Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Hakikat Pendidikan dan Etika Keilmuan

Dosen Pengampu : Aminuddin Faryabi, M.Pd.I.

Kelompok 2 :
1. Zalsa Bella Novianti (18322108)
2. Salsa Amadhea R. (183221089)
3. Nendi Lestari (183221092)
4. Dian Pramesti (183221098)
5. Sandia Leny Susilowati (18322106)
6. Avisyah Arni Armani Putri (18321112)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya yang telah
dilimpahkan kepada Kami sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makala yang berjudul
“HAKIKAT PENDIDIKAN dan ETIKA KEILMUAN” yang merupakan salah satu tugas dari
mata kuliah Filsafat Kependidikan Islam.

Kami menyadari bahwa penyusunan tugas makala ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun demikian telah memberikan manfaat bagi Kami. Akhir kata Kami berharap makala ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, 15 September 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….............. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………............. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….............. 1
A. Latar Belakang ….......................................................................................... 1
B. Rumusan Makalah…………………………………………………............
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………….............
A. Hakikat Pendidikan….…………………………………………………............
B. Hakikat Pendidik…………………………………………………….................
C. Hakikat Anak Didik …………………………………………………………...
D. Etika Pragmatis dalam Pendidikan Islam ……………………………………
E. Positivisme dalam Etika Keilmuan......................................................................
F. Etika Keilmuan pada Zaman Renaissance dan Humanisme ...............................
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………………...
A. Kesimpulan………………………………………………………...…..…...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….……
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Pendidikan islam sebagai pendidikan yang didasari pengembangan akal dan
wahyu, adalah kombinasi pendidikan yang istimewa. Dalam filsafat, Selain
hal-hal yang termasuk dalam ontologi dan epistimologi, terdapat pembahasan
yang lebih tinggi yaitu aksiologi. Aksiologi adalah cabang filsafat yang
membahas tentang tujuan dari hakikat. Jika dihubungkan dengan pendidikan
islam, maka dibahas tentang tujuan dari hakikat pendidikan islam. Diantar
hal-hal yang dibahas dalam aksiologi adalah etika, khususnya etika keilmuan.
Etika membahas tentang nilai suatu tentang benar dan salahnya, baik tidaknya.
Berdasarkan teori aksiologi etika keilmuan dalam pendidikan islam
mempunyai pembahasan khusus dengan tiga teori. Diantranya pragmatisme,
positivisme, renaissance dan humanisme.
2. Rumusan masalah
a. Bagaimana Hakikat Pendidikan ?
b. Bagaimana Hakikat Pendidik ?
c. Bagaiman Hakikat Anak Didik ?
d. Bagaimana Etika Pragmatis dalam Pendidikan Islam ?
e. Bagaimana Positivisme dalam Etika Keilmuan ?
f. Bagaimana Etika Keilmuan pada Zaman Reinasance dan Humanisme ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pendidikan

Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang


berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan
adalah actual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi actual dari
individu yang belajar dan lingkungan belajarnya. Pendidikan adalah formatif,
artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-
norma yang baik.

Dalam bahasa Inggris, kata pendidikan disebut dengan Education dimana


secara etimologis kata tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu Eductum. Kata
Eductum terdiri dari dua kata, yaitu E yang berarti perkembangan dari dalam
keluar, dan Duco yang artinya sedang berkembang sehingga secara
etimologis arti pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri
sendiri dan kekuatan individu.

Jadi, secara singkat pengertian pendidikan adalah suatu proses pembelajaran


kepada peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan
membuatnya menjadi seorang manusia yang kritis dalam berpikir.

B. Hakikat Pendidik

Pendidik ditinjau dari segi bahasa (etimologi), sebagaimana yang dijelaskan


oleh WJS. Poerwadarminta adalah orang yang mendidik. Di dalam bahasa
Inggris dikenal dengan Teacher yang diartikan guru atau pengajar, atau tutor
yang berarti guru pribadi (private). Dalam bahasa Arab disebutUstadz/zah,
Mudarris, Mu`allim, Mu`addib, selanjutnya dalam bahasa Arab kata Ustadz
adalah jamak dari asatidz yang berarti guru (teacher), profesor (gelar
akademik), jenjang dalam bidang intelektual, pelatih, penulis, dan penyair.
adapun kata Mudarris berarti Teacher (guru), instruktor (pelatih), trainer
(pemandu). sedangkan kata Muaddib berarti educator/pendidik atau Teacher
In Coranic School (guru dalam lembaga pendidikan al-Qur`an).
Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik ,
baik petensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.

