Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

ISSN : 0852-3681
E-ISSN : 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Fitat dan fitase : dampak pada hewan ternak

Yanuartono, Alfarisa Nururrozi dan Soedarmanto Indarjulianto

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada


Jl. Fauna No.2, Karangmalang, Depok, Sleman. 55281 Yogyakarta

yanuartono20@yahoo.com

ABSTRACT: In countries with high plant biodiversity such as Indonesia, the


availability of food of plant origin is very diverse. The presence of anti-nutrients in
plants would potentially cause problems in cattle if not managed properly. phytic acid is
one anti nutritional factor that have a role in disrupting the health and productivity The
term phytate refers to the molecule phytic acid, which generally acts as a chelate to Mg,
Ca, Na, and K, and in some cases protein and carbohydrates. Seeds of cereals, legumes
and oilseed plant which is used as animal feed usually contains a lot of phytic acid
which can cause a decline in nutritional value. However, with a variety of processing
methods, levels of phytic acid in animal feed can be reduced or even eliminated. In
addition to the processing method, the method of adding phytase enzyme may also be
done to improve the nutritional value of the animal feed ingredients.

Keywords:anti-nutrients.phytic acid. processingmethods.phytase

PENDAHULUAN Salah satu faktor antinutrisi


Pakan ternak memiliki yang memiliki peran dalam
kandungan nutrisi, vitamin dan mineral mengganggu produktivitas ternak
yang berguna bagi pertumbuhan dan adalah asam fitat. Istilah fitat mengacu
kesehatan. Namun demikian pakan untuk molekul asam fitat, yang
ternak dapat mengandung racun alami umumnya berperan sebagai chelate
yang disebut sebagai faktor antinutrisi. untuk Magnesium (Mg), kalsium (Ca),
Faktor antinutrisi tersebut memiliki Natrium (Na), besi (Fe), seng (Zn) dan
potensi membahayakan kesehatan Kalium (K), serta dalam beberapa kasus
ternak yang mengkonsumsinya. Faktor protein dan karbohidrat (Selle et al.,
antinutrisi adalah zat yang baik secara 2000). Kandungan asam fitat dalam
langsung atau melalui produk bahan pakan dapat diturunkan atau
metabolisme mereka, mengganggu bahkan dihilangkan melalui berbagai
pemanfaatan pakan dan mempengaruhi macam metode pengolahan. Proses
kesehatan serta produksi hewan melalui pengolahan tersebut antara lain adalah
mekanisme penurunan asupan nutrisi, perendaman, perkecambahan,
gangguan pencernaan dan penyerapan perebusan, pemasakan dan fermentasi.
serta mengakibatkan efek samping Selain metode pengolahan bahan pakan,
merugikan lainnya (Akande et al., peningkatan nilai nutrisi pakan juga
2010). dapat dilakukan dengan penambahan
fitase yang berasal dari

59
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

mikroorganisme. Dalam beberapa tahun nyebabkan logam kation tersebut tidak


terakhir, penambahan fitase asal tersedia sebagai faktor nutrisi (Bohn et
mikroorganisme(Aspergillus niger, al., 2008; Weaver and Kannan, 2002).
Peniophoralycii, Escherichia coli) ke Singh et al. (1991) menyatakan
dalam pakan ternak semakin banyak bahwa ada korelasi negatif yang nyata
dilakukan karena kemampuannya antara fitat dan daya cerna protein in
menghidrolisa asam fitat yang vitro pada kacang tanah. Tampaknya
terkandung pada bahan pakan menjadi fitat menurunkan daya cerna protein
senyawa inositol dan glukosa serta dengan mengganggu aktivitas enzim
senyawa fosfor organik sehingga protease. Hasil penelitian tersebut
meningkatkan kecernaan fosfor dan menunjukkan bahwa asam fitat
penyerapan mikro mineral lainnya kemungkinan menghambat aktivitas
(Ravindran et al., 2000). enzim.Conrad et al. (1996), menyatakan
Penambahan fitase merupakan salah bahwa asam fitat menghambat aktivitas
satu cara untuk mengatasi tingginya enzim tripsin. Metabolisme ini
asam fitat dalam ransum. melibatkan chelate mineral dan
menghilangkan kofaktor serta
Struktur dan sifat asam fitat membutuhkan aktivitas enzim secara
Nama kimia untuk asam fitat optimal akibat terbentuknya reaksi
adalah myo-inositol 1,2,3,4,5,6-hexakis kompleks fitat-enzim. Kemampuan
phosphate dengan formula C6H18O24P6. asam fitat yang lain adalah dapat
Asam fitat memiliki fosfor bermuatan menghambat aktivitas amilase baik
negatif yang besar sehingga asam fitat secara langsung atau tidak langsung
mampu berikatan dengan banyak kation dengan chelating Ca, yang merupakan
divalen, protein, dan karbohidrat.Garam kofaktor yang diperlukan untuk amilase
dari asam fitat disebut sebagai phytates (Rickard and Thompson, 1997).
(Grafs et al., 1987; Kerovuo et al., Selama ini telah diketahui bahwa
2000).Fosfatyang berikatan pada asam beberapa protein dari sereal dan legum
fitat terdiri dari dua posisi yaitu aksial membentuk ikatan antara fitat dengan
dan ekuatorial, terdapat lima gugus Pbe- protein yang dapat mempengaruhi daya
rada dalam posisi equator dan satu gu- cerna protein. Bentuk ikatan tersebut
gus dengan posisi aksial (Bohn et al., diyakini diyakini akan menghambat
2008). degradasi enzimatik dari protein. Hasil
Asam fitat memiliki struktur ki- hasil penelitian menunjukkan bahwa
mia yang sangat stabil dan jika berada asam fitat mampu menekan
dalam bentuk P organik memilki kan- pemanfaatan protein dan atau asam
dungan fosfat yang tinggi. Dalam kon- amino, dengan membentuk kompleks
disi fisiologi normal asam fitat mem- fitat-protein sehingga menyebabkan
bentuk chelate dengan mineral mineral perubahan pada struktur protein.
essensial seperti Ca, Mg, Fe dan Zn. Perubahan struktur tersebut akan
Asam fitat seringkali berikatan dengan mengakibatkan penurunan kelarutan
asam-asam amino atau menghambat protein, aktivitas enzim dan kecernaan
enzim-enzim pencernaan (Pallauf and protein (Deshpande and Damodaran,
Rimback, 1996). Fosfat dengan muatan 1989; Urbano et al., 2000; Greiner and
negatif yang terdapat pada asam fitat Konietzny, 2011).
dapat dengan kuat mengikat logam ka- Menurut Baldwin (2001) fitat
tion seperti Ca, Fe, K, Mg, Mn, dan Zn dapat berinteraksi dengan karbohidrat
sehingga menjadi tidak larut dan me- baik secara langsung atau tidak lang-

