Anda di halaman 1dari 9

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 21, No.

2, Juli 2014: 179-187

PERAN MIKROBA STARTER DALAM DEKOMPOSISI KOTORAN TERNAK DAN


PERBAIKAN KUALITAS PUPUK KANDANG
(The Role of Microbial Starter in Animal Dung Decomposition and Manure Quality
Improvement)
Cahyono Agus1,2*, Eny Faridah1, Dewi Wulandari1 dan Benito Heru Purwanto4
1
Fakultas Kehutanan UGM, Jalan Agro Bulaksumur Yogyakarta 55281
2
KP4 UGM, Jl Kalitirto, Sleman, Yogyakarta 55573
3
SEAMEO BIOTROP, Jl Raya Tajur km 6, Bogor 16134
4
Fakultas Pertanian UGM, Jalan Agro Bulaksumur Yogyakarta 55281
*
Penulis korespondensi. Telp./ Fax.: 0274-497717. Email: cahyonoagus@gadjahmada.edu

Diterima: 7 Februari 2014 Disetujui: 21 Mei 2014


Abstrak
Pupuk organik perlu didekomposisi oleh mikroba dan memerlukan lingkungan yang sesuai agar cepat matang
sempurna dan tidak memberikan dampak negatif pada aspek sosial, estetika maupun kesehatan pada makluk hidup dan
lingkungan. Dekomposisi bahan pupuk organik dilakukan dengan menggunakan kotoran sapi, dengan 2 perlakuan
mikroba (tanpa dan dengan mikroba starter) dan 3 variasi waktu, yaitu 0, 6 dan 24 jam setelah diberi mikroba starter.
Analisis meliputi uji fisik bahan pupuk yang meliputi pH, warna, aroma, lengas, dan DHL, uji mikroba patogen
(Eschericia. coli dan Salmonella) pada pupuk, pengujian kandungan hara pupuk total (C, N, P, K, Ca, Mg, Na, S, Cd,
Cr, B, Fe, Cu, Zn) dan Ntersedia (NH4 dan NO3), serta analisis emisi gas amonia (NH3), oksigen (O2), karbon monoksida
(CO), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), NOx, NO, dan SO2. Mikroba starter mengandung mikrobia dan unsur hara
yang sangat diperlukan dalam proses dekomposisi bahan organik. Pupuk kandang sapi setelah aplikasi mikroba starter
masih mengandung E. coli dan Salmonella sp. yang cenderung menurun seiring dengan lama waktu inkubasi. Terjadi
dinamika kandungan unsur-unsur hara seperti P, K, Mg, Fe dan Cu serta logam berat Cr selama proses inkubasi baik
pada pupuk kandang ayam maupun sapi. Dengan perlakuan mikroba starter, bagian senyawa sulfur dari bahan organik
banyak yang terombak menjadi gas SO2 yang relatif tidak berbau, dan sebaliknya H2S serta senyawa reduktif sulfida
lainnya menjadi terhambat pembentukannya. Perombakan dengan mikroba starter sebaiknya diupayakan dalam suasana
aerobik atau dengan suasana lembab tetapi tidak sampai anaerobik sehingga kehadiran senyawa H2S dan senyawa sulfur
reduktif lainnya dapat dikurangi atau tidak terbentuk. Hasil penelitian ini menunjukkkan pentingnya penggunaan
mikroba starter optimal dan benar untuk memperbaiki kandungan nutrisi dan kualitas pupuk kandang.
Kata kunci: dekomposisi, emisi gas, hara tanaman, mikroba starter, pupuk organik, dekomposisi.

Abstract
Process of decomposition of organic fertilizer relies on the microbial decomposer population and requires a
condusive environment. Those two factors influence on the rate of organic material decomposition and limites the
negative impact of this organic fertilizer on the aspect of social, ethic, and health of living organism. Cow dung was
used as the material for decomposition of organic fertilizer. Two treatments were applied: with or without microbial
decomposer (microbial starter) followed by incubation in the dark condition under room temperature. The cow dung
was sampled in 0, 6, and 24 hours after microbial starter application. The cow dung pH, color, smell, water content,
and electrical conductivity were analyzed. Furthermore, microbial pathogen (Eschericia coli and Salmonella), cow
dung total nutrition (C,N,P,K,Ca,Mg,Na,S,Cd,Cr,B,Fe,Cu,Zn), and available N (NH4 dan NO3) were also determined.
Amonia emision (NH3), oxygen (O2), carbon monoxide (CO), carbon dioxide (CO2), methane (CH4), NOx, NO, and SO2
were analyzed as well. The result showed that microbial starter contained of important microbial for the process of cow
dung decomposition. Application of microbial starter in cow dung reduced E. coli dan Salmonella sp. by the length of
incubation time. Variation of nutrition, i.a. P, K, Mg, Fe, Cu, and heavy metal, i.a. Cr was found during incubation,
both in chicken and cow manure. Application of microbial starter reduced sulfur in organic matter to be SO2 without
smell, and inhibited H2S production. Decomposition by application of microbial starter should be conducted in aerob
condition to reduce H2S production. This research implied that application of microbial starter is crucially important
in improving manure nutrition and quality.
Keywords: decomposition, gas emission, plant nutrition, microbial starter, organic fertilizer, decomposition

