Anda di halaman 1dari 13

Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Pada Gedung Pasar Tradisional

Beringharjo Yogyakarta
Evaluation Of Fire Protection Systems in Beringharjo Traditional Market Buildings
Putra Utomo, M. Heri Zulfiar
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstrak. Pasar tradisional adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli secara langsung dan
biasanya ditandai pula dengan proses tawar-menawar. Berdasarkan fakta terdapat sumber utama
penyebab kebakaran, yaitu sambungan arus listrik, penggunaaan tabung gas, hingga matrial mudah
terbakar lainya. Penelitian didasarkan Peraturan Daerah Noomor 11 Tahun 2005 tentang pemeriksaan
keselamatan kebakaran Bangunan Gedung. Pada Gedung Pasar Tradisional Beringharjo Yogyakarta
memiliki kelengkapan tapak dalam kategori “Baik”, keandalan sarana penyelamat dalam kategori
“Kurang”, keandalan sistem proteksi aktif dalam kategori “Kurang”, dan keandalan sistem proteksi pasif
dalam kategori “Baik” sehingga Hasil penelitian secara menyeluruh Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran
pada Gedung Pasar Tradisional Beringharjo Yogyakarta 79,14%, nilai KSKB 60%≤NKSKB≥80% adalah
“Cukup”.
Kata kunci : bangunan gedung, pasar tradisional, sistem proteksi, kebakaran.
Abstract. Traditional markets are places where buyers and sellers meet directly and usually characterized
by bargaining. Based on the facts there are main sources causing the fire, connection of electricity, the use
of gas cylinders, and other combustible materials. The research is based on Regional Regulation No.11 of
2005 regarding fire safety inspections of building. in the beringharjo traditional market building
Yogyakarta has a complete site in the "good" category, reliability of rescue facilities in the "less"
category, and so reliability of active protection systems, but reliability of pasive protection systems in the
“good” category so that the results of the study thoroughly the maintenance and improvement evaluation
of the fire protection system in the beringharjo traditional market building Yogyakarta is 79,14%, KSKB
60% <NKSKB>80% is “fair”.
Keywords: building, traditional market, protection systems, fire.