60
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

sung dengan melalui interaksi Starch al., 1989). Sebagai negara yang kaya
Granuleassociated Proteins(SGAP). akan keragaman hayati, Indonesia me-
Interaksi secara langsung dengan cara miliki banyak ragam tanaman legum
mengikat amilum melalui ikatan hidro- dan sereal. Tanaman legum seperti
gen, atau secara tidak langsung melalui gamal (Gliricidia), turi (Sesbania gran-
protein yang terkait dengan amilum. diflora), petai cina (Leucaena leucoce-
Interaksi antara fitat dengan karbohidrat phala), kaliandra (Calliandra calothyr-
tersebut berpengaruh terhadap daya sus),
cerna dan penyerapan glukosa (Rickard puero (Pueraria phaseoloides) , orok –
dan Thompson, 1997). orok (Crotalaria juncea ), lamtoro mini
(Desmanthus virgatus), stilo (Stylo-
Sumber asam fitat santhes graciliaris), siratro (Macropti-
Biji tanaman sereal, legum, dan lium atropurpureum), kembang telang
oilseed plant banyak digunakan sebagai (Clitoria ternatea L.) dan Indigofera Sp.
sumber nutrisi yang penting bagi he- Sedangkan jenis sereal adalah padi
wan.Selain sebagai sumber karbohidrat, (Oryza sativa L.) jagung (Zea mays L.)
protein dan lemak, biji-bijian tersebut sorghum (Sorghum bicolor L.) kedelai
juga bertindak sebagai sumber mineral (Glycine max L.) dan juwawut (Setaria
yang penting bagi pertumbuhan seperti italica (Linn.) P. Beauv.)
P, Ca, Fe, dan Zn (Morris, Di Indonesia, hanya beberapa
1986).Namun demikian biji-bijian ter- sumber pakan ternak asal bijian yang
sebut banyak mengandung asam fitat telah digunakan. Hal tersebut karena
yang menyebabkan nilai nutrisinya kemungkinan berkaitan dengan harga,
menjadi rendah.Steiner et al. (2007) jumlah volume panen dan pemanfaatan
melaporkan bahwa sekitar 67% dari to- lebih ke konsumsi untuk manusia.Di
tal P dalam biji legum, sereal, oilseed Indonesia sumber pakan ternak asal bi-
plant dan limbah sereal berikatan den- jian yang telah digunakan yang murah
gan asam fitat.Pada bijian sereal, asam dan mudah didapat adalah dedak padi
fitat banyak terdapat pada lapisan ter- bungkil kedelai dan jagung.Dedak padi
luar biji, sementara di sebagian besar adalah hasil limbah penggilingan padi
oilseeds dan bijian legum asam fitat te- yang digunakan sebagai pakan ternak,
rutama terletak di lapisan aleuron dan baik monogastrik maupun ruminan-
dedak luar (Angel et al., 2002; Steiner sia.Namun demikian, meskipun murah
et al., 2007). Tanaman sereal, legum, dan mudah didapat, sumber pakan ter-
dan oilseed tersebut antara lain kedelai sebut banyak mengandung asam fitat.
(Glycine max L) (Raboy and Dickinson, Asam fitat dalam padi terutama terdapat
1993), kacang tanah (Arachis Hypo- dalam lembaga (germ) dengan kandun-
gaea) (Panhwar, 2005), barley (Hor- gan sebesar 7,6 g 100 g1 dan endosper-
deum vulgare), gandum (Triti- ma sebesar 1,2 g 100 g1 (O'Dell et al.,
cum aestivum), buncis (Phaseolus vul- 1972). Sedangkan konsentrasi asam fitat
garis) (Reddy et al., 1982), Phaseolus dalam dedak padi yang terdiri dari peri-
lunatus (Ologhobo et al., 1982), padi carp, aleuron dan lembaga, adalah sebe-
(Oryza sativa), biji jagung (Zea mays) sar 5,94-6,09 g 100 g1 (Kasim and Ed-
(O’Dell et al., 1972). Kandungan asam wards, 1998). Oleh karena dedak padi
fitat dalam tanaman maupun bijian ter- mengandung asam fitat yang cukup
sebut dipengaruhi oleh genetika, kondisi tinggi maka diperlukan metode untuk
iklim, kondisi lokasi, irigasi, jenis ta- meningkatkan nilai nutrisi bahan terse-
nah, tahun dan pemupukan (Reddy et but.

61
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

Hasil penelitian Lolaset al. Kandungan asam fitat pada jagung


(1976) menunjukkkan bahwa konsen- sebesar 0,75 – 2,22% dari berat kering
trasi asam fitat dalam kedelai memiliki atau 367mg/100g (Sokrab et al.,
sedikit variasi. Dari 15 varietas kedelai 2011).Namun demikian, kandungan
yang diteliti, kandungan asam fitat ber- fitase dalam jagung cukup rendah
kisar antara 1% sampai 1,47% dari berat sehingga dalam proses pengolahan yang
kering, dengan nilai rata rata 1,14%. seerhana akan hilang. Kandungan asam
Sedangkan hasil penelitian Harland and fitat dalam jagung tersebut
Prosky (1979) menunjukkan konsentrasi menyebabkan penggunaannya sebagai
asam fitat dalam kedelai yang lebih pakan unggas perlu dibatasi
tinggi yaitu 2,22%. Hasil penelitian le- (Anggorodi, 1995). Berbagai metode
bih rinci oleh Greiner dan Konietzny telah dikembangkan untuk menurunkan
(2006) menunjukkan bahwa kandungan kadar fitat dalam bahan makanan dan
asam fitat dalam biji kedelai dapat pakan, antara lain rekayasa genetika,
mencapai 9,2-16,7 mg/g butir. germinasi, perendaman, perlakuan
Sekitar 50-80% P dalam bungkil dengan fitase serta fermentasi (Gupta,
kedelai terikat dalam kompleks asam 2013).
fitat sehingga dapat menyebabkan ma- Banyaknya ragam bijian sereal,
salah pencemaran lingkungan dan me- legum di Indonesia menjadikan kita
ningkatnya biaya pemeliharaan ternak harus meneliti lebih lanjut sumber
unggas dan babi (Eeckhout dan De sumber pakan asal sereal, legum
Paepe, 1994; Tyagi and Verma, 1998; tersebut yang dapat dimanfaatkan
Knowlton et al., 2004). Hasil penelitian sebagai sumber pakan ternak. Penelitian
Glencross (2004) menunjukkan bahwa tersebut sebaiknya dilanjutkan dengan
sejumlah19.9mg/kg P pada bungkil ke- usaha budidaya sehingga dapat
delai terdapat dalam bentuk kompleks memenuhi kebutuhan bahan pakan
asam fitat. Fermentasi bungkil kedelai ternak.
dengan bakteri penghasil fitase dapat
dilakukan sebagai salah satu usaha un- Pengaruh fitat pada ruminansia
tuk menurunkan kadar asam fitat pada Ruminansia memiliki mikroba
bungkil kedelai. dalam rumen yang dapat menghasilkan
Selain dedak padi dan bungkil fitase. Enzim tersebut mampu memecah
kedelai, bahan pakan yang paling ikatan P dengan fitat sehingga P dapat
banyak digunakan sebagai sumber terabsorbsi. Beberapa hasil penelitian
energi monogasrik pada ayam adalah menunjukkan bahwa fitat hanya sedikit
jagung. Dalam ransum unggas, baik atau bahkan sama sekali tidak ada di
ayam broiler maupun petelur, jagung feses ruminansia yang mengkonsumsi
menyumbang lebih dari separuh energi konsentrat (Morse et al., 1992). Dari
yang dibutuhkan ayam. Tingginya hasil penelitian tersebut dapat
kandungan energi jagung berkaitan disimpulkan bahwa mikroorganisme
dengan tingginya kandungan rumen mampu menghidrolisis seluruh
karbohidrat (>60%) biji jagung. Di fitat dalam rumen. Selain itu menurut
samping itu, jagung mempunyai Van Soest (1994) tidak ada efek negatif
kandungan serat kasar yang relatif dari fitat terhadap penyerapan mineral
rendah sehingga cocok untuk pakan di ruminansia. Namun demikian,
ayam. Berbeda dengan bijian sereal, menurut Jarrett et al. (2014) pada sapi
kandungan fitat pada jagung 80% perah yang berproduksi tinggi, pakan
terdapat dalam lembaga (germ). akan cepat melintasi rumen sehingga

62
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

kemungkinan degradasi fitat melalui tor penting yang mempengaruhi kelaru-


fermentasi akan menjadi terbatas. Hal tan fitat. Fitat lebih mudah larut di pH
tersebut disebabkan karena singkatnya rendah (<2) dibandingkan dengan pH
waktu fitat terpapar oleh fitase mikroba. tinggi (4-7) (Selle et al., 2000). Oleh
Menurut Morse et al. (1992), degradasi karena itu, fitat secara nyata mempenga-
fitat akan lambat dan hanya sebagian ruhi kecernaan Ca dan P. Pada pH 1
dari P yang dimanfaatkan ketika sampai 6, kisaran normal pH di dalam
senyawa tersebut berubah lambung babi asam fitat dapat memben-
konfigurasinya dengan membentuk tuk kompleks dengan kation divalen
kompleks dengan Ca. Namun apabila seperti K, Ca, Mg, dan Zn (Bebot-
terbentuk kompleks dengan Zn menjadi Brigand et al., 1999). Pada kisaran pH
kompleks Zn-fitat, kompleks tersebut tersebut, asam fitat juga dapat memben-
kemungkinan akan didegradasi dan tuk kompleks dengan protein baik lang-
melepaskan Zn secara perlahan-lahan sung melalui interaksi fitat-protein pada
yang akan dimanfaatkan untuk pH rendah atau melalui interaksi tiga
pertumbuhan mikroba rumen dan serangkai ion-protein fitat-divalen pada
memacu pertumbuhan ternak(Hernaman pH tinggi (Cheryan, 1980).Dengan de-
dkk. 2007). Penelitian oleh Park et al. mikian, kompleks antara asam fitat dan
(2002) menunjukkan bahwa domba mineral akan larut di bawah kondisi
mampu mendegradasi sebagian asam asam dalam lambung. Peningkatanan
fitat bungkil biji kapas di dalam usus pH akan terjadi seiring dengan perjala-
besar, meskipun demikian lebih dari nan dari lambung ke usus kecil sehingga
10% P dalam pakan dalam bentuk akan menyebabkan penurunan absorbsi
inositol fosfat diekskresikan dalam mineral. (Schlemmer et al., 2009; Selle
feses. Hal ini menunjukkan bahwa et al, 2009).Asam fitat dapat tercerna
bungkil biji kapas mengandung P yang apabila terdapat fitase dalam saluran
tidak tersedia untuk domba dan pencernaaan ternak.Ternak non-
degradasi fitat terutama terjadi didalam ruminansia seperti babi dan ayam tidak
rumen. memiliki fitase sehingga tidak mampu
Pada ruminansia, pemberian mendegradasi fitat menjadi fosfor ter-
bijian sereal, legum, dedak padi, cerna (Greiner and Konietzny, 2011).
bungkil kedelai tampaknya sampai saat Fosfor merupakan elemen penting bagi
ini tidak menimbulkan masalah karena kehidupan untuk hewan, Akan tetapi
mikroba dalam rumen yang dapat karena sebagian besar disimpan dalam
menghasilkan fitase. Apalagi bahan bentuk garam fitat dalam biji tanaman,
pakan tersebut tidak pernah menjadi maka ketersediaannya untuk hewan
pakan utama untuk ternak ruminansia. monogastrik seperti babi dan unggas
Bahan pakan tersebut biasanya disebut menjadi berkurang (Reddy et al., 1982;
konsentrat dan diberikan hanya sekitar Selle et al., 2009; Humer et al., 2015).
1-3% dari bobot badan. Ketersediaan P juga akan berkurang di
hewan monogastrik karena mereka tidak
Pengaruh fitat pada monogastrik memiliki fitase yang dibutuhkan untuk
Pembentukan kompleks mineral melepas P sehingga dapat diserap, den-
fitat yang tidak larut dapat menghambat gan demikian sebagian besar P akan
penyerapan mineral pada saluran pen- diekskresikan. Penambahan fosfor
cernaan, hal ini akan mengurangi keter- anorganik seperti dikalsium fosfat atau
sediaan mineral penting bagi tubuh (Ke- monokalsium monofosfat dalam ransum
rovou et al., 2000). pH merupakan fak- ternak non ruminansia diperlukan untuk

