Tugase Amel

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

1. Dodo menderita kanker paru.

Dia dirawat di RS Sehat Selalu, salah satu RS yang


memiliki pusat kanker dengan terapi intensif. Kondisi tubuh dan penyakitnya semakin
memburuk. Para ahli di RS Sehat Selalu telah melakukan segala usaha yang mereka
bisa, tetapi kondisi Dodo tetap tidak membaik. Kematian tidak bisa dihindari. Keadaan
ini tidak membuat Dodo menyerah, dia terus mencari dokter dan fasilitas kesehatan
yang memiliki penelitian tentang kanker. Dodo mendapat nama dr. Budi di RS Teliti
Sekali, yang tengah meneliti obat X sebagai kemoterapi untuk kanker paru. Dr. budi
percaya bahwa obat X aman dan baik untuk diberikan kepada pasien kanker paru. Dr.
Budi juga menyatakan setuju untuk merawat Dodo lebih lanjut. Dodo menyatakan siap
untuk menanggung akibat apapun yang timbul karena penggunaan obat tersebut.
Kurang lebih 2 tahun sebelumnya, Komite Etik Peneltiian yang diminta oleh
Kementrian Kesehatan untuk mengkaji obat X telah memberikan rekomendasi bahwa
obat X tidak boleh dicobakan kepada manusia karena kurangnya data dari laboratorium
dan percobaaan pada binatang coba. Panitia Uji Coba Klinis yang diminta untuk
memeriksa obat X juga menyimpulkan bahwa tidak ada alas an kuat untuk mengatakan
obat X akan bermanfaat untuk pasien kanker paru, bahkan tidak untuk meringankan
penderitaaannya. Risiko penggunaan obat X juga tidak bisa dinilai. Penggunaan obat X
juga tidak direkomendasikan oleh para ahli di RS Sehat Selalu karena alasan yang sama
oleh kedua tim di atas.

Jawaban:

Dr. Budi dari RS teliti sekali tidak dapat memberikan terapi obat X kepada
Dodo. Dr. Budi belum mendapatkan persetujuan komite etik penelitian kesehatan
dari kementerian kesehatan RI. Obat X hanya pernah diteliti dengan sampel
hewan coba dan tidak pernah dilakukan uji klinis pada manusia. Uji klinis dibagi
menjadi empat tahap:

 Uji klinis tahap 1: Dilakukan pada manusia sehat pada jumlah kecil, untuk
mengetahui efek terapi obat dan efek toksik obat.
 Uji klinis tahap 2: Dilakukan pada pasien yang sakit dengan tujuan apakah
obat memiliki efek menguntungkan terhadap penyakit dan apakah terdapat
efek samping yang membahayakan.
 Uji klinis tahap 3: Obat diberikan pada pasien yang banyak dan dilakukan
komparasi dengan obat lain atau placebo. Jika dimungkinkan, uji coba obat
harus dilakukan dengan double blind agar pasien tidak mengetahui obat
apa yang dikonsumsi.
 Uji klinis tahap 4: Dilakukan setelah obat memiliki ijin untuk dipasarkan.
Selama beberapa tahun dilakukan monitoring efek samping yang tidak
muncul pada penelitian sebelumnya.

Obat X hanya pernah diuji coba pada hewan coba dan sama sekali tidak pernah
diuji coba pada manusia meskipun hanya pada uji klinis tahap 1. Jika
dipaksakan dilakukan pada manusia maka terjadi pelanggaran etik karena obat
baru sama sekali tidak boleh digunakan untuk pertama kali langsung pada
manusia meskipun pada hewan coba telah diperkirakan dan diduga
keamanannya.
2. Seorang ibu, berumur 70 tahun, terkena stroke dan dilarikan ke RS di Jakarta.
Pasien dirawat di Unit Perawatan Intensif. Stroke ini berat dan disusul multi organ
failure yang menyebabkan pasien masuk keadaan koma. Dokter menyadari bahwa
pasien tidak mungkin dapat bertahan hidup, namun keadaan finansial keluarga
pasien cukup baik. Sementara itu, keluarga juga merasa bersalah jika memindahkan
ibunya dari Unit Perawatan Intensif. Pertanyaan: Sebagai dokter apa yang anda
lakukan? Bagaimana jika Anda adalah keluarga dari ibu tersebut? Apakah dengan
memindahkan pasien dari Unit Perawatan Intensif berarti membunuh orang tua?
Jelaskan pandangan Anda!

Jawaban:

Indikasi pasien masuk ICU adalah:

 Pasien dengan satu/ multi organ failure atau suspect multi organ failure.
Pasien tersebut memerlukan alat-alat bantu dan perlu observasi intensif.
 Pasien terdapat harapan pulih

ICU dibagi menjadi 3 prioritas:

 Pasien yang memerlukan terapi intensif


 Pasien yang memerlukan pemantauan intensif
 Pasien prognosis buruk untuk sembuh

Pasien berusia 70 tahun dan dokter men-suspect bahwa harapan hidup sudah sangat
kecil. Pasien dapat masuk ke ICU dengan prioritas III namun pasien juga telah
memenuhi kriteria untuk keluar ICU. Indikasi pasien keluar ICU:

 Pasien dikeluarkan dari ICU jika terapi intensif sudah tidak dibutuhkan lagi, atau
terapi gagal dan prognosis jangka pendek jelek dan kemungkinan manfaat
terrapin intensif sangat kecil. COntoh: pasien dengan 3 atau lebih organ failure
yang tidak respons terhadap pengelolaan agresif
 Pasien dengan kebutuhan terapi intensif berkurang
 Pasien dengan kebutuhan terapi intensif tidak ada lagi dan manfaat terapi
kontinyu/ definitive sudah kecil. COntoh: PAsien penyakit paru kronis, penyakit
jantung atau liver yang terminal, karsinoma yang metastasis luas.

Pasien memenuhi kriteria untuk dikeluarkan dari ICU dan dipindahkan ke ruang rawat
inap. Pemindahan pasien harus dari persetujuan kepala ICU dan kondisi pasien harus
selalu dipantau.

Anda mungkin juga menyukai