PENDAHULUAN intesifikasi massal (INMAS) untuk petani sebagai


dampak revolusi hijau di tingkat dunia. Pada
Pertanian di Indonesia secara intensif tahun itu petani mulai dikenalkan dengan berbagai
dimulai tahun 1969 pada saat dimulainya program jenis pupuk buatan (bersifat kimiawi), obat-obatan
180 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 21, No.2

pembasmi hama-penyakit dan gulma (pestisida peran bahan mikroba starter dalam proses
dan herbisida) serta benih-benih yang berdaya pematangan kotoran ternak dan kualitas pupuk
hasil tinggi. Pemakaian kembali pupuk organik kompos, berupa kandungan nutrisi (hara makro
berkualitas kepada petani dan mengurangi dan mikro), maupun mikroba dekomposer, sifat
penggunan pupuk kimia menjadi sangat penting fisik dan kualitas pupuk organik sebelum dan
agar diperoleh peningkatan produktivitas lahan setelah perlakuan.
yang berkelanjutan.
Bahan organik tanah berada pada kondisi METODE PENELITIAN
yang dinamik sebagai akibat adanya
mikroorganisme tanah yang memanfaatkannya Analisis bahan mikroba starter (tanpa
sebagai sumber energi dan karbon (Buckman and pencampuran dengan air kapur serta vitamin B-
Brady, 1982; Schnitzer, 1989). Pupuk organik komplex) meliputi kandungan hara total (C, N, P,
mampu membantu menggemburkan struktur K, Ca, Mg, Na, S, Cd, Cr, B, Fe, Cu, Zn), dan
tanah, hara tersedia bagi tanaman, dan ramah Ntersedia (NH4 dan NO3), pH, dan DHL, serta
lingkungan. Pemberian sejumlah pupuk untuk kandungan mikroba (dekomposer), dilakukan di
mencapai tingkat ketersediaan hara esensial yang Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian
seimbang dan optimum dalam tanah bertujuan UGM dan kandungan mikroba dekomposer
untuk meningkatkan produktivitas dan mutu hasil dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas
tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan, Pertanian UGM. Dekomposisi bahan pupuk
meningkatkan kesuburan tanah yang lestari, dan organik dilakukan dengan menggunakan kotoran
menghindari pencemaran lingkungan. sapi, dengan 2 perlakuaan mikroba (tanpa dan
Anasir air, udara, mineral dan bahan organik dengan mikroba starter) dan 3 variasi waktu, yaitu
yang terkandung dalam tanah menjadikan media 0 jam (sebagai kontrol, berupa murni kotoran
tanah merupakan lingkungan kehidupan yang segar, tanpa tambahan mikroba starter), serta 6
memfasilitasi kehidupan seluruh makluk hidup, dan 24 jam setelah kotoran diperlakukan dengan
baik secara langsung maupun tidak langsung. cairan mikroba
Agus (2012) mengungkapkan bahwa siklus bahan Analisis sampel pupuk organik meliputi uji
organik dan hidrologi yang berkelanjutan laboratorium bahan pupuk yang meliputi pH,
merupakan kunci keberlanjutan lingkungan dan warna, aroma, lengas, dan DHL (daya hantar
kehidupan bagi seluruh makluk hidup di bumi ini. listrik, atau EC); uji mikroba patogen
Untuk tetap hidup, maka hewan, tanaman dan (Salmonella dan E. coli) pada pupuk; kandungan
manusia memerlukan oksigen, air dan bahan nutrisi total bahan pupuk, berupa C total dengan
organik secara kontinyu sebagai energi metode Walkey & Black, N-total dengan metode
kehidupan. Kjedahl, P-total dengan metode
Silver and Nkwiine (2007) mengatakan spektrophotometri, sedangkan K-total, Ca-total,
bahwa mikroflora dan fauna tanah berpartisipasi Mg-total, Na-total, S-total, Cd-total, Cr-total, B-
aktif dalam dekomposisi bahan organik dan total, Fe-total, Cu-total, dan Zn-total
siklus hara, sehingga secara signifikan menggunakan Atomic Absorption
mengendalikan alam dan produktivitas agro- Spektrophotometri,), dan N-tersedia (NH4 dan
ekosistem. Lindedam dkk. (2009) menunjukkan NO3) dengan metode Kjedahl (Page dkk., 1982).
hubungan positif antara keanekaragaman mikroba Pengambilan sampel masing-masing sebanyak 3
dan stres yang mengakibatkan keragaman yang ulangan, sehingga total sampel yang diuji adalah 2
lebih tinggi pada akar dan tanah subur. x 3 x 3 = 18 sampel untuk analisis nutrisi, dan 18
Pengomposan vermicomposting menggunakan sampel untuk analisis mikroba.
cacing yang dilakukan oleh Haiba dkk. (2014) Emisi gas pada dekomposisi bahan pupuk
menunjukkan bahwa konsentrasi nitrogen, fosfor organik dilakukan dengan menggunakan sampel
dan kalium meningkat selama percobaan, berat perlakuan yang sama dengan penelitian
kering kompos menurun dan nilai pH meningkat. sebelumnya selanjutnya diletakkan dalam tabung
Vermicomposting skala kecil dari kedua limbah ruang hampa (vacumed chamber) sesuai waktu
dapur rumah tangga dan lumpur limbah relatif inkubasi. Pada akhir masa inkubasi, gas yang ada
menjadi efisien. dalam tabung disedot sebanyak 100 mL, dan gas
Proses pematangan pupuk organik memakan yang diambil kemudian diinjeksikan ke dalam
waktu yang cukup lama, sementara itu pemakaian botol vakum kecil untuk dianalisis ke LPPT
pupuk organik yang belum matang sempurna akan UGM, meliputi perubahan volume gas-gas yang
memberikan dampak negatif pada aspek sosial, dihasilkan, termasuk amonia (NH3), oksigen (O2),
estetika maupun kesehatan pada manusia, hewan karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2),
dan bahkan tanaman. Penelitian ini menganalisis metana (CH4), NOx, NO, dan SO2 (Page dkk.,
Juli 2014 CAHYONO AGUS DKK.: PERAN MIKROBA STARTER 181