1. Pendahuluan memiliki presentasi pemenuhan kreteria


sebesar 80,88% dari kreteria yang telah
Pasar tradisional adalah tempat
ditentukan. Hal tersebut menunjukan bahwa
bertemunya antara penjual dan pembeli secara
komponen sarana penyelamatan kebakaran
langsung dan biasanya ditandai pula dengan
pada gedung lawang sewu dalam kondisi baik.
proses tawar-menawar, selain itu pasar
Namun ada kreteria yang tidak emenuhi
tradisional terdiri dari kios-kios atau gerai dan
standar keamanan kebakaran sebesar 19,12%
dasaran terbuka yang di buka oleh pemilik
yaitu kreteria menyangkut konstruksi dan
kios atau pengelola pasar. Kebanyakan pasar
desain bangunan yang memiliki matrial dan
tradisional menjual kebutuhan pokok
desain kurang memperhatikan faktor keaman
masyarakat sekitar seperti bahan-bahan
jika terjadi kebakaran.
makanan berupa, beras, sayur-sayuran, telur,
daging, ikan, pakaian barang elektronik, jasa Glorius dan Panjaitan (2013) meneliti
dan lain-lain. Pasar tradisional seperti ini masi tentang sistem proteksi pasif, mengembangkan
banyak terdapat di Indonesia, dan biasanya team rescuerer, dan memproduksi sarana
terletak di kawasan dekat dengan lingkungan penyelamatan manusia. Pada desain baru
pemukiman hal ini agar memudahkan pembali respon sistem proteksi yang di produksi,
untuk mencapai pasar. perusahaan ini menambahkan sistem proteksi
Hidayat dkk. (2017) meneliti komponen aktif, alaram pendeteksi kebakaran, pendektesi
asap, serta perusahaan tersebut juga mengikuti
sarana penyelamatan, nilai total kondisi
peraturan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
sebesar 20,22% dari skala penilaian 25%, atau
1
Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980, hunian atau tempat tinggal, dan/atau kegiatan
Perusahaan ini membentuk tim khusus, rute keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,
evakuasi, dan tim penyelamat. kegiatan budaya, maupun kegiatan khusus
lainya.
Berdasarkan Peraturan Menteri
Pemekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008 Bangunan Perdagangan
tentang persyaratan teknis sistem proteksi yang dimaksub bangunan perdagangan
kebakaran pada bangunan gedung dan adalah bangunan toko atau bangunan lainya
lingkunan hudup. Peraturan ini mengatur yang di peruntukan untuk kegiatan jual beli
tentang semua aspek keamanan, kesleamatan atau perniagaan baik secara eceran atau
dan penangulangan pencana pada bangunan pelayanan kebutuhan langsung terhadap
gedung dan lingkungan yang ditimbulkan oleh masyarakat, (Peraturan Mentri Pekerjaan
kebaran. Salah satu peraturan yang digunakan Umum Nomor 26 Tahun 2008) termasuk:
dalam melakukan pemeriksaan keselamatan
kebakaran bagunan gedung ini adalah a. Ruang makan, kafe, restoran; atau
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005. b. Ruang makan malam, bar, toko, atau
sebagai bagian dari hotel dan motel; atau
Berikut rumusan masalah dalam penelitian c. Tempat potong rambut/salon, tempat cuci
ini yaitu Bagaimana menemukan pencegahan umu; atau
yang efektif menghindari dan meninimalisir d. Pasar, ruang penjualan, ruang pamer, atau
terjadinya kebakaran serta mencegah tjatuhnya bengkel.
korban jiwa pada Gedung Pasar Tradisional
Beringharjo Yogyakarta. Pasar Tradisional
Tujuan penelitian ini adalah untuk Pasar tradisional adalah pasar yang
mengetahui keandalan sistem kelengkapan dibangun dan dikelolah oleh pemerintah, baik
tapak, sarana penyelamat, sistem proteksi pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik
aktif, dan sistem proteksi pasif pada Gedung Negara dan badan usaha milik daerah
Pasar Tradisional Beringharjo Yogyakarta. termasuk kerjasama dengan pihak swasta
Dan mengetahui tingkat keandalan Perawatan dengan tempat usaha berupa pertokoan, kios-
dan Perbaikan Sistem Proteksi Kebakaran kios, los dan tenda yang dimiliki oleh
Pada Gedung Tradisional Beringharjo pedagang kecil, menengah, swadaya
Yogyakarta. masyarakat atau koprasi dengan usaha sekala
Diharapkan adanya penelitian ini dapat kecil, modal kecil dan proses penjualan
memberikan manfaat terhadap pemerintah dengan metode tawar-menawar (peraturan
terkait ,yang bertangungjawab mengelola Presiden Republik Indonesia Nomor 112
pasar-pasar tradisional di seluruh tanah air. Tahun 2007).
Khususnya pemerintah kota Yogyakarta
karena studi kasus yang dilaksakan adalah Kebakaran
gedung pasar tradisional Bringharjo. Berdasarkan Ramli S. (2010), kebakaran
adalah api yang perambatanya tidak terkendali,
2. Landasan Teori atau dalam kata lain diluar kemampuan dan
Bangunan Gedung kendali manusia. Adapun menurut NFPA
(Aational Fire Protectioan Association)
Pengertian bangunan gedung menurut kebakaran adalah peristiwa oksidai antara 3
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 buah unsur utama pembentuk api yaitu bahan
Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis yang dapat terbakar seperti oksigen di udara.
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan adalah pekerjaan Api dapat terbentuk melalui proses
konstruksi bangunan yang menyatu dengan kimiawi antara uap bahan bakar dengan
tempat kedudukannya, sebagaian atau oksigen di udara dan bantuan panas udara.
seluruhnya yang berada diatas atau didalam Teori ini dikenal dengan segitiga api atau (Fire
tanah serta air, yang berfungsi sebagai tempat Triangle). Menurut teori tersebut kebekaran
manusia melakukan aktifitas kegiatan, baik
2
dapat terbentuk karena adanya 3 faktor unsur tidak akan terjadi. Namun masi ada unsur
api, ayitu : keempat yang tidak kalah penting yaitu reaksi
1. bahan bakar (Fuel). berantai, karena tanpa adanya reaksi
2. sumber panas (Heat). pembakaran maka dapat dipastikan api tidak
3. oksigen akan dapat hidup terus-menerus.
Klasifikasi NFPA
NFPA (National Fire Protection
Association) adalah sebuah lembaga swasta
resmi yang bergerak dibidang
penangulangan bahaya kebakaran yang
Gambar 2.1 fire triangle berpusat di Amerika Serikat. Adapun
Gambar 2.1 menunjukan putaran atau klasifikasi atau kelas kebakaran menurut
kaitanya ketiga unsur utama pembentuk NFPA seperti tertulis pada tabel 2.1.
terjadinya api atau kebakaran. Kebakaran
dapat terjadi jika ketiga unsur utama
pembentuk tersebut saling bereaksi satu sama
lainya, tanpa adanya salah satu dari
ketiga unsur tersebut maka api atau kebekaran
Tabel 2.1 Klasifikasi Kebakaran Menurut NFPA

Kelas Jenis Contoh


Kelas A Bahan padat Kebakaran dengan bahan bakar padat
(kayu, kain, tertas) biasa (ordinary).
Kelas B Bahan cair Kebakaran dengan bahan bakar cair atau
(minyak tanah, gas elpiji, bensin) yang sejenis (flammable liquids).
Kelas C Lesitrik Kebakaran listrik (engized electrical
equipment).
Kelas D Bahan logom Magnesium, potassium, titanium.

