119 365 1 PB PDF
119 365 1 PB PDF
119 365 1 PB PDF
INTISARI
Agustin Wijayanti, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten
CERATA Journal Of Pharmacy Science 19
Agustin Wijayanti, dkk., Evaluasi Peresepan Antibiotik…
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai
permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi
bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas,
juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi.
Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun juga
berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus pneumoniae
(SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli (Permenkes RI, 2011) .
Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study)
terbukti dari 2494 individu di masyarakat, 43% Escherichia coli resisten terhadap
berbagai jenis antibiotik antara lain: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%), dan
kloramfenikol (25%). Hasil penelitian 781 pasien yang dirawat di rumah sakit
didapatkan 81% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu
ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), siprofloksasin
(22%), dan gentamisin (18%) (Permenkes RI, 2011).
Munculnya kuman-kuman patogen yang kebal terhadap satu
(antimicrobacterial resistance) atau beberapa jenis antibiotika tertentu (multiple
drug resistance) sangat menyulitkan proses pengobatan. Pemakaian antibiotika
lini pertama yang sudah tidak bermanfaat harus diganti dengan obat-obatan lini
kedua atau bahkan lini ketiga (Utami, 2012). Bila hal tersebut terus berlanjut
kemungkinan terjadi kekebalan kuman terhadap antibiotika lini kedua dan ketiga.
Apabila resistensi terhadap pengobatan terus berlanjut tersebar luas, dunia yang
sangat telah maju dan canggih ini akan kembali ke masa-masa kegelapan
kedokteran seperti sebelum ditemukannya antibiotika (APUA, 2011).
Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk menggunakan obat secara
rasional perlu diwaspadai dampaknya, khususnya pada generasi mendatang. Jika
hal ini terjadi, generasi mendatang akan mengalami kerugian yang sangat besar.
Banyak penyakit yang tidak dapat lagi disembuhkan akibat resistensi. Sedangkan
untuk mengembangkan antibiotik yang baru diperlukan waktu dan biaya yang
sangat besar. Untuk itu perlunya penggunaan obat secara rasional sehingga dapat
mencegah masalah besar dimasa yang akan datang (Depkes, 2011).
Berdasarkan uraian diatas pola pengunaan antibiotik perlu mendapat
perhatian khusus sehingga penulis tertarik untuk meneliti “ Pola Peresepan
Antibiotik pada Pasien Dewasa di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul Yogyakarta
Tahun 2014.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana pola peresepan antibiotik pada pasien dewasa di Puskesmas
Banguntapan 1 tahun 2014 ?
2. Apakah jenis antibiotik dan golongan obat yang diresepkan pada pasien
dewasa di Puskesmas Banguntapan 1 tahun 2014 ?
20 CERATA Journal Of Pharmacy Science
Agustin Wijayanti, dkk., Evaluasi Peresepan Antibiotik…
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jenis antibiotik dan golongan antibiotik yang digunakan pada
pasien dewasa di Puskesmas Banguntapan 1 tahun 2014.
2. Mengetahui bentuk sediaan, dosis, frekuensi, dan durasi pemberian antibiotik
pada pasien dewasa di Puskesmas Banguntapan 1 tahun 2014.
3. Mengetahui kesesuaian pemberian antibiotik pada pasien dewasa di
Puskesmas Banguntapan 1 tahun 2014 dengan panduan standar pengobatan
dasar puskesmas dan Model Presscribing Information Drug Used in
Bacterial Infection WHO.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya bidang farmasi klinis tentang pengunaan antibiotik pada pasien
dewasa. Data dan informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan untuk penelitian berikutnya.
2. Bagi Puskesmas
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi pertimbangan dalam
peningkatan mutu pelayanan medik terutama dalam peresepan antibiotik pada
pasien dewasa.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan wawasan dan
pengetahuan tentang pengunaan obat antibiotik secara rasional .
2. Sampel
Sampel adalah sebagian pasien dewasa usia lebih dari 20 tahun yang
mendapat resep antibotik dan datanya tercatat dalam rekam medis selama
tahun 2014 di puskesmas Banguntapan 1 (Muchlis, 2010) .
Adapun sampel yang diperoleh kemudin dihitung dengan rumus
(Sugiyono, 2009)
. . .
=
. ( − 1) + . . .
1,96 . . 334. 0,5.0,5
=
0,05 . (334 − 1) + 1,96 . 0,5 .0,5
3,84 . 334 . 0,5 . 0,5
=
0,0025. (333) + 3,84 . 0,5 . 0,5
320,64
=
0,8325 + 0,96
244,8
=
1,7925
= 178,8
= 179 sampel
Keterangan :
P = Q = dugaan (0,5)
S = Jumlahsampel
N = Jumlah populasi
= Tingkat kepercayaan / ketepatan 95%
= Tingkat kesalahan / taraf kesalahan 5%
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dengan metode probability sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang memberi peluang atau kesempatan
yang sama bagi tiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Metode pengambilan sampel dengan simple random sampling.
