Anda di halaman 1dari 31

INDAHNYA MEMBANGUN MAHLIGAI RUMAH

TANGGA

Disusun Oleh :
1. Dea Sukma Pebriyanti
2. Putri Syailen Apriandini
3. Shinta Aprillia Dita Putri
4. Siti Rahayu
5. Sri Widiyani

Kelas : XII Keperawatan 5

YAYASAN MUZTAHIDIN AL-AYUBI (YMA)


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TARUNA TERPADU 1
BOGOR CENTRE SCHOOL (BORCESS)
Jalan Raya Semplak, Salabenda Blk. Terkom Bogor
Telp 0251-7542504 Website: www.borcess.net
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas limpah dan
rahmat-nya penyusun dapat menyelesaikan laporan tentang indahnya membangun
mahligai rumah tangga.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat pada proses pembelajaran di
Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Terpadu 1 Borcess Bogor.
Penyusun menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
kami mengharapkan masukan, kritik dan saran yang sifatnya membangun dan untuk
perbaikan.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya sebagai bahan
inspirasi bagi siswa-siswi SMK calon Asisten Tenaga Kesehatan di SMK Taruna
Terpadu 1 Borcess Bogor .

Bogor, Agustus 2019

Penulis

i
Daftar Isi

Kata pengantar ....................................................................................................... i

Daftar isi................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................2

C. Tujuan Masalah ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Anjuran menikah ....................................................................................3


B. Pengertian ...............................................................................................5
C. Tujuan Pernikahan .................................................................................5
D. Hukum Pernikahan .................................................................................7
E. Orang-Orang Yang Tidak Boleh Dinikahi .............................................8
F. Rukun dan Syarat Pernikahan ..............................................................14
G. Prinsip Pernikahan ...............................................................................16
H. Pernikahan Yang Tidak Sah .................................................................17
I. Hak dan Kewajiban Suami dan Istri.....................................................18
J. Hikmah Pernikahan ..............................................................................18
K. Berakhirnya Pernikahan .......................................................................19
L. Pernikahan Menurut UU Perkawinan Indonesia ..................................24

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................26

B. Saran .....................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apabila kita berbicara tentang pernikahan maka dapatlah kita

memandangnya dari dua buah sisi. Dimana pernikahan merupakan sebuah

perintah agama. Sedangkan di sisi lain adalah satu-satunya jalan penyaluran

seks yang disahkan oleh agama. Dari sudut pandang ini, maka pada saat orang

melakukan pernikahan pada saat yang bersamaan dia bukan saja memiliki

keinginan untuk melakukan perintah agama, namun juga memiliki keinginan

memenuhi kebutuhan biologis nya yang secara kodrat memang harus disalurkan.

Sebagaimana kebutuhan lainnya dalam kehidupan ini, kebutuhan

biologis sebenarnya juga harus dipenuhi. Agama islam juga telah menetapkan

bahwa stu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia adalah

hanya dengan pernikahan, pernikahan merupakan satu hal yang sangat menarik

jika kita lebih mencermati kandungan makna tentang masalah pernikahan ini.

Di dalam al-Qur’an telah dijelaskan bahwa pernikahan ternyata juga dapat

membawa kedamaian dalam hidup seseorang (litaskunu ilaiha). Ini berarti

pernikahan sesungguhnya bukan hanya sekedar sebagai sarana penyaluran

kebutuhan seks namun lebih dari itu pernikahan juga menjanjikan perdamaian

hidup bagi manusia dimana setiap manusia dapat membangun surga dunia di

dalamnya. Semua hal itu akan terjadi apabila pernikahan tersebut benar-benar

di jalani dengan cara yang sesuai dengan jalur yang sudah ditetapkan islam.