1982), untuk mengetahui mekanisme kerja mempersingkat waktu pengomposan dan


mikroba starter dalam penurunan bau pupuk meningkatkan kualitas pupuk organik dengan
kandang melalui kemungkinan fungsi sebagai berkurangnya aroma. Dengan demikian, pupuk
dekomposer, penjerap, atau zat organik yang distimulir oleh mikroba starter ini
pengubah/transformer. Dilakukan pengambilan dapat dijadikan alternatif pemupukan organik
sampel masing-masing sebanyak 3 ulangan, yang cepat dan berkualitas bagi petani.
sehingga total sampel yang diuji adalah 2 x 3 x 3
= 18 sampel untuk analisis nutrisi, dan 18 sampel Sifat Fisik, Komposisi Mikrobiologi, dan
untuk analisis mikroba. Kimiawi Pupuk Kandang
Nilai pH kotoran sapi sekitar 6,47 sehingga
HASIL DAN PEMBAHASAN cenderung bersifat asam lemah sampai netral
(Tabel 2). Namun dengan pemberian larutan
Komposisi Kimiawi dan Mikrobiologi Bahan mikroba starter yang bersifat basa (pH 11,7),
Mikroba Starter maka pH pupuk kompos cenderung akan naik
Komposisi kimiawi formula mikroba starter menjadi sekitar 7,32-7,76 (netral sampai agak
mengandung N dalam jumlah sedang (2,73%) dan basa) setelah 24 jam masa inkubasi. Hal ini sangat
S yang cukup tinggi (11,54%). Kandungan hara positif dan mendorong perbaikan kualitas
lainnya adalah P sebanyak 0,45%, K sebanyak lingkungan hidup sehingga aktivitas
0,3%, ammonium sebanyak 128 ppm, nitrat mikroorganisme pendekomposi akan lebih tinggi
sebanyak 16,08, Mg sebanyak 0,07%, sedangkan dan dekomposisi bahan organik diharapkan akan
kandungan unsur hara mikro seperti Cu, Fe, Mn lebih cepat.
dan Zn secara berurutan adalah sebanyak 18,86; Daya hantar listrik pupuk kompos ayam
113,57; 20,47 dan 43,49 ppm. Kandungan cenderung naik dari semula 3,85 menjadi 4,67
mikrobia pada mikroba starter cukup banyak dan setelah diperlakukan dengan mikroba starter
merupakan mikrobia yang mampu selama 24 jam. Ini berarti terjadi pelepasan
mendekomposisi bahan organik dalam pupuk kation-kation hara yang bermuatan listrik lemah,
kandang, baik yang terbuat dari kotoran ayam yang sangat bagus untuk proses pertukaran kation
maupun sapi. Kandungan jamur selulotik dalam dan hara yang dibutuhkan tanaman (Tabel 3).
mikroba starter adalah 1,0 x 102 cfu (colony Percobaan pupuk kompos sapi juga mempunyai
forming units), kandungan bakteri selulotik adalah kecenderungan yang sama untuk melepaskan
6,5 x 102 cfu, kandungan bakteri proteolitik unsur-unsur hara yang dapat dipertukarkan untuk
adalah 4,45 x 104 cfu, sedangkan kandungan kebutuhan tanaman.
actinomycetes selulotik tidak terdeteksi (Tabel 1). Nilai redoks potensial pupuk kompos
Kandungan jamur dan bakteri selulolitik ini cenderung menurun dengan adanya perlakuan
dapat merombak bahan-bahan selulolitik yang mikroba starter selama 24 jam pada seluruh
terkandung di dalam pupuk kandang, sedangkan perlakuan dan percobaan pupuk kompos ayam
bakteri proteolitik dapat merombak protein- maupun sapi. Ini berarti kondisi pupuk kompos
protein yang terkandung di dalam pupuk kandang. cenderung menjadi bersifat reduktif dengan
Hal ini menunjukkan bahwa mikrobia perlakuan pengomposan selama 6-24 jam
dekomposer selulotik cukup banyak dan tersebut. Pupuk kompos sapi cenderung bersifat
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk reduktif dibanding dengan pupuk kompos ayam.
mendegradasi kandungan selulosa dalam bahan Warna pupuk kompos cenderung semakin gelap
organik. Bakteri yang mampu mendekomposisi (dark brown) dengan perlakuan inkubasi
protein juga cukup tersedia di dalam mikroba menggunakan mikroba starter. Ini menunjukkan
starter, sehingga diharapkan mampu mempercepat bahwa proses mineralisasi dan humifikasi bahan
dekomposisi bahan organik. Tidak adanya organik berjalan cukup cepat.
actinomycetes selulotik tidak mempengaruhi Aroma menyengat pupuk kompos yang berasal
kemampuan mikroba starter dalam proses dari kotoran sapi sangat berkurang dengan
pendekomposian bahan organik. Hal ini perlakuan larutan mikroba starter. Dalam waktu
disebabkan mikrobia pendekomposisi selulotik 24 jam terjadi pengurangan aroma yang sangat
telah dapat dilakukan oleh jamur selulotik dan
bakteri selulotik. Pemberian mikroba starter Tabel 1. Kandungan mikrobia pada sampel
dalam proses dekomposisi bahan organik berupa mikroba starter
kotoran sapi dan ayam diharapkan mampu Mikrobia Jumlah (cfu)
mempercepat proses dekomposisi dan Jamur selulotik 1,0 x 102
pematangan pupuk kompos. Percepatan Bakteri selulotik 6,5 x 102
Actinomycetes selulotik Ttd
dekomposisi bahan organik ini diharapkan
Bakteri proteolitik 4,45 x 104
182 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 21, No.2

