1. Tujuan Percobaan
2. Landasan Teori
A. Titik Leleh
Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana zat padat berubah menjadi
cairan pada tekanannya satu atmosfer. Titik leleh suatu zat padat tidak
mengalami perubahan yang berarti dengan adanya perubahan tekanan. Oleh karena
itu tekanan biasanya tidak dilaporkan pada penentuan titik leleh, kecuali kalau
perbedaan dengan tekanan normal terlalu besar. Pada umumnya titik leleh senyawa
organik mudah diamati sebab temperatur dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama
dengan temperatur dimana zat telah meleleh semuanya. Contohnya: suatu zat
dituliskan dengan range titik leleh 122,1°-122,4°C dari pada titik lelehnya 122,2°C.
Jika zat padat yang diamati tidak murni, maka akan terjadi penyimpangan dari titik
leleh senyawa murninya. Penyimpangan itu berupa penurunan titik leleh dan
perluasan range titik leleh. Misalnya : suatu asam murni diamati titik lelehnya pada
temperatur 122,1°C – 122,4°C penambahan 20% zat padat lain akan mengakibatkan
perubahan titik lelehnya dari temperatur 122,1°C – 122,4°C menjadi 115°C - 119°C.
Rata – rata titik lelehnya lebih rendah 5°C dan range temperatur akan berubah dari
0,3°C jadi 4°C.
Atom-atom unsur alkali terikat dalam struktur terjenjal oleh ikatan logam yang
lemah, karena setiap atom hanya mempunyai satu elektron ikatan dan bertambah
lemah jika jari-jari bertambah besar. Oleh sebab itu titik leleh berkurang dari atas ke
bawah dalam satu golongan. Sedangkan pada unsur halogen yang berada dalam
keadaan padat berupa kristal terikat oleh Gaya Van der Waals yang lemah. Gaya ini
bertambah jika jari- jari bertambah besar. Oleh sebab itu titik leleh bertambah dari
atas ke bawah dalam satu golongan. Titik leleh bargantung pada kekuatan relatif dari
ikatan. Semakin kuat ikatan yang dibentuk, semakin besar energi yang diperlukan
untuk memutuskannya. Dengan kata lain, semakin tinggi juga titik lebur unsur
tersebut. Perbedaan titik leleh antara senyawa-senyawa pada golongan yang sama
dapat dijelaskan dengan perbedaan elektronegativitas unsur-unsur pembentuk
senyawa tersebut. Dalam satu golongan unsur transisi dari atas ke bawah kekuatan
ikatan bartambah, jadi titik leleh bertambah. Unsur C dan Si yang mempunyai struktur
kovalen yang sangat besar mempunyai titik leleh tinggi. Titik leleh dari gas mulia
ditentukan oleh besarnya nomor atom. Semakin besar nomor atom maka titik lelehnya
makin tinggi. Itu berarti ikatan Van der Waals sangat lemah. Sifat fisika dari karbon
yaitu pada titik lelehnya adalah titik leleh dari karbon sangat tinggi, sehingga karbon
berbeda dengan non logam lainnya.
Titik Leleh beberapa Bahan yang umum
hidrogen -259
oksigen -219
etanol -114
air 0
Besi 1538
B. Titik Didih
Titik didih suatu cairan adalah temperatur pada tekanan uap yang meninggalkan
cairan sama dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama dengan tekanan luar (tekanan
yang dikenakan), mulai terbentuk gelembung-gelembung uap dalam cairan. Karena
tekanan uap dalam gelembung sama dengan tekanan udara, maka gelembung itu dapat
mendorong diri lewat permukaan dan bergerak ke fase gas di atas cairan, sehingga
cairan itu mendidih. Titik didih air (dalam cairan lain) beranekaragam menurut
tekanan udara. Dipergunakan titik didih air kurang dari 100°C, karena tekanan udara
kurang dari 1 atm. Saat air berada dalam keadaan mendidih, gelembung-gelembung
besar mulai terbentuk dalam cairan akan naik ke permukaan. Bila gelembung itu telah
terbentuk, cairan yang tadinya menempati ruang ini didorong dan permukaan cairan
pada wadah dipaksa naik untuk melawan tekanan ke bawah yang ditimbulkan oleh
atmosfer. Suhu pada saat cairan mendidih disebut “titik didih”. Jadi titik didih adalah
temperatur dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer. Penambahan
kecepatan panas pada cairan yang mendidih akan mempercepat terbentuknya
gelembung uap air. Cairan pun akan lebih cepat mendidih, tapi suhu didih tidak naik.