1
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas timbul permasalahan yang perlu di dibahas sedikit

tentang:

1. Definisi pernikahan

2. Hikmah/manfaat pernikahan

3. Tujuan Pernikah dalam islam

4. Hukum nikah

5. Bagaimana bimbingan memilih jodoh menurut islam

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui makna dari pernikahan itu

2. Untuk memahami hikmah, hukum-hukum, dan tujuan pernikahan

3. Agar bisa memilih pasangan hidup dengan tepat menurut pandangan islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anjuran Menikah

2
Allah Swt. mensyariatkan pernikahan sebagaimana difirmankan dalam Q.S.

An-Nahl [16]: ayat 72 :

Artinya :

Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan

bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu

rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil

dan mengingkari nikmat Allah?" (Q.S. An-Nahl [16]: 72).

Dalam ayat Al-Qur’an, Allah Swt. Menjanjikan rezeki bagi orang-orang

yang menikah, firman Allah Swt..

Artinya :

Dan nikahkanlahah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang

yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba

sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka

dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

(Q.S. An-Nur [24]: 32)

Anjuran nikah juga terdapat pada Q.S. Ar-Rum ayat 21 :

3
Artinya :

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri

dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (Q.S. Ar

Rum 30:21)

Perintah untuk menikah terdapat dalam Q.S. Az-Zariyat ayat 49 :

Artinya :

Dan segala suatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat

kebesaran Allah. (Q.S. Az-Zariyat [51]: 49).

Rasullah menganjurkan kepada para pemuda yang sudah mampu untuk

segera menikah agar kondisi jiwanya lebih sehat, seperti dalam hadist berikut :

“Wahai para pemuda! Siapa saja diantara kalian yang sudah mampu, maka

menikahlah, karena pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih

menjaga kehormatan. Jika belum mampu, maka berpuasalah, karena berpuasa

dapat menjadi benteng.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).

B. Pengertian

menurut kamus besar bahasa indonesia, nikah adalah ikatan (akad)

perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama

4
pernikahan dalam islam disebut munakahat. Menurut islam, nikah merupakan

suatu akad yang ditujukan untuk menghalalkan hubungan yang bukan

mahramnya.

C. Tujuan Pernikahan

a. Meneruskan keturunan

Seorang laki laki dan perempuan yang menikah selalu

menginginkan keturunan yang saleh dan salehah. Doa anak saleh dan

salehah menjadi salah satu amal jariyah yang tidak akan pernah putus,

sebagaimana sabda Rasullullah saw., “ketika seorang manusia meninggal

dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali 3 perkara, yakni sedekah

jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh mendoakan kedua orang

tuanya.”

b. Sebagai sarana beribadah kepada Allah swt.

Apabila pernikahan dilakukan dengan ikhlas karna Allah swt. Dan

sesuai syariat nya,maka pernikahan akan menjadi sarana ibadah yang sangat

efektif guna mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam suatu asar,sahabat

ibnu abbas r.a. berkata,”menikahlah karena sesungguhnya satu hari dalam

pernikahan lebih baik dari ibadah seribu tahun.” Ibbnu Mas’ud telah berkata

dalam keadaan sakit keras, “Nikahkan aku karena sesungguhnya aku tidak

senang bila bertemu Allah dalam keadaan membujang.” Berdasarkan hadist

tersebut menikah merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat

dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw.

c. Menjalankan sunah rasul

5
Rasullallah saw. Telah bersabda, “jangan sampai kalian meninggal

dalam keadaan tidak menikah.”

d. Melapangkan pintu rezeki

Allah Swt. Akan memberikan rezeki bagi umat manusia yang

menikah. Rasullulah saw. Pun bersabda, “carilah rezeki di dalam

pernikahan.”

e. Menjauhkan diri dari fitnah

Dalam islam, seorang laki-laki dan perempuan yang bukan

mahramnya harus menghindari perbuatan yang dapat menimbulkan fitnah.