63
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

memenuhi kebutuhan fosfor (Soares Jr. Woyengo et al. (2009) menunjukkan


1995). adanya penurunan absorbsi natrium dan
Hasil penelitian Piliang et magnesium dalam ileum anak babi
al.(1982) menunjukkan bahwa pada yang diberi diet mengandung asam fitat
ayam petelur dengan pemberian dedak cukup tinggi. Namun demikian
padi sebanyak 81,5% dalam ransum penelitian pada babi yang diberikan
mengakibatkan produksi telur lebih diet rapeseed dengan kandungan Ca
rendah dibandingkan dengan ayam yang yang tinggi mengakibatkan degradasi
diberikan dedak sebanyak 39% atau fitat dalam saluran pencernaan sebesar
19,5% dalam ransum. Rendahnya 72%. Selanjutnya penelitian itu juga
produksi telur tersebut kemungkinan menunjukkan bahwa suplementasi diet
karena dedak padi mengandung asam kalsium karbonat mengurangi degradasi
fitat dan serat kasar yang cukup tinggi. fitat dalam usus babi, tapi tidak dalam
Aktivitas fitase pada brush border usus lambung dan usus kecil (Sandberg et
yang tertinggi pada duodenum al.,1993).
kemudian terjadi penurunan secara
progresif di sepanjang usus halus. METODE PENURUNAN KAN-
Aktivitas total fitase pada brush border DUNGAN ASAM FITAT
usus paling tinggi adalah 35%, yaitu Berbagai teknik pemrosesan dan
pada usus halus ayam petelur. Fitase pengolahan pakan, bersama dengan
pada brush border usus memberikan penambahan enzim eksogen adalah
kontribusi pada pencernaan fitat-P dan usaha yang telah dilakukan dan
berperan dalam pengaturan sebagai bertujuan untuk menurunkan jumlah
respons terhadap kebutuhan P dan fitat dalam pakan ternak (Kumar et al.,
vitamin D dari ayam (Maenz and 2010). Metode pemrosesan secara fisik
Classen, 1998). seperti perendaman, perkecambahan
Penggunaan dedak padi sebagai perebusan, pemasakan dan fermentasi
bahan pakan babi cukup tinggi yaitu merupakan metode yang umum dipakai
mencapai 30 - 40% di dalam ransum. untuk pemrosesan biji tanaman sereal,
Hal ini disebabkan karena beberapa legum, dan oilseed plant. Metode
faktor antara lain, produksinya yang metode tersebut biasanya akan
relatif banyak, tidak dimanfaatkan menurunkan kandungan asam fitat dan
sebagai bahan makanan manusia, harga meningkatkan kelarutan unsur hara
relatif rendah serta kandungan (Selle and Ravindran 2008; Bilyeu et
nutriennya relatif baik sebagai pakan al., 2008).
ternak. Disamping kelebihan tersebut Menurut Kumar et al. (2010)
diatas, dedak padi memiliki kelemahan metode perendaman dalam waktu paling
yang salah satunya adalah mengandung sedikit semalam, secara umum memang
asam fitat yang dapat mengikat mineral akan menurunkan kandungan asam fitat
sehingga penyerapan mineral akan dalam bijian. Namun demikian, metode
terganggu. Kandungan asam fitat dalam perendaman juga akan menurunkan un-
diet untuk babi secara umum telah sur unsur nutrisi yang lain. Hasil peneli-
terbukti menurunkan penampilannya tian Abdel-Gawad, (1993) menunjukkan
(Woyengo and Nyachoti, 2013). perendaman bijian legum dengan air
Kandungan fitat dalam pakan babi atau natrium bikarbonat akan mengaki-
biasanya antara 7 dan 10 g / kg dari diet batkan penurunan konsentrasi sukrosa.
(Selle et al., 2009; National Research Hal tersebut tidaklah mengherankan ka-
Council, 2012). Hasil penelitian rena sifat dari fitat yang larut dalam air.

64
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

Metode perendaman tunggal dari bebe- dungan (Osman, 2007). Metode perke-
rapa penelitian hasilnya cukup menarik cambahan dengan cepat akan menurun-
karena menunjukkan hasil saling berten- kan konsentrasi asam fitat disertai den-
tangan. Hasil penelitian Akindahunsi gan peningkatan aktivitas fitase (La-
(2004) menunjukkan adanya peningka- boure et al., 1993). Menurut Shimelis
tan kandungan fitat setelah perendaman and Rakshit (2007), kandungan asam
kacang minyak Afrika (African oil fitat pada kacang ginjal akan menurun
beans). Hasil yang sama juga diperoleh lebih dari 75% setelah 4 hari berkecam-
pada perendaman kacang kedelai sela- bahan. Selain memiliki kemampuan
ma 12 - 14 jam akan meningkatkan menurunkan kandungan asam fitat, me-
kandungan fitat sebesar 1,71% (Egoun- tode perkecambahan juga memiliki sisi
lety and Arowh. 2003). Akan tetapi ha- positif yang lain. Menurut El-Adawy et
sil peneltian oleh Mahmod et al. (2007) al. (2002), perkecambahan juga adalah
menunjukkan hasil yang sebalik- dilaporkan terkait dengan peningkatan
nya.Perendaman kacang hijau dan ka- vitamin konsentrasi dan bioavailabilitas
cang merah menunjukkan penurunan elemen dan mineral. Hasil penelitian
kandungan fitat. Terjadi penurunan fitat juga menemukan bahwa perkecamba-
dalam kacang hijau sebesar 12,3% pada han meningkat kalsium, tembaga, man-
perendaman selama 12 jam, sedangkan gan, seng, riboflavin, niasin, dan kadar
pada kacang merah terjadi penurunan asam askorbat Kaushik et al. (2010).
sebesar 15,6%. Namun penelitian oleh Asam fitat adalah senyawa yang
Vidal-Valverde et al. (1998) menunjuk- sangat stabil sehingga sulit terdegradasi
kan hasil berbeda, dimana tidak terjadi dengan perebusan sesaat. Namun
perubahan yang nyata kandungan asam sebaliknya, fitase dalam bijian bersifat
fitat pada perendaman kacang faba. tidak stabil terhadap panas sehingga
Mengingat bahwa asam fitat bersifat proses perebusan akan membuat enzim
stabil, akan dibutuhkan waktu yang cu- tersebut menjadi tidak aktif. Penurunan
kup lama untuk perendamannya. Proses kandungan fitat selama proses
perendaman merupakan proses awal perebusan kemungkinan disebabkan
dalam usaha menurunkan bermacam oleh terlarutnya fitat ke dalam air
macam kandungan antinutrisi termasuk sebagai media perebusan. Kemungkinan
di dalamnya adalah asam fitat. Proses lain adalah terjadinya degradasi dari
tersebut selanjutnya diikuti oleh perebu- kompleks fitat-protein dan atau fitat-
san dan pemasakan. mineral oleh panas pada proses
Perkecambahan merupakan me- perebusan (Siddhuraju and Becker,
tode penurunan asam fitat secara seder- 2001). Proses perebusan tersebut juga
hana dengan biaya yang murah serta akan mengakibatkankerusakan
telah lama dikerjakan oleh penduduk di komponen nutrisi yang lain seperti
Inonesia.Perkecambahan sendiri adalah protein dan vitamin. Semakin lama
proses alami yang terjadi selama masa waktu perebusan akan semakin
pertumbuhan benih di mana mereka menurunkan kandungan fitat, akan
memenuhi kondisi minimum untuk per- tetapi kandungan nilai nutrisi yang lain
tumbuhan dan perkembangan (Sangro- juga akan menurun atau bahkan hilang.
nis et al., 2006). Selama proses perke- Oleh sebab itu, untuk proses perebusan
cambahan, terjadi aktivasi enzim dan hanya dianjurkan untuk varietas bijian
peningkatan ketersediaan serta kecer- bijian yang memiliki kandungan fitase
naan nutrisi. Disisi lain, faktor faktor yang stabil terhadap panas atau dengan
antinutrisi mengalami penurunan kan- penambahan fitase dari luar yang