D. Instrumen Penelitian
1. Alat penelitian
Alat yang digunakan adalah lembar kerja untuk mengumpulan data
dan buku pedoman dasar pengobatan di Puskesmas dan Model Presscribing
Information Drug Used in Bacterial Infection WHO.
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah data primer berupa data rekam medis
pasien yang mendapat resep antibiotik tahun 2014
22 CERATA Journal Of Pharmacy Science
Agustin Wijayanti, dkk., Evaluasi Peresepan Antibiotik…
E. Analisis Data
Data yang diambil adalah data rekam medis pasien yang mendapat resep
antbiotik pada Tahun 2014 yang dipilih sebagai sampel sampai jumlah yang di
inginkan tercapai. Penelitian ini dilakukan dipuskesmas Banguntapan 1.
Selanjutnya data yang diperoleh dibandingkan dengan pedoman pengobatan
dasar Puskesmas dan Model Presscribing Information Drug Used in Bacterial
Infection WHO.
Data yang diperoleh kemudian di analisis yaitu membuat gambaran atau
deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif. Analisa tersebut dimaksudkan
untuk memperoleh informasi meliputi nama antibiotik, golongan antibiotik,
jenis kelamin, bentuk sediaan , frekuensi pemberian, durasi pemberian, dosis,
indikasi. Data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabel.
Keterangan presentase dihitung dari jumlah tiap jenis antibiotik dibagi jumlah
total pasien dikali 100%
Berdasarkan tabel 3dapat dilihat bahwa menunjukan bahwa obat yang
paling sering digunakan adalah golongan penicillin yaitu amoxycillin sebanyak
124 pasien dengan presentase 69,27 %. Amoxicliin memiliki beberapa
keungulan dibandingkan ampisilin diantaranya absorbsi peroral amoxicillin
lebih baik dan tidak dipengaruhi oleh keberadaan makan serta kasus efek
samping diare akibat pengunaan antibiotik lebih rendah sehingga amoksicillin
lebih banyak diresepkan dibanding golongan ampicillin lainnya.
CERATA Journal Of Pharmacy Science 25
Agustin Wijayanti, dkk., Evaluasi Peresepan Antibiotik…
1. Tepat Indikasi
Tepat indikasi adalah kesesuaian pengunaan antibiotik untuk
pengobatan infeksi berdasarkan pedoman dasar pengobatan di Puskesmas
dan Model Presscribing Information Drug Used in Bacterial Infection WHO.
Keterangan presentase dihitung dari jumah tiap diagnosa dibagi jumlah total
pasien dikali 100%
pasien infeksi saluran kemih mendapat terapi cotrimoxazole 2 kali sehari 480
mg selama 6 hari menurut Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas terapi
antibiotik untuk infeksi saluran kemih cotrimoxazole 2 kali sehari 960mg
selama 5-10 hari. Dosis pemberian antibotik pada pasien infeksi saluran
kemih tidak sesuai dengan Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas.
3. Tepat Frekuensi
Berdasarkan tabel 9 kesesuaian jumlah obat yang harus dikonsumsi
tiap waktu dalam sehari berdasarkan pedoman pengobatan dasar puskesmas
dan Model Presscribing Information Drug Used in Bacterial Infection WHO
di Puskesmas Banguntapan 1 tahun 2014 sebesar 100%. Sebanyak 115
pasien yang frekuensi pemberian antibiotik sesuai dengan Pedoman
Pengobatan Dasar Puskesmas dan Model Presscribing Information Drug
Used in Bacterial Infection WHO di Puskesmas Banguntapan 1 tahun 2014.
4. Tepat Durasi
Rentang waktu pengobatan pasien mendapatkan terapi antibiotik
sesuai berdasarkan Pedoman Dasar Pengobatan Puskesmas dan Model
Presscribing Information Drug Used in Bacterial Infection WHO di
Puskesmas Banguntapan 1 tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel 6.
Amoxicillin 0 27 0 23,48
10 tablet
3 kali sehari
500 mg
Erytromicin 0 1 0 0,87
10 tablet
3 kali sehari
500 mg
CERATA Journal Of Pharmacy Science 29
Keterangan persentase dihitung dari jumlah pasien tiap diagnosa dibagi jumlah total
pasien dikali 100%
Pada tabel 6 dapat dilihat kesesuaian durasi rata rata pemberian antibiotik
peroral yang tepat berdasar pedoman dasar pengobatan di Puskesmas dan Model
Presscribing Information Drug Used in Bacterial Infection WHO di Puskesmas
Banguntapan 1 tahun 2014 adalah 5 hari. Terdapat beberapa terapi antibiotik
peroral yang durasinya selama 3 hari sehingga tidak sesuai dengan pedoman.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat durasi dapat menyebabkan kegagalan terapi
antibiotik akan mempermudah terjadinya resistensi antibiotik. Resisten adalah
kemapuan suatu bakteri utuk tidak terhambat atu terbunuh oleh suatu antibakteri.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
.APUA (Alliance for prudent use of antibiotics). 2011, What is Antibiotic
Resistance and Why is it Problem, viewed 20 Januari 2015, www.apua.org .