Akan tetapi, fitnah tersebut tidak berlaku, jika pasangan tersebut telah

melaksanakan suatu ibadah yang bersifat sakral, yaitu pernikahan.

f. Menyempurnakan separuh agama

Rasulullah Saw. Bersabda, ”jika seseorang menikah,maka berarti

dia telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka bertaqwalah pada

paruh yang lain.”

g. Menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang Allah Swt

Perbuatan yang sangat dilarang dan di benci oleh Allah Swt.harus

dihindari. Rasulullah Saw.telah menganjurkan kepada kita untuk menikah

guna menjaga kehormatan diri, menjauhkan dari perilaku menyimpang, dan

melindungi diri kita dari perbuatan yang sangat dilarang Allah Swt.

h. Membangun keluarga yang sakinah mawadah warahmah

6
Setiap orang tentu menginginkan keluarganya dapat hidup dengan

ketentraman,kenyamanan,dan penh kasih sayang yang menjadikan keluarga

sakina, mawadah,wa rahmah.

D. Hukum Pernikahan

Pernikahan merupakan perkara yang diperintahkan syariat islam, demi

terwujudnya kebahagiaan dunia akhirat.

Hukum menikah pada mulanya adalah suatu kebolehan (mubah). Hukum-

hukum pernikahan menurut penyebabnya:

1. Mubah

Pernikahan hukumnya mubah (boleh) bagi seseorang yang tidak

terdesak oleh alasan alasan yang mewajibkan nikah atau

mengharamkannya.

2. Sunah

Hukum Pernikahan menjadi sunah bagi seseorang yang pada

dasarnya telah memiliki bekal untuk hidup berkeluarga, mampu secara

jasmani dan rohani untuk hidup berumah tangga dan dirinya tidak

khawatir terjerumus dalam perbuatan yang sangat dilarang Allah Swt..

3. Wajib

Pernikahan menjadi wajib hukumnya bagi orang yang telah

mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, memiliki bekal untuk

menafkahi keluarganya, serta khawatir dirinya terjerumus dalam

perbuatan yang sangat dilarang oleh Allah Swt..

7
4. Makruh

Pernikahan menjadi makruh hukumnya bagi seseorang yang belum

memiliki bekal untuk menafkahi keluarganya, walaupun ia telah

memiliki kesiapan secara fisik untuk menyongsong kehidupan berumah

tangga, dan ia tidak khawatir terjerumus dalam perbuatan yang sangat

dilarang oleh Allah Swt. Hingga datangnya waktu yang paling tepat

untuk menikah.

5. Haram

Pernikahan menjadi haram hukumnya apabila menikah bertujuan

untuk niat yang buruk, misalnya ingin menyakiti, mempermainkannya,

atau untuk memeras hartanya.

E. Orang-Orang Yang Tidak Boleh Dinikahi

Mahram adalah laki-laki atau perempuan yang haram dinikahi.

Firman Allah dalam Q.S. An-Nisa ayat 22 :

ً ‫س ِب‬
)23( ‫يل‬ َ ‫احشَةً َو َم ْقتًا َو‬
َ ‫سا َء‬ ِ َ‫ف إِناهُ كَانَ ف‬ َ ‫اء إِ اَل َما قَ ْد‬
َ َ‫سل‬ ِ ‫س‬َ ِ‫َو ََل ت َ ْن ِك ُحوا َما نَ َك َح آَبَا ُؤ ُك ْم ِمنَ الن‬

Artinya :

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita yang telah dinikahi oleh ayahmu,

terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji

dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

(Q.S An-Nisa [4]: 22)

Isi kandungan surat An-Nisa ayat 22 :

8
Dan janganlah kalian menikahi wanita yang telah dinikahi oleh ayah-ayah

kalian, kecuali apa yang telah terjadi sebelumnya pada kalian,dan telah berlalu di

masa jahiliyyah, maka tidak ada hukuman padanya. Sesungguhnya pernikahan

anak-anak laki-laki dengan istri-istri ayah-ayah mereka merupakan perkara buruk

yang amat keji dan begitu besar kebejatannya, lagi sangat dibenci, Allah memurkai

pelakunya. Dan itu dalah seburuk-buruk jalan dan cara hidup yang kalian jalani

pada masa jahiliyyaah kalian.

Q.S. An-Nisa ayat 23 :

ِ ‫ع امات ُ ُك ْم َو َخ َاَلت ُ ُك ْم َوبَنَاتُ ْاْلَخِ َوبَنَاتُ ا ْْل ُ ْخ‬


‫ت‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم أ ُ ام َهات ُ ُك ْم َوبَنَات ُ ُك ْم َوأ َ َخ َوات ُ ُك ْم َو‬
َ ْ‫ُح ِر َمت‬

َ ِ‫ع ِة َوأ ُ امهَاتُ ن‬


‫سائِ ُك ْم َو َربَائِبُ ُك ُم ا‬
‫اللتِي فِي‬ ‫ض ْعنَ ُك ْم َوأ َ َخ َوات ُ ُك ْم ِمنَ ا‬
َ ‫الرضَا‬ َ ‫اللتِي أ َ ْر‬
‫َوأ ُ ام َهات ُ ُك ُم ا‬

‫علَ ْي ُك ْم َو َح َلئِ ُل‬ َ ‫اللتِي َد َخ ْلت ُ ْم ِب ِهنا فَ ِإ ْن لَ ْم تَكُونُوا َد َخ ْلت ُ ْم ِب ِهنا فَ َل ُجنَا‬
َ ‫ح‬ ‫سائِ ُك ُم ا‬
َ ِ‫ور ُك ْم ِم ْن ن‬
ِ ‫ُح ُج‬

َ َ‫ّللاَ كَان‬
ً ُ ‫غف‬
‫ورا َر ِحي ًما‬ ‫ف ِإنا ا‬ َ ‫أ َ ْبنَائِ ُك ُم الا ِذينَ ِم ْن أَص َْل ِب ُك ْم َوأ َ ْن تَجْ َمعُوا بَ ْينَ ْاْل ُ ْختَي ِْن ِإ اَل َما قَ ْد‬
َ َ‫سل‬

)23(

Artinya :

Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan;

saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan;

saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-

saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang

perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-

ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri

9
yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan

sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan

bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam

perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa

lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. An-

Nisa [4]: 23).

a. Sebab wanita haram dinikahi untuk selamanya.

1) Wanita-wanita yang haram dinikahi karena nasab :

a) Ibu.

b) Nenek secara mutlak dan semua jalur ke atasnya.

c) Anak perempuan dan anak perempuannya beserta semua jalur ke bawah.

d) Anak perempuan dari anak laki-laki dan perempuannya beserta semua

jalur ke bawah.

e) Saudara perempuan secara mutlak, anak-anak perempuan dan anak

perempuannya anak laki-laki dan saudara perempuannya tersebut

beserta jalur ke bawah.

f) Ammah (bibi dari jalur ayah) secara mutlak beserta jalur ke atasnya.

g) Khalah (bibi dari jalur ibu) secar mutlak beserta jalur ke atasnya.

h) Anak permpuannya saudara laki-laki secara mutlak.

i) Anak perempuan anak laki-laki, anak perempuannya anak perempuan

beserta jalur ke bawahnya.

2) Wanita-wanita yang haram dinikahi karena petalian nikah :

10
a) Istri ayah dan istri kakek beserta jalur ke atasnya.

b) Ibu istri (ibu mertua) dan beserta jalur ke atasnya.

c) Anak perempuan istri (anak perempuan bukan darah daging sendiri),

anak perempuannya istri (cucu perempuan dari anak perempuan bukan

darah daging sendiri), anak perempuannya anak laki-laki istri (cucu

perempuan dari anak laki-kai bukan darah daging.

3) Wanita yang haram dinikahi karena susuan :

a) Ibu-ibu yang diharamkan dinikahi karena sebab nasab.

b) Anak-anak perempuan.

c) Saudara-saudara perempuan.

d) Para ammah (para bibi dari jalur ayah).

e) Para khalah (para bibi dari jalur ibu).

f) Anak perempuannya saudara laki-laki.

g) Anak perempuannya saudara perempuan.