Secara terminologi, pengertian yang lebih implisit kata pendidik dapat


diartikan dengan guru, sebagaimana yang disampaikan oleh Hadari Nawawi
yang dikutip oleh Moh. Uzer, pendidik adalah orang yang kerjanya mengajar
atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Bahwa guru yang berarti
orang yang bekerja sebagai tenaga pengajar yang ikut juga bertanggung jawab
dalam membantu peserta didik untuk mencapai proses kedewasaan. Tetapi
dalam hal ini banyak disalah artikan banyak orang, bahwa hanya gurulah
yang bertanggung jawab dalam proses pendidikan. Tetapi yang sesungguhnya
adalah baik masyarakat lebih-lebih orang tua peserta didik bersama-sama
membangun proses pendidikan, agar menjadi masyarakat yang dewasa pula.

Dari berbagai definisi di atas baik pengertian secara etimologi maupun


terminologi, dapat ditarik hal yang paling inti kaitannya dengan seorang
pendidik dalam hal ini yang banyak diartikan adalah guru, karena salah satu
faktor yang perlu diperhatikan dalam pendidikan adalah pendidik (guru).
Karena guru yang dapat diartikan sebagai pelaku utama pendidikan (pendidik
profesional) sehingga banyak syarat-syarat untuk menjadi seorang pendidik.
Bahwa seorang pendidik (guru) merupakan pemeran penting dalam proses
belajar mengajar.

C. Hakikat Anak Didik

Anak didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal
kemampuan fitrahnya.
 Dalam perspektif pendidikan Islam, hakikat anak didik terdiri dari :
1. Orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya, maka semua keturunannya
menjadi anak didiknya di dalam keluarga.
2. Anak didik adalah semua anak yang berada di bawah bimbingan pendidik di
lembaga pendidikan formal maupun nonformal, seperti di sekolah, pondok
pesantren, tempat pelatihan, sekolah keterampilan, tempat pengajian anak-
anak (TPA), majelis taklim, dan semua orang yang menimba ilmu yang dapat
dipandang sebagai anak didik.
3. Anak didik secara khusus adalah orang-orang yang belajar di lembaga
pendidikan tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat,
pembelajaran, dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses pendidikan.
 Beberapa pandangan tentang hakikat anak didik sebagai manusia, yaitu :
1. Pandangan Psikoanalitik : Beranggapan bahwa manusia pada hakikatnya
digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat
instingtif.
2. Pandangan Humanistik : Beranggapan bahwa manusia memiliki dorongan
untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif.
3. Pandangan Martin Buber : Beranggapan bahwa hakikat manusia adalah tidak
dapat dikatakan ini atau itu. Manusia merupakan suatu keberadaan yang
berpotensi, namun dihadapkan pada kesemestaan alam, sehingga manusia itu
terbatas.
4. Pandang Behavioristik : Menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah
makhluk reaktif yang tingkah lakunya terkontrol oleh faktor-faktor yang
datang dari luar.