Tabel 2. Sifat fisika dan kimia pupuk organik dengan mikroba starter
Waktu pH DHL Redoks (mV) Suhu (oC) Warna Bau
pengamatan (jam)
0 6,47 2,6 76 27,0 2,5 YR 3/2 +++++
6 6,8 2,32 54 27,1 2,5 YR 3/2 ++
24 7,76 1,26 -7 27,6 2,5 YR 3/2 +

Tabel 3. Rerata jumlah E. coli dan Salmonella dalam sampel sapi


Waktu pengamatan E. coli (cfu) Salmonella (cfu)
(jam) I II III I II III
0 3,3 x105 2,03 x103 1,5 x103 2,5 x104 5,7 x102 4,85 x102
6 7,5 x104 1,95 x103 0,7 x103 3,5 x102 6,5 x10 2 x10
4
24 1,0 x10 8,4 x10 7,15 x10 1,50 x10 1,6 1,55
Catatan: cfu = colony forming unit (satuan pembentukan koloni)

drastis, dari berbau sangat menyengat (+++++) dengan lama waktu inkubasi. Pada kondisi kontrol
menjadi kurang berbau (+). Ini dapat disebabkan (0 jam), jumlah E. coli pada percobaan kompos I
gas-gas berbau yang dikeluarkan dalam proses yang terbuat dari kotoran ternak ayam adalah 1,34
pengomposan dapat ditekan dengan perlakuan x 108 cfu, menjadi 3,5 x 105 cfu setelah 24 jam
mikroba starter. masa inkubasi. Sementara itu, kandungan
Pada Tabel 3 tampak bahwa pupuk kandang Salmonella awal adalah 5,50 x 108 cfu dan
sapi setelah aplikasi mikroba starter masih menurun menjadi 1,51 x 107 cfu. Kedua jenis
mengandung E. coli dan Salmonella sp. Jumlah E mikrobia tersebut memiliki dampak yang buruk
coli dan Salmonella pada pupuk kandang ayam terhadap kesehatan jika berada di atas ambang
jauh lebih rendah daripada pupuk kandang sapi. batas dalam lingkungan. E. coli berdampak pada
Peningkatan jumlah kedua mikrobia tersebut kesehatan pencernaan mengakibatkan diare,
terlihat pada pupuk kandang sapi setelah aplikasi sedangkan Salmonella mengakibatkan penyakit
mikroba starter baik pada 6 jam maupun 24 jam. typhus. Kandungan mikrobia berbahaya pada
Di dalam proses pengomposan secara natural, kotoran sapi relatif sedikit dibandingkan pada
maka mikrobia pathogen termasuk E. coli dan kotoran ayam. Penurunan ini menunjukkan bahwa
Salmonella sp. mengalami penurunan jumlah atau mikrobia berbahaya dapat ditekan aktivitas dan
kematian akibat panas termofilik yang terjadi kuantitasnya hingga sampai pada batas yang tidak
pada saat proses pengomposan. Kandungan E. membahayakan. Keduanya juga menunjukkan
coli dan Salmonella sp. yang ada tersebut bahwa pada masa inkubasi setelah 24 jam,
menandakan bahwa proses termofilik pada kandungan mikrobia berbahaya pada pupuk
pengomposan dengan mikroba starter tidak kompos relatif sangat rendah atau sudah hilang.
mengalami fase termofilik. Dengan demikian, dampak mikrobia berbahaya
Pada proses pengomposan secara alamiah terhadap lingkungan menjadi minimal.
peningkatan suhu meningkatkan germinasi spora Ketimpangan hara (nutrient imbalances)
pathogen tetapi kemudian pathogen tersebut muncul akibat pola tanam monokultur dan
sepenuhnya akan mati bersamaan dengan pemupukan yang tidak berimbang. Pemerintah
peningkatan suhu menjadi termofilik. Pada suhu menggalakkan penggunaan pupuk berimbang
60 – 70 oC sebagian besar pathogen akan mati. dengan meningkatkan produksi pupuk NPK. Jadi
Walaupun suhu pada saat pengomposan petani tidak hanya memberikan hara N dan P,
meningkat hingga dapat membunuh kebanyakan tetapi juga sekaligus K. Penggunaan pupuk
pathogen, tetapi bagian luar pengomposan (20 cm organik, bentuk padat atau cair, telah dilaporkan
dari permukaan) akan mengalami pemanasan mampu meningkatkan hasil panen per hektar. Hal
yang cukup, sehingga pencampuran/ pembalikan ini disebabkan di dalam pupuk organik tersebut
2-3 kali tumpukan pada periode pengomposan terkandung hara yang selama ini menjadi faktor
dapat menjamin bahwa semua bagian kompos pembatas kesuburan tanah. Pupuk organik telah
telah mengalami suhu termofilik. Kompos yang menjadi kebutuhan mutlak bagi peningkatan
terdekomposisi dengan baik akan bebas patogen. produksi tanaman.
Kandungan mikrobia E. coli dan Salmonella Bahan organik sebaiknya dikomposkan lebih
sp dalam pupuk organik yang diberi larutan dahulu sebelum diaplikasikan ke dalam lahan
mikroba starter cenderung menurun seiring pertanian. Proses pengomposan dapat pula
Juli 2014 CAHYONO AGUS DKK.: PERAN MIKROBA STARTER 183