4) Wanita yang haram dinikahi karena sebab lian :

Lian adalah persaksian seorang suami yang menyatakan, “Aku bersaksi

kepada Allah, atas kebenaran dakwaanku bahwa istriku telah melakukan

maksiat.” Persaksian ini diulang hingga empat kali, kemudian setelahnya ia

berkata, “Laknat Allah akan menimpaku seandainya aku berdusta dalam

dakwaanku ini.”

b. Sebab wanita haram dinikahi sementara

1) Pertalian nikah

11
Perempuan yang masih ada dalam massa idah, baik idah talak mauoun idah

wafat juga haram dinikahi.

2) Talak bain kubra (cerai tiga)

Adalah talak yang dijatuhkan suami untuk ketiga kalinya. Seorang suami

yang telah menjatuhkan talak bain kubra tidal boleh rujuk atau menikah lagi

dengan mantan istrinya. Jika suami ingin kembali kepada istri yang ditalak

bain kubra, maka harus terpenuhi syarat-syaratnya.

Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 230:

‫ظنَّا أَن يُ ِقي َما‬


َ ‫طلَّقَ َها فَالَ ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َمآ أَن َيت ََرا َج َعآ ِإن‬
َ ‫طلَّقَ َها فَالَ ت َِح ُّل لَهُ ِمن َب ْعد ُ َحتَّى ت َن ِك َح زَ ْوجا ً َغي َْرهُ فَإِن‬
َ ‫فَإِن‬

}230{ َ‫ُحد ُودَ هللاِ َوتِ ْلكَ ُحد ُود ُ هللاِ يُ َب ِينُ َها ِلقَ ْو ٍم يَ ْعلَ ُمون‬

Artinya :

Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan

itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian

jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas

suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan

dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-

Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 230)

3) Menikahi dua orang perempuan bersaudara

a) Saudara perempuan istrinya, baik kandung seayah maupun seibu.

b) Saudara perempuan ibu istrinya (bibi istrinya), baik kandung seayah

atau pun seibu dengan ibu istrinya.

12
c) Saudara perempuan bapak istrinya (bibi istrinya), baik kandung seayah

atau pun seibu dengan bapak seibu.

d) Anak perempuan saudara perempuan istrinya (kemenekan istrinya),

baik kandung seayah maupun seibu.

e) Anak perempuan saudar laki-laki istrinya, baik kandung seayah maupun

seibu.

f) Semua perempuan yang bertalian susuan dengan istrinya.

4) Perbedaan agama

Mahram nikah karena perbedaan agama ada dua macam :

a) Perempuan musyrik, di mana ia haram dinikahi laki-laki nonmuslim.

b) Perempuan muslimah, di mana ia haram dinikahi laki-laki nonmuslim,

yaitu orang musyrik atau penganut agama selain islam.

Dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 221 :

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,

walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang

musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya

budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.

Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan

13
izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada

manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 221).

F. Rukun dan Syarat Pernikahan

a. Rukun nikah merupakan segala sesuatu yang harus dipenuhi sebagai syarat

sahmya pernikahan. Oleh karena itu, jika salah satu dari rukun nikah tidak

terpenuhi, maka pernikahan dianggap tidak sah.

Rukun yang harus dipenuhi, yaitu :

1) Calon suami.

2) Calon istri.

3) Wali (dari calon istri).

4) Dua orang saksi.

5) Sighat aqad (ijab qabul).

b. Syarat nikah

1) Syarat calon suami :

a) Beragama islam.

b) Atas kemauan sendiri.

c) Bukan mahram calon istri.

d) Tidak sedang ihram (haji/umrah).

2) Syarat calon istri :

a) Beragama islam.

b) Bukan muhrim.

c) Tidak sedang bersuami.

14
d) Tidak dalam masa iddah.

e) Tidak sedang ihram (haji/umrah).

3) Syarat wali (dari calon istri)

a) Beragama islam.

b) Dewasa (balig).

c) Berakal sehat (aqil).

d) Laki-laki.

e) Merdeka (bukan hamba sahaya).

f) Adil (tidak fasiq).

g) Tidak sedang ihram (jaji/umrah).

