OLEH :
AAN DZULKHAERY M.B
07.1.2.17.2243
PERTANIAN 3 A
Mengetahui/Menyetujui,
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang,kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya,yang telah
melimpahkan rahmat ,hidayah, dan inayah-nya kepada kami,sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan mengenai “Melakukan panen”
Laporan ini telah di susun secara maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Malang,Januari 2019
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Panen merupakan tahap akhir dari budidaya jagung ditahap ini hasil dari
penanaman jagung bisa dilihat, tapi untuk mempertahankan keuntungan,
jagung harus melewati penanganan hasil panen agar hasil panen tidak banyak
terbuang sia-sia
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menentukan metode panen
2. Mahasiswa mampu melakukan penanganan hasil panen
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Panen
2.1.1 Penetapan waktu masak fisiologis
Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65
hari setelah silking. Pada tahap ini, biji-biji pada tongkol telah
mencapai bobot kering maksimum. Lapisan pati yang keras
pada biji telah berkembang dengan sempurna dan telah
terbentuk pula lapisan absisi berwarna coklat atau kehitaman.
Pembentukan lapisan hitam (black layer) berlangsung secara
bertahap, dimulai dari biji pada bagian pangkal tongkol menuju
ke bagian ujung tongkol. Pada varietas hibrida, tanaman yang
mempunyai sifat tetap hijau (stay-green) yang tinggi, kelobot
dan daun bagian atas masih berwarna hijau meskipun telah
memasuki tahap masak fisiologis. Pada tahap ini kadar air biji
berkisar 30-35% dengan total bobot kering dan penyerapan
NPK oleh tanaman mencapai masing-masing 100%
(Sri sunarti 2011)
2.1.2 alat panen dan teknik panen
Alat dan mesin yang digunakan dalam proses pemanenan
jagung meliputi sabit (konvensional) dan alat pemanen jagung /
corn harvester (modern). Untuk pemanenan dengan cara
konvensional menggunakan sabit terdapat dua tipe pemanenan
yaitu
1. jagung tongkol dengan klobot, Pada pemanenan jagung
dengan klobot, jagung berkadar air tinggi yaitu berkisar 30-40%
dan jagung disabit setinggi pinggang, lalu jagung segera dipetik
dan dipisahkan dari kelobotnya. Jagung yang sudah bersih
kemudian dimasukkan dalam keranjang
2. pemanenan jagung tongkol tanpa klobot dengan cara jagung
berkadar air rendah berkisar 17-20% dan jagung dipisahkan
terlebih dari klobotnya terlebih dahulu lalu dipetik jagung tanpa
harus menyabit batang jagung terlebih dahulu.
(sudarti,2015)
2
2.2 penanganan hasil panen
3
BAB III
METODE PELAKSANAAN
a. Pengumpulan hasil,
Segera setelah dipanen pisahkan jagung yang tidak
sehat/terinfeksi penyakit dilapangan supaya
penyebaran hama dan penyakit dapat dicegah. Jagung
yang telah dipisahkan, dikumpulkan pada suatu tempat
yang kering dan tidak lembab.
4
b. Pewadahan,
yaitu memasukkan ke dalam kantong goni atau
wadah lain secara teratur
c. Pengangkutan
pengangkutan hasil panen jagung dengan cara
dipikul sampai keempat penyimpanan atau bisa
mengunakan mobil bak terbuka untuk mempermudah
pengangkutan
(riana 2015)
5
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1 panen
4.1.1 waktu panen
Mutu hasil panen jagung akan baik bila jagung dipanen pada tingkat
kematangan yang tepat (matang optimal). Sebagai tanda jagung siap
panen/matang optimal antara lain : bila kelobot telah berwarna kuning,
biji telah keras dan warna biji mengkilap, jika ditekan dengan ibu jari
tidak lagi ditemukan bekas tekanan pada biji tersebut, pada keadaan
seperti ini kadar air sudah mencapai sekitar 35%.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada hari-hari cerah, jangan
pada saat hujan agar supaya penanganan jagung setelah dipanen yaitu
pengeringan tidak mendapat hambatan.
4.1.2 alat dan teknik pemanenan
Alat dan mesin yang digunakan dalam proses pemanenan jagung
meliputi sabit (konvensional) dan alat pemanen jagung / corn harvester
(modern). Untuk pemanenan dengan cara konvensional menggunakan
sabit terdapat dua tipe pemanenan yaitu
1. jagung tongkol dengan klobot, Pada pemanenan jagung dengan
klobot, jagung berkadar air tinggi yaitu berkisar 30-40% dan jagung
disabit setinggi pinggang, lalu jagung segera dipetik dan dipisahkan
dari kelobotnya. Jagung yang sudah bersih kemudian dimasukkan
dalam keranjang
2. pemanenan jagung tongkol tanpa klobot dengan cara jagung berkadar
air rendah berkisar 17-20% dan jagung dipisahkan terlebih dari
klobotnya terlebih dahulu lalu dipetik jagung tanpa harus menyabit
batang jagung terlebih dahulu.
(sudarti,2015)
4.2 penanganan pasca panen
4.2.1 Pengumpulan hasil
Segera setelah dipanen pisahkan jagung yang tidak
sehat/terinfeksi penyakit dilapangan supaya penyebaran hama dan
penyakit dapat dicegah. Jagung yang telah dipisahkan, dikumpulkan
pada suatu tempat yang kering dan tidak lembab.
6
4.2.2 Pewadahan
yaitu memasukkan ke dalam kantong goni atau wadah lain
secara teratur
4.2.3 Pengangkutan
pengangkutan hasil panen jagung dengan cara dipikul sampai
keempat penyimpanan atau bisa mengunakan mobil bak terbuka
untuk mempermudah pengangkutan
(riana 2015)
7
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 panen
5.2 Saran
Jangan melakukan panen ketika jagung belum masak secara fisiologis
karena akan mengakibatkan penurunan mutu jagung, agar pengerjaan
pemanenan bisa efisien harus menggunakan mesin kemudian proses
pengangkutan meggunakan kendaraan yang memiliki bak agar bias
mempercepat pengangkutan
8
DAFTAR PUSTAKA