DAFTAR ISIAN / PERTANYAAN

TENTANG LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN (LP2B)

DINAS PUPR KABUPATEN TASIKMALAYA

1. Dinas Bagaimana peran dari Dinas PUPR dalam mendukung rencana tata ruang untuk
penyediaan lahan pertanian pangan berkelanjutan?

Jawab :
 Dinas PUPR Kabupaten Tasikmalaya hanya memiliki peran untuk mengupulkan data-data dari
dinas terkait untuk Penataan Ruang Kabupaten Tasikmalaya yang mana nantinya akan
menjadi rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Tasikmalya.
 Berkaitan dengan LP2B, Dinas PUPR hanya menerima data saja dari Dinas Pertanian wilayah
mana saja yang telah/akan ditetapkan menjadi LP2B. Sehingga apabila nantinya ada pihak-
pihak yang memerlukan data Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Tasikmalaya dapat
diberikan secara lengkap datanya.

2. Bagaimana efektivitas peran dari Dinas PUPR dalam mewujudkan penyediaan lahan pertanian
pangan berkelanjutan?

Jawab :
 Sebetulnya dalam meujudkan LP2B tidak hanya dilakukan oleh salah satu dinas saja yang
akan menimbulkan ego sektoral, namun dilakukan melalui langkah yang terintegrasi antar
dinas/lembaga pemerintahan terkait yang ada di Kabupaten Tasikmalaya.
 Hal tersebut dapat dilihat dengan ada nya Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
(BKPRD) yang dibentuk berdasarkan Permendagri No.50 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang. Yang mana unsur-unsur dialamnya terdiri
dari Dinas PUPR, Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, BAPPEDA, Sekertaris Daerah
Bagian Hukum. Sehingga memang BKPRD ini merupakan badan Ad-hoc, bukan permanen.
 Dengan adanya BKPRD ini maka diharapkan segala jenis perubahan penataan ruang/ segala
jenis pembangunan dapat dikoordinasikan dengan baik, termasuk dalam perlindungan LP2B
yang telah di tetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya No.2 Tahun 2012
tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Namun dalam Perda tersebut
daru ditetapkan LP2B untuk Kecamatan Singaparna saja, sedangkan untuk kecamatan lainnya
masih dalam proses.
 Adapun contoh dari hasil rapat BKPRD ini seperti begitu ada permohonan di lahan sawah
untuk dijadikan perumahan, maka secara langsung ada pembahasan di BKPRD. Dilihat
keadaan sawah nya, jika sawah yang memang tidak produktif (hanya panen setahun sekali)
biasanya diperbolehkan, cuman ada kriteria di LP2B nya. Pernah ada yang diperbolehkan
melalui adanya insentif atau disinsentif. Untuk Kabupaten Tasikmalaya sendiri baru
menerapkan disinsentif seperti boleh mengalihkan lahan pertanian ke non pertanian asalkan
membuat saluran irigasi untuk sawah sekitarnya agar penghasilan pertanian tetap jumlahnya
meskipun adanya perlaihan fungsi lahan. Disinsentif itu langsung dilakukan oleh si Pemohon,
 Sehingga pada saat pembahasan rapat di BKPRD ada surat pernyataan dia siap membangun
ini (perumahan nya) dan itu (wilayah/lahan berkelanjutan lain). Untuk kota bandung sudah
berbentuk uang, uang tersebut digunakan untuk meningkatkan pembangunan daerah. Tetapi
untuk di kota tasik belum atau masyarakat mau ga bangunan tiga lantai yang mana harus ada
disinsentif kepada pemerintah berupa uang yang akan digunakan untuk pembanguan taman.
Karena taman di kabupaten tasik masih rendah

3. Apakah program kerja Dinas PUPR bertentangan dengan penyediaan lahan pertanian pangan
berkelanjutan?

Jawab :
 Tentu tidak, karena program kerja sudah satu irama dengan dinas-dinas lainnya dan tidak ada
ego sektoral. Apabila ada pembanguanan yang sekiranya mengalihfungsikan lahan pertanian
maka akan dibahas terlebih dahulu di BKPRD untuk disetujui atau tidak disetujui.

4. Apa kendala dari segi hukum bagi Dinas PUPR dalam mendukung rencana tata ruang untuk
mewujudkan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Tasikmalaya?

 Sebetulnya tidak ada kendala hukum bagi Dinas PUPR dalam melaksanakan program LP2B,
karena kami akan melakukan apabila sudah ada aturannya terlebih dahulu. Memang
sebaiknya ada Perda tentang perlindungan LP2B untuk semua kecamatan ditasikmalaya,
namun mungkin urgensi untuk Kecamatan Singaparna lebih besar karena sebagai Ibu Kota
Kabupaten.