Sumber : NFPA ( 2013)


Klasifikasi Indonesia
14 april 1980 yang berisi tentang syarat-
Adapun klasifikasi untuk kelas syarat pemasangan dan pemeliharaan alat
kebakaran yang ada di Indonesia telah diatur pemadam api ringan. Kebakaran dapat
dalam Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan diklasifikasikan sebagai berikut pada tabel2.2:
Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980, tanggal

Tabel 2.2 Klasifikasi Kebakaran di Indonesia

Kelas Jenis Contoh


Kelas A Bahan padat Kebakaran dengan bahan bakar padat bukan
(kayu, kain, kertas) logam.
Kelas B Bahan Cair Kebakaran dengan bahan bakar cair atau gas
(minyak tanah, bensin, gas elpiji) mudah terbakar.
Kelas C Listrik Kebakaran instalasi bertegangan.
Kelas D Bahan Logam Kebakaran dengan bahan bakar logam.
Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun (1980)
Konsep Dasar Pemadaman salah satunya dengan menghilangkan
menyingkirkan atau membuang bahan bakar,
Secara umum prinsip dasar untuk
mendingingkan suhu ruangan, dan/atau
memadamkan kebakaran adalah dengan
menghilangkan oksigen di ruangan tersebut.
memutus rantai segitiga api (Fire Triangle),
salahsatu mata rantai keseimbangan panas.
Adapun beberapa teknik yang sering
3
digunakan untuk memadamkan kebaran adalah Pengertian sistem proteksi kebakaran
sebagai berikut: pada bangunan gedung menurut Peraturan
Mentri Pekerjaan Mumum Nomor 26 Tahun
1. Pemadaman Dengan Pendingin
2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem
Teknik pendingin (cooling) adalah
Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung
teknik memadamkan kebakaran dengann cara
dan Lingkungan yaitu terdiri dari peralatan,
mendingikan atau menurunkan suhu uap atau
kelengkapan serta sarana, baik yang terpasang
udara di sekitar area yang terbakar sampai
maupun yang tidak. Hal ini untuk bertujuan
kebawah suhu normal. Jika panas di area
sistem proteksi aktif, pasif, dan cara-cara cara
kebakaran tidak memadai, maka suatu banhan
pengelolaan serta perawatanya, hal tersebut
atau matrial tidak akan dengan mudah
dalam rangka melindungi bangunan dan
terbakar. Metode seperti ini banyak atau lazim
lingkungan di sekitar terhadap resiko bahaya
di lakukan oleh petugas kebakaran dengan
kebakaran.
menyemprotkan air ke area nyala api sehingga
perlahan kebaran akan menghilang. Menurut Peraturan Daerah Nomor 11
2. Pembatasan Oksigen Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Keselamatan
Salah satu upaya untuk memadamkan Kebakaran Gedung, Komponen Utilitas yaitu
api adalah dengan pembatasan oksigen yang sebagai berikut:
termasuk salah satu unsur utama pembentuk a. Kelengkapan Tapak, adapun komponenya
api. Konsep ini dapat di contohkan seperti api yaitu berupa sumber air, jarak antar
lilin yang di tempatkan didalam gelas terbuka, bangunan, jalan lingkungan, dan hidran
namaun jika gelas tersebut ditutup kapan halaman.
perlahan api akan padam karena kehabisan b. Sarana Penyelamatan, adapun
salah satu unsur utama nya yaitu oksiden. komponenya yaitu berupa jalan keluar,
Adapun untuk proses terjadinya kebakaran jalur evakuasi, konstruksi jalan keluar dan
suatu bahan bakar akan membutuhkan evakuasi, dan landasan helicopter.
oksigen, namun masing-masing bahan c. Sistem proteksi Aktif, adapun
memiliki tingkat kebutuhannya sendiri. komponenya yaitu berupa pemadam api
3. Menghilangkan Bahan Bakar (Starvation) ringan (APR), hidran gedung, sprinkler,
Kebakaran atau api dengan sendirinya sistem deteksi, alarm kebakran, sistem
atau secara alami akan dengan mudah mati pemadam luapan, deteksi asap, sistem