Titik didih cairan tergantung pada besarnya tekanan atmosfer. Titik didih pada
tekanan 1 atm (760 torr) dinamakan sebagai “titik didih normal”. Pada tekanan yang
lebih besar maka titik didihnya juga lebih tinggi, dan begitu juga sebaliknya. Suhu
yang tetap konstan dari cairan yang mendidih dapat dibuktikan bila kita merebus
makanan. Waktu air mendidih, suhu akan tetap selama ada air disekeliling makanan
tersebut berarti selama airnya belum habis makanan tak ada yang hangus. Itu
membuktikan bahwa titik didih berubah dengan berubahnya tekanan. Titik didih
dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya. Gaya
tarik antara molekul cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat, titik
didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tariknya lemah maka titik didihnya rendah.
Adanya ikatan hidrogen antarmolekul menyebabkan titik senyawa relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan senyawa lain yang memilki berat molekul sebanding. Titik
didih senyawa golongan alkohol lebih tinggi daripada senyawa golongan alkana,
demikian juga titik didih air lebih tinggi daripada aseton. Pengaruh ikatan hidrogen
terhadap titik leleh tidak begitu besar karena pada wujud padat jarak antarmolekul
cukup berdekatan dan yang paling berperan terhadap titik leleh adalah berat molekul
zat dan bentuk simetris molekul. Senyawa yang mampu membentuk ikatan hidrogen
dalam air akan mudah larut dalam air. Panjang atau pendeknya rantao karbon (gugus
alkil-R) memiliki pengaruh terhadap kealrutan senyawa dalam air. Adapun sifat
periodik unsur titik didih dan kelogaman :
a. Satu periode : Dari kiri ke kanan makin bertambah puncaknya pada golongan IV
A kemudian menurun drastis sampai golongan VIII A
b. Satu golongan : Golongan I A sampai IV A dari atas ke bawah makin rendah titik
didih dan tititk lelehnya Golongan V A sampai VIII A dari atas ke bawah titik
didih dan titik leleh makin tinggi.
Dalam menentukan titik didih suatu zat, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut mendidih adalah:
1. Pemanasan
Pemanasan harus dilakukan secara bertahap agar diperoleh interval yang tidak
terlalu panjang.
2. Tekanan Udara
Tekanan udara mempengaruhi titik didih suatu zat.
3. Banyaknya zat yang digunakan.
Zat yang digunakan juga mempengaruhi titik didih suatu zat, dimana semakin
banyak zat yang digunakan semakin lambat proses pendidihan sehingga titik
didihnya meningkat.
4. Cara Kerja
A. Titik Leleh
Diminta zat yang akan ditentukan titik lelehnya , yaitu asam salisilat kepada
pengawas. Jika zat tersebut ukurannya kasar, maka digerus dalam mortar untuk
dijadikan serbuk yang halus. Kemudian, diambil kapiler yang akan digunakan untuk
menentukan titik leleh. Lalu dimasukkan ujung terbuka kapiler ke dalam serbuk zat
yang akan ditentukan titik lelehnya sehingga kristal masuk ke dalam kapiler. Setelah
itu, kapiler diangkat dari serbuk dan dibalik sehingga ujung tertutupnya menghadap
kebawah. Diketok dinding kapiler dengan jari agar asam salisilat masuk ke dasar
kapiler. Lalu diikatkan kapiler pada standar dengan bantuan klem, kemudian
dicelupkan thermometer pada pemanas yang digunakan. Setelah itu, pemanas
dipanaskan dengan diaduk sesekali selama pemanasan dilakukan. Diamati zat padat
dalam kristal serta diamati temperaturnya. Dibaca thermometer pada saat zat padat
dalam kapiler mulai meleleh, diamati pula bila zat padat telah melelh seluruhnya.
Dalam tahap ini, dicatat range antara temperature pada saat mulai meleleh hingga
telah meleleh seluruhnya. Setelah itu, disingkirkan pemanas yang digunakan dan
dibiarkan pemanas dingin.
B. Titik Didih
Diminta zat cair yang akan ditentukan titik didihnya, yaitu Etanol dan Butanol
kepada pengawas. Lalu diminta tabung reaksi kecil untuk tempat zat cair yag akan
ditentukan titik didihnya. Tabung reaksi kecil diisi Etanol dan Butanol sebanyak 8-10
mm dari dasarnya. Kemudian diambil sebuah pipa kapiler dan dihadpakn kebawah di
dalam tabung reaksi kecil yang berisi etanol dan butanol. Diikat tabung reaksi kecil
yang didalamnya diisi pipa kapiler dan zat yang akan ditentukan titik didihnya pada
thermometer, dimana ujung tabung reaksi kecil diposisikan sejajar dengan ujung
bawah thermometer lalu diambil gelas kimia yang berisi parrafin secukupnya serta
diletakkan diatas pemanas. Dipasang thermometer pada standar dengan bantuan klem
dan dicelupkan thermometer pada cairan paraffin didalam gelas kimia yang berada
diatas pemanas.setelah itu pemanas dipanaskan dengan mengaduk-aduk cairan
parrafin sesekali. Diamati butanol dan etanol yang ada didalam kapiler sambil diamati
temperaturnya. Dibaca dan dicatat suhu pada saat etanol dan butanol di dalam tabung
reaksi kecil membentuk gelembung-gelembung kontinu yang bentuknya seperti
kalung atau rantai.