65
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

bersifat stabil terhadap panas (Kumar et perendaman kedelai dapat menurunkan


al., 2010). kandungan asam fitat sekitar 31,5%
Metode fermentasi adalah sampai dengan 43%. Penelitian Duhan
metode tradisional yang telah lama et al (1999) pada kacang gude (Cajanus
sekali digunakan karena teknologinya cajan) menunjukkan bahwa metode
cukup sederhana, biaya yang murah dan perendaman selama periode waktu yang
mampu meningkatkan nilai nutrisi berbeda bisa menurunkan asam fitat
cukup besar. Perubahan tersebut sebesar 6-22% dibandingkan dengan
meliputi tekstur, karakteristik kontrol. Hal tersebut menandakan
organuleptik seperti rasa, aroma, bahwa waktu perendaman berpengaruh
penampilan, konsistensi, peningkatan terhadap kandungan asam fitat dalam
kualitas dan eliminasi antinutrisi kacang gude. Hasil penelitian Mahesh et
sebagian atau seluruhnya (Reinhold, al. (2015) menunjukkan bahwa proses
1975). Fermentasi bijian merupakan perendaman, perkecambahan dan
metode yang paling efektif untuk fermentasi kacang tanah, biji bunga
meningkatkan kecernaan protein dan matahari, kedelai, kacang Gude (Pigeon
karbohidrat serta ketersediaan mineral pea) dan beras dapat menurunkan kadar
serta menurunkan tingkat anti-nutrisi asam fitat. Namun demikian, penurunan
seperti asam fitat dan polifenol tersebut tidak disertai dengan
(Dhankher dan Chauhan, 1987; peningkatan ketersediaan Zn dan Fe.
Mahajan and Chauhan, 1987). Selain Hal tersebut kemungkinan karena
bijian, fermentasi juga dilakukan pada tingginya kandungan serat dalam biji-
limbah bijian seperti bungkil kedelai. bijian tersebut. Sedangkan menurut Abd
Lim et al. (2010) menyatakan bahwa El-Moneim et al. (2012), kombinasi
fermentasi bungkil kedelai akan teknik pengolahan seperti pengolahan
menghilangkan atau menginaktivasi seperti perendaman, pemasakan,
faktor antinutrisi. Fermentasi tersebut perkecambahan dan fermentasi akan
juga akan meningkatkan nilai nutrisi menurunkan faktor antinutrisi seperti
dan peningkatan kecernaan (Kiers et al., fitat, fenol, tanin dan enzim inhibitor
2000). Teknologi fermentasi biasanya dengan melepaskan enzim eksogen dan
memanfaatkan bakteri Aspergillus endogen seperti fitase yang terbentuk
oryzae atau mikroba lainnya. selama pengolahan.
Hasil hasil penelitian Kultivar tanaman rendah fitat
menunjukkan bahwa kombinasi teknik asam jagung, beras, kedelai, gandum,
pengolahan seperti pengolahan seperti dan barley juga telah dikembangkan dan
perendaman, pemasakan, diharapkan memiliki potensi untuk
perkecambahan dan fermentasi akan meningkatkan efisiensi fosfor dalam
memperoleh hasil yang lebih baik makanan hewan (Larson et al., 1998).
dibandingkan dengan metode Peningkatan ketersediaan fosfor dengan
pengolahan tunggal. Hasil penelitian pemberian pakan kultivar barley rendah
Nunes et al. (2005) dan Liang et al. asam fitat terlihat pada unggas dan babi
(2008) menunjukkan bahwa jangka (Li et al., 2001; Veum et al., 2002).
waktu perendaman yang lama sebelum Menurut Khan et al. (2007) terdapat
difermentasi atau perkecambahan akan korelasi positif antara ketebalan kulit
mengakibatkan penurunan kadar asam biji dengan kandungan asam fitat.
fitat dan peningkatan bioavailabilitas Namun demikian, berat biji memiliki
mineral. Menurut penelitian Almashyuri korelasi negatif dengan kandungan
et al. (1990), perebusan dan asam fitat. Dengan demikian, ketebalan

66
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

kulit serta berat biji dapat digunakan usus kecil dan usus yang terkait fitase
sebagai penanda fisiologis untuk mikroflora (Kumar et al., 2010).
kandungan asam fitat. Pada berbagai bahan makanan
Metode perendaman dan aktivitas fitase dapat menurunkan level
perkecambahan tampaknya menjadi asam fitat. Rye, gandum dan dedak
metode yang paling mudah dan murah gandum mengandung paling banyak
untuk dilakukan, terutama untuk fitase aktif dibandingkan semua jenis
peternak unggas dengan skala kecil. biji-bijian sereal (Harland and Harland,
Namun demikian yang perlu menjadi 1980; Ravindran et al., 1995).
perhatian adalah seberapa lama hasil Sebaliknya jagung, sorgum, kedelai dan
perendaman dan perkecambahan dapat oilseeds memiliki aktivitas fitase
bertahan digunakan sebagai pakan endogen yang rendah. Dengan
ternak. Metode tersebut kemungkinan demikian, sebaiknya bahan pakan
akan efektif jika digunakan dalam utama pada monogastrik berupa rye dan
jumlah atau skala kecil sehingga dapat dedak gandum karena memiliki fitase
dimanfaatkan secara maksimal tanpa dengan aktivitas yang tinggi. Namun
merubah nilai nutrisi yang ada. Metode demikian, hal tersebut masih
penurunan kandungan asam fitat memerlukan pertimbangan yang masak
tersebut diatas tetap memiliki karena harga bahan pakan tersebut
kelemahan kelemahan yang perlu relatif mahal. Rendahnya aktivitas fitase
diatasi untuk memperoleh metode baru endogen dalam biji tanaman sereal,
yang mampu memperoleh hasil legum, dan oilseed plant, dedak padi
maksimal. Metode baru tersebut dan bungkil kedelai menyebabkan
diharapkan mampu menurunkan munculnya penggunaan fitase eksogen
kandungan fitat tetapi tidak yang memanfaatkan mikroorganisme
menyebabkan penurunan nilai nutrisi sebagai sumbernya.
yang lain yang terkandung di dalamya. Ternak monogastrik tidak
menghasilkan fitase dalam jumlah yang
FITASE cukup sehingga perlu penambahan
Fitase adalah mio-inositol heksa- secara rutin fitase eksogen ke dalam
fosfat fosfohidrolase yang memiliki pakan sehingga dapat dimanfaatkan
kemampuan menghidrolisis fitat.Fitase untuk memecah ikatan fitat-P
mengkatalisis pengambilan ortofosfat (Kornegay, 2001). Beberapa dekade
anorganik secara bertahap dari asam terakhir, penggunaan fitase asal
fitat melalui inositol-pentafosfat untuk mikroorganisme dalam diet unggas
menjadi monofosfat dan produk antara telah meningkat secara nyata,
lainnya (Oluyinka, 2012).Fitase aktif penambahan fitase asal mikroorganisme
asal mikroba banyak ditemukan pada (Aspergillus niger,Peniophora
spesies fungi dan aspergillus. Shieh dan lycii, dan Escherichia coli) yang telah
Ware (1968), menyatakan bahwa hasil mengalami rekayasa genetika
penyaringan pada isolat tanahterdapat (Genetically Modified Organisms) ke
lebih dari dua ribu (2000) mikroorga- dalam pakan ternak semakin banyak
nisme yang mampu menghasilkan fi- dilakukan oleh pabrik pakan. Hal
tase. Secara umum, fitase berasal dari tersebut terutama bertujuan untuk
empat sumber yaitu : fitase tanaman, meningkatkan produksi dan
fitase mikroba (jamur dan fitase bakte- menanggapi kekhawatiran munculnya
ri), fitase yang dihasilkan oleh mukosa pencemaran lingkungan fosfor asal
kotoran industri peternakan unggas

67
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

maupun babi. Penggunaan fitase asal Shirley and Edwards (2003) juga
mikroorganisme tersebut juga mampu menyatakan bahwa broiler dengan
menekan biaya pakan dengan pemberian pakan campuran jagung dan
mengurangi komponen P yang mahal kedelai yang kemudian ditambahkan
(Khan et al., 2013). Fitase telah banyak fitase dari 0 FTU/kg sampai dengan
diisolasi dari berbagai mikroba 12.000 FTU/kg akan meningkatkan
seperti jamur, bakteri,dan protozoa.Seba total degradasi fitat dalam saluran
gian besar enzim ini berasal dari pencernaan dari 40,3% menjadi 94,8%.
kelompok asam histidin fosfatase atau Namun demikian, yang perlu di-
dari alkalin fitase. Beberapa diantara perhatikan adalah penambahan Ca da-
enzim tersebut telah digunakan sebagai lam pakan broiler.Menurut Wise (1983)
suplemen pakan ternak (Wysset al., meningkatnya kandungan Ca dalam pa-
1999; Poliana and MacCabe, 2007). kan dapat mengakibatkan terbentuknya
Pakan ternak yang diberi kompleks Ca-fitat yang tidak terla-
tambahan fitase asal mikroorganisme rut.Hal tersebut kemungkinan disebab-
tidak memerlukan penambahan fosfat kan meningkatnya kandungan P untuk
ke dalam ransum. Dengan demikian mengatur penurunan aktivitas fitase en-
ternak juga akan mengekskresikan dogen mukosa, sedangkan fitase endo-
fosfat dalam jumlah sedikit sehingga gen mukosa memiliki potensi untuk
diharapkan akan menurunkan menurunkan fitat pada unggas (Maenz
pencemaran lingkungan. Dampak dan Classen, 1998). Hasil penelitian
menguntungkan yang lain adalah fitase Tamim et al. (2004) menunjukkan bah-
asal mikroorganisme dalam ransum wa peningkatan kandungan Ca dalam
unggas memiliki dampak hidrolisis pakan dari 2,0-7,0 g /kg akan mengaki-
langsung pada asam fitat dan batkan penurunan pembongkaran asam
selanjutnya akan meningkatkan fitat oleh fitase endogen dalam ileum.
ketersediaan mineral, asam amino, dan Hasil hasil penelitian
energi (Selle and Ravindran, 2007). menunjukkan bahwa penambahan fitase
Ravindran et al. (2000) melaporkan asal mikroorganisme dalam pakan babi
bahwa penambahan fitase sebesar 750 mampu melepaskan ikatan fitat-P
FTU/kg menghasilkan kecernaan fosfor sehingga meningkatkan P yang dapat
yang tinggi dibandingkan penambahan dicerna dan mengurangi ekskresi P dari
dibawah 500 FTU/kg ransum. Hasil babi (Cromwell et al., 1995; Almeida
penelitian tersebut juga didukung oleh dan Stein, 2012; Kerr et al., 2010).
Juanpere et al. (2004) yang menyatakan Sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa pada broiler umur 7 sampai 21 bahwa penambahan fitase efektif dalam
hari menunjukkan bahwa penambahan meningkatkan performa, retensi P,
fitase asal mikroorganisme (500 FTU peningkatan aktivitas plasma alkali
Kg-1) dalam pakan yang mengandung fosfatase dan mineralisasi tulang
2,7 g Kg-1 P akan meningkatkan berat melalui peningkatan hidrolisis fitat P
badan 35g /ekor /hari dibandingkan pada babi (Coelho dan Kornegay,
dengan kontrol 34g /ekor/ hari. Nilai 1996). Hal tersebut menunjukkan
rasio konversi pakan (FCR) perlakuan bahwa penambahan fitase ke dalam
adalah 1,4 dibandingkan dengan kontrol campuran jagung dan kedelai pada
1,5. Olukosi et al. (2007) menambahkan pakan babi muda akan meningkatkan
bahwa ada peningkatan pertumbuhan retensi P sekitar 10 sampai 20%
broiler yang diberi pakan defisiensi P (Jongbloed dan Kemme, 1990; Wenk et
dengan penambahan fitase. Penelitian al., 1993). Pemberian pakan dengan

68
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

kandungan Ca yang tinggi pada babi untuk dilakukan, terutama untuk peter-
akan menimbulkan efek penurunan nak unggas dengan skala ke-
kinerja fitase asal mikroorganisme dan cil.Pemrosesan bahan pakan yang men-
mempengaruhi kecernaan P (Lei et al., gandung fitat terutama lebih ditujukan
1994; Lantzsch et al., 1995). Efek pada pakan ternak non ruminansia. Se-
penurunan kinerja fitase akibat lain pemrosesan bahan pakan, penggu-
penambahan Ca dalam pakan tersebut naan fitase merupakan pilihan yang te-
kemungkinan dapat disebabkan melalui pat untuk industri peternakan terutama
beberapa mekanisme. Mekanisme ternak monogastrik seperti babi dan
tersebut kemungkinan adalah unggas.
terbentuknya komplkes Ca-fitat yang
tidak terlarut dalam usus halus atau DAFTAR PUSTAKA
(Selleet al., 2009). Kemungkinan lain Abd El-Moneim, M. R. A., El-Beltagi,
menurutSandberg et al. (1993) karena H. S. Abd El-Salam, S. M.
konsentrasi Ca yang tinggi akan Omran,A. A.2012.Effect of
meningkatkan pH dalam usus sehingga Soaking, Cooking, Germina-
mengakibatkan turunnya aktivitas fitase. tion and Fermentation
Secara umum penambahan fitase Processing on Proximate Anal-
memberikan manfaat yang besar ysis and Mineral Content of
dibidang industri peternakan terutama Three White Sorghum Varie-
ternak monogastrik seperti babi dan ties (Sorghum bicolor L.
unggas. Namun karena fitase berasal Moench).Not Bot Horti Agro-
dari beberapa sumber seperti tanaman, bio,40(2), 92-
mikroba (jamur dan bakteri) dan fitase 98: http://dx.doi.org/10.15835/
terkait mikroflora maka perlu nbha4027930
diperhatikan pemilihan fitase dalam Abdel-Gawad, A.S. 1993.Effects of
pakan yang paling efisien dalam domestic processing on oligo-
peningkatan produksi ternak. Seperti saccharide content of some dry
yang dikatakan oleh Shimizu, (1992) legume seeds.Food Chem, 46
bahwa ada kendala dalam menentukan (1), 25–
asal fitase untuk menentukan pilihan 31./doi/pdf/10.1094/CC-83-
terbaik dalam kemampuannya 0428
membebaskan ikatan fosfor fitat Akande, K. E., Doma, U. D.,Agu, H. O.
sehingga meningkatkan kecernaan and Adamu,H. M. 2010. Major
fosfor dan penyerapan mikro mineral antinutrients found in plant
lainnya pada sumber pakan. Hal protein sources: their effect on
tersebut kemungkinan disebabkan nutrition. Pakistan J. Nutr,
karena perbedaan kondisi percobaan 9(8), 827-832. doi:
dan kemurnian dari preparasi enzim. 10.3923/pjn.2010.827.832
Akindahunsi, A. A. 2004. Physicochem-
KESIMPULAN ical studies on African oil bean
Meskipun fitat merupakan anti- (Pentaclethra macrophylla
nutrisi yang dapat mengganggu produk- Benth.) seed. Journal of Food
tivitas ternak namun demikian melalui Agriculture and Environment,
berbagai pemrosesan kandungannya 2, 4–17. Accesion: 004269993
dapat diturunkan.Metode perendaman Almasyhuri, A., Yuniati, H.D., and
dan perkecambahan tampaknya menjadi Slamet,S.1990. Kandungan
metode yang paling mudah dan murah Asam Fitat Dan Tanin Dalam

69
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

Kacang-Kacangan Yang Di- pressing a bacterial phytase.


buat Tempe. PGM, 13, 65-72. Plant Physiol, 146, 468–477.
Almeida, F. N., and Stein,H. H. 2012. doi: http://dx.doi.org/10.1104/
Effects of graded levels of mi- pp.107.113480
crobial phytase on the standar- Bohn, L., Meyer, A.S. and Rasmussen.
dized total tract digestibility of S.K. 2008.Phytate : Impact on
phosphorus in corn and corn environment and human nutri-
coproducts fed to pigs. J. Anim. tion. A challenge for molecular
Sci,90,1262-1269. breeding.J. Zhejiang Univ.
doi:10.2527/jas.2011-4144 Sci.B, 9, 165–191.
Angel, R., Tamim, N. M.,Applegate, T. doi: 10.1631/jzus.B0710640
J.,Dhandu, A. S.,and Ellestad, Cheryan, M. 1980. Phytic acid interac-
L. E. 2002. Phytic acid chemi- tions in food systems.CRC Crit
stry: influence on phytin- Rev Food Sci,13, 297-
phosphorus availability and 335.doi:10.1080/10408398009
phytase efficacy. The Journal 527293
of Applied Poultry Research, Coelho, M. B., and Kornegay,E. T.
11, 471- 1996. Kornegay, E. T (Ed.)
480.doi:https://doi.org/10.1093 :Phytase in Animal Nutrition
/japr/11.4.471 and Waste Management (M.
Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan B.), BASF Corporation, Mount
Ternak Unggas Kemajuan Olive, NJ.
Mutakhir Fakultas Peternakan Conrad, B., Savchenko, R.S.,Breves, R.,
IPB, Bogor. and Hofeweister,J.1996. A T7
Baldwin, P.M. 2001. Starch granule- promoterspecific, inducible
associated proteins and poly- protein expression system
peptides: a review. for.Bacillus subtilis.Mol Gen
Starch/Starke,53,475- Genet, 5, 250(2),230-236.doi:
503.doi.org/10.1002/1521- 10.1007/BF02174183
379X(200110)53:10<475::AID Cromwell, G. L., Coffey, R. D.,Parker,
-STAR475>3.0.CO;2-E G. R.,Monegue, H. J.,and
Bebot-Brigand, A., Dange, C., Faucon- Randolph,J. H.1995. Efficacy
nier, N.,and Gérard,C. 1999. of a recombinant-derived
31P NMR, potentiometric and phytase in improving the
spectrophotometric studies of bioavailability of phosphorus
phytic acid ionization and in corn-soybean meal diets for
complexation towards Co2 +, pigs. J. Anim. Sci, 73, 2000-
Ni2 +, Cu2 +, Zn2 +, and Cd2+. J 2008.doi:
Inorg Biochem,75, 71-78.doi: 10.2527/1995.7372000x
10.1016/S0162- Deshpande, S. S., and Damoda-
0134(99)00041-0 ran,S.1989. Effect of phytate
Bilyeu, K.D., Zeng, P.,Coello, on solubility, activity and con-
P.,Zhang, formation of trypsin and chy-
Z.J.,KrishnanBailey,H.B., Beu- motrypsin.Journal of Food
selinck, P.R.,and Polacco,J.C. Science, 54, 695–
2008. Quantitative conversion 699.doi: 10.1111/j.1365-
of phytate to inorganic phos- 2621.1989.tb04684.x
phorus in soybean seeds ex-

70
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

Dhankher, N., and Chauhan,B. the benefits of grain in aqua-


M.1987.Effect of Temperature culture feeds. 13 February
and Fermentation Time on 2007. 42-49, Publ. Department
Phytic Acid and Polyphenol of Fisheries Fremantle, ISSN
Content of Rabadi— 1447-2068, Western Australia.
A Fermented Pearl Millet Grafs, E., Empson, K.L.,and Eaton,
Food. Journal of Food J.W.1987. Phytic acid. A natu-
Science,52(3), 828– ral antioxidant.The Journal of
829.DOI: 10.1111/j.13652621.
Biological Chemistry, 262,
1987.tb06739.x
Duhan, A., Khetarpaul, N., and 11647–11650.
Bishnoi,S.1999. Effect Of Greiner, R., and Konietzny,U. 2011.
Various Domestic Processing Phytase: biochemistry, enzy-
And Cooking Methods On mology and characteristics re-
Phytic Acid And Hci- levant to animal feed use. In:
Extractability Of Calcium, M.R. Bedford and G.G. Par-
Phosphorus And Iron Of tridge (eds.). Enzymes in Farm
Pigeon pea.Nutrition And Animal Nutrition 2nd Ed. USA:
Health, 13, 161-169. CABI Pub.,96-128.
doi/pdf/10.1177/026010609901 Gupta, R. K., Gangoliya, S. S.,and
300304 Singh,N. K. 2013.Reduction of
Egounlety, M., and Arowh,O. C. phytic acid and enhancement
2003.Effect of soaking, dehul- of bioavailable micronutrients
ling, cooking and fermentation in food grains.J. Food Sci.
with Rhizopus oligosporus on Technol, 52(2), 676-684DOI
the oligosaccharides, trypsin 10.1007/s13197-013-0978.
inhibitor, phytic acid and tan- Harland, B. F., and Harland,J. 1980.
nins of soybean (Glycine max Fermentative Reduction of
Merr.), cowpea (Vigna ungui- Phytate in Rye, White, and
culata L. Walp) and ground- Whole Wheat Breads.Cereal
bean (Macrotyloma geocarpa Chem, 57,226 - 229.
Harms).Journal of Food Engi- Harland, B. F., and Prosky,L.1979. De-
neering, 56,249– velopment of dietary fiber val-
254.doi: 10.1016/S0260- ues for foods. Cereal Foods
8774(02)00262-5 World, 24:387-394.
El-Adawy, T. A. 2002.Nutritional com- Hernaman, I., Toharmat, T., Manalu,
position and antinutritional fac- W., dan Pudjio-
tors of chickpeas (Cicerarieti- no.P.I.2007.Studi pembuatan
num L.) undergoing different Zn-fitat dan degradasinya di
cooking methods and germina- dalam cairan rumen secara in
tion.Plant Foods for Human vitro.Jurnal Pengembangan
Nutrition, 57, 83– Peternakan Tropis, 32 (3),139-
97.doi:10.1023/A:1013189620 145
528 Humer, E., Schwarz, C.,and
Glencross, B., and Carter.,C. 2007. Schedle,K.2015. Review Ar-
Field peas and aqua- ticle Phytate in pig and poultry
feeds.Proceedings of the nutrition. Journal of Animal
Fourth Workshop Harvesting Physiology and Animal Nutri-

71
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

tion,99, 605– Kerovuo, J, Lappalainen, I., and Reini-


625.doi: 10.1111/jpn.12258. kainen,T. 2000. The metal de-
Jarrett, J.P., Wilson, J.W.,Ray, P.P.,and pendence of Bacillus subtilis
Knowlton,K.F. 2014.The ef- phytase.Biochem.Biophys.Res.
fects of forage particle length Comm., 268:365-369.
and exogenous phytase inclu- DOI:10.1006/bbrc.2000.2131
sion on phosphorus digestion Kerr, B. J., Weber, T. E.,Miller, P. S,
and absorption in lactating and Southern,L. L. 2010. Ef-
cows.Journal of Dairy Science, fect of phytase on apparent to-
97, 411-418.doi: tal tract digestibility of phos-
10.3168/jds.2013-712 phorus in corn-soybean meal
Jongbloed, A. W., Mroz, Z., and diets fed to finishing pigs. J.
Kemme,P. A. 1992. The effect Anim. Sci., 88(1), 238-247.
of supplementary Aspergillus DOI:10.2527/jas.2009-2146
nigerphytase in diets for pigs Khan, A.J., Ali, A.,Farooq-i-A., and
on concentration and apparent Zeb, A. 2007. Identification
digestibility of dry matter, total and isolation of low phytic acid
phosphorus, and phytic acid in wheat (Triticum aestivum L.)
different sections of the ali- inbred lines / mutants. Pak. J.
mentary tract. J. Anim. Sci, Bot., 39(6), 2051-
70(4), 1159- 2058.pjbot/PDFs/39(6)/PJB39(
1168.doi:10.2527/1992.704115 6)2051
9x Khan, S.A., Chaudhry,H.R., Butt,
Juanpere, J., Perez-Vendrell, A.M.,and Y.S.,Jameel,T.,and Ahmad,F.
Brufau,J. 2004. Effect of mi- 2013.The Effect of Phytase
crobial phytase on broilers fed Enzyme on the Performance of
barley-based diets in the pres- Broiler Flock (A-
ence or not of endogenous phy- Review).Poultry Science Jour-
tase. Animal Feed Science and nal. 1 (2), 117-125.doi:
Technology,115,(3-4) 265- 10.22069/PSJ.2016.10564.117
279.DOI: http://dx.doi.org/10.1 4.
016/j.anifeedsci.2004.02.002 Kiers, J.L., Van Laeken,
Kasim, A.B., and Edwards Jr., H. 1998. A.E.,Rombouts, F.M.,and
The analysis for inositol phos- Nout, M.J.2000. In vitro diges-
phate forms in feed ingredients. tibility of bacillus fermented
J. of Food Sci. and Agric., soya bean. International Jour-
76(1),1- nal of Food
9.DOI:10.1002/(SICI)1097- Microbiology,60(2-3),163-169.
0010(199801)76:1<1 doi.org/10.1016/S01681605(00
Kaushik, G., Satya, S.,and Naik, S.N. )00308-1
2010. Effect of domestic Kornegay, E. T. 2001. Digestion of
processing techniques on the phosphorus and other nu-
nutritional quality of the soy- trients: the role of phytases and
bean.Mediterranean Journal of factors influencing their activi-
Nutrition and Metabolism, ty.In: Enzymes in farm animal
3(1), 39-46. DOI: nutrition. Pp 237-271. CABI
10.1007/s12349-009-0079-7 Publishing Wallingford.