dengan sendirinya apabila bahan yang dapat pengendali asap, sistem pembuang asap,
terbakar (Fuel) sudah habis. Dari konsep dasar cahaya darurat, lift fire, listrik darurat,
inilah api dapat di kurangi penyebaranya petunjut arah, serta ruang pengendali
dengan menghilangkan atau mengurangi bahan oprasi.
bakar yang ada. d. Sistem Proteksi Pasif, adapun
4. Memutus Reaksi Rantai komponennya yaitu berupa ketahanan
Metode yang terakhir untuk mengurangi struktur bangunan terhadap api,
atau mematikan api adalah dengan cara kompartemenisasi ruangan, dan pelindung
mencegah terjadinya reaksi rantai pada proses bukaan.
pembakaran. Para peneliti dan ahli
mengemukakan bahwa reaksi rantai bisa
menghasilkan terbentuknya yala api. Ada Kelengkapan Tapak
beberpa zat kimia yang mempunyai sifat Kelengkapan Tapak yaitu tahapan
mencegah sehingga terjadi reaksi rantai awal sebelum suatu gedung di bangunan
kebakaran oleh atom-atom yang dibutuhkan atau dalam kata lain merencanakan dan
nyala api untuk tetap terbakar. Dengan tidak mengatur tapak (site) bangunan, meliputi
terjadinya reaksi atom-atom, maka dapat tata letak dan orientasi bangunan,
dipastikan nyala api akan padam. penempatan hidran halaman, penyediaan
ruang-ruang terbuka, mendesain jarak antar
Sistem Proteksi Kebakaran bangunan yang aman untuk evakuasi dan
lainya, hal ini dalam rangka mencegah dan
4
meminimalisir resiko terjadinya bahaya atau bagian satu bagian dari suatu rancang
kebakaran. (Peraturan Mentri Pekerjaan bangunan atau benda. Sebagai contoh, dinding
Mumu Nomor 26 Tahun 2008). tahan api pada suatu bangunan
merupakan bagian dari struktur bangunan
Sarana Penyelamat
untuk meningkatkan ketahanan terhadap
Setiap bangunan gedung wajid bencana kebakaran. (Ramli S., 2010)
dilengkapi sarana jalan evakuasi atau jalan Sistem proteksi kebakaran pasif
keluar untuk digunakan oleh penghuni merupakan sistem kebakaran yang dirancang
bangunan untuk menyelamatkan diri, dengan terbentuk atau terbangun melalui pengunana
tanpa terhambat hal-hal tidak terduga yang bahan dan komponen struktur bangunan, dan
diakibatkan oleh keadaan darurat (Peraturan pemisahan bangunan berdasrkan tingkat
Mentri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun ketahanan api, serta pelindungan terhadap
2008). bukaan. (Peraturan Mentri Pekerjaan Umum
Nomor 26 Tahun 2008). Sistem proteksi ini
Sistem Proteksi Aktif adalah sarana, sistem atau rancangan yang
didesaint menjadi satu bagian sehingga tidak
Sistem proteksi aktif pada dasarnya perlu digerakan seperti sestem proteksi aktif.
adalah sarana proteksi untuk mencagah atau Berikut komponen sistem proteksi pasif
meminimalisir dampak dari terjadinya menurut ( Peraturan Mentri Pekerjaan Umum
kebakaran. Sistem bekerja secara manual dan Nomor 26 Tahun 2008) sebagai berikut:
otomatis sebagai contoh, hidran pemadam dan a. Konstruksi tahan api
(APAR) adalah alat proteksi aktif manual yang b. Pintu dan jendela tahan api
harus di oprasikan pleh seseoranga atau c. Bahan pelapis interior
personil untuk dapat menyemprotkan air ke d. Partisi penghalang asap
api. Sedangkan sprinkler dan alat dektektor e. Penghalang asap
asap adalah sistem proteksi otomatis karena f. Penghalang api
akan bekerja dengan sendirinya pada saat ada g. atrium
bahaya terjandinya kebakaran (Ramli S.,
2010). 3. Metode Penelitian
Lokasi penelitian
sistem Proteksi Pasif Penelitian ini dilakukan pada salah satu
pasar tradisional yang ada di kota Yogyakarta
Sistem proteksi pasif yaitu sistem tepatnya pasar Tradisional Bringharjo yang
proteksi yang menjadi satu kesatuan (inherent) terletak di Jl. Margo Mulyo No.16, Ngupasan,
Gondomangan, Kota Yogyakarta.