(a) (b)

(c)
(d)

Gambar 1. Kadar hara pada dekomposisi kotoran sapi. (a) C-organik, (b) N-total, (c) NH4+, (d) NO3-

dibantu atau dipercepat dengan “special starters” fisika, kimia dan biologi tanah, yang selanjutnya
atau mikrobia inokulan, yang sudah tersedia luas meningkatkan pertumbuhan dan biodiversitas
di lapangan. Jika faktor lingkungan untuk tumbuh tanaman.
mikrobia dalam inokulan tersebut dipenuhi maka Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi
mikrobia dapat tumbuh berganda diri secara pesat. penurunan kandungan C setelah aplikasi mikroba
Perubahan yang penting pada pengomposan starter pada pupuk kandang ayam, sedangkan
adalah penurunan nisbah C/N, meningkatkan pada pupuk kandang sapi penurunan tersebut
persentase hara dan ketersediaan hara serta bau tidak terjadi. Penurunan kandungan C pada segera
yang baik. Kompos yang matang mempunyai setelah aplikasi mikroba starter (0 jam) ini dapat
warna coklat hingga hitam coklat dan bau seperti disebabkan perombakan bahan-bahan organik
tanah atau berbau pengap (disebabkan oleh sehingga menjadi lebih tersedia dan dilepaskan
aktinomisetes yang merajai akhir proses dalam bentuk CO2, tetapi kemudian kandungan C
dekomposisi). Kompos yang matang dapat tidak mengalami peningkatan setelah 6 jam
disimpan dalam waktu lama tanpa terjadinya hingga 24 jam. Untuk kandungan Nitrogen (N)
perubahan biokimia yang signifikan, menjadi mengalami peningkatan setelah aplikasi mikroba
asam ataupun mengalami pemanasan kembali. starter, tetapi kemudian mengalami penurunan
Agus (2012) menyebutkan bahwa Sistem pada pupuk kandang ayam, tetapi penurunan
Pertanian Siklus-bio Terpadu (Sustainable kandungan N total tersebut tidak terjadi pada
Integrated Bio-cycle Farming System / IBFS) pupuk kandang sapi. Untuk nisbah C/N baik pada
adalah model pendekatan yang bagus untuk pupuk kandang pupuk kandang sapi mengalami
mengintegrasikan siklus bahan organik yang peningkatan sedikit dari kondisi awal sebelum
berasal dari sector pertanian maupun non aplikasi mikroba starter.
pertanian, untuk menghasilkan pangan, pakan, Perubahan kandungan ammonium dan nitrat
pakan, pupuk, energi dan sebagainya. Agus dan pada pupuk kandang ayam serupa dengan
Wulandari (2012) menyebutkan bahwa keberadan perubahan yang terjadi pada kandungan N total,
bahan organik, vegetasi pionir dan endomikorisa dengan demikian penurunan kandungan total
adaptif dapat menstimulasi pemulihan kualitas nitrogen tersebut adalah disebabkan oleh
lahan paska erupsi Merapi dengan perbaikan sifat volatilisasi nitrogen dalam bentuk ammonia
184 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 21, No.2

