Pupuk PDF
Pupuk PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pupuk
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman
dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling
awal adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu. Pemakaian
pupuk kimia kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya deposit garam
kalsium di Jerman pada tahun 1839.
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah
melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah
pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan
pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi
kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut
rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi.
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh
pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase
kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk
anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada
pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya
berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya mengandung unsur nitrogen.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur
hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu kali penebaran,
beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari sisi harga pupuk ini lebih
Menurut cara aplikasinya, pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu pupuk
daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada daun tanaman.
Contoh pupuk daun adalah Gandasil B dan D, Grow More, dan Vitabloom. Pupuk
akar diserap tanaman lewat akar dengan cara penebaran di tanah. Contoh pupuk akar
adalah urea, NPK, dan Dolomit.
Menurut cara melepaskan unsur hara, pupuk akar dibedakan menjadi dua
yakni pupuk fast release dan pupuk slow release. Jika pupuk fast release ditebarkan
ke tanah dalam waktu singkat unsur hara yang ada atau terkandung langsung dapat
dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah terlalu cepat habis, bukan
hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga menguap atau tercuci oleh air. Yang
termasuk pupuk fast release antara lain urea, ZA dan KCL.
Pupuk slow release atau yang sering disebut dengan pupuk lepas terkendali
(controlled release) akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi
sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian, manfaat yang dirasakan
dari satu kali aplikasi lebih lama bila dibandingkan dengan pupuk fast release.
Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang dikandung pupuk slow
releasedilindungi secara kimiawi dan mekanis.
Pupuk kimia slow release biasanya unsur hara dilepaskannya dengan sistem
coated atau binder. Sistem coated, yaitu unsur hara keluar secara perlahan setelah
bahan pembungkus retak. Sementara sistem binder yaitu unsur hara dilepaskan sesuai
dengan ketersediaan air di lapangan karena adanya pengikat. Tanah dengan kondisi
Pupuk majemuk yang satu ini tidak hanya mengandung dua unsur, tetapi tiga unsur
sekaligus yang tidak lain gabungan dari pupuk tunggal N, P, dan K. itulah sebabnya
belakangan ini NPK sangat digemari petani. Merumuskan NPK yang akan dipilih
sesuai tanah dan tanaman memang sulit. Untuk keperluan ini belum ada aturannya.
Namun ada sumber yang menyebutkan patokan pemakaian atau pemilihan NPK
tergantung pada kadar N-nya, yaitu pilihlah NPK dengan kadar N tinggi.
a) Nitrogen
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain
itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat
berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein,
lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya.
b) Fosfor
Untuk fosfor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar,
khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai
bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu
asimilasi dan pernafasan, serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan
buah.
c) Kalium
Fungsi utama kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan
karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar
daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Yang tak bisa dilupakan ialah
kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi
kekeringan dan penyakit. (Pinus Lingga & Marsono, 2004)
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk memasok hara pada tanaman dalam
jumlah yang seimbang. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah adalah:
cadangan hara, ketersediaan, besarnya pasokan, tidak adanya bahan racun maupun
bahan yang menghambat penyerapan hara oleh tanaman.
2.1.3. Pemupukan
Kebutuhan pupuk untuk tanah yang diolah minimum sangat tergantung pada keadaan
kesuburan asli tanah. Tanah yang kondisi kesuburan asli tinggi, maka pemanenan
dapat dilakukan sebanyak mungkin tanpa harus meninggalkan residu panen.
Fosfat relatif tidak mengalami proses pelindian karena diikat oleh koloid
tanah, sehingga pupuk fosfat yang ditabur dipermukaan tanah tetap berada di tempat.
Supaya lebih efektif pupuk P sebaiknya diletakkan di dekat perakaran.
Kalium lebih mudah terlindi dari pada fosfat, tetapi lebih rendah daripada N.
apabila curah hujan rendah, pemupukan K dipermukaan tanah maka unsur K tetap
2.2. Kitosan
Kitin sebagai prekursor kitosan pertama kali ditemukan pada tahun 1811 oleh
orang Prancis bernama Henri Braconnot sebagai hasil isolasi dari jamur. Sedangkan
kitin dari kulit serangga ditemukan kemudian pada tahun 1820. Kitin merupakan
polimer kedua terbesar di bumi selelah selulosa. Kitin adalah senyawa amino
polisakarida berbentuk polimer gabungan.
kitosan ditemukan C. Roughet pada tahun 1859 dengan cara memasak kitin
dengan basa. Perkembangan penggunaan kitin dan kitosan meningkat pada tahun
1940-an. terlebih dengan makin diperlukannya bahan alami oleh berbagai industri
sekitar tahun 1970-an. Penggunaan kitosan untuk aplikasi khusus, seperti farmasi dan
kesehatan dimulai pada pertengahan 1980 - 1990.
Kitosan adalah senyawa polimer alam turunan kitin yang diisolasi dari limbah
perika na n, seperti ku lit, u da ng da n ca ngka ng k epiting denga n k a ndu nga n
kitin a nta ra 65 -70 %. Su mber ba ha n baku kitosan ya ng la in di a ntaranya
kala jengking, ja mur, cu mi, gu rita , sera ngga , la ba - la ba da n ula t su tera
denga n kandungan kitin antara 5-45%.
(http://www.scribd.com/doc/76337394/chitosan-iyoeng)
Kitosan adalah turunan kitin yang hanya dibedakan oleh gugus radikal CH3.
CO- pada struktur polimernya. Kitosan merupakan senyawa kimia yang berasal dari
bahan hayati kitin, suatu senyawa organik yang melimpah di alam ini setelah selulosa.
Kitin ini umumnya diperoleh dari kerangka hewan invertebrata dari kelompok
Arthopoda sp, Molusca sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp, dan beberapa
dari kelompok jamur. Selain dari kerangka hewan invertebrate, juga banyak
ditemukan pada bagian insang ikan, trachea, dinding usus dan pada kulit cumi-cumi.
Sebagai sumber utamanya ialah cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, lobster,
kepiting, dan hewan yang bercangkang lainnya, terutama asal laut.
Kitosan mudah mengalami degradasi secara biologis dan tidak beracun, katonik kuat,
kuagulan yang baik, mudah membentuk membran atau film serta membentuk gel
dengan anion bervalensi ganda. Kitosan tidak larut dalam air, pelarut-pelarut organik,
alkali atau asam-asam mineral pada pH di atas 6,5. Kitosan larut dengan cepat dalam
asam organik seperti asam formiat, asam sitrat dan asam asetat. ( Mat B.Z, 1995)
Kitosan tidak larut dalam pelarut-pelerut organik, juga tidak larut dalam alkali
dan asam mineral kecuali dibawah kondisi-kondisi tertentu. Dengan adanya sejumlah
asam maka dapat larut dalam air-metanol, air-etanol, air-aseton dan campuran lainnya.
Kitosan dapat larut dalam asam formiat dan asam asetat dan menurut Peniston dalam
20% asam sitrat juga dapat larut. Asam organik lainnya juga tidak dapat melarutkan
kitosan. Asam-asam anorganik lainnya pada pH tertentu setelah distirer dan
dipanaskan dan asam nitrat dapat juga melarutkan kitosan pada sebagian kecil, setelah
beberapa waktu terbentuk endapan putih yang menyerupai jelly. Dengan asam nitrat
pekat akan dapat memutuskan sebagian ikatan dan kelarutan tidak begitu cepat. HCl
memerlukan pemanasan dan pengadukan berjam-jam, H 2SO4 tidak dapat melarutkan
kitosan karena akan membentuk kitosan sulfat yang berupa padatan kristalin putih,
sedangkan dengan asam perklorat dapat melarutkan kitosan dengan mudah. Pada
kenyataannya endapan kitosan lebih mudah dibuat dalam larutan HCl, HNO 3 dan
HClO4. ( Muzzarelli R.A.A., 1977)
Kitosan banyak digunakan oleh berbagai industri antara lain industry farmasi,
kesehatan, biokimia, bioteknologi, pangan, pengolahn limbah, kosmetik, agroindustri,
industri tekstil, industri perkayuan, industri kertas, dan industry elektronika. Aplikasi
khusus berdasarkan sifat yang dipunyainya antara lain untuk pengolahan limbah cair
terutama bahan sebagai resin penukar ion untuk meminimalisasi logam-logam berat,
mengkoagulasi minyak/lemak, serta mengurangi kekeruhan, penstabil minyak, rasa
dan lemak dalam produksi industry pangan. ( Rismana , 2004)
Kitosan mempunyai potensi yang dapat digunakan baik pada berbagai jenis
industri maupun bidang kesehatan, sehingga kualitasnya bergantung pada
keperluannya. Sebagai contoh untuk penjernih air diperlukan mutu kitosan yang tinggi
dan untuk penggunaan di bidang kesehatan diperlukan kemurnian yang tinggi.