Gmbar 3.1 Lokasi Penelitian Tampak Atas

5
Gambar 3.2 Peta Letak Wilayah Penelitian

Tahap dan Prosedur Penelitian 1. Bagan Alir


Untuk mendapatkan data-data penelitian Bagan alir (Flow Chart) adalah tahapan
yang diinginkan penelitian harus dilaksanakan untuk memudahkan dalam pembahasan,
secara sistematis dan sesuai prosedur atau berikut bagan alir (Flow Chart) metodologi
urutan yang jelas, sehingga diperoleh hasil penelitian.
yang diharapkan. Adapun tahapan yang akan
dilaksakan adalah sebagai berikut;

mulai

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Pembatasan Masalah

Pengumpulan Data

Gambar 3.3 Flow Chart Penelitian

6
A

Data Primer
Data Sekunder
1. Kelengkapan Tapak
1. Denah Lokasi
2. Sarana Penyelamat
2. Data Pengamatan
3. Sistem Proteksi Aktif
4. Sistem Proteksi Pasif

Analisis Data

Hasil

Selesai

Gambar 3.3 Flow Chart Penelitian ( Lanjutan )

2. Alat Penelitian c. Sistem proteksi aktif.


d. Sistem proteksi pasif.
Alat-alat yang digunakan untuk
menunjang pengambilan data pada penelitian
ini adalah sebagai berikut; 4. Tahap Penelitian
a. Lembar interview digunakan sebagai Prosedur penelitian merupakan tahapan
panduan untuk pengambilan data dengan atau rincian proses kegiatan dalam penelitian
narasumber. yang bertujuan untuk mendapatkan data-data
b. Lembar penilaian digunakan sebagai yang dinginkan yang kemudian akan dikelola
media untuk mencataan data-data yang secara sistematis, sehingga dapat enghasilkan
di perlukan. kesimpulan dari rumusan masalah yang akurat
c. Meteran digunakan untuk mengukur dan hasil memuaskan.
lokasi yang akan diteliti.
d. Kamera di peruntukan untuk 5. Metode Pengambilan data
dokumentasi yang akan di gunakan
sebagai lampiran pada lembar penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
tiga metode pengambilan data. Adapun
3. Materi Penelitian metode-metode tersebut adalah sebagaiberikut;
Pengamilan data primer pada penelitian a. Observasi awal
ini menggunakan metode observasi di lokasi Observasi awal adalah tahapan pertama
penelitian. Adapun data-data yang akan untuk penelitian dengan cara mensurvey
diambil adalah: lokasi dan meminta izin oleh pihak yang
a. Kelengkapan Tapak. berwenang.
b. Sarana Penyelamatan.
7
b. Observasi mendalam 4. Hasil dan Pembahasan
Observasi mendalam adalah tahapan Profil Gedung Pasar Tradisional Beringahrjo
Dilihat dari sejarahnya, pasar brigharjo
kedua setelah melakukan observasi awal
awalnya adalah sebuah hutan beringin yang
seperti mempersiapkan bahan penelitian,
terkesan angker. Hamun sejalan dengan
pengamatan detail mengacu kepada from
berdirinya kraton yogyakarta pada tahun 1756,
peryataan terlampir dan data yang
2 tahun kemudian tepatnya tahun 1758
dibutuhkan untuk penelitian.
wilayah ini menjadi berkembang sebagai
c. Interview tempat transaksi jual beli hinga saat ini. Pada
Interview adalah tahapan ketiga setelah saat pemerintahan sultan HB VII dan HB VIII
melakukan observasi mendalam dimana awal perdagangan didalam kota dimulai dari
tahapan ini peneliti melakukan wawancara dan para keluarga abdi dalem dan patih darurejo
diskusi berbasis form intervew terlampir sebagai perintisnya, kemudian diikuti oleh
dengan narasuber yang telah ditentukan guna keluarga etnis tionghoa di kampung ketandan.
mendapatkan data yang diinginkan. Nama Beringharjo sendiri tercetus saat
bertahtanya sultan Hamengku Buwono VIII
6. Kriteria penilaian pada 24 maret 1925. Nama ini mempunyai arti
Setiap komponen yang masuk kedalam wilayah yang semula hutan beringin (bering)
rumusan masalah haruslah dinilai dan dan diharapkan mampu menjadi poros
dievaluasi. Adapun nilai konisi komponen kesejahteraan (harjo) bagi warga yogyakarta
proteksi kebakaran bangunan gedung dibagi dan sekitarnya.
menjadi tiga yaitu: 1. Aksesbilitas
a. Baik “B” Bicara mengenai akses bagi pelancong
b. Sedang atau Cukup “C” untuk menuju pasar tradisional beringharjo
c. Kurang “K” terhitung mudah. Dari bandara adisucipto
Untuk nilai dari evaliasi “B” adalah 100, bisa ditempuh dengan jarak kurang lebh 9
“C” yaitu 80 dan “K” adalah 60. Kriteia- km. Wisatawan boleh memilih moda
kriteria diatas adalah sebagai pedoman praktis transportasi, bisa menggunakan taksi atau
untuk penilaian sistem proteksi kebakaran pun bus transjogja dengan trayek 3A
yang ada pada gedung Pasar Tradisional ataupun 3B. Sementara dari stasiun tugu
Bringharjo. Penilian ini mengacu pada tabel dengan jarak tembuh 1 km ataupun
audit kebaran pada (Peraturan Daerah Nomor lempuyangan yang berjarak 3 km,
11 Tahun 2005). pelancong bisa menggunakan jasa becak
dan andong. Sedangkan bagi wisatawan
7. Metode Pengambilan Data yang datang dari terminal Giwangan untuk
Pada penelitian di pasar tradisional menuju pasar Tradisional Beringharjo bisa
beringharjo ini peneliti mengambil data menaiki bus kota jalur 2, jalur 4, dan jalur
dengan metode primer, yaitu pengambilan data 15 yang melewati Malioboro.
secara langsung yang persumber pada
peraturan pemerintah mengenai mengenai 2. Oprasional Pasar Tradisional Beringharjo
keselamatan kebakaran bangunan gedung Dari keterangan dinas pengelolaan pasar
(Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005). kota Yogyakarta, pasar Tradisional
Setelah itu data dioleh memlalui tabel Beringharjo sendiri tutup pada 17:00,
pengamatan guna mendapatkan hasil yang namun derap jantungnya terus berdetak,
diingkan ada rumus pengitungan sebagai tanpa koma. Memang tak bisa dipungkiri
berikut. jika keberadaan pasar yang berlokasi di
jalan pabringan No 1 Yogyakarta ini
Nilai kondisi = ( hasil penelitian sub. KSKB )
memberikan rezeki (ngrejekeni) bagi warga
x ( bobot sub. KSKB ) x
maupun pedagang disekitar lokasi pasar.
( Bobot KSKSB ) Semisal pedagang bunga, penjual kaset
lawas, pelaku usaha jual-beli emas, hingga
juru parkir.
8
c. Pasar Beringharjo Timur
3. Zonasi dan Layout Wilayah unit pelaksana teknis (UPT) : UPT
a. Pasar Bringharjo Barat Beringharjo Barat
Wilayah unit pelaksana teknis (UPT) : UPT 1. Lantai 1 : asesoris tas dan sepatu,
Beringharjo Barat kebutuhan rumah tangga, asesoris mobil
1. Lantai 1 : konveksi, batik, sepatu, bahan bangunan, daging, ayam, ikan,
sandal. kuliner, jamu serta bumbu dapur.
b. Pasar Beringharjo Tengah
WILAYAH unit pelaksana teknis (UPT): 2. Lantai 2 : sayur mayur, bongkar umat
UPT Beringharjo Tengah barang, kuliner.
1. Lantai 1 : asesoris, sepatu, sandal, 3. Lantai 3 : grosiran, buah dan
kebutuhan rumah tangga, kuliner, batik kembang, klithikan.
konveksi, barang pecah belah, d. Luas Tanah : 2,5 hektar.
bumbu dapur. e. Jumlah pedagang : 6000 pedagang dengan
2. Lantai 2 : konveksi, tepung terigu, 5,441 los.
tahu, tempe, jagung, kacang. f. Jumlah Kunjungan Rata-rata Harian 16.000
3. Lantai 3 : kantor dinas pengelolaan orang.
pasar Tradisional Beringharjo, buah,
Gula jawa, tempat parkir.

