HEMATEMESIS MELENA
Disusun oleh:
Yana Dwi Suciati
NPM 1102015247
Pembimbing:
dr. Asyraf, Sp.PD
2
BAB I
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 55 tahun
Alamat : Kp. Bulak Indah, Karangasih, Cikarang Utara
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjual Jamu Keliling
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Masuk RS : 9 Mei 2019
II. ANAMNESIS
Anamnesis menggunakan teknik autoanamnesis pada tanggal 11 Mei 2019 di
Bangsal Anggrek I RSUD Kabupaten Bekasi.
A. Anamnesis
Keluhan Utama : Muntah darah
Keluhan Tambahan : BAB hitam, nyeri di ulu hati, mual dan lemas.
3
Nyeri ulu hati tidak berkurang setelah makan. Keluhan disertai mual dan
lemas. Tidak terdapat demam dan gangguan buang air kecil (BAK).
Diketahui pasien memiliki riwayat penyakit maag sejak 3 tahun
yang lalu. Pasien mengatakan 2 hari sekali mengonsumsi jamu asam urat
sejak 1 tahun yang lalu dan sering meminum neo rheumacyl. Pasien
memiliki kebiasaan makan tidak teratur, biasa makan pagi dan sore
dalam jumlah yang sedikit. Pasien gemar memakan makanan pedas dan
berlemak. Riwayat penggunaan alkohol disangkal. Tidak ada keluhan
sulit menelan, tidak ada rasa panas seperti terbakar di dada, tidak ada
riwayat sakit kuning dan penurunan berat badan. Pasien memiliki riwayat
hipertensi. Penyakit jantung dan diabetes melitus disangkal.
4
2) Pemeriksaan Khusus :
1. Kulit
Warna coklat, turgor baik
2. Kepala
Normocephal, rambut tidak mudah dicabut dan berwarna hitam
3. Mata
Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokhor,
reflex cahaya langsung (+/+)
4. Telinga
Tidak ditemukan kelainan bentuk dan tidak ada sekret yang keluar
dari liang telinga
5. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung
Tidak ditemukan kelainan bentuk pada hidung
Tidak ada sekret yang keluar dari liang telinga
6. Mulut
Bibir tidak sianosis
Faring tidak hiperemis
Perdarahan gusi (-)
7. Leher
Trakea medial
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Jugular Venous Pressure (JVP) : R+2
8. Thorax
a. Paru
Inspeksi : Normochest, pergerakan statis dan dinamis
dinding dada simetris kanan & kiri, retraksi
intercostal (-)
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris pada kedua
lapang paru. Nyeri tekan (-)
5
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru.
Batas Paru Hati: Linea Midklavikularis 6, 2 jari
Auskultasi : Vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Pulsasi iktus cordis teraba pada linea
midklavikularis sinistra ICS 5, 1 jari ke medial,
tidak ada vibrasi.
Perkusi :
- Batas jantung kanan : Linea sternalis dextra ICS 5
- Batas jantung kiri : Linea midklavikularis sinistra
ICS 5, 1 jari ke medial
- Batas pinggang jantung : Linea parasternalis sinistra ICS 3
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni regular
Bunyi jantung tambahan (-)
9. Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar, sikatrik (-), caput medose (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), undulasi (-),
hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani pada lapang abdomen, shifting dullness (-)
10. Ekstremitas
Akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2 detik, tidak ada edema
6
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan :
Laboratorium (09 April 2019)
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0.0 – 1.0
Eosinofil 1 % 1.0 – 6.0
Neutrofil H 75 % 50 – 70
Limfosit L 19 % 20 – 40
Monosit 5 % 2–9
Laju Endap Darah H 58 mm/jam < 15
KIMIA KLINIK
Ureum Kreatinin
Ureum H 79 mg/dL 13 – 43
Kreatinin H 1,1 mg/dL 0.51 – 0.95
eGFR L 56,7 mL/min/1.73 > 60
m^2
7
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Paket Elektrolit
Natrium L 129 mmol/L 135 – 145
Kalium 3.7 mmol/L 3.4 – 4.4
Klorida 96 mmol/L 96 - 106
SGOT (AST) 16 U/L < 32
SGPT (ALT) 12 U/L < 31
Glukosa Sewaktu 145 mg/dL 80 - 170
V. RESUME
Seorang perempuan berumur 55 tahun datang dengan keluhan
muntah darah berwarna hitam 2 jam SMRS. Muntah darah sebanyak 3 kali
dan setiap kali muntah ± 1 gelas Aqua. Keluhan disertai dengan BAB hitam,
nyeri ulu hati, mual dan lemas. Riwayat penyakit maag (+) sejak 3 tahun yang
lalu.
Pada pemerikaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, nyeri tekan
epigastrium (+) dan pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia (Hb 3,4 g/dL), penurunan
hematokrit (Ht 12%), eritosit (2.25 x 10^6/µL), MCV (51 fL), MCH (15
pg/mL), dan MCHC (30 g/dL). Didapatkan juga trombositosis (475.000/ µL),
leukositosis (17.500/µL), peningkatan LED (58 mm/jam), ureum (79 g/dL)
dan kreatinin (1,1 g/dl) serta penurunan laju filtrasi glomerulus (56,7
mL/min/1.73 m^2) dan hiponatremia (Na 129 mmol/L).
8
VII. DIAGNOSIS KLINIS
Hematemesis melena ec ulkus peptikum
Anemia hipokromik mikrositer ec perdarahan saluran cerna bagian atas
IX. PERENCANAAN
1. Rencana Diagnostik
Endoskopi
USG abdomen
Urea Breath Test
Morfologi Darah Tepi
9
2. Terapi
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
10
Follow Up
Tabel 3. Follow Up Pasien
11 Mei 2019 12 Mei 2019 13 Mei 2019
S/ pasien mengatakan S/ pasien mengatakan S/ pasien mengatakan
lemas. BAB hitam (-), lemas. BAB hitam (-), lemas, BAB hitam (-),
muntah darah (-). muntah darah (-). muntah darah (-).
O/ Keadaan umum: O/ Keadaan umum: O/ Keadaan umum:
tampak sakit sedang, tampak sakit sedang, tampak sakit sedang,
kesadaran: kesadaran: kesadaran
composmentis, TD: composmentis, TD: composmentis, TD:
130/70 mmHg, N: 87 141/89 mmHg, N: 98 120/60 mmHg, N: 93
x/menit, RR: 21 x/menit, RR: 20 x/menit, suhu: 37,20C,
x/menit, suhu: 36,20C, x/menit, suhu: 36,30C, RR: 20 x/menit, SpO2:
SpO2: 99%. SpO2: 98%. 96%.
Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Fisik:
Akral hangat, turgor Akral hangat, turgor Akral hangat, turgor
elastis. elastis. elastis.
A/ Gangguan perfusi A/ Gangguan perfusi A/ Gangguan perfusi
jaringan perifer, nutrisi jaringan perifer, nutrisi jaringan perifer, nutrisi
P/ Observsi TTV, P/ Observsi TTV, P/ Observsi TTV,
H2TL/hari, transfusi H2TL/hari, transfusi H2TL/hari, transfusi
PRC 500 cc/hari sampai PRC 500 cc/hari PRC 500 cc/hari sampai
Hb 10 g/dL, kontrol sampai Hb 10 g/dL, Hb 10 g/dL, kontrol
gizi. kontrol gizi. gizi.
11
Tabel 4. Follow Up Hasil Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Tanggal 11 Mei 2019 Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 4.5 g/dl 12-16 g/dL
Hematokrit 15 % 38-47 %
Trombosit 336.000 150-400 ribu/ µL
Leukosit 10.6 5-10 ribu / µL
12
BAB II
ANALISA KASUS
13
penyebab perdarahan SCBA yang datang ke UGD RS Hasan Sadikin.
Mortalitas secara keseluruhan masih tinggi yaitu sekitar 25%, kematian pada
penderita ruptur varises bisa mencapai 60% sedangkan kematian pada
perdarahan non varises sekitar 9-12%.2
14
NSAID seperti aspirin. Pada ulkus peptikum pasien biasanya mengalami
keluhan dispepsia kronik, namun penting diketahui bahwa ulkus peptikum
penggunaan NSAID sering tidak bergejala dan baru dapat diketahui setelah
terjadi komplikasi seperti perdarahan atau perforasi saluran cerna. Pada
gastritis erosiva secara endoskopi adanya perdarahan subepitelial dan erosi
yang merupakan erosi pada mukosa, jadi tidak mengakibatkan perdarahan yang
masif. 1,3,4
Pada semua pasien dengan tanda-tanda SCBA atau yang asal
perdarahannya masih meragukan pemeriksaan endoskopi merupakan prosedur
pilihan. Tujuan pemeriksaan endoskopi selain menemukan penyebab dan asal
perdarahan, juga untuk menentukan aktivitas perdarahan. Forest membuat
klasifikasi perdarahan ulkus peptikum atas dasar temuan endoskopi. 1
Pada pasien ini, didapatkan keluhan muntah darah sejak 2 hari yang lalu
yang diikuti keluhan dispepsia seperti nyeri ulu hati, mual, muntah dan BAB
berwarna hitam. Pasien memiliki riwayat mengonsumsi NSAID dan jamu-
jamuan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien juga memiliki riwayat dispepsia sejak
3 tahun yag lalu. Dari kecurigaan perdarahan SCBA tidak ditemukan
keganasan karena tidak didapatkan gejala khas seperti adanya penuruna berat
badan yang drastis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis
yang merupakan tanda-tanda anemia. Komplikasi yang dapat terjadi adalah
perdarahan, hematemesis melena dengan tanda syok apabila perdarahan masif
15
dan perdarahan tersembunyi yang kronik menyebabkan anemia defisiensi
besi.1
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta penunjang dapat disimpulkan
dengan diagnosis hematemesis melena et causa susp. ulkus peptikum dengan
diagnosis sekunder anemia hipokromik mikrositer yang perlu dipastikan
dengan evaluasi pemeriksaan hapusan darah tepi. Namun, untuk menegakkan
diagnosis pasti diperlukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu endoskopi.
16
3. Bagaimana tatalaksana pada pasien ini?
Langkah- langkah pengelolaan perdarahan SCBA adalah sebagai berikut:1
1) Pemeriksaan awal, penekanan pada evaluasi status hemodinamik
2) Resusitasi, terutama untuk stabilisasi hemodinamik
3) Melanjutkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lain yang
diperlukan
4) Memastikan perdarahan saluran cerna bagian atas atau bawah
5) Menegakkan diagnosis pasti penyebab perdarahan
6) Terapi untuk menghentikan perdarahan, penyembuhan terhadap
perdarahan, mencegah perdarahan ulang.
17
Gambar 2. Penanganan perdarahan saluran cerna bagian atas
(Sumber: Djumhana, 2011)
18
Khusus: makanan teratur, sebaiknya lunak, hindari makanan
sebelum tidur (terutama tidur malam)
2) Stop Merokok
3) Hindari alkohol terutama dalam lambung kosong
4) Hindari ASA/NSAID/Steroid
5) Banyak istirahat, hindari stres
B. Medikamentosa
Obat anti-sekresi asam yang bermanfaat untuk mencegah
perdarahan ulang karena ulkus peptik adalah inhibitor pompa proton.
Obat-obat PPI dapat menghambat sekresi asam lambung sampai 90%
dalam 24 jam. PPI sebaiknya diberikan 30 menit sebelum makan. Semua
PPI memberikan kesembuhan pada ulkus duodenum 90% kasus setelah
4 minggu dan 90% pada ulkus lambung setelah 8 minggu pemberian.
Mekanisme kerja menghambat kerja enzim K H ATPase yang akan
memecah K H ATPase menghasilkan energi yang digunakan untuk
mensekresi HCl dari sel kanalikuli ke lumen lambung. Dosis omeprazole
2 x 20 mg, lansoprazole 2 x 30 mg. 5
Antasida, sukralfat, dan antagonis H2 dapat diberikan untuk
tujuan penyembuhan mukosa lesi perdarahan. Antasida tidak dianjurkan
pada gagal ginjal karena menimbulkan hipermagnesia dan kehilangan
fosfat serta dapat menyebabkan konstipasi dan neurotoksik. Dosis 3 x 1
tablet atau 4 x 300 cc. Sukralfat tidak dianjurkan pada gagal ginjal kronik.
Dosis 4 x 1 gr per hari sebelum makan. Antagonis H2 memblokir efek
histamine pada sel parietal sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang
untuk mengeluarkan asam lambung. Pemberian vitamin K pada pasien
dengan penyakit hati kronis dengan perdarahan saluran cerna bagian atas
diperbolehkan dengan pertimbangan tidak merugikan.5
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2016.
2. Djumhana, A. Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas. Bagian Ilmu
Penyakit Dalam - FK Unpad; 2011.
3. Japp AG, Robertson C. Macleod Diagnosis Klinis. Singapore: Elsevier; 2015.
p 146-148
4. Setyohadi B et al. EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta
Pusat: Interna Publishing; 2016. p 549-573
5. Tjokroprawira A et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya.
Surabaya: Airlangga University Press. p 212-213
6. Wilkins T et al. Diagnosis and Management of Upper Gastrointestinal
Bleeding. American Family Physician 2016:85(5): 469-476
20