(Gambar 1). Kehilangan nitrogen dalam bentuk sangat kecil (<6,5 x 10-6 %), namun dengan makin
ammonia inilah yang menjadi penyebab nisbah lamanya inkubasi, maka emisi gas metana yang
C/N pupuk kandang yang meningkat lagi pada terlepas meningkat 100 kalinya setelah inkubasi 6
saat 24 jam setelah aplikasi mikroba starter. jam, dan meningkat 100.000 kalinya setelah
Nisbah C/N dapat menjadi indikator yang baik inkubasi selama 24 jam. Emisi gas metana pada
bagi kematangan kompos dari bahan selulotik kotoran ayam relatif stabil pada level 1 x 10-4%
seperti jerami padi. Perubahan-perubahan di atas atau 1 ppm. Fenomena ini berbeda dengan emisi
menunjukkan bahwa kehilangan N dalam bentuk CO2 dari kotoran sapi yang relatif stabil. Dengan
ammonia sangat menonjol pada pupuk kandang demikian, hal ini membuktikan bahwa
ayam, dibandingkan dengan pupuk kandang sapi. kebanyakan hasil dekomposisi bahan organik
Dalam keadaan anaerobik, maka proses (C6H12O6) ternyata lebih banyak berubah menjadi
perombakan menjadi tidak sempurna, karbon metana dibanding menjadi CO2. Ini berarti
dioksida kurang terbentuk dan sebaliknya, suasana perombakan bersifat lebih anaerobik
ammonia lebih banyak yang terbentuk serta daripada aerobik, Dengan demikian, proses
disertai dengan bau yang menyengat dari hidrogen perombakan sebaiknya dilakukan dalam keadaan
sulfida dan senyawa yang mengandung sulfur aerobik, yaitu dengan menghindari kelembaban
yang tereduksi. Dalam Gambar 2 terlihat yang tinggi.
penurunan yang nyata dari kandungan S organik Kandungan amoniak dalam pupuk kandang
(%) dari kondisi sebelum aplikasi mikroba strater sapi yang didekomposisikan secara alami ternyata
dibandingakan dengan setelah aplikasi hingga 6 mengandung amoniak yang lebih sedikit
jam, tetapi kemudian mendekati konstan setelah dibanding apabila didekomposisikan dengan
24 jam menggunakan Mikroba starter (Tabel 5).
Gambar 2 menunjukkan perubahan- Kandungan amoniak pada awal dekomposisi (0
perubahan kandungan hara P, kation-kation jam) pada pupuk kandang alami adalah 33 ppm,
seperti K dan Mg serta logam-logam seperti Fe, namun apabila didekomposisikan dengan
Cu, Mn, Zn dan logam berat Cr setelah aplikasi Mikroba starter maka justru mengandung 21.071
mikroba starter baik pada pupuk kandang ayam ppm. Ini semakin menguatkan dugaan bahwa
maupun pupuk kandang sapi. Kandungan P dan K volatilisasi ammonia berlangsung dalam waktu
mengalami penurunan pada pupuk kandang ayam, cepat sehingga pelepasan ammonia ini dapat
sedangkan kandungan P pada pupuk kandang sapi berlangsung dalam waktu awal aplikasi mikroba
relatif tidak berubah. Kandungan K pada pupuk starter. Setelah dekomposisi berlangsung 6 jam,
kandang sapi mengalami peningkatan setelah maka kandungan amoniak kontrol justru naik
aplikasi mikroba starter sampai pada 24 jam menjadi 292 ppm, sedang yang diberi Mikroba
setelah aplikasi. Pada Gambar 2 terlihat bahwa starter dapat menurun drastis menjadi 406 ppm.
kation-kation seperti Mg, Fe dan Cu mengalami Namun demikian, pada inkubasi selama 24 jam,
peningkatan pada pupuk kandang ayam setelah kandungan amoniak pada kontrol dan perlakuan
aplikasi mikroba starter, tetapi kemudian dengan Mikroba starter dapat naik lagi. Dengan
kandungan tersebut relatif tetap dari 6 jam hingga demikian, karena kandungan amoniak relatif
24 jam setelah aplikasi. Pada pupuk kandang sapi, bersifat meracun dan tidak mudah dimanfaatkan
kandungan-kandungan Mg, Fe, dan Cu relatif oleh tanaman, maka penggunaan Mikroba starter
tidak berubah hingga mengalami penurunan pada justru telah menaikkan kadar meracun dan bau
24 jam setelah aplikasi. Kandungan Zn dan Mn menyengat yang ditimbulkan oleh amoniak pada
menurun baik pada pupuk kandang ayam maupun pupuk kandang sapi. Kadar gas meracun dan bau
sapi, sedangkan kandungan logam berat Cr menyengat yang ditimbulkan oleh ammonia pada
mengalami penurunan baik pada pupuk kandang pupuk kandang ayam ternyata jauh lebih tinggi,
ayam maupun pupuk kandang sapi dari kondisi namun penggunaan mikroba starter telah mampu
awal sampai 24 jam setelah aplikasi mikroba menurunkannya.
starter. Emisi O2 yang berasal dari dekomposisi awal
pupuk kandang relatif sama pada kadar sekitar
Emisi Gas (Berbau dan Beracun) 20%, baik yang berasal dari kotoran ayam
Perilaku emisi gas metana (CH4) yang berasal maupun sapi (Tabel 5). Inkubasi selama 24 jam
dari kotoran sapi ternyata jauh berbeda dengan telah mengakibatkan penurunan drastis kadar O2
emisi gas metana yang .berasal dari kotoran ayam yang tertangkap pada kotak respirasi menjadi
(Tabel 4). Emisi gas metana pada inkubasi hanya sekitar 4-5%. Hal ini terjadi karena jumlah
kotoran sapi ternyata meningkat drastis dengan emisi gas lain (terutama CO2 yang berasal dari
masa inkubasi Pada awal inkubasi kotoran sapi, dekomposisi bahan organik) ternyata meningkat
jumlah emisi metana yang terlepas ke udara cukup tajam, sehingga menurunkan kadar O2.
Juli 2014 CAHYONO AGUS DKK.: PERAN MIKROBA STARTER 185

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 2. Kadar hara total pada dekomposisi kotoran sapi. (a) P-total, (b) K-total, (c) Ca-total, (d) Mg-
total, (e) S-total, dan (f) Fe-total

Tabel 4. Emisi gas metana (CH4, %) dari pupuk kandang sapi yang diinkubasikan dengan perlakuan
mikroba starter
Waktu penga- Mikroba starter (%)
matan (jam) 1 2 3 Rerata
0 <6,5 X 10-6 <6,5 X 10-6 <6,5 X 10-6 <6,5 X 10-6
6 1,3 X 10-3 5,1 X 10-4 5,9 X 10-4 8 X 10-4
-2 -2 -2
24 28 X 10 4 X 10 21 X 10 29 X 10-2
Tabel 5. Emisi gas amoniak, O2, CO dan CO2 dari pupuk kandang sapi yang diinkubasikan dengan
perlakuan mikroba starter
Waktu penga- Amoniak O2 (%) CO (ppm) CO2 (%)
matan (jam) Kontrol Starter Kontrol Starter Kontrol Starter Kontrol Starter
0 33,69 21071,25 20,8 20,8 0 0 0 0
6 292,15 406,72 19,9 20,1 2,5 1,5 0,4 0,5
24 481,92 561,76 15,1 4,9 1,5 25 3,1 9,1
186 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 21, No.2