Gambar 4.1 Profil Gedung Penelitian


Penilian Sistem Proteksi Kebakaran halaman. Adapun untuk poin sumber air pada
Berikut adalah tabel pengamatan penilian gedung pasar tradisional Beringharjo belum
sistem proteksi kebakaran pada pasar tersedia sehingga mengurangi tingkat keamnan
Tradisional Beringharjo sesui dengan keadaan terhadap resiko kebakaran. Sedangkan untuk
yang peneliti temukan dilapangan yang hidran halaman untuk jumlah sudah baik tetapi
dilandasi pada peraturan (Peraturan Daerah untuk kualitas masih belum hal ini
Nomor 11 Tahun 2005). dikarenakan banyak hidran yang kondisinya
tidak terawat.
1. Penilian Sistem Kelengkapan Tapak
Pada tabel 4.1 terdapat empat pion yang
menjadi penilian yaitu sumber air, jalan
lingkungan, jarak antar lingkungan, dan hidran
9
Tabel 4.1 Penilian Kelengkapan Tapak

No KSKB/ Hasil Stan. Bobot Nilai Jumlah


SUB KSKB Penilian Penilian kondisi Nilai
1 2 3 4 5 6 7
1. kelengkapan Tapak 25
1 Sumber Air B 100 27 6.75
2 Jalan Lingkungan B 100 25 6.25
3 Jarak Antar Bangunan B 100 23 5.75
4 Hidran Halaman C 80 25 5
Jumlah 23.75

2. Penilian Sistem Sarana Keselamatan menggunakan baja, namun untuk sekat perkios
atau tempat berjualan para pedagang masi
Pada Tabel 4.2 Komponen sarana
banyak yang menggunakan papan kayu yang
penyelamatan konstruksi jalan keluar pada
mudah terbakar.
pasar ini sudah menggunakan menggunakan
bahan beton bertulang dan konstruksi atap

Tabel 4.2 Penilian Komponen Sarana Penyelamtan


No KSKB/ Hasil Stan. Bobot Nilai Jumlah
SUB KSKB Penilian Penilian kondi Nilai
si

1 2 3 4 5 6 7

1. Sarana Penyelamat 25
1 Jalan Keluar B 100 38 9.5
2 Konstruksi Jalan Keluar B 100 35 8.75
3 Landasan Helikopter - - - -
Jumlah 18.25

3. Penilian Sistem Proteksi Aktif gedung memiliki jumlah yang cukup namun
kondisinya banyak yang tidak terawat. Untuk
Pada tabel 4.3 hasil tabel evaluasi
sistem proteksi aktif pada Gedung Tradisional lift gedung ini belum wajib menggunakanya
Beringharjo hanya Pemadam Api Ringan sesuai persyaratan karena hanya memiliki 3
(APAR) saja yang memiliki kondisi baik, lantai saja. Kemudian untuk sistem proteksi
untuk sistem deteksi dan alarm masi yang lain seperti springkler, pengendali asap,
menggunakan alat manual dan memiliki cahaya darurat, sistem pengendali luapan, dan
jumlah yang sadikit hanya terdapat pada ruang pengendali oprasi belum tersedia
pagian barat pasar, sedangkan untuk hidran sehinga memiliki hasil penilian “K”.

