Anda di halaman 1dari 14

1.1.

Pengertian
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
(Dahlan,Zuh 2006).
Pnemonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Silvia A.
Prince). Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan
agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsilidasi dan dapat
dilihat melalui gambaran radiologis (NANDA NIC-NOC, 2015)
1.2.Etiologi
Menurut Nanda Nic-Noc (2015) peenyebaran infeksi terjadi melalui droplet
dan sering disebabkan oleh streptoccus pnemonia, melalui slang infus oleh
staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian ventilatr oleh P. Aeruginosa
dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadan pasien seperti
kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi ligkungan, penggunaan antibiotic
yang tidak tepat. Setelah masuk paru-paru organism bermultiplikasi dan jika telah
berhasil mengahlahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pnemonia. Selan di
atas penyebab terjadinya pnemonia sesuai penggolongannya yaitu:
1. Bacteria: diplococcus pnemonia, pnemococcus, streptokokus hemolyticus,
streptokoccus aureus, hemophilus influinzae, mycobacterium tuberkolusis,
bacillus friedlander.
2. Virus: repiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalik, V.
Influenza.
3. Mycoplasma pnemonia
4. Jamur: histoplasma capsulatum cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species, candida albicans.
5. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing
1.3.Manifestasi Klinis
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering
terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5
bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau
terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara
dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala,
nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan
brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa
kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap
sampai derajat yang lebioh besar atau lebih sedikit melalui tahap demam
dari penyakit, seringkali memanjang sampai tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat,
tetapi dpat mementap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan
dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan
dan menyusu pada bayi.
8. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan
sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau
tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar
mengi, krekels.
1.4.Klasifikasi
Dalam buku NANDA NIC NOC 2015 klasifikasi pneumonia dapat dibagi
menjadi :
Klasifikasi Pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan:
1. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada
lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya
PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi
antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat bert sakit, adanya resiko
untukjenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset
pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan
tosik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung
edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
4. Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi
dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang
biasanya nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur dan
cacing.
Klasifikasi berdasarkan anatomi. (IKA FKUI)
1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia loburalis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural.
1.5.Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan
diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsoludasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan
intertisial serta gambaran kavitas.
2. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula
ditemukanleukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED
meningkat.
3. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan
parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut
menunjukkan asidosis respiratorik.
4. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah
untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi
antigen polisakarida pneumokokkus.
1.6.Diagnosa Banding
1. Tuberculosis Paru (TB), adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M. tuberculosis. Jalan masuk untuk organism M.
tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan. Gejala klinis
TB antara lain batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu),
nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik meliputi demam,
menggigil, keringat malam, lemas, hilang nafsu makan dan penurunan
berat badan.
2. Atelektasis, adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang
terserang tidak mengandung udara dan kolaps.
3. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), adalah suatu
penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh
emfisema atau bronkitis kronis. COPD lebih sering menyerang laki-laki
dan sering berakibat fatal. COPD juga lebih sering terjadi pada suatu
keluarga, sehingga diduga ada faktor yang dirurunkan.
4. Bronkhitis, adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-
paru). Penyakit bronchitis biasanya bersifat ringan dan padaakhirnya akan
sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun
(misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut,
bronchitis bisa bersifat serius.
5. Asma bronkhiale, adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan
saluran pernapasan, sehingga pasien yang mengalami keluhan sesak
napas/kesulitan bernapas. Tingkat keparahan asma ditentukan dengan
mengukur kemampuan paru dalam menyimpan oksigen. Makin sedikit
oksigen yang tersimpan berarti semakin buruk kondisi asma.
1.7.Komplikasi
1. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
2. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena
obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
3. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
4. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
5. Delirium terjadi karena hipoksia
6. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex:
penisilin
7. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
8. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
9. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

1.8.Penatalaksanaa
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan
antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian
antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman penyebab
infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan
terapi suportif perlu diberikan untuk menjaga kondisi pasien.
1. Medis
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
a Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
b Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital based:
a Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
b Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2. Keperawatan
Disamping pemberian obat, beberapa upaya mandiri juga dapat dilakukan
dirumah untuk mempercepat kesembuhan dan mencegah pneumonia
kambuh kembali, upaya tersebut meliputi :
a Banyka beristirahat
b Mengonsumsi banyak cairan
c Tidak melakukan kegiatan yang berlebihan
Perawatan dirumah sakit dapat berupa
a Penambahan oksigen. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan
kadar oksigen dalam aliran darah, melalui selang atau masker
oksigen.
b Rehabilitasi paru. Terapis akan membimbing pasien melakukan
latihan pernapasan untuk memaksimalkan penyerapan oksigen.