4) Syarat dua orang saksi

a) Beragama islam.

b) Dewasa (balig).

c) Berakal sehat (aqil) .

d) Laki-laki.

e) Merdekan (bukan hamba sahaya).

f) Aqil (tidak fasiq).

5) Sighat aqad (ijab qabul)

a) Ijab yaitu perkataan dari wali mempelai perempuan, syarat-

syaratnya antara lain :

1. Tidak menggunakan bahasa sindiran.

2. Diucapkan oleh wali atau yang mewakilkan.

15
3. Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti nikah mut’ah

(nikah kontrak).

4. Tidak secara taklik.

b) Qabul yaitu jawaban dari mempelai laki-laki. Syarat-syarat qabul

antara lain :

1. Ucapan sesuai dengan ijab.

2. Tidak ada bahasa sindiran.

3. Diucapkan oleh calon suami.

4. Tidak secara taklik (talak).

5. Tidak diikatkan oleh tempo waktu.

6. Menyebut nama calon istri.

7. Tidak diselingi oleh perkataan lain.

G. Prinsip Pernikahan dalam Islam

a. Harus ada persetujuan secara suka rela dari pihak-pihak yang mengadakan

pernikahan. Caranya yaitu diadakan peminangan terlebih dahulu untuk

mengetahui, apakah kedua belah pihak setuju untuk melaksanakan atau

tidak.

b. Tidak semua perempuan dapat dinikahi oleh seorang pria, sebab ada

ketentuan larangan-larangan pernikahan antara pria dan perempuan yang

harus diperhatikan.

16
c. Permikahan harus dilaksanakan dengan memenuhi persyaratan-persyaratan

tertentu, baik yang menyangkut kedua belah pihak maupun yang

berhubungan dengan pelaksanaan perkawinan itu sendiri.

d. Pernikahan pada dasarnya yaitu untuk membentuk satu keluarga atau rumah

tangga tentram, damai, dan selamanya, bukan hanya untuk sementara.

e. Hak dan kewajiban suami istri yaitu seimbang dakam rumah tangga, di

mana tanggung jawab pimpinan keluarga ada pada suami.

H. Pernikahan Yang Tidak Sah

a. Nikah mut’ah

Pernikahan yang diniatkan dan diakadkan untuk sementara waktu

saja, dalam arti masa berlakunya terbatas atau sering disebut dengan nikah

kontrak.

b. Nikah syigar

Pernikahan yang dilaksanakan dengan persyaratan barter tanpa

memberikan mahar.

c. Nikah muhalil

Pernkahan yang dilakukan seorang laki-laki terhadap seorang

perempuan yang tidak ditalak ba’in, dengan bermaksud pernikahan tersebut

membuka jalan bagi mantan suami (pertama) untuk menikah kemballi

dengan mantan istrinya setelah cerai dan habis masa iddah.

d. Pernikahan karena berbeda keyakinan.

17
I. Hak dan Kewajiban Suami dan Istri

a. Kewajiban suami

Kewajiban seorang suami merupakan hak istri dan hak anak-

anaknya yang wajib dipenuhi antara lain :

1) Memberikan nafkah, pakaian, dan tempat tinggal, serta nafkah untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2) Menjadi pemimpin dan memberikan perlindungan untuk mewujudkan

keluarga sakinah dan sejahtera.

3) Memberikan pendidikan dan bimbingan kepada istri dan anaknya agar

selalu bertakwa kepada Allah Swt..

b. Kewajiban istri

Kewajiban istri merupakan hak bagi suami. Adapun kewajiban istri

dalam rumah tangga, antara lain :

1) Berbakti secara lahir dan batin kepada suami dalam batas yang

dibenarkan oleh agama.

2) Mengatur dan menyelenggarakan keperluan rumah tangga sehari-hari.

3) Menjaga dan memelihara kehormatan diri, keluarga, suami, dan harta

benda suami terutama bila suami tidak di rumah.

4) Sesuai dengan kemampuannya serta membantu tugas suami dalam

menciptakan keluarga yang bertakwa.

J. Hikmah Pernikahan

a. Menjauhkan diri dari perbuatan tercela.

b. Memperoleh ketentraman dan ketenangan hidup.

18
c. Terpelihara dari perbuatan tercela dan maksiat.

d. Melestarikan dan memelihara keturunan.

e. Hudup bahagia dunia akhirat.

K. Berakhirnya Pernikahan

a. Suatu pernikahan dapat putus disebabkan salah satu pihak meninggal dunia

baik dari pihak suami maupun pihak istri.

b. Ikatan pernikahan dapat putus akibat perceraian. Perceraian disebabkan oleh

beberapa hal yaitu :

1) Talak

Talak menurut bahasa berarti melepaskan ikatan, meninggalkan, atau

memisahkan. Talak dapat diartikan sebagai putusnya tali pernikahan.

a) Sebab-sebab talak

Talak dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu lian dan ila’. Lian

merupakan tuduhan suami bahwa istrinya telah melakukan

perbuatan yang sangat dilarang Allah Swt.. sementara ila’

merupakan sumpah suami yang menyatakan bahwa dia tidak akan

berhubungan dengan istrinya selama empat bulan atau lebih.

b) Macam-macam talak

Talak berdasarkan cara menjatuhkannya dibagi menjadi dua, yaitu

talak sunni dan talak bid’i.

19
No. Jenis Talak Cara Menjatuhkan

1. Talak sunni a. Talak dilakukan secara bertahap

(dimulai dengan talak satu, dua, dan

tiga).

b. Istri ditalak dalam keadaan suci.

2. Talak bid’i a. Talak dilakukan langsung tiga kali

(talak tiga).

b. Istri ditalak dalam keadaan haid.

c. Istri ditalak dalam keadaan nifas.

d. Talak kepada istri dalam keadaan suci,

tetapi sudah dicampuri.

Talak dilihat dari segi boleh tidaknya suami istri rujuk dibagi

menjadi dua, yaitu talak raj’i dan talak bain.

No. Jenis Talak Cara Menjatuhkannya

1. Talak raj’i a. Talak dijatuhkan kepada istri sebanyak

satu atau dua kali.

b. Suami masih boleh rujuk kepada

istrinya tanpa harus melakukan akad

nikah lagi.

c. Rujuk dilakukan dalam masa idah.

20
d. Talak ini mengakibatkan berkurangnya

bilangan talak yang dimiliki suami.

2. Talak bain Talak dijatuhkan kepada istri dan suami

boleh kembali kepada istri dengan akad dan

mahar baru.

Talak bain dapat dibagi menjadi dua, yaitu talak bain sugra dan talak

bain kubra.

No. Jenis Talak Cara Menjatuhkannya

1. Talak bain a. Talak dijatuhkan kepada istri yang

sugra belum pernah dicampuri.

b. Talak terjadi setelah istri habis masa

idahnya sementara suami tidak rujuk

dalam masa tersebut.

c. Talak dilakukan dengan tebusan

(khuluk)

2. Talak bain a. Talak dijatuhkan kepada istri untuk

kubra ketiga kalinya.

b. Suami tidak boleh rujuk atau menikah

lagi denagn mantan istrinya.

c. Jiak suami ingin kembali kepada istri

yang telah ditalak bain kubra, maka

21
harus memenuhi syarat-syarat yang

telah ditentukan.

c) Hukum talak

Hukum talak adalah makruh. Hukum talak menjadi wajib, apabila

suami istri sudah tidak dapat didamaikan lagi. Hukum talak menjadi

sunah jika suami tidak sanggup mencari nafkah. Hukum talak

menjadi haram, jika talak akan mendatangkan mudarat yang lebih

besar dari kedua belah pihak.

d) Syarat dan rukun talak

Rukan talak ada tiga, yaitu suami, istri, dan ucapan talak.