Tabel 4.3 Penilian Sistem Proteksi Aktif


No KSKB/ Hasil Stan. Bobot Nilai Jumlah
SUB KSKB Penilian Penilian kondisi Nilai
1 2 3 4 5 6 7
1. Proteksi Aktif 24
1 Deteksi dan Alarm C 80 8 1.65
2 Siames K 60 8 1.24

10
Tabel 4.3 Penilian Sistem Proteksi Aktif ( Lanjutan )
3 Pemadam Api Ringan C 80 8 1.65
4 Hidran Gedung C 80 8 1.65
5 Sringkler K 60 8 1.24
6 Sistem Pemadam Luapan K 60 7 1.08
7 Pengendali Asap K 60 8 1.24
8 Deteksi Asap K 60 8 1.24
9 Pembuangan Asap K 60 7 1.08
10 Lift Kebakaran - - - -
11 Cahaya Darurat K 60 8 1.24
12 Listrik Darurat B 100 8 1.92
13 Ruang pengendali Oprasi K 60 7 1,08
Jumlah 16.19

4. Penilian Sistem Proteksi Pasif ketahanan api struktur bangunan dengan nilai
Pada Tabel 4.4 hasil penilian sistem kondisi 9.36, komparasi ruang, dan pelindung
proteksi pasif dari lantai satu hingga lantai 3 bukaan dengan nilai kondisi 8.32 yang berarti
memiliki nilai baik hal ini karena struktur dalam kondisi baik.
bangunan memiliki sifat tahan api. Untuk

Tabel 4.4 Penilian Sistem Proteksi Pasif


No KSKB/ Hasil Stan. Bobot Nilai Jumla
SUB KSKB Penilian Penilian kondisi h Nilai
1 2 3 4 5 6 7
1. Sarana Penyelamat 26
1 Ketah. Api Strk. Bangunan B 100 36 9.36
2 Kompartemenisasi Ruang B 100 32 8.32
3 Pelindungan Bukaan B 100 32 8.32
Jumlah 26

Hasil pembobotan Parameter Komponen dan sistem proteksi pasif dengan 26%. Untuk
Sistem Keselamtan Bangunan nilai kondisi keseluruhan komponen sistem
keselamatan pada bangunan Gedung Pasar
Pada Tabel 4.5 dapat dilihat hasil penilian
Tradisional Beringharjo adalah 84.19%.
sistem proteksi kebakaran pada Bangunan
Menurut pedoman pemeriksaan keselamatan
Gedung Tradisonal Beringharjo, untuk
kebakaran bangunan gedung (Pd-T-11_2005-
kelengkapan tapak dengan nilai kondisi
C), nilai KSKB 80%≤NKSKB≥100% adalah
213.75%, sarana penyelamat dengan nilai
BAIK (B).
18.25%, sistem proteksi aktif dengan 16.19%,

Tabel 4.5 Hasil Parameter Komponen Keselamtan Bangunan


No Parameter KSKB Bobo KSKB (%) Nilai
1 Kelengkapan Tapak 25 21.05
2 Sarana Penyelamatan 25 16.05
3 Sistem Proteksi Aktif 24 16.04
4 Sistem Proteksi Pasif 26 26
Jumlah Nilai 79.14

Dengan nilai Baik gedung telah Rekomendasi dengan parameter nilai


memenuhi standar atau persyaratan yang t KSKB BAIK (B), dengan keterangan sebagian
ditentukan oleh pemerintah untuk bangunan besar komponen sistem proteksi kebakaran
pasar tradisonal dengan fungsi sebagai tempat pada Gedung Pasar Tradisional Beringharjo (
perputaran ekomoni. kelengkapan tapak, sarana penyelamat, sistem
11
proteksi aktif, sistem proteksi pasif ) Telah Developmen, 2(1), 12-22.
berfungsi sebagaimana mestinya. Fitriana, L., dan Wahyuningsih, A. S., 2017.
Penerapan Sistem Mananjemen
5. Kesimpulan
Keselamtan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan hasil analisis pada
(SMK3) di PT Ahmadaris. HIGEIA
keandalan Evaluasi Sistem Proteksi
Jurnal Of Public Health Research and
Kebakaran Pada Gedung Pasar Tradisional
Development, 1(1), 29-35.
Beringharjo Yogyakarta dapat disimpulkan
sebagai berikut: Adiwidjaja, dan Roy, 2012. Studi Tingkat
1. Tingkat keandalan kelengkapan tapak pada Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran
Gedung Pasar Tradisional Beringharjo pada Bangunan Apartemen (Studi
Yogyakarta dalam kategori BAIK dengan Kasus Apartemen di Surabaya).
nilai keandalan 23.705% dari standar 25%. DIMENSI Journal of Architecture and
Untuk tingkat keandalan sarana penyelamat Built Environment, 39(1), 15-22.
pada Gedung Pasar Tradisional Beringharjo
Yogyakarta dalam kategori BAIK dengan Septiadi, H., Sunarsih, E. dan Camelia, A.,
nilai keandalan 18,25% dari standar 25%. 2014. Analisis Sistem Proteksi
Adapun tingkat keandalan sistem proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Aktif pada Gedung Pasar Tradisional Lingkungan di Universitas Sriwijaya
Beringharjo Yogyakarta dalam kategori Kampus Inderalaya Tahun 2013.
CUKUP dengan nilai keandalan 16,19% Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
dari standar 24%. Sedangkan untuk 5(1), 49-56.
keandalan sistem proteksi Pasif pada Sukawi, S., Hardiman, G., DA. Nur, A. dan P.
Gedung Pasar Tradisional Beringharjo Zahra, A., 2017. Evaluasi Sistem
Yogyakarta dalam kategori BAIK dengan Proteksi Kebakaran pada Bangunan
nilai keandalan 26% dari standar 26%. Rumah Susun (Studi Kasus : Rusunawa
2. Hasil penelitian Evaluasi Sistem Proteksi UNDIP). MODUL, 16(1), 35-42.
Kebakaran pada Gedung Pasar Tradisional
Beringharjo Yogyakarta berdasarkan Arrazy, S., Sunarsih, E. dan Rahmiwati, A.,
pedoman Peraturan Daerah Nomor 11 2014. Penerapan Sistem manajemen
Tahun 2005 didapat hasil dengan nilai Keselamatan Kebakaran di Rumah
83.19% yang berarti tingkat kesiapan Sakit DR. Sobirin Kabupaten Musi
sistem kebakaran pada gedung penelitian Rawas Tahun 2013. Jurnal Ilmu
ini dikatogorikan BAIK (B). Kesehatan Masyarakat, 5(2), 103-111.
Widowati, E., Koesyanto, H., Wahyuningsih,
6. Daftar Pustaka A. S. dan Sugiharto, 2017. Analisa
Hidayat, D. A., Suroto, dan Kurniawan B., Keselamatan Gedung Baru F5
2017. Evaluasi Keandalan sistem Universitas Negeri Semarang Sebagai
Proteksi Kebakaran Ditinjau dari Upaya Tanggap Terhadap Keadaan
Sarana Penyelamat dan Sistem Proteksi Darurat. Unnes Journal of Public
Pasif Kebakaran di Gedung Lawang Health, 6(2), 102-106.
Sewu Semarang. Jurnal Kesehatan Zulfikar, dan Taufik, H., 2017. Maintenance
Masyarakat, 5(5), 134-146. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Glorius, Y., dan Panjaitan, 2013. Perencanaan Proyek Pembangunan Tangram Hotel
Emergency Response Plan di PT E-T- dan Sadira Plaza Kota Pekanbaru.
A Indonesia. Jurnal Tirta, 1(2), 89-96. Jurnal Online Mahasiswa, 4(1), 1-7.
Miranti, R. S., dan Mardiana, 2018. Penerapan Ramli, S., 2010, Petunjuk Praktis Manajemen
Sistem Proteksi Aktif dan Sarana Kebekaran (Fire Management), Dian
Penyelamatan Jiwa Sebagai Upaya Rakyat, Jakarta.
Pencegahan Kebakaran. HIGEIA BSN, 2000, SNI 03-1736-2000: Tata Cara
Jurnal Of Public Health Research and Perencanaan Proteksi Pasif Untuk
12
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Penataan dan Pembinaan Pasar
Gedung Rumah dan Gedung, Bada Tradisional Pusat Perbelanjaan dan
Standarisasi Nasional, Jakarta. Toko Modern, Jakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2008, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Transmigrasi, 1980, Syarat-Syarat
Kebakaran pada Bangunan Gedung Pemasangan dan Pemeliharaan Alat
dan Lingkungan, Direktorat Jendral Pemadam Api Ringan, Jakarta.
Cipta Karya, Jakarta. NFA, 2013, Standard For Prortable Fire
Peraturan Daerah, 2005, Pemeriksaan Extinguishers, National Fire Protection
Keselamatan Bangunan Gedung, Association.
Jakarta.
Peraturan Presiden Republik Indonesia, 2007,
.

13

Anda mungkin juga menyukai