1.9.Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a Identitas
Nama, Usia, Jenis kelamin, Tempat/Tanggal lahir, Alamat
b Keluhan Utama
c Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
2) Riwayat Penyakit Dahulu
d Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
e Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
f Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia
(malnutrisi)
g Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
h Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
i Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas),
dispnea.
Ada suara nafas tambahan : ronchi, wheezing
Penggunaan otot bantu napas: ada atau tidak
ekspirasi memanjang
j Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan
steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
k Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol
kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah
2. Pemeriksaan Fisik
a Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu
menarik napas.Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5
tahun adalah 40 kali / menit atau lebih.Perlu diperhatikan adanya
tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia
berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.
b Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan atau tachycardia.
c Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
d Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan
terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar
suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan
ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi,
bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).
3. Diagnosa Keperawatan
a Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mukus berlebihan
(00031) Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan
napas.
b Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi (00032) Definisi :
inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
c Hambatan pertukaran gas (00030) Definisi : kelebihan atau defisit
oksigenasi dan atau eliminasi karbon dioksida membran alveolar –
kapiler.
d Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (00092) Definisi : ketidakcukupan energi
psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari yang harus atau
yang ingin dilakukan.
a. Perencanaan
No DIAGNOSA NOC DAN INDIKATOR SERTA SKOR AWAL DAN URAIAN AKTIVITAS RENCANA
KEPERAWATAN SKOR TARGET TINDAKAN
DITEGAKKAN
1. Ketidakefektifan Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 Manajemen jalan nafas (3140)
jam ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi. 1. Berikan edukasi pada pasien dan
bersihan jalan nafas
Kriteria hasil keluargatentang penyakitnya
b.d mukus berlebihan
1. Status pernafasan: kepatenan jalan nafas (0410) 2. Atur posisi untuk memaksimalkan
Kode Indikator S.T ventilasi dan meringankan sesak nafas
041004 Frekuensi pernafasan 5 3. Monitor status pernafasan
041005 Irama pernafasan 5 4. Berikan terapi oksigenasi
041007 Suara nafas tambahan 5 5. Observasi timbulnya gagal nafas
041015 Dispneu saat istirahat 5 6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
041018 Penggunaan otot bantu 5
memberikan pengobatan
nafas
041019 Batuk 5
Keterangan:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
2. Ketidakefektifan pola Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 Manajemen jalan nafas (3140)
jam ketidakefektifan pola nafas teratasi. 1. Berikan edukasi pada pasien dan
nafas b.d
Kriteria hasil: keluargatentang penyakitnya
hiperventilasi
1. Status pernafasan (0415) 2. Atur posisi untuk memaksimalkan
Kode Indikator S.T ventilasi dan meringankan sesak nafas
041501 Frekuensi pernafasan 5 3. Monitor status pernafasan
041502 Irama pernafasan 5
4. Berikan terapi oksigenasi
041504 Suara auskultasi nafas 5
041508 Saturasi oksigen 5 5. Observasi timbulnya gagal nafas
041514 Dispnea saat istirahat 5 6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
041528 Pernafasan cuping 5
hidung memberikan pengobatan
Keterangan:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
3. Hambatan pertukaran Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 Terapi oksigen (3320)
jam hambatan pertukaran gas teratasi. 1. Bersihkan mulut, dan hidung
gas Kriteria hasil: 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
1. Status pernafasan : pertukaran gas (0402) 3. Berikan oksigen jika perlu
Kode Indikator S.T 4. Monitor efektifitas oksigen
040211 Saturasi oksigen 5
5. Pantau jika adanya tanda – tanda
040213 Hasil rontgen dada 5
040203 Dispnea saat 5 keracunan oksigen
istirahat
6. Observasi tanda – tanda vital
040216 Gangguan 5
kesadaran 7. Kolaborasi dengan tim medis dalam
Keterangan : memberikan pengobatan
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
4. Intoleransi aktivitas Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 Manajemen energi (0180)
b.d jam intoleransi aktivitas teratasi. 1. Kaji status fisiologis pasien yang

ketidakseimbangan Kriteria hasil: menyebabkan kelelahan sesuai dengan


1. Toleransi terhdap aktivitas (0005) konteks usia
antara suplai dan
Kode Indikator S.T 2. Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas
kebutuhan oksigen
000501 Saturasi oksigen 5 yang dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
000502 Frekuensi nadi 5 3. Anjurkan periode dan kegiatan secara
000503 Frekuensi pernafasan 5 bergantian
000504 Tekanan darah
000518 Kemudahan melakukan 5
aktivitas hidup harian
(ADL)
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner


&Suddarth volume 1.Jakarta:EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic NocJakarta: penerbit buku kedokteran
EGC
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri :
Mosby
Dahlan, Zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai