Anda di halaman 1dari 11

Peran dan Fungsi Masjid Kampus dalam

Pengembangan Peradaban Dunia

Disusun Oleh:

Ahmad Rayhan Satria Delpaktho (061830700512)


Tara Amaliya (061830700527)

Dosen Pengampuh: Dewi Inda Sari, S. Ag. M.H.


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER

2019

Peran dan Fungsi Masjid Kampus dalam Pengembangan


Peradaban Dunia

A. Menelusuri Konsep dan Fungsi Masjid Kampus dalam


Membangun Budaya Islam

Menurut Muhammad Husain Haekal penulis buku Sejarah Hidup Muhammad :


"Masjid itu merupakan sebuah ruang terbuka yang luas, keempat temboknya dibuat
dari batu bata dan tanah. Atapnya sebagian terdiri dari daun kurma dan yang
sebagian lagi dibiarkan terbuka. Salah satu bagian lagi digunakan untuk
tempat orang-orang fakir-miskin yang tidak punya tempat tinggal.
Tidak ada penerangan dalam masjid itu pada malam hari. Hanya pada waktu
salat lsya diadakan penerangan dengan membakar jerami. Yang demikian itu
berjalan selama sembilan tahun. Sesudah itu, kemudian baru digunakan
lampu-lampu yang dipasang pada batang-batang kurma yang dijadikan
penopang atap itu. Sebenarnya tempat-tempat tinggal nabi sendiri tidak mewah
keadaannya dibandingkan daripada masjid, meskipun tempat tinggal nabi
sudah sepatutnya lebih tertutup.”

Pada periode Madinah, Nabi Muhammad mempunyai kedudukan bukan saja


sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri
nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi.
Kedudukanyna sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala negara.

Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, ia segera


meletakkan dasar-dasar kehidupan masyarakat. Dasar pertama, pembangunan masjid,
selain untuk tempat salat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum
muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, disamping sebagai tempat bermusyawarah
merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa nabi bahkan juga
berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

Masjid dalam konsep dasarnya adalah "tempat sujud". Karena


Masjid adalah simbol keislaman. Ia tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat
Islam, karena masjid merupakan bentuk ketundukan umat kepada Allah swt. Kata
masjid terulang 28 kali dalam Alquran dalam berbagai bentuk. Secara bahasa masjid
berasal dari kata sajada-yasjudu-sujudan yang secara etimologis berarti patuh; taat;
tunduk dengan penuh hormat. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut,
dan kaki ke bumi, atau bersujud adalah bentuk lahiriyah yang paling nyata dari
makna-makna tersebut. Itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk
shalat dinamai masjid, “tempat bersujud”.

B. Menanya tentang Konsep Masjid dan Fungsi Masjid


Kampus dalam Membangun Budaya Islam

Masjid bukan sekadar tempat sujud dan sarana penyucian atau bertayamum
(wudhu dengan debu). Masjid adalah tempat Muslim bertolak, sekaligus pelabuhan
tempatnya bersauh dalam ketaatan kepada Allah swt. Umat muslim harus bisa
memaksimalkan keberadaan masjid sebagai pusat aktivitas yang menawarkan
kegiatan-kegiatan alternatif dalam berdakwah. Contoh yang telah ada adalah kegiatan
berdakwah melalui media televisi komunitas atau radio komunitas.

Masjid memiliki peran sangat penting bagi masyarakat muslim sejak periode nabi
Muhammad Saw. dan sejak masa awal eksistensi masyarakat muslim di Madinah.
Ketika hijrahnya dari Makkah ke Madinah, beliau membangun masjid sebagai upaya
konkret yang pertama bagi peradaban Islam. Sejak periode penting ini masjid yang ia
bangun dipandang sebagai pusat utama bagi beragam aktifitas masyarakat muslim.
Dengan kata lain masjid menjadi pusat komunitas dan naungan bagi segala bentuk
program dan aktifitas sosial dan pendidikan masyarakat muslim.

Masjid-masjid dibangun di tengah-tengah masyarakat tidak hanya sebagai tempat


ibadah, tetap juga untuk menyatukan citacita spiritual umat Islam dengan cita-cita
sosialnya membangun peradaban dalam masyarakat yang madani. Dalam masyarakat
madani, antara masjid dengan aktivitas sehari-sehari masyarakat tidak terpisahkan,
simbiosis mutualisme, saling terikat, saling menginspirasi dan saling mendinamisasi
kehidupan. Kemampuan dan penempatan masjid, sebagai basis masyarakat madani
inilah saat sekarang yang sering dan cenderung dilupakan, padahal tidak sedikit
masjid yang hanya dijadikan sebagai sarana ibadah mahdah semata.

C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Teologis tentang


Konsep Masjid dan Fungsi Masjid Kampus dalam Membangun
Budaya Islam

1. Masjid pada Zaman Nabi Muhammad. (Secara Historis).

Pada masa Nabi Muhammad (pada era Medinah) ada tiga tipe
masjid yang perlu dijadikan bahan pembelajaran, yakni: (1) masjid yang
pertama kali dibangun; dikenal dengan Masjid Ouba, yaitu masjid yang didirikan
atas dasar takwa; (2) masjid yang didirikan oleh orang-orang munafik dengan tujuan
untuk merusak keimanan dan menghancurkan kaum muslimin; dikenal sebagai
masjid dhirar, dan (3) musala pertama yaitu tempat yang dipergunakan
untuk salat Hari Raya (ldulfitri dan lduladha), salat lstiska (lstisqa I salat minta
hujan), dan tempat menyembelih hewan kurban.

2. Fungsi dan Peran Masjid Kampus. (Secara Sosiologis).

Bagi anda yang aktif di masjid kampus, anda dapat menangkap berbagai pesan
dari masjid kampus.
Berikut adalah contoh Fungsi dan Peran Masjid Kampus :

A. Masjid Kampus dan Suasana Religius.


B. Pembinaan Salat Wajib 5 Waktu.
C. Pembinaan Salat Jum’at..

D. Pembinaan Kegiatan Bulan Ramadan.


E. Program Tutorial atau Mentoring Keislaman.
F. Unit Kegiatan Dakwah Mahasiswa (UKDM).
G. Sub Unit Pengkajian Islam.
H. Lembaga Pengkajian Ibadah Wanita Islam (LPIWI).
I. Kegiatan Hari Raya Islam.
J. Program Studi Agama dan Bahasa Arab.

3. Membangun Sumber Teologis tentang Konsep Masjid dan Fungsi Masjid dalam
Membangun Budaya Islam (Secara Teologis).

Sumber teologis utama masjid adalah QS At-Taubat/9: 107-108.

“...Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya.


Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari
pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada
orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bersih. Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya
di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah
orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu
bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam.
Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim…”
―QS. 9:108-109.

Berdasarkan dua ayat di atas ada dua tipe masjid: pertama, tipe masjid
Quba`, yakni masjid yang didirikan oleh Rasulullah dengan
tujuan untuk meningkatkan ketakwaan; dan kedua, masjid dhirār, yakni
masjid yang didirikan oleh orang-orang munafik dengan
tujuan untuk menimbulkan kemudaratan bagi orang-orang mukmin.
Dari kedua tipe masjid ini kita perlu mengenali secara lebih baik
makna takwa dan munafik. Tujuan utamanya adalah agar kita dapat
meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. serta kita dapat
menghindari kekafiran dan kemunafikan.

D. Membangun Argumen tentang Konsep Masjid dan Fungsi


Masjid Kampus dalam Membangun Budaya Islam
Bagaimanakah membangun masjid yang didasarkan atas takwa agar
terhindar dari tipe masjid dhirār yang justru merusak keimanan dan memecah
belah umat?

1. Selalu beriman kepada Zat Ilahi Yang Al-Ghaib


2. Selalu mendirikan salat
3. Selalu membayar infaq
4. Selalu beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad
5. Selalu yakin dengan hari akhir.
E. Mendeskripsikan tentang Konsep Masjid dan Fungsi
Masjid Kampus dalam Membangun Budaya Islam

Tipe masjid yang perlu dikembangkan adalah tipe Masjid Quba`.


Masjid ini didirikan dan dimakmurkan atas dasar ketakwaan. Oleh karena
itu, masjid dhirār merupakan tipe masjid yang harus dihindari karena
masjid inididirikan dan dimakmurkan atas dasar nafsu dan watak.
Implikasinya, tujuan dan program kerja kedua masjid ini jauh berbeda.
Masjid Quba` bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan jamaah masjid,
sedangkan masjid dhirār bertujuan untuk membelokkan keimanan
orang-orang mukmin. Program kerja masjid Quba`adalah peribadatan
yang benar dan ikhlas serta pengajian Islam untuk meningkatkan
ketakwaan jamaah masjid. Adapun program kerja masjid dhirār adalah
peribadatan palsu dan pengajian yang menimbulkan kemudaratan.

Masjid merupakan sarana edukasi dan sosialisasi, mengajak umat agar


senantiasa menjaga kelestarian sekitar melalui dakwah, baik secara lisan,
tulisan, maupun tindakan nyata. memberikan bimbingan terhadap seluruh
tugas kehidupan, baik individu atau sosial, materi atau moral, ekonomi dan
politik, hukum dan budaya serta nasional dan internasional.

Sesuai dengan fungsi keberadaannya, masjid perlu turut melestarikan


lingkungan melalui dakwah secara lisan maupun melakukan aksi nyata
berdasarkan semangat keislaman: “Orang Mukmin itu bagaikan lebah, jika
ia makan sesuatu ia makan yang baik, jika ia mengeluarkan sesuatu ia
keluarkan yang baik. Dan jika ia hinggap di ranting yang sudah lapukpun,
ranting itu tidak dirusaknya.” (HR. Tirmizi).
F. Rangkuman tentang Bagaimana Membangun Budaya
Islam Melalui Masjid Kampus

Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang murni lahir dari


umat Islam sendiri yang pada masa awal menjadi institusi sentral dan menjadi
basis utama sebagai tempat ibadah, pendidikan, pemerintahan sosial dan
peran-peran lain yang berhubungan langsung dengan persoalan-persoalan
keumatan.
Berbagai fungsi Masjid yang bisa disimpulkan dari pemaparan diatas
antara lain :
1. Masjid sebagai pusat peribadatan (Fungsi Keagamaan)
2. Masjid sebagai pusat pemerintahan dan peradaban
3. Masjid sebagai pusat persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah)
4. Masjid sebagai pusat pendidikan
5. Masjid sebagai pengumpulan dana (Baitul Mal)
6. Masjid sebagai simbol persamaan

Pola baku pendidikan pada masjid adalah berupa halaqa (lingkaran


studi) yang menyeleggarakan kajian-kajian ilmu keislaman seperti
Al-qur’an, hadist, fiqih, tafsir, ilmu bahasa dan lain sebagainya dengan
tokoh guru utama yang disebut syaikh atau mudarris dibantu oleh na’ib,
mu’id dan mufid.
Daftar Pustaka

Yatim, Badri. 2015. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.

Prabowo, Hayu. 2017. Ecomasjid: Dari Masjid Makmurkan Bumi. Jakarta: Lembaga
Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia.

Ristekdikti. 2016. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

Anda mungkin juga menyukai