72
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

Kumar, V., Sinha, A. K., Makkar, H. P. 91.doi:https://doi.org/10.1093/ja


S.,and Becker,K.2010. Dietary pr/10.1.86
roles of phytate and phytase in Liang, J., Han, B.Z., Nout, M.J.R., and
human nutrition: A review. Hamer,R.J. 2008. Effects of
Food Chemistry, 120(4), 945– soaking, germination and
959.doi:10.1016/j.foodchem.20 fermentation on phytic acid,
09.11.052 total and in vitro soluble zinc
Laboure, A. M., Gagnon, J., and Les- in brown rice. Food Chem. Vol,
cure,A. M. 1993. Purification 110(4), 841–
andcharacterization of a phy- 848.doi: 10.1016/j.foodchem.2
tase (myo-inositolhexakispho 008.02.064
phatephosphohydrolase) accu- Lim, S.J., KimS.S., Pham, M.A.,Song,
mulated in maize (Zea mays) J.W.,Cha, J.H.,Kim, J.D.,Kim,
seedlings during germination. J.U.,and Lee,K.J. 2010. Effects
Biochemical Journal, 295(2), of fermented cottonseed and
413–419.doi: soybean meal with phytase
10.1042/bj2950413. supplementation on gossypol
Lantzsch, H. J. S., and Drochner,W. degradation, phosphorus avail-
1995.The effect of dietary cal- ability, and growth perfor-
cium on the efficacy of micro- mance of olive flounder (Para-
bial phytase in rations for lichthys olivaceus). Fisheries
growing pigs.J. Anim. Physiol. and Aquatic
Anim. Nutr., 73(1),19-26. Sciences,13(4),284-293.doi
doi: 10.1111/j.1439- : 10.5657/fas.2010.13.4.284
0396.1995.tb00399.x Lolas, G. M., Palamidis, N., and Mar-
Larson, S. R., Young, K. A.,Cook, A., kakis,P. 1976. The phytic acid
Blake, T. K., and Ra- total phosphorus relationships
boy,V.1998.Linkage mapping in barley, oats, soybeans and
of two mutations that reduce wheat.Cereal Chem., 53, 867-
phytic acid content of barley 871.
grain.Theor. Appl. Genet., Maenz, D.D., and Classen,H.L. 1998.
97(1),141- Phytase activity in the small in-
146.doi:10.1007/s0012200508 testinal brush border membrane
78 of the chicken.Poultry
Lei, X. G., Ku, P. K.,Miller, E. R., Science,77(4), 557-
Yokoyama, M. T., and 563.doi:https://doi.org/10.1093
Ullrey,D. E. 1994. Calcium /ps/77.4.557
level affects the efficacy of Mahajan, S., and Chauhan,
supplemental microbial B.1987. Phytic acid and ex-
phytase in corn-soybean meal tractable phosphorus of pearl
diets of weanling pigs. J. Anim. millet flour as affected by nat-
Sci.,72(1),139- ural lactic acid fermentation.J.
143.doi:10.2527/1994.721139x Sci. Food Agric., 41(4), 381-
Li, Y. C., Ledoux, D. R., and Veum,T. 386.
L. 2001.Bioavailability of phos- doi: 10.1002/jsfa.274041040
phorus in low phytic acid bar- Mahesh, S., Pavithra, G.J., Parvathi,
ley.J. Appl. Poultry Res., M.S., Rajashekara, R., and
10(1),86- Shankar,A. G. 2015.Effect of

73
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

processing on phytic acid the morphological components


content and nutrient of cereal grains.J. Agric. Food
availability in food grains. Int. Chem., 20(3), 718–
J. Agric. Sci., 5(5), 771-777. 723.doi: 10.1021/jf60181a021
Mahmod, M. H., Abu-Salem, F. M., El- Ologhobo, D. A., and Fetuga, B. L.
Kalyoubi, M. H., and Gibriel, 1982. Polyphenols, phytic acid
A. Y. 2007. Effect Of Legume and other phosphorus com-
Processing And Fermentation pounds of lima bean (Phaseo-
Treatments On Their Phytic lus lunntis). Nutrition Reports
Ac- International, 26, 605-611.
id.iufost.org.br/sites/iufost.org. Olukosi, O. A., Cowieson, A. J.,and
br/files/anais/01073.pdf Adeola, O. 2007. Age-related
Morris, E.R. 1986. Phytate and dietary influence of a cocktail of xyla-
mineral bioavailability. In:
nase, amylase, and protease or
Phytic acid chemistry and ap-
plications. E. Graf, Ed. Pilatus phytase individually or in
Press, Minneapolis, USA combination in broilers. Poul-
Morse, D., Head,H. H., and Wilcox,C. try Science, 86(1), 77-
J. 1992. Disappearance of 86. doi:https://doi.org/10.1093/
phosphorus in phytate from ps/86.1.77
concentrates in vitro and from Olukosi,O.A. 2012. Review Article: Bi-
rations fed to lactating dairy ochemistry of phytate and phy-
cows. J. Dairy Sci., tases: Applications in monoga-
75(7),1979-1986.doi: stric nutrition.Biokemistri,
10.3168/jds.S0022- 24(2) 58-63
0302(92)77957-0 Osman, A.M. 2007. Effect of different
National Research Council. 2012. Nu- processing methods on nutrient
trient requirements of swine. composition, antinutrient fac-
11th Ed. National Academy tors and invitro protein digesti-
Press, Washington, DC. bility on Dolichos lablab bean
Nunes, A.C.S., Viana, G.R., Cuneo,F., (Lablab purpureus L
Amaya-Farfán, J., Capdeville, sweet).Pak. J. Nutr.,6(4), 299-
G.D., Rech, E.L., and 303.
Aragão,F.J.L. 2005. RNAi- me- Pallauf, J., and Rimbach G.1996. Nutri-
diated silencing of the myo- tional Significance of Phytic
inositol-1-phosphate syn- thase Acid and Phytase. Arch.Anim.
Nutr.,50(4),301-319.
gene (GmMIPS1) in transgenic
dx.doi.org/10.1080/174503997
soybean inhibited seed devel- 09386141
opment and reduced phytate Panhwar F. 2005. Anti-Nutritional Fac-
content. Planta, 224(1),125- tors in Oil Seeds as Aflatoxin
132.doi:10.1007/s00425-005- in Groundnut.Digitalverlag
0201-0 GmbH, Germany, Edn Chem-
lin.
O’Dell, B.L., de Boland, A.R.,and Koir-
Park, W.Y., Matsui,T., and Yano,H.
tyohann,S.T. 1972. Distribu-
2002.Post-ruminal phytate de-
tion of phytate and nutritional-
gradation in sheep.Animal
ly important elements among
Feed Science and Technolo-