Perlakuan pemberian mikroba starter tidak Emisi gas NO tidak terdeteksi dalam
mempengaruhi jumlah emisi O2 yang berasal dari dekomposisi pupuk kandang yang berasal dari
inkubasi pupuk kandang tersebut, baik pada kotoran kotoran ayam maupun sapi, baik diberi maupun
ayam maupun sapi. Kadar O2 yang menurun drastis yang tidak diberi mikroba starter (Tabel 6). Gas
ini mengakibatkan kondisi lingkungan tersebut mempunyai efek meracun dan cukup berbahaya,
menjadi kurang baik untuk respirasi dan sehingga dengan tidak adanya emisi gas NO ini,
pertumbuhan maupun aktivitas mikroorganisme. maka dekomposisi bahan organik ini tidak
Gas oksigen ini sangat diperlukan bagi seluruh berbahaya bagi lingkungan juga. Emisi gas NOx
makluk hidup untuk proses kehidupan melalui yang berasal dari kotoran sapi dan ayam sedikit
respirasi. meningkat setelah masa inkubasi 24 jam (Tabel 6).
Emisi gas CO yang berasal dari kotoran sapi Perlakuan dengan pemberian mikroba starter,
relatif tidak berubah dengan perlakuan mikroba ternyata dapat menghilangkan emisi gas NOx
starter sampai inkubasi selama 6 jam (Tabel 5). setelah inkubasi 24 jam menjadi tetap 0 ppm,
Namun, pada inkubasi setelah 24 jam, ternyata dibandingkan dengan kontrol yang telah
emisi gas CO meningkat menjadi 25 ppm. Jumlah mengakibatkan emisi NOx sebesar 0,5 - 0,7 ppm.
emisi ini masih lebih sedikit dibandingkan dengan Gas NOx ini juga bersifat meracun dan berbahaya
emisi CO yang berasal dari kotoran ayam. Jumlah bagi kesehatan dan lingkungan. Pemakaian
emisi CO yang berbeda ini berkaitan dengan mikroba starter ternyata telah mampu
kecepatan dekomposisi bahan organik yang berasal menghilangkan emisi gas NOx sehingga tidak
dari kotoran sapi dan ayam. Hal ini dapat terlepas ke udara.
disebabkan oleh perbedaan jenis makanan kedua Perilaku emisi gas nitrit (NO2) relatif sama
ternak tersebut sehingga mempengaruhi kualitas dengan perilaku emisi NOx. Emisi gas NO2 yang
bahan organik kotoran yang didekomposisikan berasal dari kotoran sapi dan ayam sedikit
menjadi pupuk organik ini. meningkat setelah masa inkubasi 24 jam (Tabel 6).
Emisi gas CO2 yang berasal dari hasil Perlakuan dengan pemberian mikroba starter,
dekomposisi kotoran sapi dan ayam relatif tidak ternyata dapat menghilangkan emisi gas NOx
berbeda. Perlakuan dengan mikroba starter juga setelah inkubasi 24 jam menjadi tetap 0 ppm,
relatif tidak mempengaruhi jumlah gas CO2 yang dibandingkan dengan kontrol yang telah
teremisikan ke udara. Pada awal dekomposisi mengakibatkan emisi NOx sebesar 0,5-0,7 ppm.
pupuk kandang (0 jam) relatif tidak terdapat emisi Gas NO2 ini juga bersifat meracun dan berbahaya
CO2, baik pada kotoran sapi maupun ayam, baik bagi kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian
dengan ataupun tanpa pemberian mikroba starter pemakaian mikroba starter ternyata telah mampu
(Tabel 5). Selanjutnya, dengan inkubasi selama 6 menghilangkan emisi gas NOx sehingga tidak
jam, maka terjadi peningkatan emisi CO2 dari terlepas ke udara.
kotoran sapi dan ayam, disebabkan karena adanya Pemberian perlakuan mikroba starter terhadap
peningkatan laju dekomposisi bahan organik. kotoran ayam ternyata telah mengakibatkan
Demikian juga pada perlakuan mikroba starter peningkatan laju emisi SO2 yang sangat drastis,
pada ayam setelah inkubasi 24 jam. Hanya saja, sedangkan pada kotoran sapi h anya meningkat
pemberian mikroba starter pada inkubasi kotoran sedikit (Tabel 6). Pada awal dekomposisi (inkubasi
sapi selama 24 telah sedikit meningkatkan emisi 0 jam), jumlah emisi SO2 relatif tidak ada (0 ppm),
CO2. Gas CO2 yang terbebas ke udara ini dapat namun dengan makin lamanya waktu inkubasi
berasal dari hasil pelepasan bahan organik maka jumlah emisi SO2 meningkat. Dekomposisi
(C6H12O6) maupun hasil respirasi mikoorganisme kotoran ayam tanpa pemberian mikroba starter
tanah. Dengan demikian, peningkatan emisis CO2 hanya meningkatkan emisi SO2 menjadi sekitar 2-3
ke udara dapat dijadikan indikasi peningkatan ppm saja. Namun dengan perlakuan pemberian
aktivitas mikroorganisme dan laju dekomposisi mikroba starter telah meningkatkan emisi S02
bahan organik yang berasal dari kotoran sapi dan menjadi 25 ppm setelah 6 jam, dan meningkat
ayam tersebut. drastis lagi menjadi 1000 ppm setelah inkubasi
selama 24 jam.
Tabel 6. Emisi gas NO, NOx, dan SO2 dari pupuk kandang sapi yang diinkubasikan dengan
perlakuan mikroba starter
Waktu NO (ppm) NOx (ppm) SO2 (ppm)
pengamatan (jam) Kontrol Starter Kontrol Starter Kontrol Starter
0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0.5 0.5 1 3.5
Juli 2014 CAHYONO AGUS DKK.: PERAN MIKROBA STARTER 187

