A. DEFINISI
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di
bagian depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka
atau clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan
lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan perlindungan kepada
penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf.
Fraktur adalah suatu perpatahan pada kontinuitas struktur tulang.
Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu retakan atau perimpilan korteks,
biasanya patahan tersebut lengkap dan fragmen tulangnya bergeser. Jika kulit
diatasnya masih utuh, disebut fraktur tertutup sedangkan jika salah satu dari
rongga tubuh tertembus disebut fraktur terbuka (Apley, 2010).
Fraktur Clavikula, yaitu putusnya hubungan tulang clavicula yang
disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan
berputar / tertarik keluar( outstretched hand), dimana trauma dilanjutkan dari
pergelangan tangan sampai clavicula, trauma ini dapat menyebabkan fraktur
clavicula(Helmi,2012).
Fraktur 1/3 medial clavicula yaitu fraktur yang terjadi pada
sepertiga bagian medial bahu. Fraktur 1/3 lateral clavicula yaitu fraktur yang
terjadi pada sepertiga bagian lateral bahu. Fraktur 1/3 mid clavicula yaitu
fraktur yang terjadi pada sepertiga bagian tengah bahu.Fraktur Clavicula
dekstra 1/3 lateral yaitu putusnya hubungan tulang clavicula pada sepertiga
bagian lateral bahu kanan
B. ETIOLOGI
Penyebab utama/ primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena
kecelakaan kendaran bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa
langsung/ tidak langsung (kontraksi otot, fleksi berlebihan). Fraktur klavikula
dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang tertarik berlebihan,
jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar fraktur klavikula
sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi yang
komplit, walaupun tidak umum, mungkin menggunakan ORIF.
Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar
(outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya
karena trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah
hasil dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula
termasuk kasus yang paling sering dijumpai. Pada anak - anak sekitar 10 –
16% dari semua kejadian patah tulang, sedangkan pada orang dewasa sekitar
2,6 – 5 %.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol malalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi.
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr.
FL Allman tahun 1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang
D. MANIFESTASI KLINIS
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan,
memar, atau benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat
menyodok melalui kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa
lemah, mati rasa, dan kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan
terasa susah. Pasien mungkin perlu untuk membantu pergerakan lengan
dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin
menggerakan. (Medianers, 2011)
E. PATOFISIOLOGI
Klavikula adalah tulang pertama yang mengalami proses
pengerasan selama perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Tulang
klavikula, tulang humerus bagian proksimal dan tulang skapula bersama-sama
membentuk bahu. Tulang klavikula juga membentuk hubungan antara
anggota badan atas dan Thorax. Tulang ini membantu mengangkat bahu ke
atas, ke luar, dan ke belakang thorax. Pada bagian proksimal tulang clavikula
bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC)
F. KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus
brakhialis, cedera vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan
malunion (penyimpangan penyatuan). Malunion merupakan masalah
kosmetik bila pasien memakai baju dengan leher rendah.
Komplikasi akut:
a. Cedera pembuluh darah
b. Pneumouthorax
c. Haemothorax
Komplikasi lambat :
a. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam
waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
b. Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan/Terapi
Melakukan dengan cara terapi :
a. Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien
juga mungkin perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat
luka robek di kulit.
b. Sling atau selempang ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan
untuk mencegah klavikula patah dari kerusakan lebih lanjut. Sling di
ikatkan di lengan dan digantungkan ke leher untuk kenyamanan dan
keamanan.
c. Terapi pendukung Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang
patah untuk mengurangi pembengkakan, nyeri, dan kemerahan.
Latihan yang meningkatkan jangkauan gerak dapat dilakukan setelah
rasa sakit berkurang. Hal ini membantu untuk membawa kembali
kekuatan dan kekuatan bahu dan lengan.
2. Pembedahan
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan
tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau
konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya
konservatif tanpa reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi
tidak diperlukan, apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula
jarang menyebabkan gangguan pada bahu, baik fungsi maupun
keuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara kosmetik mengganggu
meskipun lama-kelamaan akan hilang dengan proses pemugaran. yang
penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi dari pada
tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dan tangan pada hari
pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut
a. Fraktur terbuka.
b. Terdapat cedera neurovaskuler.
c. Fraktur comminuted.
d. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
e. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
f. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion).
3. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang
menderita fraktur tersebut dapat kembali normal. Menurut kumar (1997),
prinsip dasar penanganan fraktur adalah aposisi dan immobilisasi serta
perawatan setelah operasi yang baik. Pertimbangan-pertimbangan awal
saat menangani kasus fraktur adalah menyelamatkan jiwa penderita yang
kemungkinan disebabkan oleh banyaknya cairan tubuh yang keluar dan
kejadian shock, kemudian baru menormalkan kembali fungsi jaringan
yang mengalami kerusakan.
H. PENGKAJIAN KEPERAWARAN
1. WAWANCARA
a. Keluhan utama: pasien fraktur sering mengeluh nyeri hebat akibat
laserasi jaringan. Selain itu jika terjadi perdarahan hebat maka pasien
mengeluh lamas atau tidak ada tenaga.
b. Riwayat Sekarang dan atau Dahulu: Kondisi pasien, apakah pasien
menderita DM, penyakit jantung, PPOM, infeksi yang
mempengaruhi proses penyembuhan luka fraktur atau resiko terkena
osteomielitis. Tanyakan pula sudah berapa lama pasien mengalami
ketidakmampuan bergerak, kelainan genetika dan deformitas tulang,
riwayat pengobatan yang sedang dijalani, riwayat alergi, penggunaan
alcohol dan obat-obatan terlarang, riwayat nyeri, karena trauma pada
otot, tulang, atau jaringan ikat. Yang perlu dikaji dari nyeri adalah
karakteristik nyeri, area nyeri (lokalisir atau menyebar), faktor
predisposisi dan presipitasi terjadinya nyeri, bagaimana pengaruh
nyeri terhadap postur pasien atau apakah nyeri mengubah cara
berjalan pasien. Kemampuan pergerakan, rentang gerak normal dan
abnormal perlu dikaji untuk mengetahui keterbatasan pergerakan,
seperti pasien paska stroke atau fraktur, atau luka bakar. Gangguan
sensasi mungkin terjadi pada pasien dengan riwayat stroke atau
diabetes melitus. Perlu dikaji kemampuan pasien merasakan sensasi.
c. Riwayat keluarga: yaitu riwayat penyakit keluarga yang
mempengaruhi kondisi pasien saat ini, seperti riwayat penyakit
vaskular yang beresiko diturunkan secara genetik dan berpengaruh
dalam proses penyembuhan luka. Atau penyakit degeneratif lain
yang mempengaruhi kondisi genetik pasien terutama dalam proses
penyembuhan luka.
2. PEMERIKSAAN FISIK FOKUS (Musculoskeletal)
a. Postur
Posisi normal tulang belakang menjaga postur manusia berada pada
porsi yang tepat. Deformitas tulang belakang akan merubah tampilan
postur tersebut, seperti adanya kiposis, lordosis, atau skoliosis.
Kelainan postur ini akan mempengaruhi fungsional pergerakan
seseorang. Pemeriksaan postur bisa dikaji dengan pemeriksaan
Romberg. Minta pasien berdiri tegak dengan membuka mata.
Kemudian minta pasien memejamkan mata. Jika ada gangguan
keseimbangan postur pasien akan berubah condong ke kanan atau ke
kiri.
b. Gaya Berjalan
Gaya berjalan pasien perlu dikaji dan dikaitkan dengan kelainan
fungsional atau struktur tulang. Keterbatasan pergerakan dapat
terjadi pada pasien dengan kelainan sambungan tulang (joint).
Panjang yang tidak sama pada ekstremitas bawah juga akan
mempengaruhi gaya berjalan. Kelainan neurologi juga akan merubah
gaya berjalan, seperti gaya berjalan hemiparesis karena stroke atau
pada gaya berjalan steppage (gangguan LMN) dan gaya berjalan
shuffling pada penderita Parkinson’s.
c. Integritas Tulang
Kaji terhadap deformitas dan sikap tubuh (alignment). Bandingkan
dengan pasangan bagian yang berseberangan. Pemendekan
ekstremitas dan amputasi akan mempengaruhi panjang tulang atau
kelengkapan anggota gerak. Fraktur akan mengakibatkan terjadinya
angulasi abnormal dari tulang panjang dan sambungan tulang, selain
terdengar krepitasi pada patahan tulang.
d. Persendian
Kaji ROM atau rentang gerak normal, deformitas, stabilitas, dan
pembentukan modular. Penilaian ROM dilihat pergerakannya secara
aktif maupun pasif. Untuk menilai lebih lanjut ROM diperlukan
Goniometri. Keterbatasan ROM dapat terjadi pada pasien yang
mengalami deformitas skeletal, patologi sambungan atau kontraktur
otot, tendon, dan kapsul sambungan. Pada pasien osteoartritis
(penyakit degenerasi sambungan) mungkin akan terjadi penurunan
kemampuan melakukan ADL. Jika pergerakan pada sambungan
menimbulkan nyeri, mungkin terjadi efusi (peningkatan cairan dalam
kapsul sambungan), pembengkakan, dan peningkatan suhu tubuh
yang merefleksikan adanya inflamasi. Kontraktur juga dapat
mengakibatkan kelainan sambungan.
g. Integritas Kulit
Inspeksi adanya edema, suhu, dan warna kulit. Palpasi kulit
mengungkapkan adanya area yang lebih hangat yang menunjukkan
perfusi atau infeksi, teraba dingin (indikasi penurunan perfusi) dan
saat terjadi edema.
Kemerahan, perubahan warna kulit, dan adanya data penurunan
sirkulasi atau infeksi dapat mempengaruhi manajemen keperawatan
pasien dengan kondisi muskuloskeletal.
h. Status Neurovaskular
Perawat perlu mengkaji kelainan sistem neurovaskular pasien
(terutama pada pasien yang mengalami fraktur) karena adanya
kemungkinan pasien mengalami kerusakan jaringan dan persarafan.
Pada pasien fraktur komplikasi utama yang harus diperhtaikan
adalah resiko terjadinya sindrom kompartemen, yang terjadi karena
peningkatan tekanan kompartemen otot karena berkurangnya
sirkulasi ke area yang tertekan tersebut, mengakibatkan anoksia dan
nekrosis dari saraf dan otot pada area tersebut. Hal lain yang dapat
dikaji adalah refleks fisiologis setelah terjadinya injuri.
I. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Klien mengatakan Kondisi patologis Nyeri akut
(osteoporosis,neoplasma),
nyeri di daerah bahu
trauma langsung dan tidak
DO :
langsung
- Dilatasi pupil ↓
- Mengekspresikan FRAKTUR
prilaku merengek ↓
- Sikap melindungi area Cedera pada sel
nyeri ↓
- Deformitas pada Degenerasi sel mast
daerah trauma ↓
- Perubahan TD Pelepasan mediator kimia
(bradikini,serotonin dan
histamine)
↓
Menstimulasi reseptor
nyeri di hepothalamus
↓
Stimulasi di korteks
serebri
↓
Nyeri dipersepsikan
↓
Nyeri
↓
Nyeri akut
2. DS : klien mengatakan FRAKTUR Hambatan mobilitas
kesulitan membolak- ↓ fisik
balikan posisi Cedera pada sel
DO : ↓
- Keterbatasan Trapi restrictif
kemampuan ↓
melakukan Hambatan mobilitas
keterampilan motorik Fisik
kasar
- Keterbatasan rentang
pergerakan sendi
- Tremor akibat
pergerakan
pergerakan lambat
- Ketidaksetabilan
postur
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal , penurunan kekuatan otot, kerusakan integritas struktur
tulang dan program pembatasan gerak.
K. PATOFLOW
Kondisi patologis, Trauma langsung/tidak langsung
osteoporosis,neoplasma
↓
Absorbs calcium ↓
↓
Rentan fraktur FRAKTUR
↓
Cedera pada sel
DISUSUN OLEH :
NAMA : IRLAMUDDIN
NIM : SDK161014
CI LAHAN CI INSTITUSI
DISUSUN OLEH :
NAMA : IRLAMUDDIN
NIM : SDK161014
CI LAHAN CI INSTITUSI