74
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

gy,101(1-4), 55-60. tion. Poultry Avian Biological


doi: http://dx.doi.org/10.1016/S Review,6(2) 125–143.
0377-8401(02)00181-5 Reddy, N. R., Pierson, M. D.,Sathe, S.
Piliang,W. G., Sastradipradja, D., dan K.,and Salunkhe,D. K.
Manula,W. 1982. Pengaruh 1989.Occurrence, distribution,
penambahan berbagai tingkat content and dietary intake of
kadar Zn dalam ransum yang phytate. In: N. R. Reddy, M. D.
mengandung dedak padi terha- Pierson, S. K. Sathe, D. K. Sa-
dap penampilan serta metabol- lunkhe (eds) Phytates in Ce-
ism Zn pada ayam-ayam pete- reals and Legumes. CRC Press,
lur. Laporan Penelitian. Direk- Boca Raton, FL, pp. 47.
torat Pembinaan penelitian dan Reddy, N. R., Sathe, S. K., and Sa-
pengabdian pada masyara- lunkhe,D. K. 1982.Phytates in
kat.Direktorat Jendral Pendidi- legumes and cereals.Adv. Food
kan Tinggi Departemen Pendi- Res, 28,1–92.PMID:6299067
dikan dan Kebudayaan. Reinhold, J. G. 1975. Phytate destruc-
Poliana, J., and MacCabe,A.P. tion by yeast fermentation in
2007. Industrial Enzymes; whole wheat meals.Study of
Structure, Function, and Appli- high-extraction rate
cations.Dordrecht: Springer: meals.Journal of the American
505-508. ISBN 978-1-4020- Dietetic Association, 66 (1),
5376-4 32-41.
Raboy, V., and Dickinson,D. Rickard, S.E., and Thompson,L.U.
B.1993.Phytic Acid Levels in 1997. Interactions and biologi-
Seeds of Glycine max and G. cal effects of phytic acid. In:
soja as Influencedby Phospho- Antinutrients and phytochemi-
rus Status.Crop Science,33(6), cals in food. Shaidi, F. (ed).
1300-1305.doi: American Chemical Society,
10.2135/cropsci1993.0011183 Washington, DC. pp: 294-312.
X003300060036x Sandberg, A. S., Larsen, T., and
Ravindran, V., Cabahug,S., Ravindran, Sandstrom,B. 1993. High dietary
G.,Selle, P.H.,and Bryden, calcium level decreases colonic
W.L. 2000. Response of broiler phytate degradation in pigs fed a
chickens to microbial phytase rapeseed diet. J. Nutr., 123(3),
supplementation as influenced 559–566.
by dietary phytic acid and non- Sangronis, E., Rodriguez, M., Cava, R.,
phytate phosphorus levels. II. and Torres,A.2006. Protein
Effects on apparent metabolis- quality of germinated Phaseo-
able energy, nutrient digestibil- lusVulgaris.European Food
ity and nutrient retention. Brit- Research and Technology,
ish PoultryScience,41(2),193- 222(1), 144-
200.doi:10.1080/00071660050 148.doi:10.1007/s00217-005-
022263 0137-4
Ravindran, V., Bryden, W.L.,and Kor- Schlemmer, U., Frolich, W., Prieto, R.
negay, E.T. 1995. Phytases: M.,and Grases,F.2009. Phytate
occurrence, bioavailability and in foods and significance for
implications in poultry nutri- humans: food sources, intake,
processing, bioavailability,

75
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

protective role and analysis. ca.Food Chemistry, 103(1),


Molecular Nutrition and Food 161-172.doi:
Research, 53(52), S330– 10.1016/j.foodchem.2006.08.0
S375. doi:10.1002/mnfr.20090 05
0099 Shimizu, M. 1992. Purification and
Schlemmer, U., Jany, K. D., Berk, A., Characterization of Phytase
Schulz, E.,and Rechkemmer, from Bacillus suhtilis(natto)N-
G.2001. Degradation of phytate 77.Biosci.Biotech. Biochem.,
in the gut of pigs – pathway of 56(8), 1260-1269.
gastrointestinal inositol phospha- doi.org/10.1271/bbb.56.1266
tehydrolysisand enzymes in- Shirley, R. B., and Edwards,H. M.
volved. Archives of Animal Nu- 2003.Graded levels of phytase
trition, 55(4), 255–280. past industry standards im-
dx.doi.org/10.1080/1745039010 proves broiler performance.
9386197 Poultry Science,82(4), 671-
Selle, P. H., Cowieson, A. J.,and Ra- 680.doi:https://doi.org/10.1093
vindran,V. 2009. Consequences /ps/82.4.671
of calcium interactions with phy- Siddhuraju, P., and Becker,K. 2001.
tate and phytase for poultry and Preliminary nutritional evalua-
pigs.Livestock Science, 124(1-3), tion of Mucuna seed meal
126–141. (Mucuna pruriens var utilis) in
DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j. common carp (Cyprinus carpio
livsci.2009.01.006 L): An assessment by growth
Selle, P. H., V. Ravindran, R. A. Cald- performance and feed utiliza-
well, and W. L. Bryden. 2000. tion. Aquaculture,196(1-
Phytate and phytase: Conse- 2),105–
quences for protein utilization. 123.doi.org/10.1016/S0044-
Nutr. Res. Rev.,13(2), 255–278. 8486(00)00577-9.
doi:10.1079/0954422001087290 Singh, U., Singh, B., and. Smith,O. D.
98 1991. Effect of varieties and
Selle, P.H., and Ravin- processing methods on phytic
dran,V.2007.Microbial phytase acid and protein digestibility of
in poultry nutrition.Animal Feed groundnut (Arachis hypo-
Science and Technology, 135(1- gaea).Journal of Food Science
2), 1-41. and Technology,28(6),345-347.
DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j. Soares Jr., J. H. 1995. Phosphorus bio-
anifeedsci.2006.06.010 availability. In: Bioavailability
Selle, P.H., and Ravindran,V.2008. of Nutrients for Animals: Amino
Phytate-degrading enzymes in Acids, Mineral and Vitamin. B.
pig nutrition. Livestock A Clarence, D. H. Baker, A. J.
Science, 113(2-3), 99–122.doi: Lewis (eds.). Academic Press,
10.1016/j.livsci.2007.05.014 California.
Shimelis, E. A., and Rakshit, S. K. Sokrab, A.M., Mohamed, A. I.A.,and
2007.Effect of processing on Babiker,E.E. 2012. Effect of
antinutrients and in vitro pro- germination on antinutritional
tein digestibility of kidney factors, total, and extractable
bean (Phaseolus vulgaris L.) minerals of high and low phytate
varieties grown in East Afri- corn (Zea mays L.) geno-

76
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

types.Journal of the Saudi Socie- Fernandez, M., and Urbano, G.


ty of Agricultural 1998. Nutrients and anti nutri-
Sciences,11(2), 123–128. tional factors in faba beans as
doi.org/10.1016/j.jssas.2012.02. affected by processing. Zeit-
002 schrift für Lebensmittel–
Steiner, T., Mosenthin, Untersuchung-und–
R.,Zimmermann, B., Grein- Forschung,207(2), 140-
er,R., and Roth,S. 2007. Distri- 145.doi:10.1007/s0021700503
bution of phytase activity, total 08
phosphorus and phytate phos- Weaver, C.M., and Kannan,S. 2002.
phorus in legume seeds, cereals Phytate and mineral bioavaila-
and cereal by-products as in- bility. In: Reddy NR, Sathe SK
fluenced by harvest year and (eds). Food Phytates. CRC
cultivar. Anim Feed Sci Tech- Press: Boca Raton, FL.
nol.,133(3-4), 320-334.doi: Wenk, C., Weiss, E.,Bee, G., and Mes-
10.1016/j.anifeedsci.2006.04.0 sikommer,R. 1993. Interac-
07 tions between a phytase and a
Tamim, N.M., Angel, R.,and Christman, carbohydrase in a pig di-
M. 2004. Influence of dietary et.Enzymes in Anim. Nutr.
calcium and phytase on phytate Proc. 1st Symp-Kartause Ittin-
phosphorus hydrolysis in broi- gen, Switzerland : 160-164.
ler chickens. Poultry Wise, A.1983. Dietary factors determin-
Science,83(8),1358–1367. ing the biological activity of
DOI: 10.1093/ps/83.8.1358 phytates.Nutrition Abstracts
Tyagi, P. K., and Verma,S. V. S. 1998. and Reviews inClinical Nutri-
Phytate phosphorus content of tion,53, 791-806.
some common poultry feed Woyengo, T. A., A. J. Cowieson, O.
stuffs. Indian Journal of Poul- Adeola, and C. M. Nyachoti.
try Science, 33(1), 86–88. 2009. Ileal digestibility and en-
Urbano, G., Lopez-Jurado, M., Aranda, dogenous flow of minerals and
P., Vidal-Valverde, C., Teno- amino acids: responses to die-
rio, E.,and Porres,J. 2000. The tary phytic acid in piglets. Br.
role of phytic acid in legumes: J. Nutr, 102(3), 428-433. DOI:
antinutrient or beneficial func- 10.1017/S0007114508184719
tion.Journal of Physiology and Woyengo, T. A., and Nyachoti,C. M.
Biochemistry, 56(3), 283-294. 2013. Review: Anti-nutritional
DOI: 10.1007/BF03179796 effects of phytic acid in diets-
Veum, T. L., Ledoux, D. R., Bollinger, for pigs and poultry current
D. W.,Raboy,V., and Cook,A. knowledge and directions for
2002. Low-phytic acid barley future research. Can. J. Anim.
improves calcium and phos- Sci., 93(1),9-
phorus utilization and growth 21.doi: http://dx.doi.org/10.113
performance in growing pigs. 9/CJAS2012-017
J. Anim. Sci.,80(10),2663- Wyss, M., Brugger, R., Kronenberger,
2670.doi:10.2527/2002.801026 A.,Rémy, R., Fimbel,
63x R.,Oesterhelt, G., Lehmann,
Vidal-Valverde, C., Frias, J.,Sotomayor, M.,and van Loon,A.P.G.M.
C.,and Diaz-Pollan, C., 1999. Biochemical characteri-

77
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (3): 59 - 78

zation of fungal phytases viron. Microbiol, 65(2),367–


(myo-inositol hexakisphos- 373.PMCID: PMC91034
phate phosphohydrolases):
Catalytic properties. Appl. En-

78

Anda mungkin juga menyukai