Ariyani, D. P. 2010, Dasar Dasar Farmakoepidemiologi, hal 31, Imperium,
Yogykarta.
Bruton, L., Lazo, J., Parker, K., & Blumenthal, D. 2006, Goodman & Gilman’s
The pharmacology Basic Of Theraputic, 11th ed,chapter 42, The Mcgraw-
Hill Companies Inc, USA.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Panduan Hari Kesehatan Sedunia:
Gunakan Antibiotik Secara Tepat Untuk Mencegah Kekebalan Kuman,
halaman 13, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Ganetri, I.M. 2014, Gambaran Pola Peresepan Antibiotik di Puskesmas Mataram
Peride Agustus Desember 2013, hal 7-12, Skripsi Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Hapsari, I., & Wahyu, I. 2014, Pola Pengunaan Antibiotik pada Pasien Saluran
Pernafasan Akut Pnemonia Balita di Puskesmas 1 Purwareja Klampok
Kabupaten Banjarnegara tahun 2014, Skripsi Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Kakkilaya, S.B. 2008, Rasional Use of Antibiotis. http//www.
Rationalmedicine.org/ antibotic.htm diakses tanggal 29 Juni 2015
Makna, A. S. 2014, Evaluasi Pengunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran
Nafas Bawah (Pnemonia dan Bronkitis akut) di Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarkat Surakarta, hal 8-12, Tesis, Universitas Gajah Mada, Yogykarta.
Mc.Phee. J, S & Hammer G.D.2010. Pathophisiologi of Disease an Intruduction
to Clinical Medicine, 6th ed, The Mac Graw Hill Companie Inc, California
Muchlis. 2010, Kajian Peresepan Antibiotik pada Pasien Dewasa di Salah Satu
Puskesmas di Kota Yogyakarta Periode Januari-April 2010, hal 36, Jurnal
Ilmiah Kefarmasian, Yogyakarta.
Peraturan Mentri Kesehatan RI. 2011, Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2406/menkes/per/XII/2011 Tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik, hal 1-56, Depkes RI, Jakarta.hal
Piranemas, P. 2013, Gambaran Pelaksanaan Kolaborasi Dokter dan Perawat
dalam Pemberian Antibiotik pada Klien. Skripsi, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Prayitno. 2010, Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan Keperawtan,
Ed III, Lembaga Studi dan Konsultasi farmakologi, Yogyakarta.
CERATA Journal Of Pharmacy Science 33
Agustin Wijayanti, dkk., Evaluasi Peresepan Antibiotik…
Ritter, M.J., Lewis, L.D., Mant, T.G.K., Ferro, A. 2008, Textbook of Clinical
Pharmacologi and terapeutic, 5th ed, hal 323-361, Holden Almod
Education, London.
Siregar, C.J. 2005, Farmasi Klinis Teori dan Penerapan, hal 23, Penerbit Buku
Kedokteran EGP, Jakarta.
Southwick, F. 2007, .Anti-Infective, In Southwick FS (eds), hal 547-538,
Infectious Dieasease, A Clinical Short Courrse, NEW York: MCGraw-Hill
Companies.
Sugiyono. 2009, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, hal 13, R&D,
Alfabeta. Bandung.
Tripathi, K.D. 2008, Essential of Medical Pharmakology, 6 th ed, hal 667-808,
Jaypee Brother Publisher LTD, New Delhi .
Utami, E. R. 2012, Antibiotika , Resistensi , dan Rasionalitas Terapi, hal 191-
198, Saintist Fakultas Sains dan Tekhnologi UIN Maliki, Malang.
World Health Organization (WHO). 2001, Model Prescribing Information Drug
Used in Bacterial Infection, WHO, Geneva.
Wulandari, I. 2010, Pola Peresepan Obat Diare pada Anak Rawat Jalan di RSUD
Kulon Progo Yogyakarta tahun 2010, hal 25-26, Karya Tulis Ilmiah, D3
Farmasi Poltekes Bhakti Setya Indonesia, Yogyakarta.
Yuniar et al., 2013, Evaluasi Pengunaan Antibiotik dengan Kartu Monitoring
Antibiotik Gyssen, hal 385, Sari Pediatri, Jakarta.
Zulkifli, L. 2014, Pemilihan antbiotik yang Rasional. vol 27, no 3, Mecinus
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / RSPUN Cipto
Mangunkusumo,Jakarta