5. Data Pengamatan
A. Titik Didih
2 Butanol 30 68 68-30 = 38
B. Titik Leleh
Zat yang Digunakan Suhu Awal Meleleh (T1) Suhu Habis Meleleh (T2)
(oC) (oC)
6. Pembahasan
A. Titik Didih
Dalam percobaan ini, digunakan dua jenis larutan dalam menentukan titik didih
suatu zat yaitu etanol dan butanol. Secara teori, titik didih etanol adalah 78,37 °C
sementara titik didih butanol adalah 117,7 °C. Namun, dalam praktikum diperoleh
data pada percobaan etanol mulai timbul gelembung pada suhu 40oC dan terbentuk
gelembung kontinu atau gelembung berantai saat menunjukkan suhu 78oC, sehingga
jarak rangenya adalah 38oC. Titik didih etanol yang diujikan mendapatkan hasil yang
hampir sama dari yang disebutkan dalam teori bahwa titik didih etanol adalah 78,37oC.
Sementara data pada percobaan butanol mulai timbul gelembung pada suhu 30oC dan
terbentuk gelembung kontinu atau gelembung berantai pada suhu 68oC, hal ini berati
rangenya adalah 38oC.
Jarak range yang besar disebabkan oleh pemanasan dengan menggunakan tingkat
kenaikan suhu yang tinggi dan tidak bertahap. Berdasarkan hasil percobaan yang
menunjukkan bahwa titik didih etanol sama dengan titik didih murni etanol, yaitu
sebesar 78oC. Sementara hasil percobaan pada larutan butanol menunjukkan bahwa
titik didih butanol pada percobaan lebih kecil dari titik didih butanol murni. Hal ini
berarti butanol yang digunakan tidak murni. Selain itu, terdapat pula ikatan hidrogen
yang mempengaruhi titik didih dari senyawa tersebut. Semakin besar perbedaan
keelektronegatifannya maka akan semakin besar titik didih dari senyawa tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik didih antara lain :
a. Tekanan
Bila tekanan eksternal kurang dari satu atmosfir, titik didih cairan lebih
rendah dari titik didih normal.
Sama dengan satu atmosfir, titik didih cairan disebut titik didih normal.
Lebih besar dari satu atmosfir, titik didih cairan lebih besar dari titik didih
normal.
b. Jenis Molekul
Jika gaya antarmolekulnya adalah relatif kuat, titik didih akan relatif tinggi.
Jika gaya antarmolekulnya adalah relatif lemah, titik didih akan relatif rendah
B. Titik Leleh
Pada percobaan menentukan titik leleh digunakan zat yaitu asam salisilat. Secara
teori, titik leleh dari asam salisilat adalah 158,6 °C. Percobaan menentukan titik leleh
dilakukan sebanyak satu kali dan diperoleh data untuk percobaan pada asam salisilat
yaitu, pada saat asam salisilat mulai meleleh terjadi pada suhu 160°C sementara asam
salisilat meleleh seluruhnya pada saat thermometer menunjukkan suhu 161°C.
Sehingga rangenya adalah 1°C. Hasil percobaan menentukan titik leleh kali ini sudah
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, temperature dimana pelelehan mulai
terjadi (T1) hampir sama dengan temperature dimana zat telah meleleh semuanya (T2)
dengan maksimal rentang suhunya adalah 1°C. Sementara suhu yang didapatkan pada
percobaan menentukan titik leleh asam salisilat tidak sesuai dengan suhu murni asam
salisilat.
a. Kemurnian dari zat yang digunakan dalam percobaan menentukan titik leleh.
7. Kesimpulan
1. Titik didih suatu zat adalah suhu yang tekanan uap jenuhnya sama dengan
tekanan di atas permukaan zat cair.
a. Pemanasan
b. Tekanan Udara
3. Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah wujud menjadi zat cair
pada tekanan satu atmosfer .
b. Banyaknya Sampel.
c. Ukuran Kristal
5. Zat yang ditentukan titik didihnya pada percobaan yaitu etanol dan butanol tidak
murni karena suhu yang dihasilkan pada saat percobaan tidak sesuai dengan suhu
murni etanol maupun butanol
6. Zat yang ditentukan titik lelehnya yaitu asm salisilat sudah sesuai dengan teori
yaitu besarnya T1 hampir sama dengan besar T2 walaupun suhu yang dihasilkan
pada percobaan ini tidak sesuai dengan suhu murni asam salisilat.
DAFTAR PUSTAKA