 Suami-suami yang menjatuhkan talak

1. Mempunyai ikatan pernikahan yang sah dengan istri.

2. Balig

3. Berakal

4. Tidak dipaksa

 Syarat-syarat istri yang ditalak

1. Mempunyai ikatan yang sah dengan suami.

2. Masih dalam idah talak raj’i yang dijatuhkan sebelumnya.

2) Khuluk/ talak tebus

Yaitu talak yang diucapkan suami dengan cara istri membayar ganti rugi

atau mengembalikan mahar yang pernah ditrima dari suami.

Rukun khuluk :

22
a) Suami yang balig, berakal, dan dengan kemauannya.

b) Istri yang dalam kekuasaan suami, artinya istri belum ditalak suami

yang menyebabkannya tidak boleh dirujuk.

c) Ucapan yang menunjukan khuluk.

d) Bayaran, yaitu sesuatu yang boleh dijadikan mahar.

e) Orang yang membayar belum menggunakan hartanya, baik istri

maupun orang lain.

3) Fasakh

Yaitu batal atau putusnya pernikahan karena cacat atau kerusakan pada

akad, sehingga akad tidak dapat dilanjutkan.

4) Idah

Bagi perempuan yang dicerai atau ditinggal mati oleh suaminya, maka

ia tidak boleh langsung menikah lagi dengan laki-laki lain. Ia harus

menunggu hingga habisnya masa idah.

Selama masih dalam masa idah, seorang suami berkewajiban memberi

nafkah untuk belanja kebutuhan dan temoat tinggal. Allah berfirman

dalam Q.S. At-Talaq ayat 6 :

Artinya :

23
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut

kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan

(hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil,

maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian

jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada

mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan

baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan

(anak itu) untuknya. (Q.S. At-Talaq [65]: 6)

5) Hadanah

Artinya memelihara anak dan mendidiknya dengan baik. Syarat-syarat

hadanah :

a) Beraka

b) Beragama

c) Merdeka

d) Balig

e) Mampu mendidik

f) Amanah (dapat dipercaya)

Jika suami istri telah bercerai, maka pengurusan anak mengikuti

aturan.

L. Pernikahan Menurut UU Perkawinan Indonesia

Di Indonesia masalah perkawinan diatur dalam UU perkawinan No. 1

Tahun 1974. Menurut UU perkawinan No. 1 Tahun 1974, pernikahan adalah

24
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Isi pokok undang-undang No. 1 Tahun 1974 yaitu :

1. Tujuan perkawinan

Tujuan pernikahan menurut undang-undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1, yaitu

membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa.

2. Pencatatan pernikahan

Menurut UU No. 1 Tahun 1974 pasal 2, pernikahan dianggap sah apabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya serta

dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku. Dengan kata lain, bagi

mereka yang melakukan perkawinan menurut agama islam, pencatatan

dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Arti dari pernikahan disini adalah bersatunya dua insane dengan jenis

berbeda yaitu laki-laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan dengan

perjanjian atau akad.

25
2. Hikmah dalam pernikahannya itu yaitu :

a) Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan

berkembang biak dan berketurunan.

b) Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan

mampu mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang

diharamkan.

c) Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-

duduk dan bencrengkramah dengan pacarannya.

d) Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat

kewanitaan yang diciptakan.

3. Tujuan pernikahan :

a) Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi

b) Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur

c) Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami

d) Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah

e) Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih

B. Saran

Dari beberapa uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan, baik

disengaja maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk

memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya.

26
Daftar Pustaka

Referensi : Buku LKS dan Paket

https://tafsirweb.com/1554-surat-an-nisa-ayat-22.html

https://mkitasolo.blogspot.com/2012/03/tafsir-surat-nisa-4-ayat-22-23.html

https://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=135

https://id.wikipedia.org/wiki/Nikah_mutah

27
https://tafsirweb.com/4420-surat-an-nahl-ayat-72.html

https://quranruqyah.wordpress.com/2016/11/08/tafsir-qs-ar-rum-ayat-21/

https://tafsirq.com/51-az-zariyat/ayat-49

28

Anda mungkin juga menyukai