apabila responden menolak maka peneliti tidak
4.10.2 Anonymity
Nama dari subjek tidak perlu dicantumkan pada lembar pengumpulan data,
untuk mengetahui keikut sertaan, peneliti cukup dengan menuliskan nomor kode
4.10.3 Confidentiality
kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan
DAFTAR PUSTAKA
Astrini. 2013. Hubungan Kadar Hemoglobin (Hb), Indeks Masaa Tubuh (IMT)
dan Tekanan Darah dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Dokter Soedarso Pontianak Bulan
April 2013. Naskah Publikasi: hlm. 5-10.
Basir, Herlina, Amirullah. 2018. Gambaran Karakteristik Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin. Jurnal Mitrasehat. 8(1): hlm. 82-83.
Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku. Jakarta:
EGC.
Dempsey, Patricia Ann, Dempsey, Arthur D. 2002. Riset Keperawatan: Buku Ajar
Dan Latihan Edisi 4. Jakarta: EGC
Ekasari, F. M, Riasmini, M. N, Hartini, T. 2018. Meningkatkan Kualitas Hidup
Lansia Konsep dan Berbagai Strategi Intervensi. Malang: WINEKA
MEDIA.
Eo. Dewantari, A. Taruna, P. Dilangga. 2014. Hubungan Adekuasi Hemodialisis
dengan Asupan Makan dan Indeks Massa Tubuh Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Abdul Moeloek Bandar
Lampung. Hlm. 65-66.
Fahmia, Mulyati, Handarsari. 2012. Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan
Status Gizi pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisa Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang.. Jurnal Gizi
Universitas Muhammadiyah Semarang. 1(1): hlm. 6-9.
Kurniasari, Surono, Pangastuti. 2015. Status Gizi sebagai Predikator Kualitas
Hidup Pasien Kanker Kepala dan Leher. Indonesian Journal of Human
Nutrition. 2(1): hlm. 64-65.
Kurniawan, Andini, Agustin. 2019. Hubungan Self Efficacy dengan Kualitas
Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yanng Menjalani Terapi Hemodialisa di
RSUD Sukoharjo. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada. Hlm. 1.
Nuari, A. N, Widayati, D. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan &
Penatalaksanaan Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian: Pendeketan Praktis Edisi 4. Jakarta:
Salemba Medika
55