Kitosan mempunyai sifat unik yang dapat digunakan di dalam berbagai cara
serta memiliki kegunaan yang beragam, antara lain : di bidang industri, kitosan dapat
meningkatkan kekuatan mekanik pada kertas atau sebagai bahan perekat, aditif untuk
kertas dan tekstil, serta untuk mempercepat penyembuhan luka dan memperbaiki sifat
pengikat warna. Sedangkan di bidang kosmetika, membrane kitosan berfungsi sebagai
zat aditif yang dapat meningkatkan viskositas shampoo dan zat aditif pada lotion
karena dapat melindungi kulit dari kelembaban. Kitosan juga mempunyai kemampuan
mengadsorpsi logam dan membentuk kompleks kitosan dengan logam.
( Cho Kyun Rha , 1973)
Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.
Spectrum atomic untuk masing-masing unsur terdiri atas garis-geris resonansi. Garis-
garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa spectrum yang berasosiasi dengan
tingkat energi molekul, biasanya berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari
eksitasi dari tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya. (Khopkar S.M ,
2007)
Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala yang mengandung
atom-atom yang bersangkutan , maka sebagian cahaya itu akan diserap, dan jauhnya
penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada
dalam nyala. Hal ini merupakan dasar penentuan kuantitatif logam-logam dengan
menggunakan SSA. (Vogel, A.I , 1992)
Gangguan yang nyata pada SSA adalah sering kali didapatkan suatu harga yang tidak
sesuai dengan konsentrasi sampel yang ditentukan. Penyebab dari gangguan ini adalah
faktor matriks sampel, faktor kimia adanya gangguan molekular yang bersifat radiasi.
Sampel dalam bentuk molekul karena disosiasi yang tidak sempurna akan
cenderung mengabsorbsi radiasi dari sumber radiasi. Demikian juga terjadinya
ionisasi atom akan menjadi sumber kesalahan SSA oleh karena spektrum radiasi oleh
ion jauh berbeda dengan spectrum absorbs atom netral yang memang akan ditentukan.
Ada beberapa usaha untuk mengurangi gangguan kimia pada SSA yaitu dengan jalan:
1. Menaikkan temperatur nyala agar mempermudah penguraian untuk itu dipakai
gas pembakar campuran C2H2 + N2O yang memberikan nyala dengan
temperatur yang tinggi
2. Menambahkan elemen pengkat gugus ataom penyangga, sehingga terikat kuat
akan tetapi atom yang ditentukan bebas sebagai atom netral.
3. Pengeluaran unsur pengganggu dari matriks sampel dengan cara ekstraksi.
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total
pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel
didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga
akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia
yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan
ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini
cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan
pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek. Metode ini kurang akurat bila
diperlukan pada senyawa yang mengandung atom nitrogen yang terikat secara
langsung ke oksigen atau nitrogen. Tetapi untuk zat-zat seperti amina,protein,dan lain
– lain hasilnya lumayan.
Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
1. Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Unsur karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO,
CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO 4. Untuk
mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran
Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2 SO4 atau CuSO.
2. Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama destilasi tidak
terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang
besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan
selanjutnya akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4 % dalam jumlah
yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka
diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk
mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG +
MR atau PP.
3. Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam khorida
yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi
ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang
selama 30 detik bila menggunakan indikator PP.
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat
yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam
khlorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda.
(http://chemistryismyworld.blogspot.com/2011/03/makalah-analisa-protein-metode-
kjeldahl.html)
2.5. DISOLUSI