 Anak didik hendaknya memiliki akhlak mulia dan senantiasa


mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan seperangkat ilmu
pengetahuan. Anak didik yang berupaya mencari ilmu pengetahuan dan
membentuk sikap dengan akhlak mulia, menurut Hamka dituntut bersikap
baik pada setiap guru. Sikap-sikap tersebut di antaranya ialah:
1. Jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu.
2. Jangan lalai dalam menuntut ilmu dan jangan cepat merasa puas terhadap
ilmu yang sudah diperoleh.
3. Jangan merasa terhalang karena faktor usia.
4. Hendaklah diperbagus tulisannya supaya orang bisa menikmati hasil
karyanya dan membiasakan diri membuat catatan kecil terhadap berbagai
ide yang sedang dipikirkan.
5. Sabar, perteguh hati dan jangan cepat bosan dalam menuntut ilmu.
6. Pererat hubungan baik dengan guru dan senantiasa hadir dalam majelis
ilmiahnya, hormati pendidik sebagai orang yang telah berjasa dalam
membimbing ke arah kedewasaan, baik ketika proses belajar, maupun
setelah menamatkan pelajaran padanya.
7. Ikuti instruksi guru dalam setiap proses belajar mengajar dengan khusyu’
dan tekun.
8. Berbuat baik serta amalkan ilmu yang diberikan pendidik.
9. Jangan menjawab sesuatu yang tidak berfaedah. Biasakan berkata sesuatu
yang bermanfaat, karena itu sebagai ciri orang yang berilmu dan
berpikiran luas.
10. Ciptakan suasana pendidikan yang merespon dinamika fitrah yang dimilki
seperti suasana gembira.
 Dimensi-Dimensi Anak Didik yang Akan Dikembangkan, yaitu :
1. Dimensi Fisik
Tujuan dari pendidikan ini sendiri adalah membina tubuh sehingga mencapai
pertumbuhan secara sempurna & mengembangkan energi potensial yang
dimiliki manusia berlandaskan hukum fisik, sesuai dengan perkembangan
fisik manusia.
2. Dimensi Rohani
Secara rohani, mausia mempunyai potensi kerohanian yang tak terhingga
banyaknya. Potensi-potensi tersebut nampak dalam bentuk memahami
sesuatu (ulil al-ba), meliputi kemampuan berpikir, mempergunakan akal,
beriman, bertaqwa, mengingat atau mengambil pelajaran, dan mentaati
kebenaran firman Allah SWT.
3. Dimensi Akal
Pada dimensi ini, akal memerlukan bantuan al-qalb. Melalui potensi al-qalb
manusia dapat merasakan eksistensi arti immaterial (nonbenda) dan kemudian
menganalisanya lebih lanjut.
4. Dimensi Keberagamaan
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan (homodivinous/ homoreligius).
Dalam pandangan Islam sejak lahir manusia telah mempunyai jiwa agama,
yaitu jiwa yang mengakui adanya Yang Maha Pencipta dan Maha Mutlak
yaitu Allah SWT.
5. Dimensi Akhlak
Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak. Pendidikan
akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dipisahkan dari
pendidikan agama. Nilai-nilai akhlak dan keutamaan akhlak dalam
masyarakat merupakan aturan yang diajarkan oleh agama. Para filsuf
pendidikan Islam sepakat bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan
Islam. Sebab, tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah pembinaan akhlak al-
karimah.
6. Dimensi Seni
Seni adalah ekspresi roh dan berdaya manusia yang mengandung dan
mengungkapkan keindahan. Seni merupakan bagian dari hidup manusia.
Dimensi seni pada diri manusia tidak boleh diabaikan. Dimensi ini perlu
ditumbuhkan karena dapat menggerakkan beban kehidupan yang kadang
menjemukan, dan merasakan keberadaan nilai-nilai, serta lebih mempu
menikmati keindahan hidup. Keberadaan seni dalam Islam telah diperlihatkan
langsung oleh Allah lewat tuntunan-Nya yaitu Al Quran. Hal ini disebabkan
Al Quran adalah ekspresi kebijaksanaan dan pengetahuan Allah, tuntunan dan
petunjuk-Nya, kehendak dan perintah-Nya. Nilai keindahan sangat erat
kaitannya dengan keimanan. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang,
maka semakin ia mampu menyaksikan dan merasakan keindahan yang
diciptakan Allah atas alam semesta.

7.Dimensi Sosial

Pendidikan sosial ini melibatkan bimbingan terhadap tingkah laku sosial,


ekonomi, dan politik dalam rangka aqidah Islam. Ajaran dan hukum agama
yang dapat meningkatkan iman, taqwa, takut kepada Allah dan mengerjakan
ajaran agama.

Bab III

Kesimpulan

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran kepada peserta didik agar memiliki
pemahaman terhadap sesuatu dan membuatnya menjadi seorang manusia
yang kritis dalam berpikir.

Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang


bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik ,
baik petensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.
Anak didik adalah semua anak yang berada di bawah bimbingan pendidik di
lembaga pendidikan formal maupun nonformal, seperti di sekolah, pondok
pesantren, tempat pelatihan, sekolah keterampilan, tempat pengajian anak-
anak (TPA), majelis taklim, dan semua orang yang menimba ilmu yang dapat
dipandang sebagai anak didik. Sebagai anak didik harusnya memiliki akhlak
mulia dan senantiasa mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan
seperangkat ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Alavi Zianuddin, Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan Pertengahan, Bandung,
Angkasa, 2003

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2009

Ramayulis H. Dan Nizar Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia,2009

http://gheetsul-wudda.blogspot.com/2014/08/etika-keilmuan-dalam-filsafat.html?m=1

http://langitjinggadipelupukmatarumahmakala.blogspot.com/2014/10/makala-hakikat-pendidik-
dan-pengantar.html?m=1
https://www.academia.edu/34892336/-terusan-bab-2?auto=downloadMuhammadFitriIntisor
Academia.edu

Anda mungkin juga menyukai