Diperkirakan, dengan perlakuan mikroba starter sebaiknya diupayakan dalam suasan aerobik
starter ini, bagian senyawa sulfur dari bahan atau dengan suasana lembab tetapi tidak sampai
organik banyak yang terombak menjadi gas SO2 anaerobik sehingga kehadiran senyawa H2S dan
yang relatif tidak berbau, dan sebaliknya H2S serta senyawa sulfur reduktif lainnya dapat dikurangi
senyawa reduktif sulfida lainnya menjadi terhambat atau tidak terbentuk.
pembentukannya. Hal ini nampaknya juga dapat
menjelaskan kenapa bau menyengat dari kotoran UCAPAN TERIMA KASIH
ayam yang diberi perlakuan mikroba starter dapat
dikurangi dengan cepat. Perombakan dengan Penulis mengucapkan terima kasih yang
mikroba starter sebaiknya diupayakan dalam sebesar-besarnya KPWN Jakarta dan LPPM UGM
suasana aerobik atau dengan suasana lembab tetapi Yogyakarta atas pembiayaaan penelitian dan
tidak sampai anaerobik sehingga kehadiran publikasi karya ilmiah ini. Kepada penelaah karya
senyawa H2S dan senyawa sulfur reduktif lainnya ilmiah ini juga disampaikan penghargaan yang
dapat dikurangi atau tidak terbentuk. Namun mendalam atas segala koreksi, komentar, saran-
demikian, perlu pengujian langsung terhadap emisi saran dan masukannya.
gas H2S yang bersifat berbau dan meracun.
Emisi gas SO2 yang berasal dari hasil DAFTAR PUSTAKA
dekomposisi pupuk kandang yang terbuat dari
kotoran sapi, ternyata jauh lebih sedikit dibanding Agus, C. 2012. Pengelolaan Bahan Organik: Peran
dengan yang keluar dari hasil dekomposisi kotoran dalam Kehidupan dan Lingkungan. KP4 dan
ayam. Perlakuan pemberian mikroba starter BPFE Press. Yogyakarta. 230 hal.
nampaknya juga telah meningkatkan jumlah gas Agus, C., dan Wulandari, D. 2012. The Abundance
SO2 yang keluar dari pupuk kandang sapi of Pioneer Vegetation and Their Interaction
dibandingkan dengan kontrolnya, walaupun tidak with Endomycorrhizae at Different Land
terlihat perbedaan yang nyata. Qualities after Merapi Eruption. JMHT 18(3):
145-154.
KESIMPULAN Buckman, H. O. and N. C. Brady. 1982. The
Natural and Properties of Soils. The
Mikroba starter mengandung mikrobia unsur Macmillan Company. New York.
hara yang sangat diperlukan dalam proses Haiba, E., Ivask, M., Olle, L., Peda, J., dan Kuu, A.
dekomposisi bahan organik. Pupuk kandang sapi 2014. Transformation of Nutrients and
setelah aplikasi mikroba starter masih mengandung Organic Matter in Vermicomposting of
Eschericia coli dan Salmonella sp. Jumlah E. coli Sewage Sludge and Kitchen Wastes. Journal
dan Salmonella sp namun cenderung menurun of Agricultural Science 6(2) : 114-118.
seiring dengan lama waktu inkubasi. Terjadi Lindedam, J., Magid, J., Poulsen, P. dan J. Luxhoi.
dinamika kandungan unsur-unsur hara seperti P, K, 2009. Tissue architecture and soil fertility
Mg, Fe dan Cu serta logam berat Cr selama proses controls on decomposer communities and
inkubasi baik pada pupuk kandang ayam maupun decomposition of roots. Soil Biology and
sapi. Biochemistry. 41(6): 1040–1049.
Bau menyengat yang terjadi pada pupuk Page, A.L., Miller, R.H. dan Keeney, D.R. (Eds).
kandang sapi terjadi sebagai akibat suasana 1982. Methods of soil analysis. Part 2:
perombakan yang cenderung anaerob sehingga Chemical and Microbiological Properties.
proses perombakan menjadi tidak sempurna, Second edition. Am. Soc. of Agronomi, Inc.
karbon dioksida (CO2) kurang terbentuk dan and Soil Sc. Soc. of Am. Madison. pp. 1043-
sebaliknya, ammonia (NH3) lebih banyak terbentuk 1069
disertai dengan bau yang menyengat dari hidrogen Schnitzer, M. 1989. Humic Substances: Chemistry
sulfida (H2S) dan senyawa yang mengandung sulfur and Reactions. In M. Schnitzer and S.U.
yang tereduksi. Dengan perlakuan mikroba starter, Khan. 1989. Developments in Soil Science 8:
bagian senyawa sulfur dari bahan organik banyak Soil Organic Matter Fourth edition. Elsevier
yang terombak menjadi gas SO2 yang relatif tidak Sci. Pub. Co. Amsterdam. 310 pp.
berbau, dan sebaliknya H2S serta senyawa reduktif Silver, M. C. R. dan C. Nkwiine. 2007. A review of
sulfida lainnya menjadi terhambat studies on decomposer microbiota in Uganda.
pembentukannya. Perombakan dengan mikroba African Journal of Ecology,.45(2): 36–44

Anda mungkin juga menyukai